PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Nata de coco merupakan makanan hasil fermentasi air kelapa dengan
bantuan mikroba Acetobacter xylinum, yang berbentuk padat, berwarna putih,
transparan, berasa manis dan bertekstur kenyal. Seperti diketahui, Acetobacter
xylinum ini menghasilkan enzim selulase. Nata de coco rasanya menyegarkan dan
mengandung banyak serat sehingga baik untuk pencernaan. Nata de coco juga
dipercaya dapat menurunkan tekanan darah tinggi dan kolesterol
Nata berkalori rendah (kadar serat kasar 2,5%) memiliki kandungan air
98% dengan tekstur agak kenyal, padat, kokoh, putih, dan trasparan. Serat yang
ada dalam nata jenis ini sangat dibutuhkan dalam proses fisiologis, bahkan dapat
membantu para penderita diabetes mengatasi masalah dehidrasi.
Dalam air kelapa terdapat berbagai nutrisi yang bisa dimanfaatkan bakteri
penghasil Nata de Coco. Nutrisi yang terkandung dalam air kelapa antara lain :
gula sukrosa 1,28%, sumber mineral yang beragam antara lain Mg2+ 3,54 gr/l,
serta adanya faktor pendukung pertumbuhan (growth promoting factor) merupakan
senyawa yang mampu meningkatkan pertumbuhan bakteri penghasil nata
(Acetobacter xylinum). Adanya gula sukrosa dalam air kelapa akan dimanfaatkan
oleh Acetobacter xylinum sebagai sumber energi, maupun sumber karbon untuk
membentuk senyawa metabolit diantaranya adalah selulosa yang membentuk Nata
de Coco. Senyawa peningkat pertumbuhan mikroba (growth promoting factor)
akan meningkatkan pertumbuhan mikroba, sedangkan adanya mineral dalam
substrat akan membantu meningkatkan aktifitas enzim kinase dalam metabolisme
di dalam sel Acetobacter xylinum untuk menghasilkan selulosa. Dengan
perrtimbangan diatas maka pemanfaatan limbah air kelapa merupakan upaya
pemanfaatan limbah menjadi produk yang memiliki nilai tambah.
1
II. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Nata de Coco ?
2. Apa peran dari bakteri Acetobacter Xylinum dalam pembuatan nata de coco?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan acetobacter xylinum dalam pembuatan
nata de coco ?
4. Bagaimana proses pembuatan nata de coco ?
5. Apa manfaat dari nata de coco ?
6. Apa kelebihan dan kekurangan dari nata de coco ?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Pengertian
Kata nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim. Nata
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai 'natare' yang berarti terapung-apung.
Nata dapat dibuat dari air kelapa, santan kelapa, tetes tebu (molases), limbah cair
tebu, atau sari buah (nanas, melon, pisang, jeruk, jambu biji, strawberry dan lain-
lain). Nata yang dibuat dari air kelapa disebut Nata de Coco. Di Indonesia, Nata
de Coco sering disebut sari air kelapa atau sari kelapa. Nata de Coco pertama kali
berasal dari Filipina. Di Indonesia, Nata de Coco mulai dicoba pada tahun 1973
dan mulai diperkenalkan pada tahun 1975. Namun demikian, Nata de Coco mulai
dikenal luas di pasaran pada tahun 1981.
Nata De Coco merupakan jenis komponen minuman yang terdiri dari
senyawa selulosa (dietry fiber), yang dihasilkan dari air kelapa melalui proses
fermentasi, yang melibatkan jasad renik (mikrobia), yang selanjutnya dikenal
sebagai bibit nata. Bibit nata sebenarnya merupakan golongan bakteri dengan
nama Acetobacter xylinum. Dalam kehidupan jasad renik, bakteri dapat
digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu bakteri yang membahayakan, bakteri
yang merugikan dan bekteri yang menguntungkan. Adapun yang termasuk dalam
kelompok bakteri yang membahayakan antara lain adalah bakteri yang
menghasilkan racun atau menyebabkan infeksi, sedangkan ternasuk dalam
kelompok bakteri yang merugikan adalah bakteri pembusuk makanan. Sementara
yang termasuk dalam kelompok bakteri yang menguntungkan adalah jenis bakteri
yang dapat dimanfaatkan oleh manusia hingga menghasilkan produk yang
berguna. Acetobacter xylinum merupakan salah satu contoh bakteri yang
menguntungkan bagi manusia seperti halnya bakteri asam laktat pembentuk
yoghurt, asinan dan lainnya.
Air kelapa yang digunakan dalam pembuatan nata harus berasal dari kelapa
yang masak optimal, tidak terlalu tua atau terlalu muda. Bahan tambahan yang
3
diperlukan oleh bakteri antara lain karbohidrat sederhana, sumber nitrogen, dan
asam asetat. Pada umumnya senyawa karbohidrat sederhana dapat digunakan
sebagai suplemen pembuatan nata de coco, diantaranya adalah senyawa-senyawa
maltosa, sukrosa, laktosa, fruktosa dan manosa. Dari beberapa senyawa
karbohidrat sederhana itu sukrosa merupakan senyawa yang paling ekonomis
digunakan dan paling baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bibit nata.
Adapun dari segi warna yang paling baik digunakan adalah sukrosa putih. Sukrosa
coklat akan mempengaruhi kenampakan nata sehingga kurang menarik. Sumber
nitrogen yang dapat digunakan untuk mendukung pertumbuhan aktivitas bakteri
nata dapat berasal dari nitrogen organic, seperti misalnya protein dan ekstrak
yeast, maupun Nitrogen anorganik seperti misalnya ammonium fosfat, urea, dan
ammonium sulfat. Namun, sumber nitrogen anorganik sangat murah dan fungsinya
tidak kalah jika dibandingkan dengan sumber nitrogen organic. Bahkan diantara
sumber nitrogen anorganik ada yang mempunyai sifat lebih yaitu ammonium
sulfat. Kelebihan yang dimaksud adalah murah, mudah larut, dan selektif bagi
mikroorganisme lain.
Komponen media nata yang dibutuhkan sebagai syarat media nata antara
lain memiliki sumber karbon dapat berupa gula, sumber nitrogen dapat berupa
penambahan urea atau ZA, mineral dan vitamin yang mendukung pertumbuhan
bakteri acetobacter xylinum. Pada fermentasi nata kondisi lingkungan juga sangat
berpengaruh karena bakteri acetobacter xylinum memiliki kondisi optimum
lingkungannya untuk tumbuh baik itu suhu, pH, cahaya, oksigen dan lain-lainnya.
Air kelapa merupakan salah satu bagian dari buah kelapa yang
mengandung sedi-kit karbohidrat, protein, lemak dan beberapa mineral.
Bergantung kepada umur buah, se-tiap butir kelapa mengandung air sekitar 230-
300 ml. Adapun air kelapa tua memiliki kandungan nutrisi yang baik bagi
pertumbuhan Acetobacter xylium. Kandungan tersebut (per 100 gram) antara lain
:
Protein (g) 0,14
Lemak (g) 1,50
Karbohidrat (g) 4,60
Kalsium (mg) 15,00
Phosfor (mg) 0,50
Besi (mg) 0,20
Vitamin C (mg) 1,00
Air (g) 91,50
4
Air kelapa yang digunakan dalam pembuatan nata harus berasal dari kelapa
yang masak optimal, tidak terlalu tua atau terlalu muda. Bahan tambahan yang
diperlukan oleh bakteri antara lain karbohidrat sederhana, sumber nitrogen, dan
asam asetat. Pada ummumnya senyawa karbohidrat sederhana dapat digunakan
sebagai suplemen pembuatan nata de coco, Di antaranya adalah senyawa-senyawa
maltosa, sukrosa, laktosa, fruktosa dan manosa. Dalam hal ini sukrosa merupakan
senyawa yang paling ekonomis digunakan dan paling baik bagi pertumbuhan dan
perkembangan bibit nata.
Nata diambil dari nama tuan Nata yang berhasil menemukan Nata de Coco.
Dari tangan tuan Nata, teknologi pembuatan nata mulai diperkenalkan kepada
masyarakat luas di Philiphina. Pada saat ini, Filiphina menjadi negara nomer satu
di dunia penghasil nata. Nat de coco dari Filiphina banyak diekspor ke Jepang
(Warisno, 2006). Karena merupakan hasil fermentasi air kelapa oleh bakteri
Acetobacter xylinum, maka Nata de Coco dapat juga dianggap sebagai selulosa
bakteri yang berbentuk padat, berwarna putih, transparan, berasa manis, bertekstur
kenyal, dan umumnya dikonsumsi sebagai makanan ringan. Air kelapa dapat
dimanfaatkan sebagai substrat menghasilkan Nata de Coco karena mengandung
gula, mineral Mg2+, foktor pendukung pertumbuhan (growt promoting factor)
untuk A.xylinum. Pembuatan Nata de Coco dengan menggunakan substrat air
kelapa dilakukan dengan cara menambahkan gula sukrosa (gula pasir) 10%, urea
0,5%, asam asetat glasial 2% atau asam cuka dapur 25% sebanyak 16 ml/ liter air
kelapa.
5
menjadi ribuan rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air
kelapa tersebut, akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang
akhirnya nampak padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai
nata.
Sintesis
Nutrient(C,H,O,N)
6
ketersediaan nutrien yang cukup pada medium tumbuh menyebabkan
bakteri mampu melakukan metabolisme dan reproduksi yang cukup tinggi,
sehingga produk metabolismenya pun semakin banyak.
7
fermentasi oleh Acetobacter xylinum adalah karbohidrat sebagai sumber energi
dan untuk perbanyakan sel.
1. Sifat Morfologi
8
2. Sifat Fisiologi
Bakteri ini dapat membentuk asam dari glukosa, etil alkohol, dan propil
alkohol, tidak membentuk indol dan mempunyai kemampuan mengoksidasi
asam asetat menjadi CO2dan H2O. Sifat yang paling menonjol dari bakteri ini
adalah memiliki kemampuan mempolimerisasi glukosa hingga menjadi
selulosa. Selanjutnya,selulosa tersebut membentuk matrik yang dikenal sebagai
nata. Faktor – faktor dominan yang mempengaruhi sifat fisiologi dalam
pembentukan nata adalah ketersediaan nutrisi, derajat keasaman, temperatur, dan
ketersediaan oksigen.
1. Sumber karbon
Sumber karbon yang dapat digunakan dalam fermentasi nata adalah senyawa
karbohidrat yang tergolong monosakarida dan disakarida. Pembentukan nata
dapat terjadi pada media yang mengandung senyawa – senyawa glukosa, sukrosa,
danlaktosa. Sementara yang paling banyak digunakan berdasarkan
pertimbangan ekonomis, adalah sukrosa atau gula pasir. Penambahan sukrosa harus
mengacu pada jumlah yang dibutuhkan. Penambahan yang berlebihan, disamping
tidak ekonomis akan mempengaruhi teksturnata, juga dapat menyebabkan
terciptanya limbah baru berupa sisa dari sukrosa tersebut. Namun sebaliknya,
penambahan yang terlalu sedikit, menyebabkan bibit nata menjadi tumbuh tidak normal
dan nata tidak dapat dihasilkan secara maksimal.
2. Sumber nitrogen
Sumber nitrogen bisa digunakan dari senyawa organik maupun anorganik. Bahan yang baik
bagi pertumbuhanAcetobacter xylinumdan pembentukan nata adalah ekstrak yeast dan
kasein. Namun, amonium sulfat dan amonium fosfat (di pasardikenal dengan
ZA) merupakan bahan yang lebih cocok digunakan dari sudut pandang ekonomi dan
kualitas nata yang dihasilkan. Banyak sumber N lain yang dapat digunakan dan murah
seperti urea.
3. Tingkat keasaman (pH)
Meskipun bisa tumbuh pada kisaran pH 3,5 – 7,5 , bakteri Acetobacter
xylinum sangat cocok tumbuh pada suasana asam (pH 4,3). Jika kondisi
lingkungan dalam suasana basa, bakteri ini akan mengalami gangguan metabolisme
selnya.
4. Temperatur
Adapun suhu ideal (optimal) bagi pertumbuhan bakteriAcetobacter xylinumadalah 280C –
310C. Kisaran suhu tersebut merupakan suhu kamar. ). Suhu yang terlalu rendah atau
9
terlalu tinggi akan mengganggu pertumbuhan bakteri pembentuk nata, yang akhirnya
juga menghambat produksi nata.
5. Udara (oksigen)
Bakteri Acetobacter xylinum merupakan mikroba aerobik. Dalam pertumbuhan,
perkembangan, dan aktivitasnya, bakteri ini sangat memerlukan oksigen. Bila kekurangan
oksigen, bakteri ini akan mengalami gangguan dalam pertumbuhannya dan bahkan akan
segera mengalami kematian. Oleh sebab itu, wadah yang digunakan untuk
fermentasi nata de coco, tidak boleh ditutup rapat. Untuk mencukupi
kebutuhan oksigen, pada ruang fermentasi nata harus tersedia cukup ventilasi..
6. Kualitas starter
Starter yang kurang baik akan menghasilkan nata yang kurang baik pula.
Sebaiknya digunakan starter yang berkualitas baik untuk mendapatkan nata dengan
kualitas baik. Starter yang berkualitas baik adalah starter yang tidak terkontaminasi,
dengan ketebalan nata yang sedang (tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis),
dan berada pada lapisan atas permukaan media fermentasi.
7. Kebersihan alat
Alat-alat yang tidak steril dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Acetobacter xylinum. Sedangkan alat-alat yang steril dapat mendukung
pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum.
8. Jenis dan konsentrasi medium
Medium fermentasi harus mengandung banyak karbohidrat (gula) di samping vitamin –
vitamin dan mineral, karena pada hakikatnya nata tersebut adalah benang –benang halus
dari sel bakteri yang kaya akan selulosa yang diproduksi dari glukosa oleh bakteri
Acetobacter xylinum. Nata merupakan hasil fermentasi dari bakteri Acetobacter
xylinum, bakteri ini dapat tumbuh dan berkembang dalam medium gula dan
akan mengubah gula menjadi selulosa.
9. Waktu Fermentasi
Waktu fermentasi yang digunakan dalam pembuatan nata umumnya 2 –
4minggu. Minggu ke 4 dari waktu fermentasi merupakan waktu maksimal
produksi nata, yang berarti lebih dari 4 minggu, maka kualitas nata yang diproduksi akan
menurun.
10. Tempat Fermentasi
Tempat fermentasi sebaiknya tidak terbuat dari logam karena mudah
korosif yang dapat mengganggu pertumbuhan mikroorganisme pembentuk nata. Di
samping itu tempat fermentasi sebaiknya tidak terkena cahaya matahari
langsung, jauh dari sumber panas, dan harus berada dalam kondisi steril. Selain itu,
dalam pembuatan nata juga harus diperhatikan bahwa selama proses
pembentukan nata berlangsung harus di hindari gerakan atau goncangan di sekitar tempat
fermentasi. Akibat adanya gerakan atau goncangan ini akan menenggelamkan lapisan nata
10
yang telah terbentuk dan menyebabkan terbentuknya lapisan nata yang baru yang terpisah
dari nata yang pertama. Hal ini menyebabkan ketebalan produksi nata tidak standar.
(Budiyanto, 2004).
1. Pre Treatment
Pre treatment adalah tahapan awal. Pada proses pembuatan Nata de Coco ini pre
treatment terdiri dari beberapa tahapan, antara lain :
a. Persiapan Substrat
11
dalam botol steril volume 500 ml. Substrat dalam botol steril diinokulasi
(ditanami bibit bakteri Acetobacter xylinum) sebanyak 2 ose (kira-kira 2 pentol
korek api), bibit Acetobacter xylinum. Substrat digojog, sebaiknya menggunakan
shaker dengan kecepatan 140 rpm ( secara manual digojog setiap 2-4 jam ).
Starter ditumbuhkan selama 2 hari, pada suhu kamar.
2. Treatment
12
3. Post Treatment
Post treatment adalah pengolahan tahap akhir. Post treatment ini terdiri
dari proses :
a. Pemanenan
Nata de Coco yang dipanen pada umur 10-15 hari, dalam bentuk
lembaran dengan ketebalan 1 - 1,5 cm. Nata de Coco dicuci dengan
menggunakan air bersih, diiris dalam betuk kubus, dicuci dengan menggunakan
air bersih. Nata de Coco direndam dalam air bersih selama 2-3 hari. Agar rasa
asam Nata de Coco hilang perlu direbus hingga selama 10 menit. Hingga tahap
ini telah dihasilkan Nata de Coco rasa tawar.
Untuk menghasilkan Nata de Coco siap konsumsi yang memiliki rasa
manis dengan flavour tertentu perlu dilakukan proses lanjut. Nata de Coco
direbus dalam air bergula. Penyiapan air bergula dengan cara menambahkan gula
pasir sebanyak 500 gr ke dalam 5 liter air ditambahkan vanili atau flavour agent
lain untuk menghasilkan valour yang diinginkan. Potongan Nata de Coco bentuk
dadu dumasukkan kedalam air bergula selanjutnya direbus hingga mendidih
selama 15 menit. Nata de Coco didingankan dan siap untuk dikonsumsi.
b. Pengemasan
Kemasan merupakan aspek penting dalam rangka menghasilkan produk
Nata de Coco untuk keperluan komersial. Dengan demikian proses pengemasan
perlu dilakukan secara teliti dan detai prosesnya sehingga menghasilkan nilai
tambah yang optimal dari manfaat dan tujuan pengemamasan tersebut.
13
Produk tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam kemasan plastik atau cup
secara aseptik untuk menghindari contaminan. Pengisian produk kedalam
kemasan harus penuh agar tidak tersisa udara dalam kemasan sehingga mikroba
kontaminan tidak bisa tumbuh. Kemasan selanjutnya ditutup dengan
menggunakan sealer. Setelah pengemasan selesai produk dimasukkan dalam air
dingin hingga produk menjadi dingan dan segera ditiriskan. Selanjutnya produk
yang telah dikemas dan didistribusikan atau disimpan dalam penyimpan
berpendingin agar tetap segar dan lebih awet.
1. Kandungan Gizi
Seperti yang kita ketahui, kandungan air kelapa terdiri atas karbohidrat,
potassium, protein, lemak, kalsium, zat besi, fosfor, vitamin B kompleks,
riboflavin serta nutrisi lainnya. Selama proses mendidihkan air kelapa dan
pengeraman, banyak nutrisi yang hilang. Karena itu nilai gizi yang terkandung
dalam nata de coco tidaklah cukup sebagai asupan nutrisi bagi tubuh. Banyak
produsen nata de coco yang pada kahirnya melakukan fortifikasi pangan yaitu
dengan menambahkan satu atau lebih zat gizi (nutrien) kepangan ke dalam
suatu produk yang akan dikonsumsi secara masal. Tentu saja tujuannya untuk
meningkatkan kandungan nutrisi di dalam produk tersebut. Karena nilai
manfaat nata de coco bertambah, diharapkan penerimaan konsumen akan
lebih baik lagi. Penambahan zat gizi biasanya berupa vitamin seperti vitamin
C, vitamin B1, riboflavin dan niasin. Serta ditambahkan juga mineral seperti
fosfor dan kalsium. Terkadang ditambahkan pula ekstrak perasa pisang, jeruk,
stroberi dan lainnya agar konsumen mudah menerima produk nata de coco ini.
terdiri dari 20 g karbohidrat, 20 g lemak, 146 kalori, 80 persen air, 0,5 g zat
14
kandungan vitamin dan bahan alami lain yang berguna untuk memenuhi
1. Nata de coco bagus bila dimakan oleh mereka yang tengah melakukan diet
rendah kalori sebab kalori dalam nata de coco ini tak begitu tinggi. Bersama
buang air besar Anda. Gerakan diet Anda akan makin berhasil dengan
memasukkan nata de coco dalam menu makanan diet anda. Kadar serat yang
2. Nata de coco sangat pas disantap oleh pasien diabetes. Hal tersebut ditentukan
oleh sedikitnya kandungan kolesterol dari nata de coco ini yang artinya tak
akan memberi pengaruh pada konsentrasi gula dalam darah. Sehingga Anda
akan terbebaskan juga dari penyakit darah tinggi dan stroke sebab kadar
yang menggunakan nata de coco ini menjadi sebuah peluang bisnis makanan
vitamin dan mineral ini akan pas bila dimakan oleh anak-anak. Konsentrasi
imunitas tubuh anak. Saat ini beberapa produsen pun dengan inovatif
membuat nata de coco dengan citarasa jeruk, strawberry, dan vanilla yang
15
VI. Keunggulan dan Kelemahan Nata De Coco
a. Keunggulan
Nata de coco merupakan produk biokovensional yang merupakan
hasil fermentasi air kelapa dengan bantuan bakteri Acetobcter xylinum.
Nata De Coco banyak digemari masyarakat sebagai cemilan atau pelepas
dahaga. Keunggulan dari produk fermentasi ini adalah kandungan air dan
seratnya yang tinggi. Serat dalam Nata De Coco baik untuk melancarkan
proses pecernaan, selain itu nata de coco terbuat dari bahan yang mudah di
dapat dan harganya relatif murah. Air kelapa yang difermentasi menjadi
nata de coco meningkatkan nilai jual karena sudah terolah dalam bentuk
yang menarik dan rasa yang lebih enak, sehingga nata de coco dapat
dijadikan sebagai produk rumahan atau industri yang menjanjikan.
c. Kelemahan
Kelemahan dari produk fermentasi ini tidak terlalu banyak, hanya saja
pada saat proses pembuatan nata de coco bayak zat gizi yang terkandung di
dalam air kelapa hilang akibat proses pemanasan sehingga hasil akhir nata de
coco sedikit mengandung zat-zat gizi dan perlu dilakukan proses penambahan
zat gizi.
1. Air kelapa
Air kelapa merupakan media yang sangat sesuai untuk pertumbuhan
berbagai jenis mikroorganisme. Nata de coco merupakan salah satu produk
hasil olahan kelapa yang menggunakan proses fermentasi. Pada pengolahan
air kelapa yang menjadi nata de coco mikroorganisme yang berperan adalah
Acetobacter xylinum. Selain itu factor lain yang juga berperan adalah pH dan
suhu fermentasi.
Diantara factor-faktor tersebut yang paling berperan adalah
mikrooragnisme,karena bagaimanapun banyak nutrisi yang di tambahkan
ataupun kondisi medianya sudah baik tetapi bila mikrooragnismenya kurang
maka proses fermentasi untk pembentukan nata de coco tidak berjalan dengan
baik pula,hal ini menunjukan bahwa aktivitas bakteri sangat menentukan hasil
yang akan di peroleh.
Air kelapa dapat dimanfaatkan dengan bantuan mikrooragnisme (
bakter ) seperti alcohol,asam cuka dan nata de coco karena air kelapa ini
rasanya manis dan mengan dung mineral 4%,gula 2% dan air. Air kelapa
merupakan media yang sangat sesuai untuk pertumbuhan berbagai jenis
mikrooragnisme. Oleh karena itu proses fermentasi merupakan tahap yang
tidak dapat dikesampingkan. Air kelapa yang mengalamui fermentasi akan
mengandung berbagai jenis bakteri seperti Saccaromyces dan
Acetobacter,karena air kelapa yang telah mengalami fermentasi banyak
16
mengandung asam makan bakteri yang tumbuh lebih cepat dan lebih banyak
adalah Acotobacter xylinum.
Komposisi air kelapa banyak mengandung mineral dan vitamin
sehingga dapat dijadikan media yang baik dalam pertumbuhan mikroba
dibantu dengan gula yang terdapat dalam air kelapa maka akan terjadi
fermentasi dengan mudah menjadi alcohol dan asam asetat.
2. Nata de Coco
Nata de coco sebenarnya terjadi karena proses fermentasi glukosa
yang merupakan salah satu jenis karbohidrat,karbohidrat tersebut berada
dalam larutan gula yang terkandung dalam air kelapa oleh Acetobacter
xylinum. Kemudian glukosa tersebut digabung dengan asam lemak
membentuk cairan nata pada membrane sel.
Selanjutnya cairan ini dikeluarkan bersama enzim yang akan
mempolimerisasika glukosa menjadi selulosa di luar sel. Secara fisik nata
bertekstur lembut dan berwarna putih. Air kelapa yang di gunakan untuk
pengolahan nata de coco rata- rata mengandung gula sekitar 14,5 % dan pH
4,29. Berdasarkan komposisi kimianya maka nata de coco termasuk dalam
makanan penyegar atau pencuci mulut,dan dikomposisikan dengan buah-
buahan lainya. Nata de coco yang dikenal di masyarakat saat ini adalah
dibuat dari air kelapa yang kadar gulanya telah ditingkatkan dengan
penambahan gula pasir 70 gr/lt air kelapa,starter 165 ml (16,5%) dan asam
asetat 20-22 ml.
3. Bakteri
Pembentukan nata de coco adalah oleh bakteri asam asetat yang
disebut Acetobacter xylinum. Bakteri ini tergolong family Psomonadeceae
dan termasuk genus Acetobacter,panjang dua ujung biasanya terdapat sebagai
sel tunggal. Bakteri ini membentuk asam dari glukosa,etil alcohol,propel
alcohol,dan glikol. Mengoksidasi asam asetat menjadi karbondioksida dan air.
Dalam fermentasinya bakteri ini mengubah glukosa menjadi selulosa secara
ekstraseluler sehingga terbentuk lapisan tebal,gelembung-gelembung udara
yang terbentuk adalah akibat dari metabolism berupa gas CO2 mempunyai
kecenderungan melekat pada jaringan selulosamsehingga struktur permukaan
menjadi naik dan hal ini ternyata membantu persediaan oksigen untuk
mikroba. Nata de coco merupakan salah satu produk hasil olahan air kelapa
dengan menggunakan proses fermentasi. Air kelapa yang digunakan
alasannya adalah air kelapa yang sudah tua karena air kelapa ini dikategorikan
17
sebagai limbah yang dibuang sedangkan air kelapa yang masih muda dapat
digunakan secara langsung tanpa diolah misalnya sebagai minuman segar.
Air kelapa yang digunakan dalam pembuatan nata harus berasal dari
kelapa yang masak optimal, tidak terlalu tua atau terlalu muda. Bahan
tambahan yang diperlukan oleh bakteri antara lain karbohidrat sederhana,
sumber nitrogen, dan asam asetat. Pada ummumnya senyawa karbohidrat
sederhana dapat digunakan sebagai suplemen pembuatan anta de coco,
diantaranya adalah senyawa-senyawa maltosa, sukrosa, laktosa, fruktosa dan
manosa. Dari beberapa senyawa karbohidrat sederhana itu sukrosa merupakan
senyawa yang paling ekonomis digunakan dan paling baik bagi pertumbuhan
dan perkembangan bibit nata. Adapun dari segi warna yang paling baik
digunakan adalah sukrosa putih. Sukrosa coklat akan mempengaruhi
kenampakan nata sehingga kurang menarik. Sumber nitrogen yang dapat
digunakan untuk mendukung pertumbuhan aktivitas bakteri nata dapat berasal
dari nitrogen organic, seperti misalnya protein dan ekstrak yeast, maupun
Nitrogen an organic seperti misalnya ammonium fosfat, urea, dan ammonium
slfat. Namun, sumber nitrogen anorganik sangat murah dan fungsinya tidak
kalah jika dibandingkan dengan sumber nitrogen organic. Bahkan diantara
sumber nitrogen anorganik ada yang mempunyai sifat lebih yaitu ammonium
sulfat. Kelebihan yang dimaksud adalah murah, mudah larut, dan selektif bagi
mikroorganisme lain.
Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau
meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat
glacial (99,8%). Asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat digunakan,
namun untuk mencapai tingkat keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5
dibutuhkan dalam jumlah banyak. Selain asan asetat, asam-asam organic dan
anorganik lain bias digunakan.
Seperti halnya pembuatan beberapa makanan atau minuman hasil
fermentasi, pembuatan nata juga memerlukan bibit. Bibit tape biasa disebut
ragi, bibit tempe disebut usar, dan bibit nata de coco disebut starter. Bibit nat
de coco merupakan suspensi sel A. xylinum. Untuk dapat membuat bibit nata
de coco seseorang perlu mengetahui sifat-sifat dari bakteri ini.
Acetobacter Xylinum merupakan bakteri berbentuk batang pendek, yang
mempunyai panjang 2 mikron dan lebar , micron, dengan permukaan dinding
yang berlendir. Bakteri ini bias membentuk rantai pendek dengan satuan 6-8
sel. Bersifat ninmotil dan dengan pewarnaan Gram menunjukkan Gram
negative.
18
Bakteri ini tidak membentuk endospora maupun pigmen. Pada kultur
sel yang masih muda, individu sel berada sendiri-sendiri dan transparan.
Koloni yang sudah tua membentuk lapisan menyerupai gelatin yang kokoh
menutupi sel koloninya. Pertumbuhan koloni pada medium cair setelah 48
jam inokulasi akan membentuk lapisan pelikel dan dapat dengan mudah
diambil dengan jarum oase.
Bakteri ini dapat membentuk asam dari glukosa, etil alcohol, dan
propel alcohol, tidak membentuk indol dan mempunyai kemampuan
mengoksidasi asam asetat menjadi CO2 dan H2O. sifat yang paling menonjol
dari bakteri itu adalah memiliki kemampuan untuk mempolimerisasi glukosa
sehingga menjadi selulosa. Selanjutnya selulosa tersebut membentuk matrik
yang dikenal sebagai nata. Factor lain yang dominant mempengaruhi sifat
fisiologi dalam pembentukan nata adalah ketersediaan nutrisi, derajat
keasaman, temperature, dan ketersediaan oksigen.
Bakteri Acetobacter xylinum mengalami pertumbuhan sel.
Pertumbuhan sel didefinisikan sebagai pertumbuhan secara teratur semua
komponen di dalam sel hidup. Bakteri Acetobacter Xylinum mengalami
beberapa fase pertumbuhan sel yaitu fase adaptasi, fase pertumbuhan awal,
fase pertumbuhan eksponensial, fase pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan
tetap, fase menuju kematian, dan fase kematian.
Apabila bakteri dipindah ke media baru maka bakteri tidak langsung
tumbuh melainkan beradaptasi terlebih dahulu. Pad afase terjadi aktivitas
metabolismedan pembesaran sel, meskipun belum mengalami pertumbuhan.
Fase pertumbuhan adaptasi dicapai pada 0-24 jam sejak inokulasi. Fase
pertumbuhan awal dimulai dengan pembelahan sel dengan kecepatan rendah.
Fase ini berlangsung beberapa jam saja. Fase eksponensial dicapai antara 1-5
hari. Pada fase ini bakteri mengeluarkan enzim ektraselulerpolimerase
sebanyak-banyaknya untuk menyusun polimer glukosa menjadi selulosa
(matrik nata). Fase ini sangat menentukan kecepatan suatu strain Acetobacter
xylinum dalam membentuk nata.
Fase pertumbuhan lambat terjadi karena nutrisi telah berkurang,
terdapat metabolic yang bersifat racun yang menghambat pertumbuhan
bakteri dan umur sel sudah tua. Pada fsae in pertumbuhan tidak stabil, tetapi
jumlah sel yang tumbuh masih lebih banyak disbanding jumlah sel mati.
Fase pertumbuhan tetap terjadi keseimbangan antara sel yang tumbuh dan
yang mati. Matrik nata lebih banyak diproduksi pada fase ini. Fase menuju
kematian terjadi akibat nutrisi dalam media sudah hampir habis. Setelah
nutrisi habis, maka bakteri akan mengalami fase kematian. Pada fase kematian
19
sel dengan cepat mengalami kematian. Bakteri hasil dari fase ini tidak baik
untuk strain nata.
b) Temperatur 28-31
Temperatur merupakan faktor yang akan mengontrol kondisi
lingkungan dari proses
fermentasi dan temperatur yang digunakan pada fermentasi air
kelapa ini adalah 28-31 .
c) pH media
pH atau derajat keasaman yang digunakan juga merupakan
parameter tetap,untuk
mengendalikan tingkat keasaman dari proses,dan menjaga agar
bakteri tetap dapat tumbuh dengan baik,seperti Acetobackter xylinum
menyukai pH yang lebih asam yaitu 4,5-5. Beberapa peneliti pengatan pH
yang diinginkan adalah pH 4. Sehingga diperlukan penambahan bahan
untuk mendapatkan pH yang diinginkan,yang digunakan biasanya adalah
asam asetat glasial.
d) Gula sebagai sumber karbon
Proses fermentasi dapat terjadi apabila mengandung cairan
karbohidrat seperti jenis sukrosa,laktosa dna jenis lainnya yang didapatkan
banyak dalam gula,merupakan sumber karbon yang digunakan sebagai
nutrisi bagi pertumbuhan bakteri pada saat proses metabolisme dan juga
sebagai sumber energi pada saat perombakan glukosa dan fruktosa
menjadi selulosa.
e) Sumber nitrogen
Sumber nitrogen yang digunakan dapat berupa ammonium
posfat,ammonium sulfat dan sumber nitrogen lainnya. Nitrogen ini juga
merupakan sumber nutrisi untuk pertumbuhan dari bakteri,konsentrasi
yang biasa digunakan adalah 0,3-0,7 %.
20
BAB III
METODOLOGI
1. Pembuatan Starter
Mencampurkan semua bahan (kecuali asam asetat dan biakan murni), lalu
mengencerkan dengan air bersih.
Memanaskan campuran tersebut agar bahan cepat terlarut.
Setelah semua bahan-bahan larut, campuran (adonan) didinginkan
kembali, lalu menambahkan asam cuka hingga pH nya mencapai 4,5.
Kemudian mensterilkan adonan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama
15 menit. Jika autoklof tidak tersedia, sterlisasi dilakukan dengan
menggunakan dandang.
Memasukan adonan dalam keadaan panas ke dalam botol atau tabung
reaksi yang sebelumnya telah distrerilkan. Kemudian mendiamkan dalam
posisi miring sampai beku. Adonan tersebut dinamakan media agar
miring.
Selanjutnya media agar miring tersebut diinokulasi dangan biakan murni
Acetobacter xylinum dan simpan bahan tersebut dalam ruangan yang
aman selama 5 hari. Bakteri akan tumbuh di atas permukaan media agar.
Supaya biakan murni dapat bertahan, maka setiap sebulan sekali
dipindahkan ke dalam media yeast ekstrak agar baru.
21
Pemanenan nata de coco
Nata dibilas dan direndam dengan air bersih selama 2-3 hari, tiap harinya air
diganti dengan yang baru untuk menghilangkan asamnya.
Pemasakan nata kembali selama 10 menit, lalu ditiriskan. Pemasakan ini
bertujuan untuk menghilangkan asamnya jika masih terasa asam setelah
direndam selama 3 hari.
Pengemasan nata dapat dilakukan dengan memasukkan nata ke dalam plastic
dengan kondisi masih panas ( mendidih ) dengan perbandingan nata de coco
dan cairan adalah 3 : 1 dan diusahakan tidak terdapat gelembung udara dalam
kemasan agar mikroba aerob tidak memungkinkan untuk tumbuh, sehingga
daya simpannya lebih lama.
Kemasan ditutup rapat dengan tali atau sealer
I. Hasil Pengamatan
Perlakuan Hasil Pengamatan
Air Kelapa (3L) + Gula (300 gr) Air Kelapa (keruh) + Gula (putih kekuningan)
+ urea (15 gr) lalu dipanaskan + urea (putih) Larutan A
Setelah dingin, Larutan A (bening kekuningan) + asam cuka
Larutan A + Asam asetat glasial (tidak berwarna) → larutan B (bening
(10 mL), pH mencapai 4 kekuningan)
Larutan B + starter (300 ml) Larutan B (bening kekuningan) + starter (putih
keruh) larutan C (bening kekuningan)
Larutan (III) disimpan, Pada minggu pertama, terbentuk lapisan nata
Pada minggu pertama, namun lapisan belum memadat seluruhnya.
Larutan (III) pada minggu kedua Terbentuk lapisan padat (Nata) berwarna putih
kekuningan. Namun pada permukaannya tidak
rata dan terdapat dua lapisan.
22
Glikolisis
23
Air Kelapa
Menyaring
Mendinginkan
Menambahkan starter /
bibit
Memanen
Merebus / mendinginkan
NATA DE
COCO
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Kata nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim. Nata
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai 'natare' yang berarti terapung-apung.
Nata dapat dibuat dari air kelapa, santan kelapa, tetes tebu (molases), limbah cair
tebu, atau sari buah (nanas, melon, pisang, jeruk, jambu biji, strawberry dan lain-
lain). Nata yang dibuat dari air kelapa disebut Nata de Coco. Di Indonesia, Nata
de Coco sering disebut sari air kelapa atau sari kelapa. Nata de Coco pertama kali
berasal dari Filipina. Di Indonesia, Nata de Coco mulai dicoba pada tahun 1973
dan mulai diperkenalkan pada tahun 1975. Namun demikian, Nata de Coco mulai
dikenal luas di pasaran pada tahun 1981.
Nata diambil dari nama tuan Nata yang berhasil menemukan Nata de Coco.
Dari tangan tuan Nata, teknologi pembuatan nata mulai diperkenalkan kepada
masyarakat luas di Philiphina. Pada saat ini, Filiphina menjadi negara nomer satu
di dunia penghasil nata. Nat de coco dari Filiphina banyak diekspor ke Jepang
(Warisno, 2006). Karena merupakan hasil fermentasi air kelapa oleh bakteri
Acetobacter xylinum, maka Nata de Coco dapat juga dianggap sebagai selulosa
bakteri yang berbentuk padat, berwarna putih, transparan, berasa manis, bertekstur
kenyal, dan umumnya dikonsumsi sebagai makanan ringan. Air kelapa dapat
dimanfaatkan sebagai substrat menghasilkan Nata de Coco karena mengandung
gula, mineral Mg2+, foktor pendukung pertumbuhan (growt promoting factor)
untuk A.xylinum. Pembuatan Nata de Coco dengan menggunakan substrat air
kelapa dilakukan dengan cara menambahkan gula sukrosa (gula pasir) 10%, urea
0,5%, asam asetat glasial 2% atau asam cuka dapur 25% sebanyak 16 ml/ liter air
kelapa.
Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau
meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat
glacial (99,8%). Asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun
untuk mencapai tingkat keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan
dalam jumlah banyak. Selain asam asetat, asam-asam organik dan anorganik lain
bisa digunakan. Seperti halnya pembuatan beberapa makanan atau minuman hasil
fermentasi, pembuatan nata juga memerlukan bibit. Bibit nata de coco yang
digunakan merupakan suspensi sel A. Xylinum.
Bakteri Acetobacter xylinum akan dapat membentuk nata jika ditumbuhkan
dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan Karbon dan Nitrogen (N), melalui
proses yang terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri tersebut akan
menghasilkan enzim akstraseluler yang dapat menyusun zat gula menjadi ribuan
25
rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersebut,
akan dihasilkan jutaan lembar benang-benang selulosa yang akhirnya nampak
padat berwarna putih hingga transparan, yang disebut sebagai nata.
Bakteri ini dapat membentuk asam dari glukosa, etil alcohol, dan propil
alcohol, tidak membentuk indol dan mempunyai kemampuan mengoksidasi asam
asetat menjadi CO2 dan H2O, sifat yang paling menonjol dari bakteri itu adalah
memiliki kemampuan untuk mempolimerisasi glukosa sehingga menjadi selulosa.
Selanjutnya selulosa tersebut membentuk matrik yang dikenal sebagai nata. Faktor
lain yang dominan mempengaruhi sifat fisiologi dalam pembentukan nata adalah
ketersediaan nutrisi, derajat keasaman, temperature, dan ketersediaan oksigen.
Bakteri Acetobacter Xylinum mengalami pertumbuhan sel. Pertumbuhan
sel didefinisikan sebagai pertumbuhan secara teratur semua komponen di dalam
sel hidup. Bakteri Acetobacter Xylinum mengalami beberapa fase pertumbuhan sel
yaitu fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase
pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tetap, fase menuju kematian, dan fase
kematian. Apabila bakteri dipindah ke media baru maka bakteri tidak langsung
tumbuh melainkan beradaptasi terlebih dahulu. Pada fase terjadi aktivitas
metabolismedan pembesaran sel, meskipun belum mengalami pertumbuhan. Fase
pertumbuhan adaptasi dicapai pada 0-24 jam sejak inokulasi. Fase pertumbuhan
awal dimulai dengan pembelahan sel dengan kecepatan rendah. Fase ini
berlangsung beberapa jam saja. Fase eksponensial dicapai antara 1-5 hari. Pada
fase ini bakteri mengeluarkan enzim ektraselulerpolimerase sebanyak-banyaknya
untuk menyusun polimer glukosa menjadi selulosa (matrik nata). Fase ini sangat
menentukan kecepatan suatu strain Acetobacter Xylinum dalam membentuk nata.
26
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
27
DAFTAR PUSTAKA
Rizal Mey, Hardi. 2013. Pengaruh Penambahan Gula Asam Asetat dan
Waktu Fermentasi Terhadap Kualitas Nata De Corn. Palembang :
Universitas Sriwijaya
Wijayanti, Fivien. 2010. Pengaruh Penambahan Sukrosa dan Asam
Asetat Glacial Terhadap Kualitas Nata Dari Whey Tahu dan
Substrat Air Kelapa. Malang : Universitas Brawijaya.
Wowor, Liana. 2012. Analisi Usaha Pembuatan Nata De Coco Dengan
Menggunakan Sumber dan Kandungan Yang Berbeda. Gowa :
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian.
http://www.matrapendidikan.com /2013/09/membuat-nata-de-coco.html.
https://www.academia.edu/9563560/MIKROBIOLOGI_Nata_de_Coco.
28