Anda di halaman 1dari 8

Kelompok 6

Moch. Soleh (17034261)


Rizqi Layli Khusufi (170342615601)

MATERI GENETIK: SIFAT DAN REPLIKASI


Materi genetik memiliki dua fungsi utama yang meliputi:
1. Fungsi genotip atau replikasi. Materi genetik harus mampu menyimpan informasi
genetik dan mengirimkan informasi tersebut pada keturunan. Materi genetik dapat
mengalami perubahan yang diwariskan sesekali yang disebut mutasi.
2. Fungsi fenotip atau ekspresi gen. Materi genetik harus mengontrol perkembangan
fenotip organisme, baik virus, bakteri, tumbuhan, dan hewan termasuk juga manusia.
Materi genetik harus mengatur pertumbuhan dan perubahan organisme dari zigot bersel
satu hingga dewasa. Proses tersebut sangat kompleks sehingga materi genetik pasti
tidak hanya mengekspresikan diri secara akurat, tetapi setiap gen harus bekerja pada
waktu dan tempat yang tepat, misalkan pada hati harus terbentuk dari sel-sel hati, sistem
saraf harus terbentuk dari sel-sel saraf, dan lain sebagainya.
Kromosom tersusun atas dua jenis makromolekul yang disebut protein dan asam nukleat.
Asam nukleat terdiri dari dua macam yang meliputi deoxyribonucleic acid (DNA) dan
ribonucleic acid (RNA).

DNA, Materi Genetik


Sebagian besar DNA terletak didalam kromosom, sedangkan RNA dan protein juga
melimpah di sitoplasma. Terdapat hubungan antara jumlah DNA per sel dan jumlah rangkaian
kromosom per sel yaitu sebagian besar sel somatik organisme diploid, misalnya mengandung
dua kali jumlah DNA sebagai sel germinal haploid atau gamet dari spesies yang sama.
Komposisi molekul DNA pada semua sel organisme yang berbeda sama. Sedangkan komposisi
RNA dan protein bervariasi baik secara kualitatif maupun quantitatif dari tipe sel satu ke yang
lainnya. Meskipun hubungan tersebut telah menetapkan bahwa DNA merupakan materi
genetik, tetapi belum bisa membuktikannya. Terdapat bukti secara langsung yang telah
ditetapkan bahwa materi genetik dikodekan di DNA.

Transformasi pada Pneumococcus


Eksperimen O. T. Avery, C. N. Macleod, dan M. McCarty pada tahun 1944
menunjukkan komponen sel yang bertanggung jawab pada terjadinya transformasi pada bakteri
Diplococcus pneumoniae adalah DNA. Transformasi merupakan cara rekombinasi
(pertukatran atau transfer informasi genetik antara organisme atau dari organisme ke yang
lainnya) terjadi pada beberapa spesies, tidak semua spesies bakteri.
Pneumokokus seperti pada organisme lainnya menunjukkan variasi genetik yang bisa
dikenali oleh adanya perbedaan fenotip. Dua karakteristik fenotip yang penting pada
transformasi meliputi (1) ada atau tidaknya kapsul polisakarida (polimer gula kompleks)
disekitarnya dan (2) jenis kapsul yaitu komposisi molekular yang spesifik dari adanya
polisakarida didalam kapsul. Ketika tumbuh pada media yang sesuai (seperti agar darah) pada
cawan petri, pneumokokus dengan kapsul membentuk koloni besar yang halus ditandai Type
S. Pneumokokus yang dienkapsulasi bersifat patogenik pada sebagian besar mamalia.
Pneumokokus tipe S yang patogen (virulen) bermutasi menjadi bersifat tidak tidak
patogen dan tidak memiliki kapsul polisakarida (pada frekuensi sekitar satu sel pada 107).
Pneumokokus yang tidak dienkapsulasi dan tidak patogen membentuk koloni kecil yang
memiliki permukaan kasar ketika ditanam pada media agar darah yang ditandai dengan tipe R
(tabel 1) (kapsul polisakarida dibutuhkan untuk virulensi karena dapat melindungi sel bakteri
melawan fagositosis oleh leukosit).
Tabel 1 karakteristik Diplococcus pneumoniae saat ditumbuhkan di medium agar darah

Meskipun sel tipe R tidak dienkapsulasi, sel tipe R membawa gen yang akan mengarahkan
sintesis kapsul jenis tertentu (antigenik tipe II atau III) jika blok dalam pembentukan kapsul
tidak ada. ketika sel tipe R bermutasi kembali ke sel tipe S yang dienkapsulasi, tipe kapsul (II
atau III) ditentukan oleh gen-gen tersebut. Sel R yang berasal dari sel tipe IIS disebut tipe IIR.
ketika sel-sel tipe IIR ini bermutasi kembali ke sel-sel tipe S yang dienkapsulasi, kapsul-kapsul
itu dari tipe II.
Perbedaan jenis kapsul dapat
diidentifikasi dengan cara imunologi. Jika
tipe sel tipe II diinjeksikan ke aliran darah
kelinci, sistem imun dari kelinci akan
menghasilkan atibodi (serangkaian spesifik
protein yang besar berfungsi untuk
melindungi organisme melawan benda asing
seperti makromolekul, virus, dan bakteri
yang merespon secara spesifik dengan sel
tipe II. Antibodi tipe II akan menggumpalkan
pneumokokus tipe II, tetapi tidak pada
pneumokokus tipe III dan sebaliknya.
Griffith menginjeksikan heat-killed
pneumokokus tipe IIIS (virulen ketika hidup)
ditambah pneumokokus hidup tipe IIR
(nonvirulen) pada tikus, banyak tikus yang
mati karena pneumonia, kemudian sel hidup
tipe IIIS diambil dari bangkai tikus (gambar
1). Ketika tikus diinjeksi dengan heat-killed
pneumokokus tipe IIIS saja tidak
menyebabkan tikus mati. Virulensi yang
diamati bukan karena beberapa jenis sel IIIS
yang bertahan dari perlakuan panas.
Pneumokokus virulen hidup yang diambil
Gambar 1 transformasi pada pneumococci dari bangkai berasal dari polisakarida tipe III,
karena diketahui bahwa sel tipe R
nonenkapsulasi bisa bermutasi kembali ke sel tipe S yang dienkapsulasi virulen. Ketika mutasi
seperti itu terjadi pada sel tipe IIR, tetapi sel yang dihasilkan akan bertipe IIS bukan tipe IIIS.
Jadi “transformasi” dari sel tipe IIR nonvirulen ke sel tipe IIIS tidak bisa bermutasi, sebaliknya
beberapa komponen sel tipe IIIS yang mati (prinsip transformasi) harus mengubah sel-sel hidup
tipe IIR ke sel tipe IIIS. Eksperimen selanjutnya menunjukkan peristiwa tersebut yang
dideskripsikan oleh Griffith yang disebut transformasi. Peristiwa yang sama terjadi pada
tabung reaksi ketika sel hidup tipe IIR ditumbuhkan pada sel mati tipe IIIS atau ekstrak sel tipe
IIIS. Karena itu dengan jelas menunjukkan fenotip baru. Tipe IIIS bersifat turun temurun yaitu
disebabkan oleh perubahan genotipe sel yang diwariskan secara permanen.

Bukti bahwa "prinsip transformasi" adalah DNA

"prinsip transformasi"
ditunjukkan sebagai DNA pada tahun
1944 oleh avery, MacLeod, dan McCarry,
DNA yang murni dari tipe IIIS
pneumokokus hadir dengan peumococci
tipe IIR. Beberapa pneumokokus diubah
menjadi tipe IIIS. Prinsip transformasi
melibatkan penggunaan enzim (protein
yang mengkatalisasi reaksi metabolik
spesifik) yang menurunkan DNA, RNA,
atau protein. Pada percobaan lain DNA
yang murni dari sel tipe IIIS diperlakukan
dengan (1) deoksiribonuklease ("DNase,"
yang mendegradasi DNA), (2)
ribonuklease ("RNase," yang
mendegradasi RNA), atau (3) protease
(yang mendegradasi protein) dan
kemudian diuji kemampuannya untuk
mengubah sel tipe IIR ke sel tipe IIIS.
Hanya DNase yang memiliki efek pada
Gambar 2 prinsip transformasi oleh Avery, transformasi preparasi DNA, hal tersebut
MacLeod, dan McCarry menghilangkan semua aktivitas
transformasi (gambar 2).
Hasil yang diperoleh oleh Avery dan coworkers menunjukkan bahwa informasi genetik
pada pneumococcus ada dalam DNA. Segmen DNA dalam kromosom pneumococcus yang
membawa informasi genetik yang menentukan sintesis kapsul tipe III secara fisik terintegrasi
ke dalam kromosom sel penerima tipe IIR dengan proses rekombinasi yang terjadi saat
transformasi.

Eksperimen Hershey dan Chase


Percobaan ini menunjukkan bahwa informasi genetik dari virus bakteri tertentu
(bacteriophage T2) terdapat pada DNA. Virus adalah organisme hidup terkecil, reproduksi
virus dikendalikan oleh informasi genetik yang disimpan dalam asam nukleat melalui proses
yang sama seperti pada organisme seluler. Virus merupakan parasit obligat aseluler yang dapat
bereproduksi hanya pada sel inang yang sesuai. Reproduksi virus tergantung pada sistem
metabolisme (ribosom, sistem penghasil energi, dll) dari inang. Virus sangat berguna untuk
mempelajari proses genetik karena struktur sederhana virus dan komposisi kimia (mengandung
hanya protein dan asam nukleat) dan reproduksinya cepat (15-20 menit untuk beberapa virus
bakteri dibawah kondisi optimum).
Bakteriofag T2 yang menginfeksi usus besar Escherichia coli tersusun sekitar 50 persen
DNA dan sekitar 50 persen protein. Percobaan sebelum tahun 1952 telah menunjukkan bahwa
semua reproduksi bakteriofag T2 terjadi dalam sel E. coli. Dasar percobaan Hershey-chase
adalah DNA mengandung fosfor tetapi tidak terdapat sulfur, sedangkan protein mengandung
sulfur tetapi tidak terdapat fosfor. Hershey dan Chase secara khusus memberi label baik (1)
DNA fag dengan pertumbuhan dalam media yang mengandung isotop radioaktif fosfor 32P,
sebagai pengganti isotop normal 31P, atau (2) selubung protein fag oleh pertumbuhan dalam
medium yang mengandung sulfur radioaktif 35S menggantikan isotop normal 32S (gambar 3).
Ketika partikel fag T2 berlabel 35S dicampur dengan sel E. coli selama beberapa menit
dan kemudian dikenakan kekuatan geser dengan menempatkan sel-sel yang terinfeksi dalam
blender waring ditemukan bahwa sebagian besar radioaktivitas dapat dihilangkan dari sel tanpa
mempengaruhi produksi fag progeni. Ketika fag T2 di mana DNA diberi label dengan 32P
digunakan semua radioaktivitas ditemukan di dalam sel tidak dapat dihilangkan.
Selubung fag yang
dihilangkan dipisahkan dari sel-sel
yang terinfeksi oleh sentrifugasi
kecepatan rendah yang membuat
sel (sedimen) sel-sel sementara
meninggalkan partikel fag
tersuspensi. Hasil ini menunjukkan
DNA virus memasuki sel inang,
sedangkan selubung protein tetap
berada di luar sel. Karena virus
progeni diproduksi di dalam sel,
hasil Hershey dan Chase
menunjukkan informasi genetik
yang mengarahkan sintesis
molekul DNA dan selubung
protein dari progeni virus harus
Gambar 3 eksperiment Hershey-Chase membuktikan DNA
ada dalam DNA induk. Selain itu,
merupakan materi genetik pada bakteriofag (Snustad &
partikel turunan terbukti
Simmons (2012)
mengandung 32P, tetapi tidak
terdapat 35S fag induk. Namun, percobaan Hershey-Chase tidak memberikan bukti jelas bahwa
materi genetik fag T2 adalah DNA. Sejumlah besar 35S (dengan protein) yang ditemukan
disuntikkan ke dalam sel inang dengan DNA. Fag progeni infektif normal diproduksi dalam
percobaan ini yang disebut eksperimen transfeksi, membuktikan bahan genetik virus bakteri
tersebut adalah DNA.
RNA sebagai materi genetik pada virus

Gambar 4 Percobaan rekonstitusi H. Fraenkel-conrat dan B. Singer


bukti materi genetik TMV adalah RNA (Snustad & Simmons (2012)
Percobaan rekonstitusi H. Fraenkel-conrat dan B. Singer pada tahun 1957 membuktikan
RNA merupakan materi genetik. Percobaan dilakukan dengan virus mosaik tembakau (TMV)
virus kecil yang terdiri dari satu molekul RNA yang dienkapsulasi dalam selubung protein.
Berbagai jenis TMV dapat diidentifikasi berdasarkan perbedaan komposisi kimia dari selubung
proteinnya. Protein dan RNA dicampur dalam kondisi yang tepat, "pemulihan" akan terjadi
menghasilkan partikel TMV infektif yang lengkap. fraenkel-conrat dan Singer mengambil dua
jenis TMV yang berbeda memisahkan RNA dari selubung protein dan menyusun kembali virus
"campuran" dengan mencampurkan protein strain pertama dengan RNA strain kedua, dan
sebaliknya. ketika virus campuran ini digunakan untuk menginfeksi daun tembakau, virus
progeni yang dihasilkan selalu ditemukan secara fenotip dan genotip identik dengan strain
induk dari mana RNA telah diperoleh (gambar 4). Jadi, informasi genetik TMV disimpan
dalam RNA, bukan dalam protein.
Struktur DNA
Asam nukleat pertama disebut
"nuclein" karena asam nukleat diisolasi
dari inti sel merupakan makromolekul
yang terdiri dari subunit berulang yang
disebut nukleotida. Setiap nukleotida
terdiri dari (1) gugus fosfat, (2) gula lima
karbon (atau pentosa), dan (3) senyawa
yang mengandung nitrogen siklik yang
disebut basa. Dalam DNA, gula adalah
2-deoksiribosa (sehingga disebut asam
deoksiribonukleat), sedangkan RNA,
gula adalah ribosa (disebut asam
ribonukleat). Terdapat empat basa
berbeda dalam DNA meliputi adenin,
guanin, tiamin, dan sitosin. RNA juga
biasanya mengandung adenin, guanin,
dan sitosin, tetapi memiliki basa yang
berbeda, urasil, sebagai pengganti timin.
Adenin dan guanin adalah basa cincin
ganda yang disebut purin; sitosin, timin,
dan urasil adalah basa cincin tunggal
yang disebut pirimidin (gambar 5). Oleh
karena itu, baik DNA dan RNA
mengandung empat subunit atau
nukleotida yang berbeda, dua nukleotida
Gambar 5 Komponen struktural asam nukleat. purin, dan dua nukleotida pirimidin
Sistem penomoran standar untuk karbon dalam (gambar 6). RNA biasanya polimer
pentosa dan karbon dan nitrogen dalam struktur beruntai tunggal yang tersusun dari
cincin dari pangkalan ditunjukkan masing-masing urutan panjang nukleotida. DNA
dalam (2) dan (3). Basa cincin tunggal disebut memiliki satu tingkat yang merupakan
pirimidin, dan basa cincin ganda adalah purin. molekul berlipat ganda.

Gambar 6 Struktur dari empat deoksiribonukleotida yang umum ada dalam DNA. Karbon dan
nitrogen dalam cincin basa diberi nomor 1 hingga 6 (pirimidin) dan 1 hingga 9 (purin). Oleh
karena itu, karbon dalam gula nukleotida diberi nomor 1 'sampai 5' untuk membedakannya dari
karbon di dalam basa.
 Adenin dan Guanin adalah purin (double ring)
 Sitosin, Timin, dan Urasil adalah purimidine (single ring)
 RNA beruntai tunggal (single-stranded), sedangkan DNA beruntai ganda
 Pencetus double helix adalah Watson and Crick dan didasarkan pada 2 bukti utama
 Konsentrasi timin selalu sama (equal) dengan konsentrasi adenine, konsentrasi
sitosin juga selalu sama dengan konsentrasi guanine. Sehingga konsentrasi total
pirimidin dan konsentras total purin selalu sama. Namun, rasio (T + A, S + G)
ditentukan sangat bervariasi dalam DNA di setiap spesies.
 Melalui X-Ray diffraction patterns, Wilkins, Franklin, dkk dapat membuktikan
struktur double helix pada DNA
 Double helix merupakan terdiri dari 2 rantai polinukleotida yang dihubungkan bersama
oleh ikatan Phosphodiester
 2 untaian polinukleotida disatukan dengan ikatan hydrogen
 Base pairing in DNA adalah Adenin dengan Timin (A = T) diikat oleh 2 ikatan
hydrogen, dan Guanin dengan Sitosin (G = S) yang diikat oleh 3 ikatan hydrogen
 Gugus fosfat memiliki sifat antiparallel atau berlawanan dengan polaritas kimia
 Aposisi dari Adenin dengan Sitosin atau Guanin dengan Timin menghasilkan
penjajaran yang bermuatan identic (+ or -) kelompok pada 2 dari 3 lokasi ikatan
hydrogen potensial. Oleh karena itu, Adenin tidak ditemukan basa berpasangan dengan
Sitosin atau Guanin dengan Timin dalam DNA
 Konformasi yang tepat dari molekul DNA yang diberikan atau segmen molekul DNA
akan tergantung pada sifat molekul yang berinteraksi
 Struktur DNA tidak invariant dan variasi structural dalam molekul DNA dapat
memainkan peran biologis yang penting
 Informasi genetic disimpan dalam DNA, maka replikasi DNA adalah pusat dari semua
biologi

Pertanyaan

1. Apakah bisa adenine berpasangan dengan sitosin dan juga guanine berpasangan dengan
timin? Mengapa? (Moch. Soleh)
2. Apakah sama yang dimaksud dengan ikatan phosphodiester dan ikatan hydrogen?
(Moch. Soleh)
3. Apakah perbedaan struktur kimia DNA dan protein yang memungkinkan para ilmuwan
memberi label satu atau yang lain dari makromolekul ini dengan isotop radioaktif?
(Rizqi Layli K.)
4. Bagaimana eksperimen rekonstitusi Fraenkel-Conrat dan B.Singer membuktikan
bahwa informasi genetik virus mosaik tembakau (TMV) disimpan dalam RNA-nya
bukan pada proteinnya? (Rizqi Layli K.)

Jawaban
1. Tidak bisa, karena akan bertemunya dua unsur yang sama atau penjajaran yang
menghasilkan muatan identic seperti pada sitosin dengan adenine menghasilkan ikatan
identic H dan N, begitu juga dengan timin dan guanine menghasilkan H dan O.
2. Tidak sama, karena ikatan phosphodiester merupakan ikatan yang menghubungkan
antara gugus hidroksil pada posisi ‘5 gula pentose dengan gugus hidroksil posisi ‘3
gugus hidroksil nukeotida berikutnya, sedangkan ikatan hydrogen adalah ikatan yang
terjadi di dalam fosfodiester, yaitu antara basa purin dengan purimidin.
3. DNA mengandung fosfor (isotop umum adalah 31P) tetapi tidak mengandung sulfur,
DNA dapat dilabeli dengan menumbuhkan sel pada media yang mengandung isotop
radioaktif fosfor, 32P. Protein mengandung Sulfur (isotop umum adalah 32S), tetapi
biasanya sedikit atau tidak ada fosfor, protein dapat dilabeli dengan menumbuhkan sel
pada medium yang mengandung isotop radioaktif belerang, 35S.
4. fraenkel-conrat dan Singer mengambil dua jenis TMV yang berbeda memisahkan RNA
dari selubung protein dan menyusun kembali virus "campuran" dengan mencampurkan
protein strain pertama dengan RNA strain kedua, dan sebaliknya. ketika virus campuran
ini digunakan untuk menginfeksi daun tembakau, virus progeni yang dihasilkan selalu
ditemukan secara fenotip dan genotip identik dengan strain induk dari mana RNA telah
diperoleh. Jadi, informasi genetik TMV disimpan dalam RNA, bukan dalam protein.

Anda mungkin juga menyukai