Pembimbing :
dr. Juspeni Kartika, Sp.PD
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
Senior dan untuk menambah pengetahuan di bidang ilmu interna. Shalawat serta
salam kepada Nabi Muhammad saw serta keluarga yang telah menjadi suri
Pada kesempatan ini juga kami berterimakasih atas bimbingan dari dr.
Juspeni Kartika, Sp.PD dan semua pihak yang telah memberi kami bantuan untuk
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
makalah ini, baik dari segi isi maupun penyajiannya. Untuk itu kami
makalah-makalah selanjutnya.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui struktur eritropoetin
2. Mahasiswa mengetahui fungsi eritropoetin
3. Mahasiswa mengetahui struktur reseptor eritropoetin (EpoR)
4. Mahasiswa mengetahui mekanisme aktivasi reseptor eritropoetin
5. Mahasiswa mengetahui anemia pada penyakit kanker
6. Mahasiswa mengetahui klasifikasi anemia pada kanker
7. Mahasiswa mengetahui gangguan produksi eritropoetin
8. Mahasiswa mengetahui penggunaan Eritropoetin pada pasien kanker
dalam praktik klinis
1.2 Manfaat
1.2.1 Bagi Ilmu pengetahuan
Untuk dapat memperkaya ilmu pengetahuan di bidang interna,
khususnya tentang penggunaan eritropoetin pada pasien anemia
dengan kanker
1.2.2 Bagi Masyarakat
Untuk dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang
penggunaan eritropoetin pada pasien anemia dengan kanker.
1.2.3 Bagi Penulis
Untuk memberikan informasi dan menambah ilmu pengetahuan
mengenai tentang penggunaan eritropoetin pada pasien anemia dengan
kanker
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Promoter gen Epo tidak mempunyai elemen TATA atau CAAT untuk
aktivasi transkripsi. Elemen-elemen regulator transkripsi utama adalah hypoxia
responsive element (HRE) untuk pengikatan HIF-1/2 α/β dan faktor transkripsi
lain (misalnya hepatic nuclear factor [HNF]-4). Elemen regulator DNA lainnya
adalah kidney inducible element (KIE), negative regulatory element (NRE), liver-
inducible element (LIE), dan negative regulatory liver element (NRLE). Pada
manusia, mRNA Epo menyandi suatu protein dengan 193 asam amino. Namun,
selama modifi kasi pascatranslasional terjadi pemecahaan asam-asam amino di 27
N-terminal dan arginin C-terminal sehingga struktur Epo matur hanya
mengandung 165 asam amino (Gambar 2). Molekul Epo mengandung dua ikatan
disulfi da di antara asam amino 7 dan 161 serta asam amino 29 dan 33 untuk
menstabilkan strukturnya.
Pada keadaan hipoksia berat, Epo dapat meningkat sampai 1000 kali lipat.
Hormon ini kemudian bersirkulasi dalam darah mengikat reseptor-reseptor spesifi
k di sel-sel progenitor eritroid, memacu viabilitas, proliferasi dan diferensiasi
prekursor-prekursor eritroid sehingga menghasilkan peningkatan sel darah merah.
Peningkatan kapasitas oksigen darah yang bertambah kemudian meningkatkan
tekanan oksigen jaringan dan menjadi mekanisme umpan balik negatif terhadap
produksi Epo.
Kadar Hb saat
memulai Kurang dari 10 g/dL Kurang dari 10 g/dL
ESA
Hb terendah untuk
Target Kurang dari 12 g/dL menghindari transfusi
(bervariasi antar pasien)
Penghentian terapi
ESA jika 8-9 minggu tidak respons 6-8 minggu tidak respons
tidak ada respons
Tabel 1 Perbandingan antara NCCN dan ASCO
Baik NCCN maupun ASCO memiliki perhatian yang sama pada keadaan
trombosis. Uji klinik awal ESA melaporkan bahwa target hematokrit yang tinggi
(42 ± 3%) me-ningkatkan kejadian vaskuler (arteri dan vena). Pasien dengan
faktor risiko trombosis sebelumnya, berisiko mengalami trombosis pada
penggunaan ESA. Faktor risiko trombosis antara lain riwayat tromboemboli,
mutasi yang diturunkan, hiperkoagula-bilitas, peningkatan kadar trombosit
sebelum kemoterapi, hipertensi, penggunaan steroid, pemanjangan imobilisasi,
baru manjalani pembedahan, terapi tertentu multipel mieloma, dan agen
hormonal.
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA