LAPORAN PENDAHULUAN
Trauma dada
Robekan pleura
Takikardi
2.1 Pengkajian
Identitas klien
Meliputi nama, umur (20-30an dengan pneumotoraks spontan primer (PSP) dan 50-
60an dengan pneumotoraks spontan sekunder ( PSS)), jenis kelamin (laki-laki lebih
banyak dibandingkan perempuan), pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat, serta
data penanggung jawab
I. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)
Keluhan Utama :
Biasanya klien merasa sesak nafas, bernafas terasa berat pada dada, dan susah
untuk melakukan pernafasan.
i.i Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan sesak napas sering kali datang mendadak dan semakin lama
semakin berat. Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat,
tertekan, dan terasa lebih nyeri pada gerakan pernapasan. Melakukan
pengkajian apakah da riwayat trauma yang mengenai rongga dada seperti
peluru yang menembus dada dan paru, ledakan yang menyebabkan tekanan
dalam paru meningkat, kecelakaan lalu lintas biasanya menyebabkan trauma
tumpul didada atau tusukan benda tajam langsung menembus pleura.
i.ii Riwayat kesehatan dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit seperti TB paru
dimana sering terjadi pada pneumothoraks spontan.
i.iii Riwayat kesehatan keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit yang mungkin menyebabkan pneumothoraks seperti kanker paru,
asma, TB paru, dan lain-lain.
II. Pemeriksaan Fisik
ii.i Tanda – tanda Vital dan Keadaan Umum
TD : pada pasien pneumothorax dapat mengalami hipotensi/hipertensi
Suhu : suhu badan meningkat > 37,20C
RR : < 11 – 24 x /mnt
Nadi : nadi dalam batas normal 60 – 100x/ menit
ii.ii Pemeriksaan Fisik Per Sistem
a. Sistem Pernafasan
Inspeksi : terjadi tachypnea, penggunaan otot bantu pernafasan, dada
tampak cembung.
Palpasi : gerakan dada tidak simetris (bagian yang sakit tertinggal),
vocal fremitus menghilang/menurun
Perkusi : suara lapang paru hipersonor
Auskultasi : suara nafas melemah
b. Sistem Kardiovarkuler
Pada sistem kardiovaskuler biasanya terdapat tanda seperti tachycardia,
irama jantung gallop, terjadi peninnngkatan/penurunan pada tekanan
darah, dan suhu badan meningkat.
c. Sistem Persyarafan
Tidak terdapat gangguan pada sistem persyarafan
d. Sistem Perkemihan – Eliminasi Uri
Biasanya terjadi oliguria apabila klien mengalami syok.
e. Sistem pencernaan – eliminasi Alvi
Akibat adanya sesak nafas, klien biasanya mengalami mual dan muntah,
penurunan nafsu makan serta menurunnya berat badan.
f. Sistem Integumen dan Muskuloskeletal
- Integument
Terdapat sianosis, pucat, diaphoresis, serta terdapat krepitasi pada sub
cutan pada kulit yang tedapat pneumothorax
- Musculoskeletal
Pada trauma di rusuk dada, sering sekali didapatkan adanya kerusakan
otot dan jaringan lunak dada sehingga meningkatkan resiko infeksi.
Klien sering dijumpai mengalami gangguan dalam memenuhi
kebutuhan aktifitas sehari-hari disebabkan adanya sesak nafas,
kelemahan dan keletihan fisik secara umum.
g. Sistem Reproduksi
Tidak terjadi gangguan pada sistem reproduksi
h. Sistem Endokrin
Tidak terjadi gangguan pada sistem endokrin
i. Status Mental
Pasien tampak gelisah, bingung serta strupor
j. Status Neurologis
Vertigo, nyeri
ii.iii Pemeriksaan Penunjang
1. Thorax foto : adanya penumpukan udara, jantung terdorong ke sisi
yang sehat
2. Rongen : gambaran rontgen pneumothorax akan tampak hitam, rata
dan paru yang kolaps akan tampak garis yang merupakan
tepi paru
3. Analisa gas darah
Analisa data
3.1 Kesimpulan
Pneumotoraks didefinisikan sebagai adanya udara atau gas dalam rongga
pleura, yaitu, di ruang potensial antara pleura viseral dan parietal paru. Hasilnya
adalah kolapsnya paru-paru pada sisi yang terkena. Udara bisa masuk ruang
intrapleural melalui hubungan dari dinding dada (yaitu trauma) atau melalui
parenkim paru-paru di pleura visceral.
Klasifikasi Pneumotoraks dapat dibedakan berdasarkan penyebab terjadinya,
letak lokasi, derajat kolaps serta berdasarkan jenis fistelnya. Berikut klasifikasi pada
pneumothorax :
A. Berdasarkan penyebab
1. Pneumotoraks spontan
2. PneumothoraksTraumatik
3. Pneumotoraks karena tekanan
B. Lokasi
1. Pneumothorax parietalis
2. Pneumothorax mediastinalis
3. Pneumothorax basalis
C. Derajat kolaps
1. Totalis
2. Partialis
D. Jenis fistel
1. Terbuka (open pneumothorax)
2. Tertutup (close pneumothorax)
3. Tension (Ventil Pneumothorax)
Pneumothorax dapat disebabkan karena trauma pada dada selain itu juga dapat
disebabkan karena suatu penyakit seperti TBC paru, Bronkitis kronis, Emfisema dan
Ca paru. Gejalanya yang dapat muncul pada pasien dengan pneumothorax yaitu
sesak napas, dada terasa sempit, gelisah, keringat dingin, sianosis, tampak sisi yang
terserang menonjol dan tertinggal dalam pernapasan, perkusi lapang paru hipersonor,
dan pola napas melemah pada bagian yang terkena.
Komplikasi yang dapat terjadi apabila pneumothorax tidak ditangani
diantaranya yaitu fraktur multiple, hemopneumothoraks, emfisema pembedahan,
tamponade jantung, rupture jantung, rupturototpapilar, ruptur klepjantung dan
hematothoraks. Apabila terdapat proses lain diparu, maka pengobatan tambahan
ditujukan terhadap penyebabnya ;
Terhadap proses tuberkolosis paru, diberi obat anti tuberkolosis.
Untuk mencegah obstipasi dan memperlancar defekasi, penderita diberi laksan
ringan ringan, dengan tujuan supaya saat defekasi, penderita tidak dapat perlu
mengejan terlalu keras.
Istirahat total
Penderita dilarang melakukan kerja keras ( mengangkat barang berat ), batuk,
bersin terlalu keras, mengejan
3.2 Saran
Kita sebagai tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan kasus pernafasan salah satunya yaitu pada kasus dengan
pneumothorax.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II Ed. IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
TIM PENYUSUN. 2007. DIAGNOSA NANDA (NIC & NOC) 2007 – 2008