Anda di halaman 1dari 2

LISTRIK ERA KOLONIAL

ADITIO WIRAWAN (171211036)

Listrik, hadir di Indonesia melalui perusahaan Belanda bernama NV Nederlandsch


Indie Gas & Electriciteit. Perusahaan ini hadir di Indonesia pada tahun 1897.
Kantornya hinggakini masih terawak apik, terletak di dekat Stasiun Gambir, Jakarta
yang kini digunakan menjadi kantor PLN Distribusi Jakarta Raya.

Perusahaan Gas dan Listrik Hindia Belanda itu membangun pembangkit tenaga uap
di Gambir, di tepi Sungai Ciliwung, berkekuatan 3.200 kwatt, 3.000 kwatt, dan
1.350 kwatt yang merupakan pembangkit pertama di Hindia Belanda. Setromnya
untuk memasok keperluan listrik bagi Jakarta dan sekitarnya.

Mrazek mengatakan “pada 19 November 1859, konsesi pertama oleh menteri


jajahan Belanda diberikan untuk memasang sistem lampu gas umum di Batavia dan
sekitarnya,” (dalam Matanasi, 2017). Lampu tersebut dioperasikan oleh perusahaan
Hindia Belanda yang bernama L.I. Eindhoven & Co.

Lampu gas pertama menyala pada 4 September 1862, di gedung yang kini dikenal
Sebagai Istana Negara. Kemudian pada 1 Oktober 1862 digunakan untuk menerangi
jalanan utama di Batavia, termasuk di Cikini.

Seiring dengan hadirnya listrik di Eropa, Belanda pun mengirimkan listrik ke


negara jajahannya, termasuk Indonesia. Tahun 1863, Belanda mendirikan
Nederlandsch Indische Gas & Ellectriciteit Maatschappij yang merupakan
perusahaan gas Hindia Belanda. NIGM juga berekspansi ke Suriname pada 1908,
dan Curacao pada 1927.

Di Hindia Belanda, bisnis listrik berkembang pesat. Pada akhir abad ke-19, NIGM
berekspansi ke Surabaya. NIGM kemudian mendirikan anak perusahaan Algemeene
Nederlandsche Indische Electriciteit Maatschappij, biasa disebut ANIEM. ANIEM
dengan cepat berkembang menjadi perusahaan listrik terbesar di tanah air.

Suryadi mengatakan ”banyak priayi Yogya yang menyebut "aniem" untuk listrik
dan "cagak aniem" untuk tiang listrik” (dalam Matanasi, 2017). Hingga akhir abad
20 Aniem masih lekat pada kepala orang zaman dulu khususnya pada kota-kota
yang sudah teraliri jaringan listrik (Matanasi, 2017).

Sebagai perusahaan listrik, ANIEM dikelola dengan standar tinggi. Mesin


pembangkitnya dipilih dari pemasok handal yang hingga kini sejumlah
pembangkitnya masih beroperasi.
ANIEM dikelola dengan sistem desentralisasi. Masing-masing anak perusahaan
mengelola secara otonom. ANIEM memiliki beberpa anak perusahaan. Di
antaranya NV Oost Java Electriciteits Maatschappij dan NV Solosche Electriciteits
Maatschappij yang beroperasi di Solo, Klaten, Sragen, dan Yogjakarta.

Kerapihan dan keelokan kerja ANIEM harus berakhir setelah masuknya Jepang ke
Indonesia pada 1942. Pengelolaan listrik diambil alih oleh Djawa Denki Djigjo Sja.
Pada 1945, menyusul kekalahan Jepang dari tentara Sekutu, Jepang pergi ari
Indonesia. Pengelolaan listrikpun beralih ke pihak Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Matanasi Petrik. 2017. “ANIEM : Menyetrum Hindia Belanda, Menyalakan


Indonesia”. https://tirto.id//aniem-menyetrum-hindia-belanda-
menyalakan-indonesia-cyRH [29 Mei 2018]

Qadar Iwan Himawan. 2016. “Listrik Era Kolonial”, Tambang, Agustus 2016/Th
XI, hlm 11. Jakarta : PT. Media Bakti Tambang

Anda mungkin juga menyukai