Oleh
Kelompok 5
B. Definisi
Pankreatitis adalah reaksi peradangan pankreas. Secara klinis
pankreatitis akut ditandai oleh nyeri perut yang akut disertai dengan kenaikan
enzim dalam darah dan urin. Perjalanan penyakitnya sangat bervariasi dari
ringan sampai sangat berat yang disertai dengan renjatan dengan gangguan
ginjal dan paru-paru yang berakibat fatal (Nurman, 2006).
Berdasarkan defenisi, pada pankreatitis akut, keadaan ini bersifat
reversibel jika stimulus pemicunya dihilangkan; pankreatitis kronik diartikan
sebagai desktruksi parenkim eksokrin pankreas yang bersifat ireversibel
(Mitchell et al., 2006).
Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius pada
pankreas dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang
relatif ringan dan sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan cepat
dan fatal yang tidak bereaksi terhadap berbagai pengobatan. (Brunner &
Suddart, 2001)
C. Etiologi
a. Metabolik
- Alkoholisme
- Hiperlipoproteinemia
- Hiperkalsemia
- Obat-obatan (misalnya, diuretik tiazid)
- Genetik
b. Mekanis
- Trauma
- Batu empedu
- Jejas iatrogenik
c. Vaskuler
- Syok
- Atheroembolisme
- Poliarteritis nodosa
d. Infeksi
- Parotitis
- Coxsackievirus
- Mycoplasma pneumoniae
(Mitchell et al., 2006).
Persentase penyebab pankreatitis akut adalah sebagai berikut:
Batu empedu 30-50%
Alkohol 10-40%
Idiopatik 15%
Trauma (kolangiopankreatografi retrograd endoskopik [ERCP],
pascaoperasi, trauma tumpul) 5% (Davey, 2006).
Batu empedu dan alkoholisme merupakan penyebab terbanyak
dari pankreatitis akut (hampir 80%). Batu empedu tertahan di sfingter
Oddi sehingga menghalangi lubang dari saluran pankreas. Tetapi
kebanyakan batu empedu akan lewat dan masuk ke saluran usus.
Meminum alkohol lebih dari 4 ons/hari selama beberapa tahun bisa
menyebabkan saluran kecil pankreas yang menuju ke saluran pankreas
utama tersumbat, akhirnya menyebabkan pankreatitis.
Mekanisme pasti alkohol dalam merusak kelenar masih belum
diketahui dengan jelas. Alkohol atau metabolitnya, yaitu asetaldehida,
mungkin memiliki efek toksik langsung pada sel asinus pankreas
sehingga terjadi pengaktifan tripsin intrasel oleh enzim-enzim lisosom,
atau mungkin menyebabkan peradangan sfingter Oddi sehingga enzim-
enzim hidrolitik tertahan di ductus pancreaticus dan asinus. Pada
pecandu alkohol, malnutrisi dapat mempermudah terjadinya cedera
pankreas. Contohnya, defisiensi trace elements, misalnya seng atau
selenium dijumpai pada pecandu alkohol dan berkaitan denganc cedera
sel asinus. Metalloenzim seperti superoksida dismutase, katalase, dan
glutation peroksidase merupakan pembersih radikal bebas yang penting
(McPhee, 2011).
Pada pasien yang tidak meminum alkohol, sekitar 50% kasus
pankreatitis akut berkaitan dengan penyakit saluran empedu. Pada
kasus-kasus ini, mekanismenya diduga berupa obstruksi ductus biliaris
communis dan ductus pancreaticus major oleh batu empedu yang
tersangkut di ampulla Vateri (McPhee, 2011).
Sebab terlazim kedua pankreatitis akut adalah penyakit saluran
empedu. Pembentukan batu bisa menyebabkan duktus koledokus
tersangkut setinggi ampulla, sehingga menyebabkan trauma atau
obstruksi duktus pankreatikus atau regurgitasi empedu ke dalam
pankreas karena “saluran bersama” tersumbat (Sabiston, 1994).
Hubungan antara pankreatitis dan saluran bersama yang
tersumbat, pertama kali diuraikan secara terperinci oleh Opie pada
tahun 1901 dan mula-mula dianggap sebagai sebab utama pankreatitis.
Penyakit empedu ditemukan dalam 5 sampai 50 persen dari orang
Amerika Utara penderita pankreatitis akut, tetapi bervariasi tergantung
pada sifat sosioekonomi populasi yang diteliti. Pada pasien yang telah
pulih dari pankreatitis akut yang menyertai kolesistitis, resiko episode
pankreatitis berikutnya berkisar dari 36 sampai 63 persen, jika
kolelitiasis dibiarkan menetap (Sabiston, 1994).
Refluks empedu atau isi duodenum ke dalam ductus pancreaticus
menyebabkan cedera pankreas. Beberapa penulis berpendapat bahwa
toksin bakteri atau asam empedu bebas mengalir melalui pembuluh
limfe dari kandung empedu ke pankreas, yang menyebabkan
peradangan. Bagaimanapun, pankreatitis akut yang berkaitan dengan
penyakit saluran empedu lebih sering terjadi pada wanita karena batu
empedu lebih sering pada wanita (McPhee, 2011).
Pankreatitis akut dapat disebabkan oleh berbagai infeksi,
termasuk infeksi virus (virus gondongan, coxsackieviruI, virus hepatitis
A, HIV, atau sitomegalovirus) dan bakteri (Salmonella typhii atau
Streptococcus hemolyticus). Pasien dengan infeksi HIV dapat
mengalami pankreatitis akut akibat infeksi HIV itu sendiri, akibat
infeksi oportunistik terkait, atau akibat terapi antiretrovirus. Pada pasien
yang terinfeksi HIV, pankreatitis pernah dilaporkan berkaitan dengan
penyalahgunaan obat intravena, terapi pentamidin, infeksi
Pneumocystis jiroveci dan Mycobacterium avium-intracellulare
complex, dan batu empedu (McPhee, 2011).
Trauma tumpul atau tembus dan cedera lain dapat menyebabkan
pankreatitis akut. Pankreatitis kadang-kadang terjadi setelah tindakan
bedah di dekat pankreas. Infark pankreas dapat terjadi akibat sumbatan
pembuluh yang mendarahi kelenjar ini. syok dan hipotermia dapat
menyebabkan penurunan perfusi sehingga terjadi degenerasi sel dan
pelepasan enzim-enzim pankreas. Terapi radiasi untuk neoplasma ganas
retroperitoneum kadang-kadang dapat menyebabkan pankreatitis akut
(McPhee, 2011).
Hiperkalsemia yang tinggi, seperti yang berkaitan dengan
hiperparatiroidisme, sarkoidosis, hipervitaminosis D, atau mieloma
multipel, menyebabkan pankreatitis akut pada sekitar 10% kasus. Dua
mekanisme diperkirakan berperan. Tingginya konsentrasi kalsium
plasma dapat menyebabkan kalsium mengendap di ductus pancreaticus
sehingga terjadi obstruksi. Selain itu, hiperkalsemia mungkin
merangsang pengaktifan tripsinogen di ductus pancreaticus (McPhee,
2011).
Pankreatitis juga berkaitan dengan hiperlipidemia, terutama dari
jenis yang ditandai oleh peningkatan kadar kilomikron plasma (tipe I,
IV, dan V). Pada kasus-kasus ini, dipostulasikan bahwa asam-asam
lemak bebas yang dihasilkan melalui kerja lipase pankreas
menyebabkan peradangan dan cedera kelenjar. Penyalahgunaan alkohol
atau pemakaian kontrasepsi oral meningkatkan resiko pankreatitis akut
pada pasien dengan hiperlipidemia (McPhee, 2011).
D. Klasifikasi
E. Manifestasi klinis
Nyeri
Nyeri abdomen yang hebat merupakan gejala utama pankreatitis yang
menyebabkan pasien datang ke rumah sakit. Rasa sakit dan nyeri tekan
abdomen yang disertai nyeri pada punggung, terjadi akibat iritasi dan
edema pada pankreas yang mengalami inflamasi tersebut sehingga timbul
rangsangan pada ujung-ujung saraf. Peningkatan tekanan pada kapsul
pankreas dan obstruksi duktus pankreatikus juga turut menimbulkan rasa
sakit.
Mual dan muntah
Mual dan muntah umumnya dijumpai pada pankreatitis akut. Muntahan
biasanya berasal dari isi lambung tetapi juga dapat mengandung getah
empedu. Gejala panas, ikterus, konfusidan agitasi dapat terjadi.
Hipotensi
Hipotensi yang terjadi bersifat khas dan mencerminkan keadaan
hipovolemia serta syok yang disebabkan oleh kehilangan sejumlah besar
cairan yang kaya protein, karena cairan ini mengalir kedalam jaringan dan
rongga peritoneum. Pasien dapat mengalami takikardia, sianosis dan kulit
yang dingin serta basah disamping gejala hipotensi. Gagal ginjal akut
sering dijumpai pada keadaan ini.
Gangguan pernapasan
Gangguan pernafasan serta hipoksia lazim terjadi dan pasien dapat
memperlihatkan gejala infiltrasi paru yang difus, dispnoe, tachipnoe dan
hasil pemeriksaan gas darah abnormal. Depresi miokard, hipokalsemia,
hiperglikemia dan koagulopati intravaskuler diseminata dapat pula terjadi
pada pankreatitis akut (Brunner & Suddart, 2001)
F. Patofisiologi
Sebagai kontras adanya berbagai fakror etiologi yang menyertai
pankreatitis akut, terdapat rangkaian kejadian patofisiologis yang uniform
yang terjadi pada timbulnya penyakit ini. Kejadian ini didasarkan pada
aktivasi enzim di dalam pankreas yang kemudian mengakibatkan
autodigesti organ.
Dalam keadaan normal pankreas pankreas terlindung dari efek enzimatik
enzim digestinya sendiri. Enzim ini disintesis sebagai zimogen yang
inaktif dan diaktivasi dengan pemecahan rantai peptid secara enzimatik.
Selain itu terdapat inhibitor di dalam jaringan pankreas, cairan pankreas
dan serum sehingga dapat menginaktivasi protease yang diaktivasi terlalu
dini. Dalam proses aktivasi di dalam pankreas, peran penting terletak pada
tripsin yang mengaktivasi semua zimogen pankreas yang terlihat dapam
proses autodigesti (kimotripsin, proelastase, fosfolipase A).
Hanya lipase yang aktif yang tidak terganting pada tripsin. Aktivasi
zimogen secara normal dimulai oleh enterokinase di duodenum. Ini
mengakibatkan mulanya aktivasi tripsin yang kemudian mengaktivasi
zimogen yang lain. Jadi diduga bahwa aktivasi dini tripsinogen menjadi
tripsin adalah pemicu bagi kaskade enzim dan autodigesti pankreas.
G. Pemeriksaan penunjang
CT-Scan : menentukan luasnya edema dan nekrosis
Ultrasound abdomen: dapat digunakan untuk mengidentifikasi inflamasi
pankreas, abses, pseudositis, karsinoma dan obstruksi traktus bilier.
Endoskopi : penggambaran duktus pankreas berguna untuk diagnosa
fistula, penyakit obstruksi bilier dan striktur/anomali duktus pankreas.
Catatan : prosedur ini dikontra indikasikan pada fase aAspirasi jarum
penunjuk CT : dilakukan untuk menentukan adanya infeksi.
Foto abdomen : dapat menunjukkan dilatasi lubang usus besar berbatasan
dengan pankreas atau faktor pencetus intra abdomen yang lain, adanya
udara bebas intra peritoneal disebabkan oleh perforasi atau pembekuan
abses, kalsifikasi pankreas.
Pemeriksaan seri GI atas : sering menunjukkan bukti pembesaran
pankreas/inflamasi.
Amilase serum : meningkat karena obstruksi aliran normal enzim pankreas
(kadar normal tidak menyingkirkan penyakit)
Amilase urine : meningkat dalam 2-3 hari setelah serangan.
Lipase serum : biasanya meningkat bersama amilase, tetapi tetap tinggi
lebih lama.
Bilirubin serum : terjadi pengikatan umum (mungkin disebabkan oleh
penyakit hati alkoholik atau penekanan duktus koledokus).
Fosfatase Alkaline : biasanya meningkat bila pankreatitis disertai oleh
penyakit bilier.
Albumin dan protein serum dapat meningkat (meningkatkan permeabilitas
kapiler dan transudasi cairan kearea ekstrasel).
Kalsium serum : hipokalsemi dapat terlihat dalam 2-3 hari setelah timbul
penyakit (biasanya menunjukkan nekrosis lemak dan dapat disertai
nekrosis pankreas).
Kalium : hipokalemia dapat terjadi karena kehilangan dari gaster;
hiperkalemia dapat terjadi sekunder terhadap nekrosis jaringan, asidosis,
insufisiensi ginjal.
Trigliserida : kadar dapat melebihi 1700 mg/dl dan mungkin agen
penyebab pankreatitis akut.
LDH/AST (SGOT) : mungkin meningkat lebih dari 15x normal karena
gangguan bilier dalam hati.
Darah lengkap : SDM 10.000-25.000 terjadi pada 80% pasien. Hb
mungkin menurun karena perdarahan. Ht biasanya meningkat
(hemokonsentrasi) sehubungan dengan muntah atau dari efusi cairan
kedalam pankreas atau area retroperitoneal.
Glukosa serum : meningkat sementara umum terjadi khususnya selama
serangan awal atau akut. Hiperglikemi lanjut menunjukkan adanya
kerusakan sel beta dan nekrosis pankreas dan tanda aprognosis buruk.
Urine analisa; amilase, mioglobin, hematuria dan proteinuria mungkin ada
(kerusakan glomerolus).
Feses : peningkatan kandungan lemak (seatoreal) menunjukkan gagal
pencernaan lemak dan protein (Dongoes, 2000).
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pankreatitis akut bersifat simtomatik dan
ditujukan untuk mencegah atau mengatasi komplikasi. Semua asupan per
oral harus dihentikan untuk menghambat stimulasi dan sekresi pankreas.
Pelaksanaan TPN (total parental nutrition) pada pankreatitis akut biasanya
menjadi bagian terapi yang penting, khusus pada pasien dengan keadaan
umum yang buruk, sebagai akibat dari stres metabolik yang menyertai
pankreatitis akut. Pemasangan NGT dengan pengisapan (suction) isi
lambung dapat dilakukan untuk meredakan gejala mual dan muntah,
mengurangi distensi abdomen yang nyeri dan ileus paralitik serta untuk
mengeluarkan asam klorida.
1. Perburukan sirkulasi dan fungsi paru sesudah beberapa hari terapi intensif.
2. Pada kasus pankreatitis hemoragik nekrosis yang disertai dengan rejatan
yang sukar diatasi.
3. Timbulnya sepsis.
4. Gangguan fungsi ginjal yang progresif.
5. Tanda-tanda peritonitis.
6. Bendungan dari infeksi saluran empedu.
7. Perdarahan intestinal yang berat.
Tindakan bedah juga dapat dilakukan sesudah penyakit berjalan beberapa
waktu (kebanyakan sesudah 2-3 minggu perawatan intensif) bilamana
timbul penyulit seperti pembentukan pseudokista atau abses, pembentukan
fistel, ileus karena obstruksi pada duodenum atau kolon, pada perdarahan
hebat retroperitoneal atau intestinal.
I. Pathway
J. Asuhan keperawatan
1.Anamnesa.
-Biodata
pada biodata diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tempat
tinggal, pekerjaan, pendidikan dan status perkawinan. Dimana beberapa
faktor tersebut dapat menempatkan klien pada resiko pada pankreatitis
akut.
-Keluhan utama
nyeri hampir selalu merupakan keluhan yang diberikan oleh pasien dan
nyeri dapat terjadi di epigastrium, abdomen bawah atau terlokalisir pada
daerah torasika posterior dan lumbalis. Nyeri bisa ringan atau parah atau
biasanya menetap dan tidak bersifat kram (Sabiston, 1994).
- gagal ginjal
- vaskular disorder
- hypoparathyroidism
- hyperlipidemia
Kaji apakah klien pernah mengidap infeksi virus dan buat catatan
obat-obatan yang pernah digunakan (Donna D, 1995).
-Riwayat kesehatan keluarga
-Pengkajian psikososial
-Pola aktivitas
Perlu mengkaji status nutrisi klien dan cacat faktor yang dapat
menurunkan kebutuhan nutrisi (Suzanna Smletzer, 1999).
2. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
Kaji adanya peningkatan temperatur, takikardi, dan penurunan tekanan
darah (Donna D, 1995). Demam merupakan gejala yang umum
biasanya (dari 39° C). demam berkepanjangan dapat menandakan
adanya komplikasi gastrointestinal dari penyakit seperti peritonitis,
kolesistitis atau absese intra abdomen (Huddak & Gallo, 1996).
b. Sistem gastrointestinal
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri abdomen. Juga terdapat
distensi abdomen bagian atas dan terdengar bunyi timpani. Bising usus
menurun atau hilang karena efek proses peradangan dan aktivitas enzim
pada motilitas usus. Hal ini memperberat ketidakseimbangan cairan
pada penyakit ini.
c. Sistem cardiovaskular
Efek sistemik lainnya dari pelepasan kedalam sirkulasi adalah
vasodilatasi perifer yang pada gilirannya dapat menyebabkan hipotensi
dan syok.
d. Sistem sirkulasi
e. Sistem respirasi
Pelepasan enzim-enzim lain (contoh fosfolipase) diduga banyak
menyebabkan komplikasi pulmonal yang berhubungan dengan
pankretitis akut. Ini termasuk hipoksemia arterial, atelektasis, efusi
pleural, pneumonia, gagal nafas akut dan sindroma distress pernafasan
akut (Huddak & gallo, 1996).
f. Sistem metablisme
Komplikasi metabolik dari pankreatitis akut termasuk hipokalsemia dan
hiperlipidemia yang diduga berhubungan dengan daerah nekrosis lemak
disekitar daerah pankreas yang meradang. Hiperglikemia dapat timbul
dan disebabkan oleh respon terhadap stress. Kerusakan sel-sel inset
langerhans menyebabkan hiperglikemia refraktori. Asidosis metabolik
dapat diakibatkan oleh hipoperfusi dan aktivasi hipermetabolik anaerob
(Huddak & Gallo,1996).
g. Sistem urinari
Oliguria, azotemia atau trombosis vena renalis bisa menyebabkan gagal
ginjal (Sabiston, 1994).
h. Sistem neurologi
Kaji perubahan tingkah laku dan sensori yang dapat berhubungan
dengan penggunaan alkohol atau indikasi hipoksia yang disertai syok
(Donna D, 1995)
i. Sistem integumen
Membran mukosa kering, kulit dingin dan lembab, sianosis yang dapat
mencerminkan dehidrasi ringan sampai sedang akibat muntah atau
sindrom kebocoran kapiler.
Perubahan warna keunguan pada panggul (tanda turney grey) atau pada
area periumbilikus (tanda cullen) terjadi pada nekrosis hemoragik yang
luas (Sandra M, 2001).
MASALAH KEPERAWATAN
FKUI, Jakarta
Price, S.A., & Wilson, L.M., 2005, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses