Anda di halaman 1dari 18

ASKEP INFARK MIOKARD AKUT (Gadar)

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan sosial, ekonomi, dan budaya yang berpengaruh terhadap gaya hidup dan
pola makan telah menyebabkan transisi epidemiologi penyakit yang berkembang di dunia,
termasuk Indonesia. Perubahan pola penyakit ini dibuktikan dengan data statistik World
Health Organization (WHO) dimana penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab
kematian utama di dunia dengan angka prevalensinya yang terus meningkat. Di antara
penyakit tidak menular tersebut, penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular)
merupakan penyebab kematian terbanyak dari PTM dengan angka 17 juta per tahun.Salah
satu jenis penyakit jantung yang sering ditemui adalah Infark Miokard Akut ( IMA ). Infark
Miokard Akut adalah penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner,
mengakibatkan iskemia miokard atau nekrosis ( Dongoes, Moorhouse, Geisller. 1999 : 83 ).

Kematian yang disebabkan oleh infark miokardium, keadaan yang sama juga bisa dialami
di Indonesia khususnya diperkotaan dimana pola penyakit infark
miokardium s u d a h sama dengan pola p e n ya k i t negara -negara maju.
Setiap dua detik satu o r a n g meninggal karena penyakit kardiovaskuler.
Penyakit kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh
Dunia. Menurut WHO (2008), pada tahun 2002 penyakit infark miokard akut,
merupakan penyebab kematian utama di dunia. Terhitung sebanyak 7.200.000
(12,2%) kematian terjadi akibat penyakit Infark Miokard akut di seluruh dunia. Penyakit
Infark Miokard Akut a d a l a h p e n ye b a b u t a m a k e m a t i a n p a d a o r a n g d e w a s a .
I n f a r k m i o k a r d a k u t a d a l a h penyebab kematian nomor dua di negara berpenghasilan
rendah, dengan angka mortalitas 2.470.000 (9,4%). Di Indonesia pada tahun 2002 penyakit
infark miokard akut merupakan penyebab kematian pertama dengan angka mortalitas
220.000 (14%).

Dari hal tersebut kiranya perlu adanya penanganan yang komprehensif dan menyeluruh
dari petugas kesehatan dalam hal ini perawat, dalam memberikan asuhan keperawatan secara
biopsikososial. Dengan asuhan keperawatan yang komprehensif ini diharapkan nantinya
dapat mengurangi mortalitas akibat penyakit jantung khususnya penyakit Infark Miokard
Akut ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalah sebagai
berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan Infark Miokardium?
2. Apa penyebab Infark Miokardium?
3. Bagaimana Penanganan awal pasien serangan jan

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini anatara lain :
1.Tujuan umum
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui penatalaksanaan dari Infark
Miokardium.
2. Tujuan khusus
a. Mendiskripsikan definisi atau pengertian dari Infark Miokardium.
b. Mengetahui penyebab dari Infark Miokardium.
c. Mengetahui penanganan awal pada pasien serangan jantung.
d. Mengetahui perkembangan pemeriksaan diagnostik Infark Miokardium.
e. Mengetahui perubahan tahapan BHD pada pasien Infark Miokardium dari
ABC ke CAB.
f. Mengetahui Trend dan issue perkembangan penatalaksanaan pasien Infark
Miokardium

BAB II
KONSEP MEDIS
INFARK MIOKARD AKUT
1. DEFINISI
Infark Miokard Akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah ke otot jantung
terganggu.infark miokard akut atau sering juga disebut akut miokard infark adalah nekrosis
miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu (Suyono, 1999). Infark Miokard Akut
(IMA) adalah terjadinya nekrosis miokard yang cepat disebabkan oleh karena
ketidakseimbangan yang kritis antara aliran darah dan kebutuhan darah miokard.
(M.Widiastuti Samekto,13 : 2001). Infark miokardium mengacu pada proses
rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran
darah koroner berkurang. (Smetzler Suzanne C & Brenda G. Bare, 768 : 2002).

2. ETIOLOGI
A. Faktor penyebab
1. Suplai oksigen ke miokard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
a. Factor pembuluh darah :
 Aterosklerosis
 Spasme
 Arteritis.
b. Factor sirkulasi :
 Hipotensi
 Stenosis aurta
 Insufisiensi
c. Factor darah :
 Anemia
 Hipoksemia
 Polisitemia

2. Curah jantung yang meningkat


 Aktivitas berlebihan
 Emosi
 Makan terlalu banyak
 Hypertiroidisme
3. Kebutuhan oksigen miokard meningkat pada :
 Kerusakan miokard
 Hypertropimiokard
 Hipertensi diastolic
B. Faktor predisposisi
1. Factor biologis yang tidak dapat diubah :
a. Usia lebih dari 40 tahun.
b. Jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita
meningkat setelah menopause
c. Hereditas
d. Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
2. Factor resiko yang dapat diubah :
a. Mayor :
 Hyperlipidemia
 Hipertensi
 Merokok
 Diabetes
 Obesitas
 Diet tinggi lemak jenuh, kalori
b. Minor :
 Inaktifitas fisik
 Pola keperibadian Tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif)
 Stress psikologis berlebihan.

3. PATOFISIOLOGI
Penyebab sumbatan tidak diketahui diperkirakan adanya penyempitan arteri koronaria
yang disebabkan karena penebalan dari dinding pembuluh darah, vasospasme, emboli atau
thrombus. Karena penyempitan dinding pembuluh darah pada arteri koronaria menyebabakan
suplai oksigen yang menuju kejantung berkurang, jantung yang kekurangan oksigen akan
mengubah metabolisme yang bersifat aerob menjadi anaerob. Perubahan ini menyebabakan
penurunan pembentukan fosfat yang berenergi tinggi diman hasil akhir dari metabolisme
anaerob ini adalah asam laktat, apabila berlangsung lebih dari 20 menit akan akan terjadi
ishemia jantung yang meningkat sehingga akan menyebabkan nyeri dada yang hebat bahkan
karena nyeri dada yang hebat tersebut terjadi schok kardiogenik.
Hemodinamik mengalami perubahan yang menyebabakan berkurangnya curah jantung
meningkatkan tekanan ventrikel kiri, retensi air dan garam sehingga dapat menimbulkan
kelebihan cairan dalam tubuh. Perubahan hemodinamik ini bila berlangsung lama akan
menyebabkan jaringan rusak bahkan kematian pada otot jantung.

4. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan yang khas ialah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk,
panas atau ditindih barang berat.Nyeri dapat menjalar ke lengan (umumnya kiri), bahu, leher,
rahang bahkan ke punggung dan epigastrium.Nyeri berlangsung lebih lama dari angina
pectoris dan tak responsif terhadap nitrogliserin. Kadang-kadang, terutama pada pasien
diabetes dan orang tua, tidak ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri dapat disertai perasaan
mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar atau sinkope. Pasien sering
tampak ketakutan.Walaupun IMA dapat merupakan manifestasi pertama penyakit jantung
koroner namun bila anamnesis dilakukan teliti hal ini sering sebenarnya sudah didahului
keluhan-keluhan angina.perasaan tidak enak di dada atau epigastrium.
Kelainan pada pemeriksaan fisik tidak ada yang spesifik dan

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. EKG : Untuk mengetahui fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi, Q. patologis
b. Enzim Jantung : CPKMB, LDH, AST.
c. Elektrolit :Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas,
missal hipokalemi, hyperkalemia.
d. Sel darah putih : Leukosit ( 10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2
setelah IMA berhubungan dengan proses inflamasi
e. Kecepatan sedimentasi :Meningkat pada ke-2 dan ke-3 setelah AMI ,
menunjukkan inflamasi.
f. Kimia : Mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut
atau kronis
g. GDA :Dapat menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
h. Kolesterol atau Trigliserida serum :Meningkat, menunjukkan arteriosclerosis
sebagai penyebab AMI.
i. Foto dada :Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK
atau aneurisma ventrikuler.
j. Ekokardiogram :Dilakukan untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup
atau dinding ventrikuler dan konfigurasi atau fungsi katup.
6. KOMPLIKASI
a. Aritmia
b. Bradikardia sinus
c. Irama noda
d. Gangguan hantaran atrioventrikular
e. Gangguan hantaran intraventrikel
f. Asistolik
g. Takikardia sinus
h. Kontraksi atrium premature
i. Takikardia supraventrikel
j. Flutter atrium
k. Fibrilasi atrium
l. Takikardia atrium multifocal
m. Kontraksi prematur ventrikel
n. Takikardia ventrikel
o. Takikardia idioventrikel
p. Flutter dan Fibrilasi ventrikel
q. Renjatan kardiogenik
r. Tromboembolisme
s. Perikarditis
t. Aneurisme ventrikel
u. Regurgitasi mitral akut
v. Ruptur jantung dan septum

7. PENATALAKSANAAN
a. Rawat ICCU, puasa 8 jam
b. Tirah baring, posisi semi fowler.
c. Monitor EKG
d. Infus D5% 10 – 12 tetes/ menit
e. Oksigen 2 – 4 lt/menit
f. Analgesik : morphin 5 mg atau petidin 25 – 50 mg
g. Obat sedatif : diazepam 2 – 5 mg
h. Bowel care : laksadin
i. Antikoagulan : heparin tiap 4 – 6 jam /infus
j. Diet rendah kalori dan mudah dicerna
k. Psikoterapi untuk mengurangi cemas

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
A. Pengkajian Primer
1. Airways
a. Sumbatan atau penumpukan secret
b. Wheezing atau krekles
2. Breathing
a. Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
b. RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c. Ronchi, krekles
d. Ekspansi dada tidak penuh
e. Penggunaan otot bantu nafas
3. Circulation
a. Nadi lemah , tidak teratur
b. Takikardi
c. TD meningkat / menurun
d. Edema
e. Gelisah
f. Akral dingin
g. Kulit pucat, sianosis
h. Output urine menurun
B. Pengkajian Sekunder
1. Aktifitas
Gejala :
a. Kelemahan
b. Kelelahan
c. Tidak dapat tidur
d. Pola hidup menetap
e. Jadwal olah raga tidak teratur
Tanda :
a. Takikardi
b. Dispnea pada istirahat atau aaktifitas

2.Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah,
diabetes mellitus.
Tanda :
a. Tekanan darah
1. Dapat normal / naik / turun
2. Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri
b. Nadi
Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan
pengisian
kapiler lambat, tidak teratus (disritmia)
c. Bunyi jantung
Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau
penurunan
kontraktilits atau komplain ventrikel
d. Murmur bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung
e. Friksi ; dicurigai Perikarditis
f. Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur

3. Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati, perasaan ajal sudah dekat,
marah pada penyakit atau perawatan, khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah, marah, perilaku
menyerang, focus pada diri sendiri, koma nyeri
4. Eliminasi
Tanda :normal, bunyi usus menurun.
5. Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah, perubahan berat badan
6. Hygiene Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan
7. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk atau istrahat )
Tanda : perubahan mental, kelemahan
8. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala :
a. Nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat atau tidak berhubungan dengan aktifitas ), tidak
hilang dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri dalam dan viseral)
b. Lokasi:
Tipikal pada dada anterior, substernal , prekordial, dapat menyebar ke tangan, ranhang,
wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung,
leher.

c. Kualitas : Crushing , menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat


d. Intensitas:
Biasanya 10(pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah
dialami.
e. Catatan : nyeri mungkin tidak ada pada pasien pasca operasi, diabetes mellitus ,
hipertensi, lansia
9. Pernafasan:
Gejala :
a. dispnea tanpa atau dengan kerja
b. dispnea nocturnal
c. batuk dengan atau tanpa produksi sputum
d. riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis.
Tanda :
a. peningkatan frekuensi pernafasan
b. nafas sesak / kuat
c. pucat, sianosis
d. bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
10. Interkasi social
Gejala :
a. Stress
b.Kesulitan koping dengan stressor yang ada missal : penyakit, perawatan di RS
Tanda :
a. Kesulitan istirahat dengan tenang
b. Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, takut )
c. Menarik diri

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
b. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan.
c. Risiko tinggi Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi
listrik jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik; infark/diskinetik
miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
d. Risiko tinggi Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah koroner.
e. Risiko tinggi Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal; peningkatan
natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma.
f. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-
ekonomi; ancaman kematian.
g. Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang terpajan atau salah
interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan
perubahan status kesehatan yang akandatang.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
A. Nyeri akut b/d iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
Intervensi :
1. Pantau nyeri (karakteristik, lokasi, intensitas, durasi), catat setiap respon verbal/non verbal,
perubahan hemo-dinamik
Rasional :Menurunkan rangsang eksternal yang dapat memperburuk keadaan nyeri yang
terjadi
2. Berikan lingkungan yang tenang dan tunjukkan perhatian yang tulus kepada klien.
Rasional :Membantu menurunkan persepsi-respon nyeri dengan memanipulasi adaptasi
fisiologis tubuh terhadap nyeri
3. Bantu melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan
imajinasi
Rasional :Nitrat mengontrol nyeri melalui efek vasodilatasi koroner yang meningkatkan
sirkulasi koroner dan perfusi miokard.
4. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi:
a. Antiangina seperti nitogliserin (Nitro-Bid, Nitrostat, Nitro-Dur)
Beta-Bloker seperti atenolol (Tenormin), pindolol (Visken), propanolol (Inderal)
b. Analgetik seperti morfin, meperidin (Demerol)
c. Penyekat saluran kalsium seperti verapamil (Calan), diltiazem (Prokardia).
Rasional :Nitrat mengontrol nyeri melalui efek vasodilatasi koroner yang
meningkatkan
sirkulasi koroner dan perfusi miokard

B. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh.
Intervensi :
1. Pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas sesuai indikasi.
Rasional :Menentukan respon klien terhadap aktivitas
2. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas
Rasional :Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen, menurunkan risiko
komplikasi.
3. Anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdominal.
Rasional :Manuver Valsava seperti menahan napas, menunduk, batuk keras dan
mengedan dapat mengakibatkan bradikardia, penurunan curah jantung yang
kemudian disusul dengan takikardia dan peningkatan tekanan darah
4. Batasi pengunjung sesuai dengan keadaan klinis klien.
Rasional :Keterlibatan dalam pembicaraan panjang dapat melelahkan klien tetapi
kunjungan orang penting dalam suasana tenang bersifat terapeutik
5. Bantu aktivitas sesuai dengan keadaan klien dan jelaskan pola peningkatan aktivitas
bertahap.
Rasional :Mencegah aktivitas berlebihan; sesuai dengan kemampuan kerja jantung.
6. Kolaborasi pelaksanaan program rehabilitasi pasca serangan IMA.
Rasional :Menggalang kerjasama tim kesehatan dalam proses penyembuhan klien.

C. Risiko tinggi Penurunan curah jantung b/d perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik
jantung; penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik; infark/diskinetik
miokard, kerusakan struktuaral seperti aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
Intervensi :
1. Pantau TD, HR dan DN,periksa dalam keadaan baring, duduk dan berdiri (bila
memungkinkan)
Rasional :Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokard
dan rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi juga banyak terjadi yang mungkin berhubungan
dengan nyeri, cemas, peningkatan katekolamin dan atau masalah vaskuler
sebelumnya.Hipotensi ortostatik berhubungan dengan komplikasi GJK.Penurunanan curah
jantung ditunjukkan oleh denyut nadi yang lemah dan HR yang meningkat.

2. Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur.


Rasional :S3 dihubungkan dengan GJK, regurgitasi mitral, peningkatan kerja ventrikel kiri
yang disertai infark yang berat. S4 mungkin berhubungan dengan iskemia miokardia,
kekakuan ventrikel dan hipertensi. Murmur menunjukkan gangguan aliran darah normal
dalam jantung seperti pada kelainan katup, kerusakan septum atau vibrasi otot papilar.

3. Auskultasi bunyi napas.


Rasional :Krekels menunjukkan kongesti paru yang mungkin terjadi karena penurunan fungsi
miokard.
4. Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah.
Rasional :Makan dalam volume yang besar dapat meningkatkan kerja miokard dan memicu
rangsang vagal yang mengakibatkan terjadinya bradikardia.

5. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien.


Rasional :Meningkatkan suplai oksigen untuk kebutuhan miokard dan menurunkan iskemia.
6. Pertahankan patensi IV-lines/heparin-lok sesuai indikasi.
Rasional :Jalur IV yang paten penting untuk pemberian obat darurat bila terjadi disritmia atau
nyeri dada berulang
7. Bantu pemasangan/pertahankan paten-si pacu jantung bila digunakan.
Rasional :Pacu jantung mungkin merupakan tindakan dukungan sementara selama fase akut
atau mungkin diperlukan secara permanen pada infark luas/kerusakan sistem konduksi.

D. Risiko tinggi Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan/sumbatan aliran darah coroner.
Intervensi :
1. Pantau perubahan kesadaran/keadaan mental yang tiba-tiba seperti bingung, letargi, gelisah,
syok.
Rasional :Perfusi serebral sangat dipengaruhi oleh curah jantung di samping kadar elektrolit
dan variasi asam basa, hipoksia atau emboli sistemik.
2. Pantau tanda-tanda sianosis, kulit dingin/lembab dan catat kekuatan nadi perifer.
Rasional :Penurunan curah jantung menyebabkan vasokonstriksi sistemik yang dibuktikan
oleh penurunan perfusi perifer (kulit) dan penurunan denyut nadi.
2. Pantau fungsi pernapasan (frekuensi, kedalaman, kerja otot aksesori, bunyi
napas)
Rasional :Kegagalan pompa jantung dapat menimbulkan distres pernapasan. Di samping itu
dispnea tiba-tiba atau berlanjut menunjukkan komplokasi tromboemboli paru
3. Pantau fungsi gastrointestinal (anorksia, penurunan bising usus, mual-muntah, distensi
abdomen dan konstipasi)
Rasional :Penurunan sirkulasi ke mesentrium dapat menimbulkan disfungsi gastrointestinal
5. Pantau asupan caiaran dan haluaran urine, catat berat jenis
Rasional :Asupan cairan yang tidak adekuat dapat menurunkan volume sirkulasi yang
berdampak negatif terhadap perfusi dan fungsi ginjal dan organ lainnya. BJ urine
merupakan indikator status hidrsi dan fungsi ginjal.
6. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium (gas darah, BUN, kretinin, elektrolit)
Rasional :Penting sebagai indikator perfusi/fungsi organ.
7. Kolaborasi pemberian agen terapeutik yang diperlukan:
a. Hepari / Natrium Warfarin (Couma-din)
b. Simetidin (Tagamet), Ranitidin (Zantac), Antasida.
c. Trombolitik (t-PA, Streptokinase).
Rasional :Heparin dosis rendah mungkin diberikan mungkin diberikan secara profilaksis pada
klien yang berisiko tinggi seperti fibrilasi atrial, kegemukan, anerisma ventrikel atau riwayat
tromboplebitis. Coumadin merupakan antikoagulan jangka panjang.

E. (Risiko tinggi) Kelebihan volume cairan b/d penurunan perfusi ginjal; peningkatan
natrium/retensi air; peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma
Intervensi :
1. Auskultasi bunyi napas terhadap adanya krekels.
rasional :Indikasi terjadinya edema paru sekunder akibat dekompensasi jantung
2. Pantau adanya DVJ dan edema anasarka
Rasional :Dicurigai adanya GJK atau kelebihan volume cairan (overhidrasi)
3. Hitung keseimbangan cairan dan timbang berat badan setiap hari bila tidak kontraindikasi.
Rasional :Penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi
natrium/air dan penurunan haluaran urine. Keseimbangan cairan positif yang ditunjang gejala
lain (peningkatan BB yang tiba-tiba) menunjukkan kelebihan volume cairan/gagal jantung.
4. Pertahankan asupan cairan total 2000 ml/24 jam dalam batas toleransi kardiovaskuler.
Rasional :Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa tetapi tetap disesuaikan dengan
adanya dekompensasi jantung.
5. Kolaborasi pemberian diet rendah natrium.
Rasional :Natrium mengakibatkan retensi cairan sehingga harus dibatasi.
6. Kolaborasi pemberian diuretik sesuia indikasi (Furosemid/Lasix, Hidralazin/ Apresoline,
Spironlakton/ Hidronolak-ton/Aldactone)
Rasional :Diuretik mungkin diperlukan untuk mengoreksi kelebihan volume cairan
7. Pantau kadar kalium sesuai indikasi.
Rasional :Hipokalemia dapat terjadi pada terapi diuretik yang juga meningkatkan
pengeluaran kalium.

F. Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d ancaman/perubahan kesehatan-status sosio-ekonomi;


ancaman kematian.
Intervensi :
1. Pantau respon verbal dan non verbal yang menunjukkan kecemasan klien.
Rasional :Respon klien terhadap situasi IMA bervariasi, dapat berupa cemas/takut terhadap
ancaman kematian, cemas terhadap ancaman kehilangan pekerjaan, perubahan peran sosial
dan sebagainya.

2. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan marah, cemas/takut terhadap situasi krisis
yang dialaminya.
Rasional :Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan
kecemasan/rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan
menerima situasi yang terjadi.
3. Kolaborasi pemberian agen terapeutik anti cemas/sedativa sesuai indikasi (Diazepam/Valium,
Flurazepam/Dal-mane, Lorazepam/Ativan).
Klien mungkin tidak menunjukkan keluhan secara langsung tetapi kecemasan dapat dinilai
dari perilaku verbal dan non verbal yang dapat menunjukkan adanya kegelisahan, kemarahan,
penolakan dan sebagainya.
Rasional :Meningkatkan relaksasi dan menurunkan kecemasan.

G. Kurang pengetahuan (tentang kondisi dan kebutuhan terapi) b/d kurang terpajan atau salah
interpretasi terhadap informasi tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan
perubahan status kesehatan yang akan datang.
Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan klien/orang terdekat dan kemampuan/kesiapan belajar klien.
Rasional :Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental klien.
2. Berikan informasi dalam berbagai variasi proses pembelajaran. (Tanya jawab, leaflet
instruksi ringkas, aktivitas kelompok)
Rasional :Meningkatkan penyerapan materi pembelajaran.
3. Berikan penekanan penjelasan tentang faktor risiko, pembatasan diet/aktivitas, obat dan
gejala yang memerlukan perhatian cepat/darurat.
Rasional :Memberikan informasi terlalu luas tidak lebih bermanfaat daripada penjelasan
ringkas dengan penekanan pada hal-hal penting yang signifikan bagi kesehatan klien.
4. Peringatkan untuk menghindari aktivitas isometrik, manuver Valsava dan aktivitas yang
memerlukan tangan diposisikan di atas kepala.
Rasional :Aktivitas ini sangat meningkatkan beban kerja miokard dan meningkatkan
kebutuhan oksigen serta dapat merugikan kontraktilitas yang dapat memicu serangan ulang.
5. Jelaskan program peningkatan aktivitas bertahap (Contoh: duduk, berdiri, jalan, kerja ringan,
kerja sedang).
Rasional :Meningkatkan aktivitas secara bertahap meningkatkan kekuatan dan mencegah
aktivitas yang berlebihan. Di samping itu juga dapat meningkatkan sirkulasi kolateral dan
memungkinkan kembalinya pola hidup normal.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai
berikut:
Infark Miokard Akut (IMA) mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplay
oksigen yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Penurunan suplay
oksigen kejantung ini dapat disebabkan karena penyempitan arteri koroner oleh embolus atau
karena arterosklerosis.
Gambaran klinis dari IMA bergantung pada lokasi atau tempat terjadinya sumbatan.
Sumbatan pada arteri koroner kanan dapat menyebabkan infark dinding inferior atau
posterior, sedangkan sumbatan pada aarteri koroner kiri dapat menyebabkan infark dinding
lateral dan anterior.
Hal-hal yang perlu dikaji pada infark miokard adalah keadaan sirkulasi, aktivitas, pernapasan,
ketidaknyamanan, makanan/cairan, neurosensori dan eliminasi.
Masalah keperawatan yang dapat timbul pada IMA adalah Nyeri, gangguan intoleransi
aktivitas, kecemasan dan resiko tinggi menurunnya curah jantung.

B. Saran
Semoga makalah ini memberikan wawasan kepada kita tentang infark miokard sebagai
salah satu kasus kegawat daruratan, dan kepada ibu dosen pembimbing mata kuliah ini
kiranya dapat memberikan masukan, kritik dan saran guna melengkapi pengetahuan tentang
infark miokard akut terutama yang berkaitan dengan kasus kegawat daruratan kardiovasculer
dan langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam menghadapi masalah kegawat daruratan ini.

DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilyn G. dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan. Edisi 17. Jakarta. EGC.

Mansjoer Arief, Suprohaita. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3, Jilid 2 Jakarta :
Media Aesscuilpius Fakultas Kedokteran University.

Reeves, Charlenes S. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai