Anda di halaman 1dari 25

Resusitasi Jantung Paru

(RJP)

Penyaji : Nurul Annisatussholeha


Pembimbing : dr. Imam Ghozali, Sp.An
Resusitasi Jantung Paru

Resusitasi jantung paru (RJP) bertujuan mengembalikan fungsi


nafas dan atau sirkulasi yang berhenti.
Indikasi

• ditandai dengan tidak adanya


gerakan dada dan aliran udara
Henti nafas pernafasan dari korban

• Henti sirkulasi ini akan cepat


menyebabkan otak dan organ
Henti jantung vital kekurangan oksigen
Henti nafas
tenggelam keracunan obat

radang epiglottis
Henti jantung
Syok
Penyakit kardiovaskular
Fase resusitasi jantung
Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support)
Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk oksigenisasi
darurat secara efektif pada organ vital melalui
ventilasi buatan dan sirkulasi buatan.

Airway

Breathing

Circulation
Sebelum melakukan tahapan resusitasi jantung paru, harus
terlebih dahulu dilakukan prosedur awal pada korban/pasien

Memastikan keamanan lingkungan

Memastikan kesadaran pasien/korban

Meminta pertolongan

Memperbaiki posisi pasien/korban

Mengatur posisi penolong


Penolong harus Penolong tidak boleh

Melakukan kompresi dada pada kecepatan 100-120/menit Mengompresi pada kecepatan lebih rendah dari 100/menit
atau lebih cepat dari 120/menit

Mengkompresi ke kedalaman minimum 2 inch (5cm) Mengkompresi ke kedalaman kurang dari 2 inchi (5cm) atau
lebih dari 2,4 inchi (6cm)

Membolehkan recoil penuh setelah setiap kali kompresi Bertumpu di atas dada diantara kompresi yang dilakukan

Meminimalkan jeda dalam kompresi Menghentikan kompresi dada lebih dari 10 detik

Memberikan ventilasi yang cukup (2 nafas buatan setelah 30 Memberikan ventilasi berlebihan
kompresi, setiap nafas buatan diberikan lebih dari 1 detik)
• Memastikan ada tidaknya denyut
Circulation jantung pasien/korban
• Memberikan bantuan sirkulasi

AHA Guideline 2010 merekomendasikan beberapa hal dalam metode sirkulasi


(push fast and hard)
Kecepatan adekuat minimal 100 kali per menit
Kedalaman adekuat :
Dewasa : 2 inchi (5cm), rasio 30:2 (1 atau 2 penolong)
Anak : 1/3 AP (±5cm), rasio 30:2 (1 penolong) dan 15:2 (dua penolong)
Bayi : 1/3 AP (±4cm), rasio 30:2 (1 penolong) dan 15:2 (dua penolong)
Airway
Jalan nafas harus dipastikan terbuka dan bersih sehingga memungkinkan pasien dapat
bernafas optimal

head tilt – chin lift


Jaw trust
pemberian bantuan nafas sehingga terbentuk ventilasi
Breathing paru dan oksigenisasi yang adekuat

Pada Guideline AHA 2015


• Nafas pertolongan diberikan setiap satu
detik
• Pemberian volume tidal yang cukup untuk
memproduksi peningkatan volume dada
yang terlihat
• Rasio kompresi dada : ventilasi 30:2
• Ventilasi diberikan 1 nafas buatan setiap 6
detik (10 nafas buatan permenit).
Mulut ke mulut (mouth to mouth) Mulut ke hidung (mouth to nose)

Mulut ke stoma treakeostomi Mulut ke sungkup


Fibrilasi Treatment/Penggunaan AED

ritme jantung awal yang paling sering terjadi sebelum


henti jantung adalah fibrilasi ventrikel

Penggunaan defibrillator untuk tindak kejut


listrik tidak diindinkasikan pada penderita
dengan asistol atau pulseless electrical activity
Obat-obatan resusitasi

Epinefrin
Memberikan maafaat pada pasien dengan henti
jantung. Dosis 1 mg intraosseus 3-5 menit

Amiodaron
Diberikan secara IV mempengaruhi kanal natrium,
kalium dan kalsium serta memberikan efek
menghambat alfa dan beta adrenergic. Dosis inisial
300mg diberikan IV atau intraosseus 150 mg
Tanda-tanda keberhasilan RJP
• Pergerakan dada setiap tiupan (ventilasi)
• Reflek pupil +
• Denyut jantung kembali
• terdengar reflek pernafasan spontan
• kulit pucat berkurang
• Penderita berusaha untuk menelan
• Penderita menggeliat atau memberontak
RJP dihentikan
• pasien dalam stadium akhir suatu penyakit
• Irama dan pompa jantung tidak dapat dikembalikan dan
denyut jantung tidak bertambah
• Telah terjadi kematian otak, seperti tidak adanya nafas
spontan, tidak adanya reflek saraf otak dan serta pupil tetap
dilatasi selama 15-30 menit.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai