menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur (ill-structured) dan bersifat
terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan
menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru
(Fathurrohman, 2015: 112).
Masalah dapat mendorong keseriusan, inquiry, dan berpikir dengan cara yang bermakna
dan sangat kuat. Akar desain masalah adalah masalah riil yang berupa kenyataan hidup.
Semakin dekat dengan dunia nyata, akan semakin baik pengaruhnya pada peningkatan
kecakapan belajar peserta didik. Hal ini sejalan dengan pendapat Moffit (Sani, 2014: 241) yang
mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik
untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. Dalam metode ini
masalah yang dikemukakan kepada siswa harus dapat membangkitkan pemahaman siswa
terhadap masalah, keinginan memecahkan masalah, dan adanya persepsi bahwa mereka
mampu memecahkan masalah tersebut.
Di dalam pembelajaran PBL, peserta didik sebagai pusat pembelajaran, sementara guru
berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi peserta didik untuk secara aktif menyelesaikan
masalah dan membangun pengetahuannya secara berpasangan atau berkelompok dan guru
banyak memberikan stimulus pada peserta didik, menentukan langkah apa yang harus
dilakukan oleh peserta didik. Penggunaan metode problem based learning (PBL) dapat
membuat peserta didik terbiasa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil juga
melatih peserta didik untuk berpikir kritis. Melalui PBL peserta didik mempresentasikan
gagasannya, terlatih merefleksikan persepsinya, mengargumentasikan dan mengomu-
nikasikan ke pihak lain sehingga guru pun memahami proses berpikir peserta didik, dan guru
dapat membimbing serta mengarahkan pada kesimpulan yang benar. Dengan demikian,
pembelajaran berlangsung sesuai dengan kemampuan peserta didik, sehingga interaksi antara
guru dan peserta didik, antar peserta didik menjadi terkondisi dan terkendali.
Pemilihan atau penentuan masalah nyata ini dapat dilakukan oleh guru maupun peserta
didik yang disesuaikan dengan kompetensi dasar tertentu. Masalah bersifat terbuka (open-
ended problem), yaitu masalah yang memiliki banyak jawaban benar atau memiliki banyak
strategi penyelesaian. Masalah itu juga bersifat tidak terstruktur dengan baik yang tidak dapat
diselesaikan secara langsung dengan cara menerapkan formula tertentu melainkan memerlukan
informasi lain dalam pemecahan masalahnya. Sebagaimana Tan (Amir, 2015: 22) menyatakan
beberapa karakteristik yang dicakup dalam proses PBL adalah:
Menurut Sanjaya (Rusmono, 2012: 78) terdapat lima kriteria dalam memilih materi pelajaran
dengan menggunakan metode PBL, yaitu:
Materi pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik (conflict issue)
yang dapat bersumber dari berita, rekaman video, dan lainnya.
Materi yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan peserta didik, sehingga
mereka dapat mengikutinya dengan baik.
Materi yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan keperluan orang
banyak (universal) sehingga dirasakan manfaatnya.
Materi yang dipilih merupakan bahan yang mendukung kompetensi yang harus dimiliki
peserta didik sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
Materi yang dipilih sesuai dengan minat siswa, sehingga setiap siswa merasa perlu
untuk mempelajarinya.
Pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning ini memiliki tahapan-tahapan
atau sintaks yang dikutip menurut Iskander (Fathurrohman, 2015: 116) seperti pada tabel
berikut.
Mengorientasikan peserta didik · Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam
terhadap masalah aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau
ditentukan
Tahap 2
· Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan
Mengorganisasi peserta didik untuk
masalah yang sudah diorientasikan pada tahap sebelumnya.
belajar
Tahap 3 · Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk
Membimbing penyelidikan individual mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk
maupun kelompok menyelesaikan masalah.
Tahap 4 · Guru membantu peserta didik untuk berbagi tugas
dan merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai
Mengembangkan dan menyajikan sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan,
hasil karya video, atau model.
Tahap 5
· Guru membantu peserta didik untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah
Menganalisis dan mengevaluasi proses
yang dilakukan.
pemecahan masalah