PENGELOLAAN KEUANGAN
dalam hal pertanggung jawaban pengelolaan keuangan, akan dibahas terlebih dahulu
mengenai tinjauan umum tentang badan layanan umum daerah serta tinjauan umum
Badan layanan umum daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah Satuan Kerja
Perangkat Daerah atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan
pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan
Tujuan dibentuknya BLU adalah sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 68 ayat
(1) yang menyebutkan bahwa “Badan Layanan Umum dibentuk untuk meningkatkan
2005 sebagai peraturan pelaksanaan dari asal 69 ayat (7) UU No. 1 Tahun 2004, Pasal 2 yang
dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
pemberian layanan umum secara lebih efektif dan efisien sejalan dengan praktek
b. BLUD merupakan bagian dari perangkat pemerintah daerah yang dibentuk untuk
pelayanan umum yang didelegasikan kepada BLUD terutama pada aspek manfaat
yang dihasilkan.
keuntungan.
f. Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLUD disusun dan
disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran
Dari uraian definisi, tujuan dan asas BLUD, maka dapat terlihat bahwa BLUD
kekayaan Negara/Daerah;
4. Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala korporasi;
langsung;
7. Pegawai dapat terdiri dari pegawai negeri sipil dan bukan pegawai negeri sipil;
Selain itu, sekalipun BLUD dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan
produktivitas ala korporasi, namun terdapat beberapa karakteristik lainnya yang membedakan
pembinaan teknis dilakukan oleh menteri yang bertanggung jawab atas bidang
pengelola keuangan daerah dan pembinaan teknis dilakukan oleh kepala satuan
kerja perangkat daerah yang bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang
bersangkutan;
6. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) serta laporan keuangan dan laporan kinerja
BLU disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari RKA serta
daerah;
7. Pendapatan yang diperoleh BLU sehubungan dengan jasa layanan yang diberikan
bersangkutan;
9. BLU dapat menerima hibah atau sumbangan dari masyarakat atau badan lain;
10. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan BLU diatur dalam
peraturan pemerintah.
Layanan Umum;
Umum;
12.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Permendagri ) Nomor 61 Tahun 2007 pasal 4, yang secara pokok menyatakan bahwa Satuan
kerja instansi pemerintah dapat diizinkan mengelola keuangan dengan PPK-BLUD pada
SKPD atau Unit Kerja apabila memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif.
kepada masyarakat;
d.Bidang layanan umum yang diselenggarakan meliputi kegiatan pemerintah yang
umum adalah pelayanan bidang kesehatan seperti rumah sakit pusat atau daerah,
penyelenggaraan pendidikan, serta pelayanan jasa penelitian dan pengujian. Contoh instansi
yang melaksanakan kegiatan pengelolaan wilayah atau kawasan secara otonom adalah
otorita dan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet). Contoh instansi yang
melaksanakan pengelolaan dana adalah pengelola dana bergulir untuk usaha kecil dan
a. Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan
sekretaris daerah untuk SKPD atau kepala SKPD untuk unit kerja;
b. Kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan adalah sehat sebagaimana
c. Rencana Strategis Bisnis, mencakup antara lain pernyataan visi, misi, program
f. Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen.
dapat tidaknya SKPD atau Unit Kerja menerapkan PPK-BLUD. Hal ini disebabkan dari
dokumen administratif tersebut akan dinilai oleh tim penilai yang ditetapkan oleh Kepala
anggota;
Dari tim penilai ini dikeluarkan rekomendasi kepada Kepala Daerah, layak tidaknya
usulan SKPD atau Unit Kerja tersebut untuk menerapkan PPK-BLUD. Untuk itu, tim penilai
harus betul-betul memahami konsepsi BLUD. Kalau tidak paham, penerapan BLUD hanya
sekedar ganti nama belaka dan tidak akan tercapai tujuan BLUD. Untuk itu, dalam
memudahkan tim penilai dalam menilai dokumen administratif, Menteri Dalam Negeri telah
Pedoman Penilaian Penerapan PPK-BLUD. Setelah Kepala Daerah menerima hasil penilaian
dari tim penilai, Kepala Daerah memutuskan menerima atau menolak usulan SKPD atau Unit
Kerja untuk menerapkan PPK-BLUD. Kalau usulan diterima, penetapan penerapkan PPK-
BLUD dengan Keputusan Kepala Daerah (tidak dengan Peraturan Kepala Daerah atau
Peraturan Daerah). Penetapannya dengan Status BLUD Penuh atau BLUD Bertahap, yang
membedakan dari status BLUD tersebut adalah dalam pemberian fleksibilitasnya. Untuk
BLUD dengan status penuh, diberikan seluruh fleksibilitas sebagaimana diatur dalam
dengan jumlah dana yang dapat dikelola langsung, pengelolaan barang, pengelolaan piutang,
serta perumusan standar, kebijakan, sistem, dan prosedur pengelolaan keuangan serta tidak
diberikan fleksibilitas dalam hal pengelolaan investasi, pengelolaan utang, dan pengadaan
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 tahun 2007 menyebutkan bahwa
Kepala Daerah memberi keputusan penetapan atau surat penolakan terhadap usulan
penetapan BLUD paling lambat tiga bulan sejak dokumen persyaratan diterima secara
Berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh Tim Penilai, usulan penetapan BLUD
dapat ditolak atau ditetapkan dengan status BLUD penuh maupun BLUD bertahap, yaitu :
1. Status BLU Penuh
Status BLU penuh diberikan apabila persyaratan substantif, teknis dan administratif
telah dipenuhi dengan memuaskan sesuai dengan kriteria SOP penilaian. Satuan kerja
a. Pengelolaan Pendapatan
b. Pengelolaan Belanja
c. Pengadaan Barang/Jasa
d. Pengelolaan Barang
e. Pengelolaan Kas
g. Pengelolaan Investasi
sesuai dengan kriteria SOP penilaian. Status BLUD Bertahap berlaku paling lama tiga
tahun dan apabila persyaratan terpenuhi secara memuaskan dapat diusulkan untuk
Fleksibilitas yang diberikan kepada satuan kerja yang berstatus BLUD bertahap
dibatasi:
1. Penggunaan langsung pendapatan dibatasi jumlahnya, sisanya harus disetorkan ke kas
yang berlaku.
berbagai produk peraturan perundang-undangan. Dalam kurun waktu enam tahun terakhir
keuangan negara/daerah, telah dilakukan dua kali perubahan dalam bidang penataan
otonomi daerah itu diikuti dengan pengaturan hubungan keuangan antara pemerintah pusat
dan daerah yang diatur dalam UU 25/1999. Selanjutnya sebagai dasar implementasi UU
dilakukan revisi atas dua undang-undang di atas. Setelah perubahan dimaksud, produk hukum
Negara;
Pemerintahan Daerah;
Pemerintah.
Keuangan negara dapat didefinisikan dalam arti sempit dan dalam arti yang luas.
Keuangan negara dalam arti sempit diartikan hanya mencakup penerimaan dan pengeluaran
uang melalui Kas Umum Negara selama satu tahun anggaran. Pendekatan yang digunakan
dalam Undang-undang Keuangan Negara adalah dari arti luas, baik dari sisi obyek, subyek,
Keuangan negara dilihat dari sisi obyek, mencakup semua hak dan kewajiban negara
yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal,
moneter, dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa
uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
negara meliputi seluruh obyek sebagaimana disebutkan di atas yang dimiliki dan/atau
dikuasai Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan lain
Dari sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas, mulai dari perumusan
Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan, dan
hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek sebagaimana
Bidang pengelolaan keuangan negara yang demikian luas dapat dikelompokkan dalam
sub bidang pengelolaan fiskal, sub bidang pengelolaan moneter, dan sub bidang pengelolaan
kekayaan negara yang dipisahkan. Pendekatan tersebut pada umumnya sejalan dengan
mendefinisikan keuangan negara dalam arti sempit maka fokus pengelolaan keuangan negara
waktu jangka pendek yaitu satu tahun. Kepentingan-kepentingan jangka panjang kurang
Keuangan Negara mendefinisikan keuangan negara/daerah dalam arti luas. Dengan dipilihnya
pendekatan ini maka fokus pengelolaan keuangan negara/daerah tidak hanya pada arus kas,
tetapi juga utang, piutang, dan aset jangka panjang. Dalam melakukan pengelolaan keuangan
tidak hanya memperhatikan kepentingan satu tahun anggaran tetapi menggunakan perspektif
Pada tingkat daerah, pengertian di atas diadopsi dalam Peraturan Pemerintah 58/2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Pasal 1 butir (5) Peraturan Pemerintah dimaksud
mengartikan Keuangan Daerah sebagai ”semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya
segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut”.
Pengertian ini sejalan dengan pendekatan keuangan daerah dalam arti luas yang
dianut dalam Undang-Undang Keuangan Negara. Selanjutnya Pasal (2) yang mengatur
membayar tagihan;
c. Penerimaan daerah;
d. Pengeluaran daerah;
e. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain: uang, surat berharga,
Dalam rangka pengelolaan keuangan negara dikenal adanya beberapa azas yang sudah
lazim digunakan selama ini yaitu azas tahunan, universalitas, spesialitas, dan kesatuan. Azas
tahunan artinya membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun tertentu. Azas
universalitas mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan utuh dalam dokumen
anggaran. Azas spesialitas mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terunci secara
jelas peruntukannya. Azas kesatuan menghendaki agar semua pendapatan dan belanja
yang berasal dari best practises yang telah diterapkan di berbagai negara untuk menjamin
2. Profesionalitas
32
Ibid, hal 22
Keuangan negara harus dikelola secara profesional. Oleh karena itu sumber daya
3. Proporsionalitas
Sumber daya yang tersedia dialokasikan secara proporsional terhadap hasil yang
berbasis kinerja.
4. Keterbukaan
pemeriksaan.
dilakukan oleh badan pemeriksa yang independen, dalam hal ini adalah Badan
Pemeriksaan oleh BPK dilaksanakan sesuai dengan amanat undang-undang dan hasil
adalah independen, dengan kata lain BPK merupakan external auditor pemerintah.
Berdasarkan Pasal 6 UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Presiden
kewenangan:
hakekatnya adalah Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik Indonesia, sementara
setiap menteri/pimpinan lembaga pada hakekatnya adalah Chief Operasional Officer (COO)
Pengertian keuangan daerah sebagaimana dimuat dalam Penjelasan Pasal 156 ayat 1
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah sebagai berikut
“Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang
dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang dapat dijadikan milik daerah yang
yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada Undang-Undang yang mengatur
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, dimana besarnya
disesuaikan dan diselaraskan dengan pembagian kewenangan antara Pemerintah dan Daerah.
Semua sumber keuangan yang melekat pada setiap urusan pemerintah yang diserahkan
pokok yaitu:
Hak daerah dalam rangka keuangan daerah adalah segala hak yang melekat pada
pemerintah daerah mengisi kas daerah. Hak daerah tersebut meliputi antara lain :
Tahun 2000).
4. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
bidang pengelolaan keuangan, yaitu bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan negara adalah
sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan; dan kekuasaan pengelolaan keuangan negara
daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
keuangan daerah dan bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian
melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaan keuangan daerah kepada para pejabat
keuangan daerah melekat dan menjadi satu dengan pengaturan pemerintahan daerah, yaitu
Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman yang berasal dari penerusan pinjaman
hutang luar negeri dari Menteri Keuangan atas nama Pemerintah pusat setelah memperoleh
pertimbangan Menteri Dalam Negeri. Pemerintah daerah dapat melakukan penyertaan modal
pada suatu Badan Usaha Milik Pemerintah dan/atau milik swasta. Pemerintah daerah dapat
perundangundangan.
Anggaran pendapatan dan belanja daerah ( APBD) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD merupakan dasar
pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung mulai 1 Januari
sampai dengan tanggal 31 Desember. Kepala daerah mengajukan rancangan Perda tentang
APBD disertai penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD untuk
memperoleh persetujuan bersama. Rancangan Perda Provinsi tentang APBD yang telah
disetujui bersama dan rancangan Peraturan Gubernur tentang penjabaran APBD sebelum
ditetapkan oleh Gubernur paling lambat 3 (tiga) hari disampaikan kepada Menteri Dalam
Negeri untuk dievaluasi. Rancangan Perda kabupaten/kota tentang APBD yang telah disetujui
ditetapkan oleh Bupati/Walikota paling lama 3 (tiga) hari disampaikan kepada Gubernur
untuk dievaluasi.
dan dilakukan melalui rekening kas daerah yang dikelola oleh Bendahara Umum Daerah.
keuangan daerah diatur lebih lanjut dengan Perda yang berpedoman pada Peraturan
Pemerintah.
keuangan daerah. Kepala Daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang
kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan
kekayaan daerah yang dipisahkan. Kepala Daerah perlu menetapkan pejabat-pejabat tertentu
dan para bendahara untuk melaksanakan pengelolaan keuangan daerah. Para pengelola
(SKPD).
pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan
kewenangan:
Daerah (APBD).
daerah.
memerintahkan pembayaran.
anggaran/pengguna barang.
pemisahan kewenangan antara yang memerintahkan, menguji, dan yang menerima atau
mengeluarkan uang, yang merupakan unsur penting dalam sistem pengendalian intern.
Keuangan Daerah.
Dalam Pasal 1 UUD 1945 menetapkan bahwa negara Indonesia adalah negara
kesatuan yang berbentuk republik. Selanjutnya dalam pasal 18 UUD 1945 beserta
penjelasannya menyatakan bahwa daerah Indonesia terbagi dalam daerah yang bersifat
nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah
merupakan subsistem dari pemerintahan negara sehingga antara keuangan daerah dengan
keuangan negara akan mempunyai hubungan yang erat dan saling mempengaruhi.
luas, nyata dan bertanggung jawab di daerah serta secara proporsional diwujudkan dengan
pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta
perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah. Sumber pembiayaan pemerintahan
daerah dalam rangka perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah dilaksanakan atas
Setiap penyerahan atau pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada daerah
dalam rangka desentralisasi dan dekonsentrasi disertai dengan pengalihan sumber daya
manusia dan sarana serta pengalokasian anggaran yang diperlukan untuk kelancaran
pemerintah pusat kepada daerah dalam rangka tugas pembantuan disertai pengalokasian
anggaran.
Dari ketiga jenis pelimpahan wewenang tersebut, hanya pelimpahan wewenang dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi saja yang merupakan sumber keuangan daerah melalui
alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Sedangkan
alokasi dana dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka dekonsentrasi
dan tugas pembantuan tidak merupakan sumber penerimaan APBD dan diadministrasikan
pelaksanaan desentralisasi.