PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Mata merupakan satu diantara organ terpenting tubuh manusia di mana
mata memiliki fungsi sebagai indera penglihatan.Jika terjadi kerusakan atau
gangguan pada fungsi dan peran dari mata, maka pengaruhnya sangatlah
besar pada penglihatan. Gangguan penglihatan adalah suatu kondisi yang
ditandai dengan penurunan tajam penglihatan atau menurunnya luas
lapangan pandang yang dapat mengakibatkan kebutaan. Satu diantara
banyak kerusakan atau gangguan pada mata adalah glaukoma.Glaukoma
merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya peningkatan tekan
intraocular pada mata yang dapat menggangu penglihatan.
Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau
kebirauan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita
glaukoma. Kelainan mata glaukoma ditandai dengan meningkatnya
tekanan bola mata, atrofi saraf optikus, dan menciutnya lapang pandang.
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan yang ketiga di Indonesia.
Terdapat sejumalah 0,40% penderita glaukoma di Indonesia yang
mengakibatkan kebutaan pada 0,60% penduduk prevalensi penyakit mata di
Indonesia adalah kelainan refraksi 24,72%, pterigium 8,79%, katarak 7,40%,
konjungtivitis 1,74%, parut kornea 0,34%, glaukoma 0,40%, retinopati 0,17%,
strabismus 0,12%. Prevalensi dan penyebab buta kedua mata adalah lensa
1,02%, glaukom dan saraf kedua 0,16%, kelainan refaksi 0,11%, retina
0,09%, kornea0,06%, dan lain-lain0,03%, prevalensi total 1,47%.
Diperkirakan di Amerika Serikat ada 2 juta orang yang menderita
glaukoma.Diantaranya mereka hampir setengahnya mengalami gangguan
penglihatan, dan hampir 70.000 benar-benar buta, bertambah sebanyak
5.500 orang buta tiap tahun. Untuk itu kali ini penulis memusatkan pada
pencegahan dan penatalaksanaan glaukoma (Suzanne C. Smeltzer, 2001).
Sedangkan untuk daerah Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 3 juta
penduduknya mengalami glaukoma dan diantara kasus-kasus tersebut,
sekitar 50% tidak terdiagnosis.Ada beberapa sebab dan faktor yang berisiko
terhadap terjadinya glaukoma. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah :
umur, riwayat keluarga yang terkena glaukoma, tekanan bola mata atau
kelainan lensa dan pemakaian steroid secara rutin. Glaukoma juga
diklasifikasikan ke dalam beberapa macam dan berdasarkan pada beberapa
penyebab yang akan dibahas pada bab selanjutnya.
Berdasarkan hal tersebutlah penting kiranya bagi kita sebagai satu
diantara banyak tenaga kesehatan untuk lebih mengetahui dan memahami
konsep serta tindakan apa yang harus dilakukan terhadap masalah di atas.
Bagaimana penyakit tersebut dapat terjadi, apa penyebabnya dan
bagaimana penanganannya. Itulah yang harus kita pahami, di mana hal
itulah yang nantinya sangat diharapkan oleh masyarakat untuk menekan
lajunya angka kejadian penyakit glaukoma.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang
dapat di rumuskan oleh penyusun adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana definisi dari penyakit glaukoma ?
2. Bagaimana fisiologi dari akueous humor ?
3. Apa saja klasifikasi dari penyakit glaukoma ?
4. Apa saja etiologi dari penyakit glaukoma ?
5. Bagaimana patofisiologi dari penyakit glaukoma ?
6. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit glaukoma ?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik untuk penyakit glaukoma ?
8. Bagaimana penatalaksanaan pada penyakit glaukoma?
9. Bagaimana komplikasi pada penyakit glaukoma ?
10. Bagaimana asuhan keparawatan pada penyakit glaukoma ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah :
1. Tujuan umum
Mengetahui dan memahami konsep penyakit, pengertian, patofisiologi,
dan tindakan medis yang diberikan pada penyakit glaukoma.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui dan memahami definisi dari penyakit glaukoma.
b. Mengetahui dan memahami klasifikasi dari penyakit glaukoma.
c. Mengetahui dan memahami etiologi dari penyakit glaukoma.
d. Mengetahui dan memahami patofisiologi dari penyakit glaukoma.
e. Mengetahui dan memahami manifestasi linis dari glaukoma.
f. Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik penyakit
glaukoma.
g. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan penyakit glaukoma.
h. Mengetahui dan memahami komplikasi dari penyakit glaukoma.
i. Mengetahui dan memahami konsep askep pada penyakit
glaukoma.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Glaukoma
Glaukoma mengacu pada penyakit yang berbeda dalam patofisiologi,
presentasi klinik, dan pengobatannya.Glaukoma umumnya ditandai dengan
kehilangan bidang pandang yang disebabkan oleh kerusakan saraf
optikus.Kerusakan saraf optikus tersebut berhubungan dengan tingkat
tekanan intraocular (IOP), yang terlalu tinggi untuk fungsi saraf optikus yang
sesuai (Brunner & Suddart, 2002).
Glaukoma merupakan sekelompok penyakit mata dengan gambaran
umum TIO yang abnormal tinggi dan bila tidak diterapi, penglihatan terancam
hilang.Pada pemeriksaan oftalmoskopi, lempeng optik tampak tertekan
(cupping) karena kehilangan serabut saraf (At a glance, 2006).
Glaukoma ditandai dengan hilangnya lapangan pandang yang
progresif yang disebabkan oleh kerusakan saraf dari tekanan intraokuler
yang meningkat (Harrison, 2008).
Glaukoma adalah kondisi mata yang biasanya disebabkan oleh
peningkatan abnormal tekanan intraocular (sampai lebih dari 20
mmHg).Tekanan yang tinggi kadang-kadang mencapai 60-70 mmHg,
menyebabkan kompresi saraf optikus ketika saraf tersebut keluar dari bola
mata sehingga terjadi kematian serabut saraf.Pada beberapa kasus,
glaukoma dapat terjadi walaupun tekanan intraokular normal. Jenis glaukoma
ini berkaitan dengan penyebab lain kerusakan saraf optikus (Elizabeth
Corwin, 2009).
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai
oleh pencekungan (cupping) diskus optikus dan pengecilan lapangan
pandang; biasanya disertai peningkatan tekanan intraocular (Salmon, 2007).
Glaukoma merupakan sekelompok penyakit kerusakan saraf optik
(neuropati optik) yang biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan
ocular pada papil saraf optik.Hilangnya akson menyebabkan defek lapang
pandang dan hilangnya tajam penglihatan jika lapang pandang sentral
terkena (James, Chris dan Bron, 2005).
Glaukoma ditandai oleh meningkatnya tekanan intraocular yang disertai
oleh pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang (Daniel
Vaughan, 2009).
Aqueous humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi bilik mata
depan dan belakang. Volumenya adalah sekitar 250 µL/mnt.Tekanan
osmotiknya sedikit lebih tinggi dibandingkan plasma. Komposisi aqueous
humor serupa dengan plasma, kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi
askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi; protein , urea, dan glukosa
yang lebih rendah.
Tahanan utama aliran keluar aqueous humor dari bilik mata depan
adalah jaringan jukstakanalikular yang berbatasan dengan lapisan endotel
kanal Schlemm, dan bukan sistem vena. Namun, tekanan di jaringan vena
episklera menentukan nilai minimum tekanan intraokular yang dapat dicapai
oleh terapi medis.
b. Glaukoma Sekunder
Glaukoma dianggap sebagai sekunder bila penyebabnya jelas dan
berhubungan dengan kelainan yang bertanggung jawab pada
peningkatan TIO.Secara khas glaukoma jenis ini biasanya
unilateral.Dapat terjadi dengan sudut terbuka atau tertutup maupun
kombinasi keduanya.
Pada glaukoma sudut terbuka sekunder,peningkatan TIOdisebabkan
oleh peningkatan tahanan aliran keluar humor aqueos melalui jaring-
jaring trabekuler, kanalis Schlemm, dan sistem vena episkleral.Pori-pori
trabekula dapat tersumbat oleh setiap sejenis debris, darah, pus, atau
bahan lainnya.Peningkatan tahanan tersebut dapat diakibatkan oleh
penggunaan kortikosteroid jangka lama, tumor intraokuler, uveitis akibat
penyakit seperti herpes simpleks atau harpes zoster, atau penyumbatan
jaring-jaring trabekula oleh material lensa, bahan viskoelastik (digunakan
pada pembedahan katarak), darah, atau pigmen.Peningkatan tekanan
vena episkleral akibat keadaan seperti luka bakar kimia, tumor
retrobulber, penyakit tiroid, fistula arteriovenosa, jugularis superior vena
kava, atau sumbatan vena pulmonal juga dapat mengakibatkan
peningkatan TIO.Selain itu, glaukoma sudut terbuka dapat terjadi setelah
ekstraksi katarak, implantasi TIO (khususnya lensa kamera anterior),
penguncian sklera, vitrektomi, kapsulotomi posterior, atau trauma.
Pada glaukoma penutupan-sudut sekunder, peningkatan tahanan
aliran humor aqueous disebabkan oleh penyumbatan jaring-jaring
trabekula oleh iris perifer.Kondisi ini biasanya disebabkan oleh
perubahan aliran humor aqueous setelah menderita penyakit atau
pembedahan.Keterlibatan anterior terjadi setelah terbentuknya membran
pada glaukoma neovaskuler, trauma, aniridia, dan penyakit
endotel.Penyebab posterior terjadi pada penyumbatan pupil akibat lensa
atau IOLmenghambat aliran humor aqueous ke kamera anterior.
d. Glaukoma mekanisme-kombinasi
Glaukoma mekanisme kombinasi adalah kombinasi dua atau lebih
bentuk kelompok ini.Glaukoma sudut terbuka yang mengalami komplikasi
penutupan-sudut (atau penyempitan sudut yang menghambat aliran
humor aqueous) adalah bentuk yang paling sering pada glaukoma
mekanisme-kombinasi.
a. Glaukoma Primer
Gejala klinik yang dapat muncul pada glaukoma jenis ini diantaranya:
Miotik :
o Pilokarpin 2-4%, 3-6 kali 1 tetes sehari (membesarkan
pengeluaran cairan mata –outflow).
o Eserin ¼ - 1% , 3-6 kali 1 tetes sehari (membesarkan
pengeluaran cairan mata –outflow).
Simpatomimetik :
o Epinefrin 0,5 – 2%, 1-2 kaliI tetes sehari (menghambat
produksi akuos humor).
Beta blocker :
o Timolol maleate 0,25 – 0,50%, 1-2 kali tetes sehari.
(menghambat produksi akuos humor)
Carbonic anhidrase inhibitor
o Asetazolamid 250 mg, 4 kali I tablet (menghambat produksi
akuos humor). Kalau pada glaukoma akut obat-obat diberi
bersamaan, pada glaukoma sudut terbuka, obat-obat
diberikan satu demi satuatau kalau perlu kemudian baru
dikombinasi. Kalau tidak berhasil, frekwensi tetes mata
dinaikkan atau prosentase obat ditingkatkan atau ditambah
dengan obat tetes lain seperti epinefrine atau tablet
asetazolamid. Seorang dokter umum di daerah dapat
menolong dokter spesialis mata dengan mengukur tekanan
mata tiap bulansekali dan apabila ditemukan bahwa tekanan
meninggi lagi di atas 21 mmHg maka penderita dirujuk
kembali kepada dokter spesialis mata.
Apabila obat-obatan yang maksimal tidak berhasil menahan tekanan
bola mata rata dibawah 21 mmHg dan lapang pandangan terus mundur
dilakukan pembedahan.Jenis pembedahan yang dipakai adalah trepanasi
Elliot atau pembedahan sklerotomi Scheie.Akhir-akhir ini operasi yang
menjadi popular adalah trabulektomi.Pembedahan ini memerlukan
mikroskop.
a. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder ialah suatu jenis glaukoma yang timbul sebagai
penyulit penyakit intraokular.Beberapa kelainanglaukoma sekunder
diantaranya :
- Glaukoma Sekunder Karena Kelainan Lensa Mata
Beberapa contoh adalah luksasi lensa ke depan maupun ke belakang,
lensa yang membengkak karena katarak atau karena trauma, protein
lensa yang menimbulkan uveitis yang kemudian mengakibatkan
tekanan bola mata naik. Yang terakhir ini dinamakan reaksi
fakoanfilaktik yang sering ditemukan pada katarak yag terlalu matang.
Lensa yang membengkak dapat menimbulkan gejala glaukoma
akut.Dikelola seperti glaukoma akut dan kalau sudah tenang lensa
dikeluarkan.
- Glaukoma Sekunder Karena Kelainan Uvea
Uveitis dapat menimbulkan glaukoma karena terbentuknya perlekatan
iris bagian perifer (sinekia) dan eksudatnya yang menutup celah-celah
trabekulum hingga outflow akuos humor terhambat. Tumor yang
berasal dari uvea karena ukurannya dapat menyempitkan rongga bola
mata atau mendesak iris ke depan dan menutup sudut bilik mata
depan.
- Glaukoma Sekunder Karena Trauma atau Pembedahan
Hifema di bilik matadepan karena trauma pada bola mata
dapatmemblokir saluran outflow trabekulum. Perforasi kornea karena
kecelakaan menyebabkan iris terjepit dalam luka dan karenanya bilik
mata depan dangkal. Dengan sendirinya akuos humor tidak dapat
mencapai jaringan trabekulum untuk penyaluran keluar. Pada
pembedahan katarak kadang-kadang bilik mata depan tidak
terbentukuntuk waktu yang cukup lama, ini mengakibatkan perlekatan
iris bagian perifer hingga penyaluran akuos humor terhambat.
- Glaukoma Karena Rubeosis Iris
Trombosis vena retina sentral dan retinopati diabetik acapkali disusul
oleh pembentukan pembuluh darah di iris. Dibagian iris perifer
pembuluh darah ini mengakibatkan perlekatan-perlekatan sehingga
sudut bilik mata depan menutup. Glaukoma yang ditimbulkan biasanya
nyeri dan sulit diobati.
- Glaukoma Karena Kortokosteroid
Dengan munculnya kortikosteroid sebagai pengobatan setempat pada
mata, muncul pula kasus glaukoma pada penderita yang memang
sudah ada bakat untuk glaukoma.Glaukoma yang ditimbulkan
menyerupai glaukoma sudut terbuka.Mereka yang harus diobati
dengan kortikosteroid jangka lama, perlu diawasi tekanan bola
matanya secara berkala.
b. Glaukoma Kongestif
Glaukoma kongenital primer atau glaukoma infantil.Penyebabnya
adalah suatu membran yang menutupi jaringan trabekulum sehingga
menghambat penyaluran keluar akuos humor.Ini dapat timbul pada saat
dilahirkan sampai umur 3 tahun.Tanda yang paling dini adalah lakrimasi
dan fotofobia.Kornea agak suram, karena tekanan bola mata tinggi, bola
mata terenggang, terutama kornea.Akibatnya kornea membesar
sehingga disebut Buftalmos atau “mata sapi”, karena kelainan ini relatif
jarang ditemukan, sering kesuraman kornea dianggap keratitis.Kornea
yang suram setelah lahir juga dapat disebabkan trauma
forsep.Pengobatannya yaitu dengan pembedahan, goniotomi.
Pembedahan ini membuka membran yang berada di depan jaringan
trabekulum.
c. Glaukoma Absolut
Glaukoma absolut merupakan stadium terakhir semua jenis glaukoma
disertai kebutuhan total.Apabila disertai nyeri yang tidak tertahan, dapat
dilakukan cyclocryo theraphy untuk mengurangi nyeri.Seringkali
enukleasi merupakan tindakan yang paling efektif.Apabila tidak disertai
nyeri, bola mata dibiarkan.
b. Etiologi Glaukoma
Penyebabnya tergantung dari klasifikasi glaukoma itu sendiri tetapi pada
umumnya disebabkan karena aliran aqueous humor terhambat yang bisa
meningkatkan tekanan intra okuler.Faktor-faktor resiko dari glaukoma adalah:
a. Tekanan Intra Okuli
Sejumlah faktor yang dapat berhubungan dengan timbulnya
glaukoma sudut terbuka primer adalah tekanan bola mata. Hal ini
disebabkan karena tekanan bola mata merupakan salah satu faktor yang
paling mudah dan paling penting untuk meramalkan timbulnya glaukoma di
masa mendatang. Secara umum dinyatakan bahwa tekanan bola mata
yang lebih tinggi akan lebih memungkinkan terhadap peningkatan
progresifitas kerusakan diskus optikus, walaupun hubungan antara
tingginya tekanan bola mata dan besarnya kerusakan sampai saat ini
masih diperdebatkan. Beberapa kasus menunjukkan, bahwa adanya
tekanan bola matadi atas nilai normal akan diikuti dengan kerusakan diskus
optikus dan gangguan lapang pandangan dalam beberapa tahun.
Sebaliknya pada beberapakasus, pada tekanan bola mata yang normal
dapat juga terjadi kerusakan pada diskus optikusdan lapang pandangan.
Oleh karena itu, definisi tekanan bola mata yang normal sangat sukar untuk
ditentukan dengan pasti
Secara umum dinyatakan bahwa hanya sekitar 0.5%-2% per tahun
terjadi kerusakan diskus optikusdan lapang pandangan
selamapengamatan.Ironisnya, sebagian besar penderita glaukoma sudut
terbuka primer hampir tidak pernah menyadari bahwa tekanan bola
matanya mengalami peningkatan.Seringkali mereka baru menyadari
setelah merasakan ada gangguan yang jelas terhadap tajam penglihatan
atau penyempitan lapang pandangan.
Sementara hubungan antara TIO dengan kerusakan neuropati optik
glaucoma merupakan hal yang fundamental untuk terapi glaukoma sudut
terbuka primer, walaupun terdapat beberapa faktor lainnya (contohnya
suplai darah pada nervus optikus, substansitoksis pada nervus optikus dan
retina, metabolisme aksonal atau ganglion selretina, dan matriks
ekstraselular lamina cribosa) yang dapat memainkan peranan dalam
progresifitas neuropati optik pada glaukoma sudut terbuka primer.
Sementara itu, nilai batas normal tekanan bola mata dalam populasi
berkisar antara 10–21mmHg.
b. Umur
Faktor bertambahnya umur memunyai peluang lebih besar untuk
menderita glaukoma sudut terbuka primer. Vaughan (1995), menyatakan
bahwa frekuensi padaumur sekitar 40 tahun adalah 0,4%–0,7% jumlah
penduduk, sedangkan pada umur sekitar 70 tahun frekuensinya meningkat
menjadi 2%–3% dari jumlah penduduk.
Framingham Studydalam laporannya pada tahun 1994 menyatakan
bahwa populasi glaukoma adalah sekitar 0,7% pada penduduk yang
berusia52–64tahun, meningkat menjadi 1,6% pada penduduk yang berusia
65–74 tahun, dan4,2% pada penduduk yang berusia 75–85 tahun (Sidarta
Ilyas, 2007)
c. Riwayat Keluarga
Glaukoma sudut terbuka primer juga dipengaruhifaktor keluarga.Hal ini
ditunjukkan oleh beberapa survei yang pernah dilakukan. Pada Baltimore
Eye Survey, resiko relatif glaukoma sudut terbuka primermeningkat sekitar
3,7 kali pada seseorang yang memiliki kerabat menderita glaukoma sudut
terbuka primer. Pada Rotterdam Eye Study, prevalensi glaukoma sudut
terbuka primersekitar 10,4% pada pasien yang memunyai riwayat keluarga
yang pernah menderita penyakit yang sama. Peneliti yang sama
mengestimasikan bahwa resiko relatif untuk menderitaglaukoma sudut
terbuka primersebesar 9,2 kali pada seseorang yang memiliki kerabatdekat
yang menderita glaukoma sudut terbuka primer (Darling, 1996)
c. Patofisiologi Glaukoma
Patofisiologi peningkatan tekanan intraocular baik disebabkan oleh
mekanisme sudut terbuka atau sudut tertutup-akan dibahas sesuai
pembahasan masing-masing penyakit tersebut.Efek peningkatan tekanan
intraokular di dalam mata ditemukan pada semua bentuk galukoma, yang
manifestasinya dipengaruhi oleh perjalanan waktu dan besar peningkatan
tekanan intraokular.
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi
sel ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti
bagian dalam retinadan berkurangnya akson di saraf optikus.Diskus optikus
menjadi atrofik,disertai pembesaran cekungan optikus.Iris dan korpus siliare
juga menjadi atrofik, dan prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi
hialin.Pada glaukoma sudut tertutup akut, tekanan intraokular mencapai 60-80
mmHg, sehingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yang disertai edema
kornea (Vaughan,2009).
Tingkat tekanan intraocular tergantung pada keseimbangan antara
produksi dan eksresi aqeous humor.Mekanisme utama penurunan penglihatan
pada glaukoma adalah apoptosis sel ganglion retina yang menyebabkan
penipisan lapisan serat saraf dan lapisan inti-dalam retina serta berkurangnya
akson di nervus optikus.Diskus optikus menjadi atrofik, disertai pembesaran
cawan optik.
Efek peningkatan tekanan intraokular dipengaruhi oleh perjalanan waktu
dan besar peningkatan tekanan intraokular.Pada glaukoma sudut tertutup akut,
tekanan intraokular mencapai 60-80 mmHg, menimbulkan kerusakan iskemik
akut pada iris yang disertai edema kornea dan kerusakan nervus optikus.Pada
glaukoma sudut terbuka primer, tekanan intraokular biasanya tidak meningkat
lebih 30 mmHg dan kerusakan sel ganglion terjadi setelah waktu yang lama,
sering setelah beberapa tahun. Pada glaukoma tekanan normal, sel-sel
ganglion retina mungkin rentan mengalami kerusakan akibat tekanan
intraokular dalam kisaran normal, atau mekanisme kerusakannya yang utama
mungkin iskemia caput nervi optiki (Brunner & Suddart,2002).
Humor akuos berperan sebagai pembawa zat makanan dan oksigen
untuk organ di dalam mata yang tidak berpembuluh darah yaitu lensa dan
kornea, disamping itu juga berguna untuk mengangkut zat buangan hasil
metabolisme pada kedua organ tersebut. Adanya cairan tersebut akan
mempertahankan bentuk mata dan menimbulkan tekanan dalam bola
mata/tekanan intra okuler. Tekanan intraokuler inilah yang berperan dalam
terjadinya glaukoma sehingga menimbulkan kerusakan pada saraf optik.
Humor akuos diproduksi oleh badan silier, masuk ke dalam bilik mata belakang
kemudian mengalir ke bilik mata depan melalui pupil. Setelah sampai ke bilik
mata depan humor akuos akan meninggalkan bola mata melalui suatu
bangunan yang disebut trabekulum yang terletak di sudut iridokornea.
Keseimbangan antara produksi dan pengeluaran/ pembuangan humor akuos
inilah yang menentukan jumlah humor akuos di dalam bola mata.Jika aliran
cairan ini terganggu (biasanya karena penyumbatan yang menghalangi
keluarnya cairan dari bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan tekanan
(Natina, 2001).
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara
saraf optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke
saraf optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus
mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang
pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti
oleh lapang pandang sentral.Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa
menyebabkan kebutaan.
Tekanan intraokular dipertahankan oleh produksi dan pengaliran humor
aqueous yang terus menerus di rongga interior. Cairan yang terbentuk di
dalam badan siliar mata mengalir diantara ligament atau penggantung lensa,
kemudian melintasi pupil, lalu masuk ke dalam bilik mata depan (ruang antara
kornea dan iris), selanjutnya cairan mengalir pada sudut antara kornea dan iris
melalui jaringan laba-laba yang terbuka sangat kecil yang disebut trabekular.
Akhirnya cairan masuk melalui schlemn ke dalam vena-vena ekstraokular.
Pada mata normal tekanan intraokular tetap konstan dan bervariasi
dalam rentang 2 mmHg.Tekanan intraokular normal kurang lebih 15 mmHg
dengan rentangan 12-20 mmHg.Glaukoma dapat terjadi bila ada hambatan
dalam pengaliran humor aqueous yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraokular. Bila tekanan terus meningkat dapat mengakibatkan iskemik dan
matinya neuron-neuron mata sehingga mengakibatkan degenerasi nervus
optikus dan berakhir dengan hilangnya penglihatan sampai pada kebutaan
(James,Chris dan Bron,2005 ).
c. Glaukoma Kongenitalis
Glaukoma kongenitalis sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat
gangguan perkembangan saluran humor aqueus.Glaukoma seringkali
diturunkan.
d. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder terjadi jika mata mengalami kerusakan akibat :
- Infeksi
- Tumor
- Katarak yang meluas
- Penyakit mata yang mempengaruhi pengaliran humor aqueus
dari bilik anterior.
Penyebab paling sering ditemukan adalah uveitis.Penyebab lainnya
adalah penyumbatan vena oftalmikus, cedera mata, pembedahan mata dan
pendarahan kedalam mata.Beberapa obat (misalnya kortikosteroid) juga
bisa menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler(Sidarta Ilyas, 2009).
e. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tonometri
Tonometri adalah istilah generik untuk pengukuran tekanan
intraokular. Instrumen yang paling luas digunakan adalah tonometer
aplanasi Goldmann,yang dilekatkan ke slitlamp dan mengukur gaya yang
diperlukan untuk meratakan luas tertentukornea. Tonometer-tonometer
aplanasilain adalah tonometer Perkindan TonoPen yang portabel;
pneumatotonometer, yang bermanfaat apabila permukaan kornea ireguler
dan dapat digunakan walaupun terdapat lensakontak
ditempatnya.Tonometer Schiotz adalah tonometer portabel dan mengukur
indentasikornea yang ditimbulkan oleh beban tertentu.
Rentang tekanan intraokular normal adalah 10-24 mmHg.Hasil sekali
pembacaan tidak menyingkirkan kemungkinan glaukoma. Pada glaukoma
sudut terbuka primer, banyak pasien akan memperlihatkan tekanan
intraokular yang normal saat pertama kali diperiksa. Sebaiknya peningkatan
tekanan intraokular, semata-mata tidak selalu berarti bahwa pasien
mengidap glaukoma, sudut terbuka primer, karena untuk menegakkan
diagnosis diperlukan bukti-bukti lain berupa adanya diskus optikus
glaukomatosa atau kelainan lapangan pandang. Apabila tekanan tekanan
intraokular terus menurus meninggi sementara diskus optikus dan lapangan
pandang norma (hipertensi okular), pasien dapat diobservasi secara berkala
sebagai tersangka glaukoma.
b. Gonioskopi
Sudut kamera anterior dibentuk oleh taut antara kornea perifer dan
iris, yang diantaranya terdapat jalinan trabekular.konfigurasi sudt ini-
yakniapakah lebar (terbuka), sempit, atau tertutup-menimbulkan dampak
penting pada aliran keluar humor akueus.Lebar sudut kamera anterior dapat
diperkirakan dengan pencahayaan oblik kamera anterior dengan sebuah
senter tangan atau dengan pengamatan kedalaman kamera anterior perifer
dengan slitlamp,tetapi sebaiknya ditentukan dengan gonioskopi, yang
memungkinkan visualisasi langsung struktur-struktursudut.Apabila
keseluruhan jalinan trabekular, taji sklera, dan prosesus iris dapat terlihat,
sudut ditanyakan terbuka.Apabila hanya garis schwalbe atau sebagian kecil
dari jalinan trabekular yang dapat terlihat, sudut dikatakan sempit.Apabila
garis schwalbe tidak terlihat, sudut tertutup.
Faktor-faktor yang menentukan konfigurasi sudut kamera anterior
adalah bentuk kornea-mata miop besar memiliki sudut lebar dan mata
hipermetropik kecil memiliki sudut sempit. Pembesaran lensa seiring dengan
usia cenderung mempersempit sudut. Mata miopik yang besar memiliki
sudut lebar dan mata hiperopik kecil memiliki sudut sempit. Pembesaran
lensa seiring dengan usia mempersempit sudut ini. Hal ini mungkin yang
menyebabkan meningkatnya insiden glaukoma sudut tertutup.
Mata miopik memiliki sudut kamera anterior yang lebar dan mata
hiperopik memilikisudut yang relatif sempit. Pembesaran lensa seiring
dengan usia cenderung mempersempit sudut.
e. Biomikroskopi
Digunakan untuk menentukan kondisi segmen anterior mata, dengan
pemeriksaan ini dapat ditentukan apakah glaukomanya merupakan
glaukoma primer atau sekunder (Perhimpunan Dokter Spesialis Mata
Indonesia, 2002).
f. Oftalmoskopi
Merupakan pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan saraf
optik berdasarkan penilaian bentuk saraf optik menggunakan alat
oftalmoskop direk (Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia, 2002).
h. Perimetri.
Alat ini berguna untuk melihat adanya kelainan lapang pandangan
yang disebabkan oleh kerusakan saraf optic (Perhimpunan Dokter Spesialis
Mata Indonesia, 2002).
f. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan glaukoma adalah menurunkan TIO ke tingkat
yang konsisten dengan mempertahankan penglihatan.Penatalaksanaan bisa
berbeda bergantung pada klasifikasi penyakit dan responnya terhadap
terapi.Terapi obat, pembedahan laser, pembedahan konvensional dapat
dipergunakan untuk mengontrol kerusakan progresif yang diakibatkan oleh
glaukoma.
a. Implikasi Medis
- Farmakoterapi
Terapi obat merupakan penanganan awal dan utama untuk penangnan
glaukoma sudut-terbuka primer.Meskipun program ini dapat diganti, terapi
diteruskan seumur hidup.Bila terapi ini gagal menurunkan TIO dengan
adekuat, pilihan berikutnya pada kebanyakan pasien adalah trabekuloplasti
laser dengan pemberian obat tetap dilanjutkan.Beberapa pasien
memerlukan trabekulotomi.Namun pembedahan laser atau insisional
biasanya merupakan ajuan bagi terapi obat dan bukannya
menggantikannya.
Glaukoma penutupan-sudut akutdengan sumbatan pupil biasanya jarang
merupakan kegawatan bedah.Obat digunakan untuk mengurangi TIO
sebanyak mungkin sebelum iridektomi laser atau insisional.Pada beberapa
kasus, hanya obat saja yang dapat menghentikan serangan, namun
terdapat insidensi tinggi keterlibatan mata sebelah di kemudian hari.Maka
iridoktomi laser bilateral dianjurkan.
Penanganan glaukoma sekunderditujukan untuk kondisi yang
mendasarinya begitu pula untuk menurunkan tingginya TIO.Misalnya,
glaukoma yang disebabkan oleh terapi kortikosteroid ditangani dengan
menghentikan pengobatan kortikosteroid.Uveitis dengan glaukoma diterapi
dengan bahan antiinflamasi.Bahan antivirus, siklopegik, dan kortikosteroid
topikal diresepkan bagi pasien glaukoma yang berhubungan dengan hapes
simpleks dan herpes zoster.
Penggunaan obat dilator pupil (midriatikum) merupakan kontraindikasi
pada pasien dengan glaukoma.Kebanyakan obat mempunyai efek samping,
yang biasanya menghilang setelah 1 atau 2 minggu. Efek samping yang
biasa terdapat pada pemakaian obat topikal adalah pandangan kabur,
pandangan meremang, khususnya menjelang malam, dan kesulitan
memfokuskan pandangan. Kadang-kadang frekuensi denyut jantung dan
respirasi juga terpengaruh.
Obat sistematik dapat menyebabkan rasa kesemutan pada jari dan jari
kaki, pusing, kehilangan nafsu makan, defekasi tidak teratur, dan, kadang,
batu ginjal.Pasien harus diberi tahu mengenai kemungkinan efek
samping.Namun mereka yang sudah menderita penyakit agak lanjut
biasanya mampu menghadapi situasi semacam ini.
Antagonis Beta-adrenergik. Antagonis beta-adrenergik topikal kini
merupakan bahan hipotensif yang paling banyak digunakan karena
efektifitasnya pada berbagai macam glaukoma dan tidak menyebabkan efek
samping yang biasa disebabkan oleh obat lain. Antagonis beta-adrenergik
menurunkan TIO dengan mengurangi pembentukan humor
aqueus.Penghambat beta-adrenergik nonselektif mengenai baik reseptor
beta-1 maupun beta-2.Penghambat beta yang umum adalah timolol,
levobunolol (Betagen), dan optipranolol (Metripranolol). Bahan selektif-beta ,
seperti bataksolol (Betoptik), hanya mempengaruhi tempat reseptor-beta
tertentu. Dengan menggunakan obat ini dapat mengurangi efek samping
kardiopulmonal yang sering dijumpai pada obat non-selektif beta, seperti
distress pernapasan, blok jantung, dan hipotensi.
Bahan Kolinergik. Obat kolinergik topikal (mis, pilokarpin hidroklorida,
karbakol) digunakan dalam penanganan glaukoma jangka pendek dengan
penyumbatan pupil akibat efek langsungnya pada reseptor parasimpatis iris
dan badan sillier. Sebagai akibatnya, sfingter pupil akan berkonstriksi, iris
mengencang , volume jaringan iris pada sudut akan berkurang. Dan iris
perfier tertarik manjauhi jaring-jaring trabekula.Perubahan ini memungkinkan
humor aqueus mencapai saluran keluar dan akibatnya menjadi penurunan
TIO.
Agonis Adrenergik. mekanisme aksi senyawa adrenergik pada glaukoma
belum dipahami benar. Digunakan bersama dengan bahan penghambat
beta-adrenergik, berfungsi saling sinergi dan bukan berlawanan. Agonis
adrenrgik topikal menurunkan IOP dengan meningkatkan aliran keluar
humor aqueus, memperkuat dilatasi pupil, menurunkan produksi humor
aqueus, dan menyebabkan kostriksi pembuluh darah konjunktiva. Contoh
bahan perangsang adrenergik adalah epinefrin dan fenilefrin hidroklorida
(Neosynephrine). Tetes mata epinefrin (larutan 0,1%) banyak digunakan
dalam menangani glaukoma sudut terbuka. Fanilefrin (1%, 2,5%) sering
digunakan untuk mendilatasi mata sebelum.
Inhibitor Anhidrase Karbonat.Inhibitor anhidrase inhibitor, mis.
Asetazolamid (Diamox), diberikan secara sistematik untuk menurunkan IOP
dengan menurunkan pembuatan humor aqueus. Digunakan untuk
menangani glaukoma sudut terbuka (jangka panjang) dan menangani
glaukoma penutupan sudut (jangka pendek) dan glaukoma sembuh sendiri,
seperti yang terjadi setelah trauma.Juga dibutuhkan setelah iridektomi untuk
mengontrol glaukoma residual.Dapat diberikan secara oral atau intervena
selama serangan akut glaukoma.
Diuretika Osmotik.Bahan hiperosmotik oral (gliserol atau intravena
(mis.Manitol) dapat menurunkan TIO dengan meningkatkan osmolalitas
plasma dan menarik air dari mata kedalam peredaran darah.Obat
hiperosmotik sangat berguna penanganan jangka pendek glaukoma
akut.Digunakan untuk menurunkan TIO preopertif sehingga pembedahan
dapat dilakukan dengan tekanan mata yang lebih normal.Juga dapat
menghindari perlunya pembedahan pada glaukoma transien.
Fasilitas aliran keluar humor akueous dengan obat parasimpatomimetik
meningkatkan aliran keluar humor akueousdengan bekerja pada jalinan
trabekular melalui kontraksi otot siliaris. Obat pilihan adalah
pilokarpin,larutan 0,5-6% yang diteteskan beberapa kali sehari, atau gel 4%
yang diteteskan sebelum tidur. Karbakol 0,75-3% adalah obat kolinergik
alternatif. Obat-obat antikolinesterase irreversibel merupakan obat
parasimpatomimetik yang bekerja paling lama. Obat-obat ini adalah
demekarium bromida, 0,125% dan 0,25%,dan ekotiopat iodida, 0,03-0,25%,
yang umumnya dibatasi untuk pasien afakik atau pseudofakik karena
mempunyai potensi karaktogenik.Obat-obat inijuga menimbulkan miosis
kuat yang dapat menyebabkan penutupan sudut pada pasien dengan sudut
sempit.Pasien harus juga diberitahu mengenai kemungkinan ablasio retina.
Semua obat parasimpatomimetik menimbulkan miosis disertai
meredupnya penglihatan, terutama pada pasien dengan katarak, dan
spasme akomodatif yang mungkin menganggu bagi pasien muda.Ablasio
retina adalah kejadian yang jarang tetapi serius.
Epinefrin, 0,25-2% diteteskan sekali atau dua kali sehari, meningkatkan
aliran keluar humor akueous dan sedikit banyak disertai penurunan
pembentukan humor akueus. Terdapat sejumlah efek samping okular
eksteradrenokrom, konjungtivitis folikularis, dan reaksi alergi.Efek samping
intraokular yang dapat terjadi adalah edema makula sistoid pada afakik dan
vasokonstriksi ujung saraf optikus.Dipivefrinadalah suatu produk epinefrin
yang dimetabolisasi secara intraokular menjadi bentuk aktifnya.Epinefrin
dan dipevefrin jangan digunakan untuk mata dengan sudut kamera anterior
sempit.
Penurunan volume korpus vitreum dengan obat-obat
hiperosmotikmenyebabkan darah menjadi hipertonik sehingga air tertarik
keluar dari korpus vitreum danterjadi penciutan korpus vitreum. Selain ini,
juga terjadi penurunan produksi humor akueus. Penurunan volume korpus
vitreum bermanfaatdalam pengobatan glaukoma sudut tertutup akut dan
glaukoma maligna yang menyebabkan pergeseran lensa kristalina ke depan
(disebabkan oleh perubahan volume korpus vitreum atau koroid) dan
menyebabkan penutupan sudut (glaukoma sudut tertutup sekunder).
Gliserin (gliserol)oral, 1 mL/kg berat dalam suatu larutan 50% dingin
dicampur denngan sari lemon, adalah obat yang paling sering digunakan,
tetapi pemakaiannya pada pengidap diabetes harus berhati-hati. Pilihan lain
adalah isosorbin oral dan urea atau manitol intravena.
Miotik, Miadriatik, dan Sikloplegik.Konstriksi pupil sangat penting dalam
penatalaksanaan glaukoma sudut tertutup akut primer dan pendesakan
sudut pada iris plateau.Dilatasi pupil penting dalam pengobatan penutupan
sudut akibat iris bombe karena sinekia posterior.Apabila penutupan sudut
disebabkan oleh pergeseran lensa ke anterior, sikloplegik (siklopntolat dan
atropin) dapatdigunakan untuk melemaskan otot siliaris sehingga
mengencangkan aparatus zonularis dalam usaha untuk menarik lensa ke
belakang.
- Bedah Konvensional
Prosedur bedah konvensional dilakukan bila teknik laser tidak berhasil,
atau peralatan laser tidak tersedia, atau bila pasien tidak cocok untuk
dilakukan bedah laser (mis.Pasien yang tak dapat duduk diam atau
mengikuti perintah).Prosedur filtrasi rutin berhubungan dengan keberhasilan
penurunan TIO pada 80 sampai 90% pasien.
- Trabekulektomi(prosedur filtrasi)
Dilakukan untuk menciptakan saluran pengaliran baru melalui sklera.
Dilakukan dengan melakukan diseksi flap ketebalan setengah (half-tickness)
sklera dengan engsel di limbus. Satu segmen jaringan trabekula
diangkat,flap sklera ditutup kembali, dan konjungtiva dijahit rapat untuk
mencegah kebocoran cairan aqueus. Trabekulektomi meningkatkan aliran
keluar humor aqueus dengan memintas struktur pengaliran yang alamiah.
Ketika cairan mengalir melalui saluran baru ini, akan terbentuk bleb
(gelembung). Dapat diobservasi pada pemeriksaan konjungtiva.Komplikasi
setelah prosedur filtrasi meliputi hipotoni (TIO rendah yang tidak normal),
hifema (darah di kamera anterior mata), infeksi, dan kegagalan filtrasi.
- Prosedur seton
Prosedur setonmeliputi penggunaan berbagi alat pintasan aqueus
sintetis untuk menjaga kepatenan fistula pengaliran. Tabung terbuka
diimplantasi ke kamera anterior dan menghubungkan dengan medan
pengaliran epis-klera. Alat ini paling sering digunakan pada pasien dengan
TIO tinggi, pada mereka yang berisiko tinggi terhadap pembedahan, atau
mereka yang prosedur filtrasi awalnya gagal.Kemungkinan komplikasi
implan pengaliran meliputi pembentukan katarak, hipotoni, dekompensasi
kornea, dan erosi aparatus.
- Iridektomi dan Iridotomi Perifer
Sumbatan pupil paling baik diatasi dengan membentuk komunikasi
langsung antara kamera anteriordan posterior sehingga beda tekanan di
antarakeduanya menghilang. Hal ini dapat dicapai dengan laser neodinium:
YAG atau argon (iridotomi perifer) atau dengan tindakan bedah iridektomi
perifer. Walaupun lebih mudah dilakukan, terapi laser memerlukan
peningkatan tekanan intraokularyang cukup besar, terutama apabila
terdapat penutupan sudut akibat sinekia luas.Iridotomi perifer secara bedah
mungkin menghasilkan keberhasilan jangka panjang yang lebih baik, tetapi
juga berpotensi menimbulkan penyulit intraoperasi dan
pascaoperasi.Iridotomi laser YAG adalah terapi pencegahan yang
digunakan pada sudut sempit sebelum terjadi serangan penutupan sudut.
- Trabekuloplasti Laser
Penggunaan laser (biasanya argon) untukmenimbulkan luka bakar
melalui suatu goniolensa ke jalinan trabekular dapat mempermudah aliran
keluar humor akueus karena efek luka bakar tersebut pada jalinan
trabekular dan kanalis Schlemm serta terjadinya proses-proses selular yang
meningkatkan fungsi jalinan trabekular. Teknik ini dapat diterapkan bagi
bermacam-macam bentuk glaukoma sudut terbuka, dan hasilnya bervariasi
bergantung pada penyebab yang mendasari.Penurunan tekanan biasanya
memungkinkan pengurangan terapi medis dan penundaan tindakan bedah
glaukoma.Pengobatan dapat diulang.Penelitian-penelitian terakhir
memperlihatkan peran trabekuloplasti laser dalam terapi awal glaukoma
sudut terbuka primer.
- Tindakan Siklodestruktif
Kegagalan terapi medis dan bedah dapat menjadi alasan untuk
mempertimbangkan tindakan destruksi korpus siliaris dengan laser atau
bedah untuk mengontrol tekanan intraokular. Krioterapi, diatermi,
ultrasonografi frekuensi tinggi, dan yang paling mutakhir, tatapi laser
neodinium: YAG thermal mode, dapat diaplikasikan ke permukaan mata
tepat di sebalah posterior limbus untuk menimbulkan kerusakan korpus
siliaris di bawahnya. Juga sedang diciptakan energi laser argon yang
diberikan secara transpupiar dan transvitreal langsung ke prosesus siliaris.
Semua teknik siklodestruktif tersebut dapat menyebabkan ftisis dan harus
dicadangkan sebagai terapi untuk glaukoma yang sulit diatasi (Brunner &
Suddart,2002).
b. Implikasi Keperawatan
Pasien mungkin memerlukan rawat inap singkat setelah pembedahan.
Ambulasi progresif diperkenankan, bergantung usia dan kondisi fisik pasien.
Gerakan dan aktivitas berat yang dapat mengakibatkan pasien mengalami
keadaan yang serupa dangan manuver Valsalva (dengan akibat peningkatan
TIO), seperti mengejan, mengangkat beban, dan membungkuk, dihindari
sampai 1 minggu.Pasien tidak di perbolehkan mengendarai kendaraan selama
1 minggu. Mata di balut selama 24 jam atau lebih lama bila diperlukan, dan
mata tidak boleh kemasukan air.
Tetes mata antibiotika spektrum luas dapat diberikan selama 4 sampai 5
hari, dan kortikosteroid topikal diberikan selama beberapa minggu untuk
mengurangi inflamasi dan jaringan parut.Kadang-kadang dapat diberikan
bahan antifibrinolitik atau anti-inflamasi yang lebih kuat, seperti 5-fluorourasil
(5-FU) dan kortikosteroid oral.Karena aspirin dapat mengakibatkan
perdarahan, pemakaiannya merupakan kontraindikasi, dan nyeri biasanya
diatasi dengan asetaminofen.Membaca dapat menyebabkan gerakan mata
cepat-mendadak; maka sebaiknya dilarang sampai diperbolehkan oleh dokter
(Natina, 2001).
d. Pendekatan Gerontologik
Lansia berisiko tinggi menderita glaukoma dan tiga sampai empat kali lebih
sering mengalami glaukoma dibanding dewasa muda. Kadang, penurunan
penglihatan diterima sebagai bagian dari proses penuaan, dan merasa tidak
perlu mencari bantuan medis. Maka, sebagai bagian pemeriksaan fisik pada
setiap orang berusia diatas 35 tahun, tonometri perlu dilakukan dan tekanan
mata perlu dikaji setelah itu.
Keprihatinan utama pemberi perawatan kesehatan yang memberi perawatan
pada pasien glaukoma adalah kecenderungan pasien ini untuk menghentikan
pemberian tetes matanya, mengatakan bahwa tetes mata itu tidak bermanfaat.
Mereka harus dibantu untuk memahami bahwa tetes mata akan menjaga
glaukoma supaya tidak memberat. Penghentian obat akan memungkinkan
glaukoma berlangsung secara insidius sampai terjadi kebutaan. Masalah lain
yang sering dialami oleh manula seperti arthritis, kesepian dan depresi,
konstipasi (mengejan saat buang air besar), dan potensial jatuh dan menderita
kecelakaan harus di perhitungkan ketika memberi perawatan bagi pasien
dengan glaukoma (Natina, 2001).
g. Komplikasi
- Glaukoma kronis
Penatalaksanaan yang tidak adekuat dapat menyebabkan perjalanan
progresif dari glaukoma yang lebih parah.
- Sinekia anterior
Apabila terapi tertunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan trabekular
(sinekia anterior) sehingga menimbulkan sumbatan irreversible sudut
kamera anterior dan menghambat aliran akueous humor terhambat.
- Katarak
Glaukoma pada keadaan tekananan bola mata yang sangat tinggi maka
akan terjadi gangguan permeabilitas kapsul lensa sehingga terjadi
kekeruhan lensa.
- Kerusakan saraf optikus
Kerusakan saraf pada glaukoma umumnya terjadi peningkatan tekanan
dalam bola mata.Bola mata normal memiliki tekanan kisaran 10-20
mmHg.Sedangkan penderita glaukoma memiliki tekanan mata yang lebih
dari normal bahkan terkadang dapat mencapai 50-60 mmHg pada keadaan
akut.Tekanan mata yang tinggi akan menyebabkan kerusakan saraf.
Semakin tinggi tekanan mata akan semakin berat kerusakan saraf yang
terjadi.
- Kebutaan
Kontrol tekanan intraokuler yang buruk, akan menyebabkan semakin
rusaknya saraf optik dan semakin menurunnya visus hingga terjadi
kebutaan
1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat : Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan
dengan gangguan penglihatan.
b. Makanan / Cairan : Mual, muntah (glaukoma akut)
c. Neurosensori : Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap
(katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran
cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer,
fotofobia(glaukoma akut). Perubahan kacamata/pengobatan tidak
memperbaiki penglihatan.
Tanda : Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea
berawan. Peningkatan air mata.
d. Nyeri / Kenyamanan : Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma
skronis). Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar
mata, sakit kepala (glaukoma akut).
e. Penyuluhan / Pembelajaran
Riwayat keluarga : glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler.
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan
tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin.
Riwayat Okular :Tanda peningkatan TIO : nyeri tumpul, mual, muntah,
pandangan kabur, Pernah mengalami infeksi : uveitis, trauma,
pembedahan.
Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan
dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau
penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
b. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa
tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau
glaukoma.
c. Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25
mmHg)
d. Pengukuran gonioskopi : Membantu membedakan sudut terbuka dari
sudut tertutup glaukoma.
e. Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO
normal atau hanya meningkat ringan.
f. Pemeriksaan oftalmoskopi: Mengkaji struktur internal okuler, mencatat
atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan
mikroaneurisma.
g. Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosisi,PAK.
i. Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
Anjurkan klien untuk menghindari Untuk mencegah peningkatan TIO lebih lanjut.
perilaku yang dapat memprovokasi nyeri.
Ajarkan tindakan distraksi dan relaksasi Untuk menurunkan sensasi nyeri dan
pada klien. memblokir sensasi nyeri menuju otak. Teknik
ini umumnya efektif saat nyeri tidak sangat
mengganggu klien.
Intervensi Rasional
Dekati klien dari sisi yang sehat. Memberikan rangsang sensori, mengurangi rasa
isolasi/terasing.
Intervensi Rasional
Kaji derajat kecemasan, faktor Umumnya faktor yang menyebabkan kecemasan
yang menyebabkan kecemasan, adalah kurangnya pengetahuan dan ancaman
tingkat pengetahuan, dan aktual terhadap diri. Pada klien glaukoma, rasa
ketakutan klien akan penyakit. nyeri dan penurunan lapang pandang
menimbulkan ketakutan utama.
Berikan kesempatan pada klien Menimbulkan rasa aman dan perhatian bagi
untuk bertanya dengan klien.
penyakitnya. Dukungan psikologis dapat berupa penguatan
Berikan dukungan psikologis. tentang kondisi klien, peran serta aktif klien
dalam perawatan maupun mengorientasikan
bagaimana kondisi penyakit yang sama menimpa
klien yang lain.
Terangkan setiap prosedur yang
dilakukan dan jelaskan tahap Mengurangi rasa ketidaktahuan dan kecemasan
perawatan yang akan dijalani, yang terjadi.
seperti riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, foto toraks,
EKG, diet, sedasi operasi dll.
4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang dibuat.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah hasil akhir yang diharapkan. Berdasarkan beberapa
diagnosa yang mungkin muncul, maka evauluasi yang diharapkan adalah :
- Nyeri yang dirasakan klien berkurang
- Terjadi peningkatan luas lapang pandangan
- Klien mampu melakukan perawatan diri secara maksimal
- Risiko cedera minimal
- Klien tahu dan mengerti mengenai penyakit dan bagaimana cara
pengobatannya berdasarkan informasi yang diberikan.s