Anda di halaman 1dari 17

( EMFISEMA )

KELOMPOK 10

1.) Danang Eko S. H.


2.) Yusuf Apriyatno
3.) Khoirul Anam
Definisi Emfisema
Emfisema adalah penyakit paru kronis yang
dicirikan oleh kerusakan pada jaringan paru,
sehingga paru kehilangan keelastisannya.
Emfisema dibagi menurut pola asinus yang terserang. Ada dua bentuk pola
morfologik dari emfisema yaitu:

1. CLE (Emfisema Sentrilobular)


 CLE ini secara selektif hanya menyerang bagian bronkhiolus respiratorius.
Dinding-dinding mulai berlubang, membesar, bergabung dan akhirnya
cenderung menjadi satu ruang.
2. PLE (Emfisema Panlobular)
 Merupakan bentuk morfologik yang lebih jarang, dimana alveolus yang
terletak distal dari bronkhiolus terminalis mengalami pembesaran serta
kerusakan secara merata. PLE ini mempunyai gambaran khas yaitu tersebar
merata diseluruhparu-paru .
ETIOLOGI
Faktor Genetik
Hipotesis Elastase-Anti Elastase
Rokok
Infeksi
Polusi
Faktor Sosial Ekonomi
Pengaruh usia
Obstruksi jalan nafas
Manifestasi Klinis
Gejala lain yang juga timbul diantaranya sebagai berikut :
Dispnea
Pada inspeksi : bentuk dada “ burrel chest”
Pernafasan dada , pernafasan abnormal tidak efektif , dan
penggunaan otot – otot aksesori pernafasan (sternokleidomastoid )
Pada perkusi : hiperesonans dan penurunan fremitus pada seluruh
bidang paru .
Pada aukultasi : terdengar bunyi  nafas dengan krekels ,
ronkhi ,dan perpanjangan ekspirasi
Anoreksia , penurunan berat badan , dan kelemahan umum
Distensi vena leher selama ekspirasi
Patofisiologi
Emfisema merupakan kelainan di mana terjadi kerusakan pada dinding
alveolus yang akan menyebebkan overdistensi permanen ruang udara.
Perjalanan udara akan tergangu akibat dari perubahan ini. Kerja nafas
meningkat dikarenakan terjadinya kekurangan fungsi jaringan paru-paru
untuk melakukan pertukaran O2 dan CO2. Kesulitan selama ekspirasi pada
emfisema merupakan akibat dari adanya destruksi dinding (septum) di antara
alveoli, jalan nafas kolaps sebagian, dan kehilangan elastisitas untuk mengerut
atau recoil. Pada saat alveoli dan septum kolaps, udara akan tertahan di antara
ruang alveolus yang disebut blebsdan di antara parenkim paru-paru yang
disebut bullae. Proses ini akan menyebabkan peningkatan ventilatory
pada ‘dead space’ atau area yang tidak mengalami pertukaran gas atau darah.
Emfisema juga menyebabkan destruksi kapiler paru-paru, selanjutnya terjadi
penurunan perfusi O2 dan penurunan ventilasi. Emfisema masih dianggap
normal jika sesuai dengan usia, tetapi jika hal ini timbul pada pasien yang
berusia muda biasanya berhubungan dengan bronkhitis dan merokok.
Komplikasi
Sering mengalami infeksi pada saluran pernafasan
Daya tahan tubuh kurang sempurna
Tingkat kerusakan paru semakin parah
Proses peradangan yang kronis pada saluran nafas
Pneumonia
Atelaktasis
Pneumothoraks
Meningkatkan resiko gagal nafas pada pasien.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologis
 Pemeriksaan kedistal fungsi paru
Analisis gas darah
Pemeriksaan EKG
Penata Laksanaan
1.) Non Medis
Penyuluhan
Menerangkan pada para pasien hal-hal yang dapat memperberat
penyakit, hal-hal yang harus di hindarkan dan bagaimana cara
pengobatan dengan baik.
pencegahan
Rokok
Merokok harus di hentikan meskipun sukar . penyeluhan dan usaha
yang optimal harus di lakukan .
Menghidari lingkungan polusi
Sebaiknya di lakukan penyuluhan secara berkala pada pekerja paprik ,
terutama pada pabrik – pabrik yang mengeluarkan zat – zat polutan
yang berbahaya terhadap saluran nafas
2.) Medis
Vaksin
Di anjurkan vaksinasi untuk mencegah eksaserbasi , terutama
terhadap influenza dan infeksi pneumokuku
Farmakoterapi
Tujuan utama adalah untuk mengurangi obstruksi jalan nafas yang
masih memepunyai komponen yang reversible meskipun sedikit.
Hal ini dapat di lakukan dengan :
Pemberian bronkodilator
Pemberian kortikoteroid
Mengurangi sekresi mucus
Pemberian bronkodilator
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai