Meskipun sel tipe R tidak dienkapsulasi, sel tipe R membawa gen yang akan mengarahkan
sintesis kapsul jenis tertentu (antigenik tipe II atau III) jika blok dalam pembentukan kapsul
tidak ada. ketika sel tipe R bermutasi kembali ke sel tipe S yang dienkapsulasi, tipe kapsul (II
atau III) ditentukan oleh gen-gen tersebut. Sel R yang berasal dari sel tipe IIS disebut tipe IIR.
ketika sel-sel tipe IIR ini bermutasi kembali ke sel-sel tipe S yang dienkapsulasi, kapsul-kapsul
itu dari tipe II.
Perbedaan jenis kapsul dapat
diidentifikasi dengan cara imunologi. Jika
tipe sel tipe II diinjeksikan ke aliran darah
kelinci, sistem imun dari kelinci akan
menghasilkan atibodi (serangkaian spesifik
protein yang besar berfungsi untuk
melindungi organisme melawan benda asing
seperti makromolekul, virus, dan bakteri
yang merespon secara spesifik dengan sel
tipe II. Antibodi tipe II akan menggumpalkan
pneumokokus tipe II, tetapi tidak pada
pneumokokus tipe III dan sebaliknya.
Griffith menginjeksikan heat-killed
pneumokokus tipe IIIS (virulen ketika hidup)
ditambah pneumokokus hidup tipe IIR
(nonvirulen) pada tikus, banyak tikus yang
mati karena pneumonia, kemudian sel hidup
tipe IIIS diambil dari bangkai tikus (gambar
1). Ketika tikus diinjeksi dengan heat-killed
pneumokokus tipe IIIS saja tidak
menyebabkan tikus mati. Virulensi yang
diamati bukan karena beberapa jenis sel IIIS
yang bertahan dari perlakuan panas.
Pneumokokus virulen hidup yang diambil
Gambar 1 transformasi pada pneumococci dari bangkai berasal dari polisakarida tipe III,
karena diketahui bahwa sel tipe R
nonenkapsulasi bisa bermutasi kembali ke sel tipe S yang dienkapsulasi virulen. Ketika mutasi
seperti itu terjadi pada sel tipe IIR, tetapi sel yang dihasilkan akan bertipe IIS bukan tipe IIIS.
Jadi “transformasi” dari sel tipe IIR nonvirulen ke sel tipe IIIS tidak bisa bermutasi, sebaliknya
beberapa komponen sel tipe IIIS yang mati (prinsip transformasi) harus mengubah sel-sel hidup
tipe IIR ke sel tipe IIIS. Eksperimen selanjutnya menunjukkan peristiwa tersebut yang
dideskripsikan oleh Griffith yang disebut transformasi. Peristiwa yang sama terjadi pada
tabung reaksi ketika sel hidup tipe IIR ditumbuhkan pada sel mati tipe IIIS atau ekstrak sel tipe
IIIS. Karena itu dengan jelas menunjukkan fenotip baru. Tipe IIIS bersifat turun temurun yaitu
disebabkan oleh perubahan genotipe sel yang diwariskan secara permanen.
"prinsip transformasi"
ditunjukkan sebagai DNA pada tahun
1944 oleh avery, MacLeod, dan McCarry,
DNA yang murni dari tipe IIIS
pneumokokus hadir dengan peumococci
tipe IIR. Beberapa pneumokokus diubah
menjadi tipe IIIS. Prinsip transformasi
melibatkan penggunaan enzim (protein
yang mengkatalisasi reaksi metabolik
spesifik) yang menurunkan DNA, RNA,
atau protein. Pada percobaan lain DNA
yang murni dari sel tipe IIIS diperlakukan
dengan (1) deoksiribonuklease ("DNase,"
yang mendegradasi DNA), (2)
ribonuklease ("RNase," yang
mendegradasi RNA), atau (3) protease
(yang mendegradasi protein) dan
kemudian diuji kemampuannya untuk
mengubah sel tipe IIR ke sel tipe IIIS.
Hanya DNase yang memiliki efek pada
Gambar 2 prinsip transformasi oleh Avery, transformasi preparasi DNA, hal tersebut
MacLeod, dan McCarry menghilangkan semua aktivitas
transformasi (gambar 2).
Hasil yang diperoleh oleh Avery dan coworkers menunjukkan bahwa informasi genetik
pada pneumococcus ada dalam DNA. Segmen DNA dalam kromosom pneumococcus yang
membawa informasi genetik yang menentukan sintesis kapsul tipe III secara fisik terintegrasi
ke dalam kromosom sel penerima tipe IIR dengan proses rekombinasi yang terjadi saat
transformasi.
Gambar 6 Struktur dari empat deoksiribonukleotida yang umum ada dalam DNA. Karbon dan
nitrogen dalam cincin basa diberi nomor 1 hingga 6 (pirimidin) dan 1 hingga 9 (purin). Oleh
karena itu, karbon dalam gula nukleotida diberi nomor 1 'sampai 5' untuk membedakannya dari
karbon di dalam basa.
Adenin dan Guanin adalah purin (double ring)
Sitosin, Timin, dan Urasil adalah purimidine (single ring)
RNA beruntai tunggal (single-stranded), sedangkan DNA beruntai ganda
Pencetus double helix adalah Watson and Crick dan didasarkan pada 2 bukti utama
Konsentrasi timin selalu sama (equal) dengan konsentrasi adenine, konsentrasi
sitosin juga selalu sama dengan konsentrasi guanine. Sehingga konsentrasi total
pirimidin dan konsentras total purin selalu sama. Namun, rasio (T + A, S + G)
ditentukan sangat bervariasi dalam DNA di setiap spesies.
Melalui X-Ray diffraction patterns, Wilkins, Franklin, dkk dapat membuktikan
struktur double helix pada DNA
Double helix merupakan terdiri dari 2 rantai polinukleotida yang dihubungkan bersama
oleh ikatan Phosphodiester
2 untaian polinukleotida disatukan dengan ikatan hydrogen
Base pairing in DNA adalah Adenin dengan Timin (A = T) diikat oleh 2 ikatan
hydrogen, dan Guanin dengan Sitosin (G = S) yang diikat oleh 3 ikatan hydrogen
Gugus fosfat memiliki sifat antiparallel atau berlawanan dengan polaritas kimia
Aposisi dari Adenin dengan Sitosin atau Guanin dengan Timin menghasilkan
penjajaran yang bermuatan identic (+ or -) kelompok pada 2 dari 3 lokasi ikatan
hydrogen potensial. Oleh karena itu, Adenin tidak ditemukan basa berpasangan dengan
Sitosin atau Guanin dengan Timin dalam DNA
Konformasi yang tepat dari molekul DNA yang diberikan atau segmen molekul DNA
akan tergantung pada sifat molekul yang berinteraksi
Struktur DNA tidak invariant dan variasi structural dalam molekul DNA dapat
memainkan peran biologis yang penting
Informasi genetic disimpan dalam DNA, maka replikasi DNA adalah pusat dari semua
biologi
Pertanyaan
1. Apakah bisa adenine berpasangan dengan sitosin dan juga guanine berpasangan dengan
timin? Mengapa? (Moch. Soleh)
2. Apakah sama yang dimaksud dengan ikatan phosphodiester dan ikatan hydrogen?
(Moch. Soleh)
3. Apakah perbedaan struktur kimia DNA dan protein yang memungkinkan para ilmuwan
memberi label satu atau yang lain dari makromolekul ini dengan isotop radioaktif?
(Rizqi Layli K.)
4. Bagaimana eksperimen rekonstitusi Fraenkel-Conrat dan B.Singer membuktikan
bahwa informasi genetik virus mosaik tembakau (TMV) disimpan dalam RNA-nya
bukan pada proteinnya? (Rizqi Layli K.)
Jawaban
1. Tidak bisa, karena akan bertemunya dua unsur yang sama atau penjajaran yang
menghasilkan muatan identic seperti pada sitosin dengan adenine menghasilkan ikatan
identic H dan N, begitu juga dengan timin dan guanine menghasilkan H dan O.
2. Tidak sama, karena ikatan phosphodiester merupakan ikatan yang menghubungkan
antara gugus hidroksil pada posisi ‘5 gula pentose dengan gugus hidroksil posisi ‘3
gugus hidroksil nukeotida berikutnya, sedangkan ikatan hydrogen adalah ikatan yang
terjadi di dalam fosfodiester, yaitu antara basa purin dengan purimidin.
3. DNA mengandung fosfor (isotop umum adalah 31P) tetapi tidak mengandung sulfur,
DNA dapat dilabeli dengan menumbuhkan sel pada media yang mengandung isotop
radioaktif fosfor, 32P. Protein mengandung Sulfur (isotop umum adalah 32S), tetapi
biasanya sedikit atau tidak ada fosfor, protein dapat dilabeli dengan menumbuhkan sel
pada medium yang mengandung isotop radioaktif belerang, 35S.
4. fraenkel-conrat dan Singer mengambil dua jenis TMV yang berbeda memisahkan RNA
dari selubung protein dan menyusun kembali virus "campuran" dengan mencampurkan
protein strain pertama dengan RNA strain kedua, dan sebaliknya. ketika virus campuran
ini digunakan untuk menginfeksi daun tembakau, virus progeni yang dihasilkan selalu
ditemukan secara fenotip dan genotip identik dengan strain induk dari mana RNA telah
diperoleh. Jadi, informasi genetik TMV disimpan dalam RNA, bukan dalam protein.