Nurul Annisatussholeha
(17360125)
Pembimbing :
dr. Toni Prasetya, Sp.PD, FINASIM
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
ilmu penyakit dalam. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad saw serta
Pada kesempatan ini juga kami berterimakasih atas bimbingan dari dr.
Toni Prasetya, Sp.PD, FINASIM dan semua pihak yang telah memberi kami
bantuan untuk dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik secara langsung
makalah ini, baik dari segi isi maupun penyajiannya. Untuk itu kami
makalah-makalah selanjutnya.
Penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN
waktu yang singkat dan menimbulkan keadaan klinis yang gawat. (14). Seberapa
besar TD yang dapat menyebabkan krisis HT tidak dapat dipastikan, sebab hal ini
juga bisa terjadi pada penderita yang sebelumnya nomortensi atau HT
ringan/sedang. Walaupun telah banyak kemajuan dalam pengobatan HT, namu
para kilinisi harus tetap waspada akan kejadian krisis HT, sebab penderita yang
jatuh dalam keadaan ini dapat membahayakan jiwa/kematian bila tidak
ditanggulangi dengan cepat dan tepat. Pengobatan yang cepat dan tepat serta
intensif lebih diutamakan daripada prosesur diagnostik karena sebagian besar
komplikasi krisis HT bersifat reversible. Dalam menanggulangi krisis HT dengan
obat anti hipertensi, diperlukan pemahaman mengenai autoregulasi TD dan aliran
darah, pengobatan yang selektif dan terarah terhadap masalah medis, yang
menyertai, pengetahuan mengenai obat parenteral dan oral anti hipertensi, variasi
regimen pengobatan untuk mendapatkan hasil pengobatan yang memadai dan efek
samping yang minimal. Dalam makalah ini akan dibahas klasifikasi, aspek klinik,
prosedur diagnostik dan pengobatan krisis hipertensi.
Pada makalah ini, penulis akan menjelaskan tentang krisis hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan penunjang :
Hipertensi berat
Emergensi neurologi yang dapat dikoreksi dengan pembedahan.
Ansietas dengan hipertensi labil.
Oedema paru dengan payah jantung kiri
AUTOREGULASI
25% dibawah resting MAP. Oleh karena itu dalam pengobatan krisis hipertensi,
pengurangan MAP sebanyak 20–25% dalam beberapa menit/jam, tergantung dari
apakah emergensi atau urgensi penurunan TD pada penderita aorta diseksi akut
ataupun oedema paru akibat payah jantung kiri dilakukan dalam tempo 15–30
menit dan bisa lebir rendah lagi dibandingkan hipertensi emergensi lainnya.
Penderita hipertensi ensefalopati, penurunan TD 25% dalam 2–3 jam. Untuk
pasien dengan infark cerebri akut ataupun pendarahan intrakranial, pengurangan
TD dilakukan lebih lambat (6 – 12 jam) dan harus dijaga agar TD tidak lebih
rendah dari 170 – 180/100 mmHg.
Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor utama yaitu : Cardiac output ( C.O
) dan systemic vasculer resistance ( SVR ). Cardiac output ditentukan oleh Stroke
Volume ( SV ) dan Hearth Rate ( HR ). Resistensi perifer terjadi akibat peripheral
vascular resistensi ( PVRB) dan renal vascular resistence ( RVR ).
Obat yang menambah SVR dan mengurangi CO seperti beta blocker tanpa
intrinsic sympathomimetic activity ( ISA ) haruslah dihindari karena akan
menyebabkan eksaserbasi gangguan hemodinanamik seperti payah jantung,
kongestive dan oedem paru.
13
Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis
hipertensi tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau
urgensi. Jika hipertensi emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran
maka penderita dirawat diruangan intensive care unit, ( ICU ) dan diberi salah satu
dari obat anti hipertensi intravena ( IV ).
sedasi, hoyong, mulut kering, rasa sakit pada parotis. Bila dihentikan
secara tiba-tiba dapat menimbulkan sindroma putus obat.
Dengan tetesan berkisar 12-104 tetes/menit dapat dicapai TD yang diingini dan
penderita tidak mengalami penurunan TD yang berlebihan. Hasil yang diperoleh
yaitu TD diastolik dapat diturunkan <120mmHg dalam 1 jam dan respons yang
baik pada 90,5% kasus. Kerugian obat ini adalah efek samping yang sering timbul
seperti mulut kering, mengantuk dan depresi. Pada hipertensi dengan tand iskemi
cerebral ataupun stroke, obat ini akan memperberat gejala.
Di Medan dibagian penyakit dalam FK USU pada 1991, telah diteliti efek
akut obat oral anti hipertensi terhadap hipertensi sedang dan berat pada 60
penderita. Efek akut nifedipine dalam waktu 5-15 menit. Demikian juga dengan
clonidine dalam waktu 5-35 menit. Dari hasil ini diharapkan kemungkinan
penggunaan obat oral anti hipertensi untuk krisis hipertensi. Pada tahun 1993 telah
diteliti penggunaan obat oral nifedipine sublingual dan captoprial pada penderita
hipertensi krisis memberikan hasil yang cukup memuaskan setelah menit ke 20.
19
Dikenal adanya “first dose” effek dari Prozosin. Dilaporkan bahwa reaksi
hipotensi akibat pemberian oral Nifedifine dapat menyebabkan timbulnya infark
miokard dan stroke. Dengan pengaturan titrasi dosis Nifedipine ataupun Clonidin
biasanya TD dapat diturunkan bertahap dan mencapai batas aman dari MAP.
Penderita yang telah mendapat pengobatan anti hipertensi cenderung lebih
sensitive terhadap penambahan terapi.Untuk penderita ini dan pada penderita
dengan riwayat penyakit cerebrovaskular dan koroner, juga pada pasien umur tua
dan pasien dengan volume depletion maka dosis obat Nifedipine dan Clonidine
harus dikurangi.Seluruh penderita diobservasi paling sedikit selama 6 jam setelah
TD turun untuk mengetahui efek terapi dan juga kemungkinan timbulnya
orthotatis. Bila ID penderita yang obati tidak berkurang maka sebaiknya penderita
dirawat dirumah sakit.
21
2.7 Prognosis
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Faktor klinis lain : obat lain yan gdiberikan , status volum dll. Effek
sqamping obat Besarnya penurunan TD umumnya kira-kira 25% dari MAP
ataupun tidak lebih rendah dari 170-180/100mmHg. Pemakaian oabat parenteral
untuk hipertensi emergensi lebih aman karena TD dapat diatur sesuai dengan
keinginan, sedangkan dengan obat oral kemungkinan penurunan TD melebihi
diingini sehingga dapat terjadi hipoperfusi organ. Drug of choice untuk hipertensi
emergensi adalah Sodium Nitroprusside. Nifedipine, Clinidine, merupakan oral
anti hipertensi yang terpilih untuk hipertensi urgensi. Dari berbagai penelitian
(dalam dan luar negri ) bahwa obat oral Nifedipine dan Captopril cukup efektif
untuk mengatasi hipertensi emergensi. Pemberiaan diuretika pada hipertensi
emergensi dimana dibuktikan adanya volume overload seperti payah jantung
kongestif dan oedema paru. Pemberian Beta Blocker tidak dianjurkan pada krisis
hipertensi kecuali pada aorta disekasi akut
23
DAFTAR PUSTAKA
Anwar C.H. ; Fadillah. A ; Nasution M. Y ; Lubis H.R; 1991 : Efek akut obat anti
hipertensi (Nifedipine, Klonodin Metoprolol ) pada penderita hipertensi
sedang dan berat ; naskah lengkap KOPARDI VIII, Yogyakarta, 279-83.
Gonzale D.G, Ram C.SV.S., 1988 : New Approaches for the treatment of
Hypertensive Urgencies and Emergencies, Cheast, I, 193-5.
Kaplan N.M, 1986 : Clinical Hypertention, 4th Edition, William & Elkins,
Baltimore, 2273-89.