PENGENALAN ALAT
Yang kedua, juga buatan Abrams, tapi perbesarannya sebesar dua kali
dan empat kali. Untuk perbesaran empat kali perlu ditambah lensa
pelengkap dan kaki stereoskopnya direndahkan untuk mengatur fokusnya.
Yang ketiga, stereoskop lensa yang dilengkapi dengan
‘stereomicrometer’ yang dipasang pada stereoskop itu. Stereoskop ini
1
diletakkan pada papan sekaligus sebagai kotak pembungkusnya.
Stereoskop ini disebut ‘Taschenmesstereoscope’. Ia dikembangkan untuk
pekerja medan bagi geologiwan, pakar dan peneliti kehutanan, dan pakar
bidang lain.
2
mata, yaitu pada umumnya sejauh 25 cm sehingga dapat dihindarkan
kendala tumpang tindih yang sering dialami pada pengamatan citra dengan
menggunakan stereoskop lensa. Stereoskop tipe ini keterbatasannya karena
ukurannya terlalu besar tidak mudah untuk dibawa dan harganya lebih
mahal daripada stereoskop lensa biasa.
Stereokop cermin merupakan jenis baku yang banyak digunakan dalam
interpretasi citra. Ia terdiri dari sepasang lensa, sepasang prisma atau
cermin dan sepasang cermin yang dipasang pada empat kaki. Stereoskop
cermin ini dilengkapi dengan binokuler dan batang paralaks atau
stereometer. Binokuler digunakan untuk pengamatan foto udara dengan
perujudan yang diperbesar, baik skala tegak maupun skala mendatarnya.
Untuk mengamati seluruh daerah pertampalan harus dilakukan
pergeseran foto stereonya. Untuk memudahkan pekerjaan ini ada
stereoskop yang dibuat dengan lensa pengamatan yang dapat diputar-putar
untuk dapat mengamati atau menyiang seluruh daerah pertampalan
sehingga tidak memerlukan pergeseran stereoskop maupun foto stereonya.
Stereoskop ini disebut stereoskop cermin penyiam ‘Old Delft’ atau ‘Old
Delft scanning stereoscope’. Ia dapat digunakan dengan perbesaran 1,5
atau 4,5 kali.
1.3 Paralaksbar
Alat ini terdiri dari dari sebuah batang yang pada kedua ujungnya
terpasang masing-masing lensa. Pada kedua lensa tersebut terdapat tanda
berupa titik, silang atau lingkaran kecil yang disebut tanda apung (Floting
mark) tanda di lensa sebelah kiri disebut fixed mark, karena pada batang
terdapat titik merah atau hitam, dimana orange yang akan menggunakanya
harus menentukan konstanta batang paralaks dengan memilih salah satu
titik tersebut. Bila telah ditetapkan titik merah, maka selanjutnya lensa kiri
ini tidak diubah-ubah lagi (fixed). Lensa sebelah kanan memiliki tanda
juga yang disebut half mark. Titik ini dapat digerakkan sesuai dengan
3
posisinya pada objek yang dikehendaki dengan cara memutar-mutar skip
micrometer.
Paralaks batang digunakan untuk mengukur besarnya paralaks suatu
titik. Paralaks titik biasanya diperlukan untuk mengukur ketinggian titik
tersebut. Pengukuran tinggi ini dapat pula dilakukan dengan mistar,
paralaks tangga dan paralaks meter.
4
pada titik yang akan diukur paralaksnya pada foto kanan, dimana
peletakan dilakukan dengan melihat dari stereoskop. Kemudian dilakukan
pembacaan pada sekrup mikrometer yang dibaca dalam milimeter (mm).
Paralaksbar
Paralaksbar
5
BAB II
FOTOGRAMETRI
2.1 Fotogrametri
Adalah teknik pemetaan melalui foto udara. Hasil pemetaan secara
fotogrametrik berupa peta foto dan tidak dapat langsung dijadikan dasar
atau lampiran penerbitan peta. Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat
lepas dari referensi pengukuran secara terestris, mulai dari penetapan
ground controls (titik dasar kontrol) hingga kepada pengukuran batas
tanah. Batas-batas tanah yang diidentifikasi pada peta foto harus diukur di
lapangan.
Menurut Van Hoeve Fotogrametri adalah Suatu metode atau cara
untuk mengkonstruksikan bentuk, ukuran dan posisi pada suatu benda
yang berdasarkan pemotretan tunggal maupun stereoskopik.
Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan dan
teknologi untuk memperoleh data dan informasi tentang suatu objek serta
keadaan disekitarnya melalui suatu proses pencatatan, pengukuran dan
interpretasi bayangan fotografis (hasil pemotretan). Salah satu bagian dari
pekerjaan fotogrametri adalah interpretasi foto udara. Oleh karena itu
dengan adanya praktikum tentang interpretasi foto udara dan pembuatan
peta tutupan lahan kali ini diharapkan mahasiswa Program Studi Teknik
Geodesi mampu melakukan interpretasi foto udara dengan menggunakan
prinsip-prinsip interpretasi yang benar serta dilanjutkan dengan pembuatan
peta tutupan lahan. Adapun prinsip yang digunakan dalam interpretasi foto
terdiri dari 7 (tujuh) kunci interpretasi yang meliputi : bentuk, ukuran,
pola, rona, bayangan, tekstur, dan lokasi. Dengan beracuan pada 7 (tujuh)
kunci tersebut maka kita dapat mengidentifikasi dengan jelas objek yang
sebenarnya.
Interpretasi Foto Udara
Interpretasi foto udara merupakan kegiatan menganalisa citra foto
udara dengan maksud untuk mengidentifikasi dan menilai objek pada
6
citra tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip interpretasi. Interpretasi
foto merupakan salah satu dari macam pekerjaan fotogrametri yang
ada sekarang ini. Interpretasi foto termasuk didalamnya kegiatan-
kegiatan pengenalan dan identifikasi suatu objek.
Dengan kata lain interpretasi foto merupakan kegiatan yang
mempelajari bayangan foto secara sistematis untuk tujuan identifikasi
atau penafsiran objek.
Interpretasi foto biasanya meliputi penentuan lokasi relatif dan
luas bentangan. Interpretasi akan dilakukan berdasarkan kajian dari
objek-objek yang tampak pada foto udara. Keberhasilan dalam
interpretasi foto udara akan bervariasi sesuai dengan latihan dan
pengalaman penafsir, kondisi objek yang diinterpretasi, dan kualitas
foto yang digunakan. Penafsiran foto udara banyak digunakan oleh
berbagai disiplin ilmu dalam memperoleh informasi yang digunakan.
Aplikasi fotogrametri sangat bermanfaat diberbagai bidang Untuk
memperoleh jenis-jenis informasi spasial diatas dilakukan dengan
teknik interpretasi foto/citra,sedang referensi geografinya diperoleh
dengan cara fotogrametri. Interpretasi foto/citra dapat dilakukan
dengan cara konvensional atau dengan bantuan komputer.Salah satu
alat yang dapat digunakan dalam interpretasi konvensional adalah
stereoskop dan alat pengamatan paralaks yakni paralaks bar.
Didalam menginterpretasikan suatu foto udara diperlukan
pertimbangan pada karakteristik dasar citra foto udara.Dan dapat
dilakukan dengan dua cara yakni cara visual atau manual dan
pendekatan digital.Keduanya mempunyai prinsip yang hampir sama.
Pada cara digital hal yang diupayakan antara lain agar interpretasi
lebih pasti dengan memperlakukan data secara kuantitatif. Pendekatan
secara digital mendasarkan pada nilai spektral perpixel dimana tingkat
abstraksinya lebih rendah dibandingkan dengan cara manual. Dalam
melakukan interpretasi suatu objek atau fenomena digunakan
sejumlah kunci dasar interpretasi atau elemen dasar interpretasi.
7
Dengan karakteristik dasar citra foto dapat membantu serta
membedakan penafsiran objek – objek yang tampak pada foto udara.
Berikut tujuh karakteristik dasar citra foto yaitu :
1. Bentuk
Bentuk berkaitan dengan bentuk umum, konfigurasi atau
kerangka suatu objek individual. Bentuk agaknya merupakan
faktor tunggal yang paling penting dalam pengenalan objek pada
citrta foto.
2. Ukuran
Ukuran objek pada foto akan bervariasi sesuai denagn skala
foto. Objek dapat disalahtafsirkan apabila ukurannya tidak dinilai
dengan cermat.
3. Pola
Pola berkaitan susunan keruangan objek. Pengulangan bentuk
umum tertentu atau keterkaitan merupakan karakteristik banyak
objek, baik alamiah maupun buatan manusia, dan membentuk
pola objek yang dapat membantu penafsir foto dalam
mengenalinya.
4. Rona
Rona mencerminkan warna atau tingkat kegelapan gambar
pada foto.ini berkaitan dengan pantulan sinar oleh objek.
5. Bayangan
Bayangan penting bagi penafsir foto karena bentuk atau
kerangka bayangan menghasilkan suatu profil pandangan objek
yang dapat membantu dalam interpretasi, tetapi objek dalam
bayangan memantulkan sinar sedikit dan sukar untuk dikenali
pada foto, yang bersifat menyulitkan dalam interpretasi.
8
6. Tekstur
Tekstur ialah frekuensi perubahan rona dalam citra foto.
Tekstur dihasilkan oleh susunan satuan kenampakan yang
mungkin terlalu kecil untuk dikenali secara individual dengan
jelas pada foto. Tekstur merupakan hasil bentuk, ukuran, pola,
bayangan dan rona individual. Apabila skala foto diperkecil maka
tekstur suatu objek menjadi semakin halus dan bahkan tidak
tampak.
7. Lokasi
Lokasi objek dalam hubungannya dengan kenampakan lain
sangat bermanfaat dalam identifikasi.
9
BAB IIII
PETA TOPOGRAFI
10
2. Pola Aliran Radial
Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang arah alirannya
menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu, seperti
puncak gunungapi atau bukir intrusi. Pola aliran radial juga dijumpai
pada bentuk-bentuk bentangalam kubah (domes) dan laccolith. Pada
bentang alam ini pola aliran sungainya kemungkinan akan merupakan
kombinasi dari pola radial dan annular.
11
curam dari kedua sisinya. Sungai utama dengan cabang-cabangnya
membentuk sudut tegak lurus sehingga menyerupai bentuk pagar. Pola
aliran trellis adalah pola aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis)
dan dikontrol oleh struktur geologi berupa perlipatan sinklin dan
antilin. Sungai trellis dicirikan oleh saluran-saluran air yang berpola
sejajar, mengalir searah kemiringan lereng dan tegak lurus dengan
saluran utamanya. Saluran utama berarah searah dengan sumbu
lipatan.
12
lereng dengan kemiringan lereng yang seragam. Pola aliran paralel
kadangkala mengindikasikan adanya suatu patahan besar yang
memotong daerah yang batuan dasarnya terlipat dan kemiringan yang
curam. Semua bentuk dari transisi dapat terjadi antara pola aliran
trellis, dendritik, dan paralel.
13
d. Dataran banjir cukup luas.
e. Erosi lateral > erosi vertikal.
14
3.2.2 Stadia Daerah
Ketika sungai terbentuk dan mulai mengalir menuju base level,
sungai akan memotong lembah, mengairi channel sungai, dan
membentuk morfologi yang dilewatinya ( Tarbuck & Lutgens, 1984,
hal 225 – 226 ). Pembentukan stadia daerah juga dipengaruhi oleh iklim
daerah tersebut. Stadia daerah pada daerah yang beriklim humid / basah
berbeda dengan stadia pada daerah arid / kering.
Daerah bertingkat erosi muda ditandai oleh
1. Relief bertambah dengan cepat,
2. Sungai-sungai belum berkembang luas
3. Sungai-sungai dipisahkan oleh divides yang luas
15
Sungai yang mengalir searah dengan arah kemiringan
lereng yang dilewatinya. Umumnya sungai konsekuen ini
terdapat pada daerah yang mengalami peristiwa tektonik,
misalnya uplifted dome, block mountain, dan daerah pesisir
pantai.
2. Sungai subsekuen
Adalah sungai yang mengalir mengikuti arah strike
batuan atau arah jurus perlapisan batuan pada daerah dengan
batuan yang kurang resisten, atau sungai yang mengalir
mengikuti kekar – kekar dan sesar pada daerah dengan batuan
yang kristalin.
3. Sungai obsekuen
Merupakan sungai yang arah alirannya berlawanan arah
dengan arah kemiringan perlapisan batuan, dan juga
berlawanan arah dengan arah sungai konsekuen. Sungai
obsekuen umumnya hanya pendek dengan gradien sungai yang
curam, umumnya berupa anak sungai yang mengalir melewati
tebing gunung yang curam atau escarpments.
4. Sungai resekuen
Adalah sungai yang mengalir mengikuti arah jurus
kemiringan batuan dan kemiringan lereng. Tetapi sungai
resekuen terbentuk belakangan dan pada ketinggian yang lebih
rendah dengan besar kemiringan batuan lebih kecil daripada
sungai konsekuen. Sungai resekuen umumnya terdapat sebagai
anak sungai dari sungai subsekuen.
5. Sungai insekuen
Merupakan sungai yang arah alirannya tidak
dikendalikan oleh struktur batuan, tidak mengalir mengikuti
arah kemiringan perlapisan batuan. Sungai insekuen mengalir
ke semua arah yang mungkin untuk dilewati, dan hasilnya
membentuk pola penyaluran dendritik.
16
6. Sungai anteseden
Adalah sungai yang telah ada sebelum perbukitan atau
pegunungan terbentuk, sungai ini tetap mempertahankan
kedudukan selama proses uplifting berlangsung, akibatnya
sungai membentuk water gap karena mengalir melewati
punggungan atau perbukitan.
7. Sungai superimposed ( superposed )
Merupakan sungai yang mengalir sepanjang daerah
yang tertutupi oleh dataran alluvial atau sedimen yang dapat
membentuk peneplain. Apabila telah mengalami rejuvinasi,
sungai superposed akan memotong lapisan penutupnya.
Rejuvinasi dapat terjadi apabila peneplain mengalami uplifting.
8. Sungai reversed/membalik
Adalah sungai yang tidak dapat mempertahankan
kedudukannya ketika uplifting terjadi, hanya mengubah arah
alirannyamengikutikelerengandaerahnya. Sungai compound.
Merupakan sungai yang mengalir melewati dua daerah atau
lebih dengan umur geomorfologi yang berbeda.
9. Sungai composite
Adalah sungai yang mengalir melewati dua daerah atau
lebih dengan struktur geologi yang berbeda.
17
permukaan di sekitarnya.Ciri-cirinya atau karakteristik yang terlihat
di foto udara :
a. Umumnya topografi agak kasar sampai kasar tergantung
tingkat denudasinya.
b. Relief agak miring sampai miring.
c. Pola tidak teratur.
d. Banyak lembah-lembah kering dan erosi lereng atau back
erosion.
18
3. Bentang Alam Fluvial
Bentangalam fluvial adalah bentangalam yang terbentuk
sebagai akibat dari prosesfluviatil atau aktivitas sungai.Ciri-cirinya :
a. Adanya endapan material lepas.
b. Berkaitan erat dengan aktivitas air sungai.
c. Daerah memiliki relief relatif datar
19
Ada dua tipe bentang alam glasial, diantaranya yaitu:
a. Alpine Glaciation → terbentuk pada daerah pegunungan.
b. Continental Glaciation → bila suatu wilayah yang luas tertutup
gletser.
20
5. Bentang Alam Karst
Bentangalam karst adalah bentuk bentangalam hasil dari
sisa-sisa organisme laut yangtelah mati. Jenis topografi karst
terbentuk di daerah dengan litologi batugamping, gipsum,dan batu-
batu kain dengan adanya dissolution. Ciri-ciri :
a. Pada umumnya bentuk topografinya tidak teratur.
b. Umumnya terdapat adanya aliran sungai bawah tanah.
c. Terdapat lubang-lubang hasil pelarutan air.
3.3 Ordo
Alur sungai dalam suatu DAS dapat dibagi dalam beberapa orde
sungai. Orde sungai adalah posisi percabangan alur sungai di dalam
urutannya terhadap induk sungai di dalam suatu DAS. Dengan demikian
makin banyak jumlah orde sungai akan semakin luas pula DAS nya dan
akan semakin panjang pula alur sungainya.
Tingkat percabangan sungai (bufurcation ratio) adalah angka atau
indeks yang ditentukan berdasarkan jumlah alur sungai untuk suatu orde.
21
permukaan lahan sebagai hasil interaksi antara proses fisik dan gerakan
kerak dengan geologi lapisan permukaan bumi. Berdasarkan kedua definisi
tersebut, dapat disimpulkan bahwa bentuklahan merupakan bentang
permukaan lahan yang mempunyai relief khas karena pengaruh kuat dari
struktur kulit bumi dan akibat dari proses alam yang bekerja pada batuan
di dalam ruang dan waktu tertentu. Masing-masing bentuklahan dicirikan
oleh adanya perbedaan dalam hal struktur dan proses geomorfologi,
relief/topografi dan material penyusun (Zmit, 2013).
Struktur geomorfologi memberikan informasi tentang asal-usul
(genesa) dari bentuklahan. Proses geomorfologi dicerminkan oleh tingkat
pentorehan atau pengikisan, sedangkan relief ditentukan oleh perbedaan
titik tertinggi dengan titik terendah dan kemiringan lereng. Relief atau
kesan topografi memberikan informasi tentang konfigurasi permukaan
bentuklahan yang ditentukan oleh keadaan morfometriknya. Litologi
memberikan informasi jenis dan karakteristik batuan serta mineral
penyusunnya, yang akan mempengaruhi pembentukan bentuklahan (Zmit,
2013).
Bentuklahan adalah suatu kenampakan medan yang terbentuk oleh
proses alami yang memiliki komposisi tertentu dan karakteristik fisikal
dan visual dengan julat tertentu yang terjadi dimanapun bentuklahan
tersebut terdapat. Berdasarkan klasifikasi yang dikemukaan oleh Van
Zuidam (1969) dan Verstappen maka bentuk muka bumi dapat
diklasifikasikan menjadi 8 satuan bentuklahan utama (geomorfologi), yang
dapat masing-masing dirinci lagi berdasarkan skala peta yang digunakan.
Adapun satuan bentuk lahan tersebut adalah sebagai berikut (Zmit, 2013).
22
1. Bentuklahan asal structural
Bentuk lahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen
atau proses tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan, dan
pensesaran. Gaya (tektonik) ini bersifat konstruktif (membangun), dan
pada awalnya hampir semua bentuk lahan muka bumi ini dibentuk
oleh kontrol struktural. Bentuklahan asal struktural adalah sebagai
berikut (Suhendra, 2009).
a. Pegunungan blok sesar (simbol : S1)
b. Gawir sesar (simbol : S2)
c. Pegunungan antiklinal (simbol : S3)
d. Perbukitan antiklinal (simbol : S4)
e. Perbukitan atau pegunungan sinklinal (simbol : S5)
f. Pegunungan monoklinal (simbol : S6)
g. Pegunungan atau perbukitan kubah (simbol : S7)
h. Pegunungan atau perbukitan plato (simbol : S8)
i. Lembah antiklinal (simbol : S9)
j. Hogback atau cuesta (simbol : S10)
23
b. Perbukitan terkikis (simbol : D2)
c. Bukit sisa (simbol : D3)
d. Perbukitan terisolir (simbol : D4)
e. Dataran nyaris (simbol : D5)
f. Kaki lereng (simbol : D6)
g. Kipas rombakan lereng (simbol : D7)
h. Gawir (simbol : D8)
i. Lahan rusak (simbol : D9)
24
4. Bentuklahan asal fluvial
Bentuklahan asal proses fluvial terbentuk akibat aktivitas aliran
sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan
(sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan deposisional yang
berupa bentangan dataran aluvial (Fda) dan bentukan lain dengan
struktur horisontal, tersusun oleh material sedimen berbutir halus.
Bentuklahan asal fluvial adalah sebagai berikut (Suhendra, 2009).
a. Dataran aluvial (simbol : F1)
b. Rawa, danau, rawa belakang (simbol : F2)
c. Dataran banjir (simbol : F3)
d. Tanggul alam (simbol : F4)
e. Teras sungai (simbol : F5)
f. Kipas aluvial (simbol : F6)
g. Gosong (simbol : F7)
h. Delta (simbol : F8)
i. Dataran delta (simbol : F9)
25
pediment, rock plane atau conoplain. Daerah yang terletak antara
daerah erosi dan daerah endapan disebut zone of planation. Jika aku-
mulasi endapan hasil longsoran tersebut berbentuk kipas disebut
pula rock fan.
26
7. Bentuklahan asal pelarutan
Bentuk lahan karst dihasilkan oleh proses pelarutan pada batuan
yang mudah larut. Karst adalah suatu kawasan yang mempunyai
karekteristik relief dan drainase yang khas, yang disebabkan
keterlarutan batuannya yang tinggi. Dengan demikian Karst tidak
selalu pada batu gamping, meskipun hampir semua topografi karst
tersusun oleh batu gamping. Bentuklahan asal pelarutan adalah
sebagai berikut (Suhendra, 2009).
a. Dataran karst (simbol : K1)
b. Kubah karst (simbol : K2)
c. Lereng perbukitan (simbol : K3)
d. Perbukitan sisa karst (simbol : K4)
e. Uvala atau polye (simbol : K5)
f. Ledok karst (simbol : K6)
g. Dolina (simbol : K7)
27
9. Bentuklahan asal glasial
Bentukan ini tidak berkembang di Indonesia yang beriklim tropis
ini, kecuali sedikit di puncak Gunung Jaya Wijaya, Papua. Bentuk
lahan asal glasial dihasilkan oleh aktifitas es/gletser yang
menghasilkan suatu bentang alam (Suhendra, 2009).
Semua satuan bentuklahan tersebut memiliki karakter yang khas
dan mencerminkan ciri tertentu. Dengan demikian maka, dengan
mengenal nama satuan bentuklahan akan dapat dibayangkan sifat
alaminya. Satuan bentuklahan ini sangat penting terutama dalam
konteks kajian lingkungan, baik lingkungan fisik, biotis, maupun
kultural (Suhendra, 2009).
28
BAB IV
CITRA LANDSAT
29
2. Pola Aliran Radial
Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang arah alirannya
menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu, seperti
puncak gunungapi atau bukir intrusi. Pola aliran radial juga dijumpai
pada bentuk-bentuk bentangalam kubah (domes) dan laccolith. Pada
bentang alam ini pola aliran sungainya kemungkinan akan merupakan
kombinasi dari pola radial dan annular.
30
Kekar pada umumnya kurang resisten terhadap erosi sehingga
memungkinkan air mengalir dan berkembang melalui kekar-kekar
membentuk suatu pola pengaliran dengan saluran salurannya lurus-
lurus mengikuti sistem kekar. Pola aliran rectangular dijumpai di
daerah yang wilayahnya terpatahkan. Sungai-sungainya mengikuti
jalur yang kurang resisten dan terkonsentrasi di tempat tempat dimana
singkapan batuannya lunak. Cabang-cabang sungainya membentuk
sudut tumpul dengan sungai utamanya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pola aliran rectangular adalah pola aliran sungai
yang dikendalikan oleh struktur geologi, seperti struktur kekar
(rekahan) dan sesar (patahan). Sungai rectangular dicirikan oleh
saluran-saluran air yang mengikuti pola dari struktur kekar dan
patahan.
31
curam dari kedua sisinya. Sungai utama dengan cabang-cabangnya
membentuk sudut tegak lurus sehingga menyerupai bentuk pagar. Pola
aliran trellis adalah pola aliran sungai yang berbentuk pagar (trellis)
dan dikontrol oleh struktur geologi berupa perlipatan sinklin dan
antilin. Sungai trellis dicirikan oleh saluran-saluran air yang berpola
sejajar, mengalir searah kemiringan lereng dan tegak lurus dengan
saluran utamanya. Saluran utama berarah searah dengan sumbu
lipatan.
32
6. Pola Aliran Annular
Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah alirannya
menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu dan ke arah
hilir aliran kembali bersatu. Pola aliran annular biasanya dijumpai
pada morfologi kubah atau intrusi loccolith.
4.2 Struktur
4.2.1 Lipatan
Lipatan merupakan pencerminan dari suatu lengkungan yang
mekanismenya disebabkan dua proses, yaitu bending ( melengkung )
dan bucking ( melipat ). Pada gejala bucking gaya yang bekerja
sejajar dengan bidang perlapisan, sedangkan pada bending, gaya
yang bekerja tegak lurus terhadap bidang permukaan lapisan. (hill
1953)
Beberapa unsur lipatan
1. Plunge, sudut yang terbentuk oleh poros dengan horizontal
pada bidang vertikal.
2. Core, bagian dari suatu lipatan yang letaknya disekitar
sumbu lipatan.
33
3. Crest, daerah tertinggi dari suatu lipatan biasanya selalu
dijumpai pada antiklin
4. Pitch atau Rake, sudut antara garis poros dan horizontal
diukur pada bidang poros.
5. Depresion, daerah terendah dari puncak lipatan.
6. Culmination, daerah tertinggi dari puncak lipatan.
7. Enveloping Surface, gambaran permukaan (bidang
imajiner) yang melalui semua Hinge Line dari suatu lipatan.
8. Limb (sayap), bagian dari lipatan yang terletak Downdip
(sayap yang dimulai dari lengkungan maksimum antiklin
sampai hinge sinklin) atau updip (sayap yang dimulai dari
lengkungan maksimum sinklin sampai hinge antiklin).
Sayap lipatan dapat berupa bidang datar (planar),
melengkung (curve), atau bergelombang (wave).
9. Fore Limb, sayap yang curam pada lipatan yang simetri.
10. Back Limb, sayap yang landai.
11. Hinge Point, titik yang merupakan kelengkungan
maksimum pada suatu perlipatan.
12. Hinge Line, garis yang menghubungkan Hinge Point pada
suatu perlapisan yang sama.
13. Hinge Zone, daerah sekitar Hinge Point.
14. Crestal Line, disebut juga garis poros, yaitu garis khayal
yang menghubungkan titik-titik tertinggi pada setiap
permukaan lapisan pada sebuah antiklin.
15. Crestal Surface, disebut juga Crestal Plane, yaitu suatu
permukaan khayal dimana terletak didalamnya semua garis
puncak dari suatu lipatan.
16. Trough, daerah terendah pada suatu lipatan, selalu dijumpai
pada sinklin
34
17. Trough Line, garis khayal yang menghubungkan titik-titik
terendah pada setiap permukaan lapisan pada sebuah
sinklin.
18. Trough Surface, bidang yang melewati Trough Line.
19. Axial Line, garis khayal yang menghubungkan titik-titik
dari lengkungan maksimum pada tiap permukaan lapisan
dari suatu struktur lapisan.
20. Axial Plane, bidang sumbu lipatan yang membagi sudut
sama besar antara sayap-sayap lipatannya.
Klasifikasi Lipatan
Klasifikasi lipatan berdasarkan unsur geometri, antara lain :
1. Berdasarkan kedudukan Axial Plane, yaitu :
a. Upright Fold atau Simetrical Fold (lipatan tegak atau
lipatan setangkup)
b. Asimetrical Fold (lipatan tak setangkup atau lipatan tidak
simetris)
c. Inclined Fold atau Over Fold (lipatan miring atau lipatan
menggantung)
d. Recumbent Fold (lipatan rebah)
35
j. Open Fold
k. Kink Fold, terbagi atas :
- Monoklin
- Homoklin
- Terrace
36
j. Lipatan rebah adalah lipatan yang tertekan terus
menerus menyebabkan puncaknya melandai seperti
rebahan;
k. Lipatan kelopak adalah lipatan yang bagian dalamnya
bekerja daya tekanan dan sayap tengah tidak menjadi
tipis;
l. Lipatan Seretan (Drag folds) adalah lipatan yang
terbentuk sebagai akibat seretan suatu sesar.
Bagian-bagian Lipatan
Salah satu bagian dari lipatan adalah axial plane atau axial
surface. Axial plane merupakan bidang yang memotong puncak
sehingga bagian samping dari lipatan menjadi kurang simetris.
Bagian dari lipatan yang lain adalah limbs atau dalam bahasa
Indonesia disebut sebagai sayap lipatan. Limbs adalah bidang
miring yang membangun struktur sinklin atau antiklin. Limbs
memanjang dari axial plane pada lipatan satu ke axial plane
pada lipatan lainnya. Inflection pointadalah titik dimana terdapat
perubahan pada lengkungan yang mana lengkungan ini masih
termasuk bagian dari limbs itu sendiri.
Selain itu masih ada lagi bagian-bagian lipatan lainnya.
Diantaranya adalah crest dan through. Crest adalah garis
sepanjang bagian atau daerah tertinggi dari suatu lipatan. Atau
lebih tepatnya garis yang menghubungkan titik-titik tertinggi
dari suatu lipatan pada bidang yang sama. Crest dapat pula
disebut sebagai hinge line. Adapun bidang pada lipatan tempat
terbentuknya crest disebut sebagai crestal plane.
Sedangkan through sendiri adalah kebalikan dari crest. Through
merupakan garis yang menempati bagian paling rendah dari
suatu lipatan. Dengan kata lain, garis ini menghubungkan titik-
37
titik paling rendah dari bidang yang sama. Dan bidang tempat
terbentuknya through dinamakan dengan trough line.
4.2.2 Sesar
Sesar atau patahan adalah rekahan pada batuan yang telah
mengalami “pergeseran yang berarti” pada bidang rekahnya. Suatu
sesar dapat berupa bidang sesar (Fault Plain) atau rekahan tunggal.
Tetapi sesar dapat juga dijumpai sebagai semacam jalur yang terdiri
dari beberapa sesar minor. Jalur sesar atau jalur penggerusan,
mempunyai dimensi panjang dan lebar yang beragam, dari skala
minor sampai puluhan kilometer. Kekar yang memperlihatkan
pergeseran bisa juga disebut sebagai sesar minor. Rekahan yang
cukup besar akibat regangan, amblesan, longsor, yang disebut
Fissure, tidak termasuk dalam definisi sesar.
38
Klafikasi Sesar
1. Slip (pergeseran relatif)
Pergeseran relatif pada sesar, diukur dari jarak blok
pada bidang pergeseran titik-titik yang sebelumnya
berhimpit. Jarak total dari pergeseran disebut dengan Net
Slip.
Slip Fault terbagi atas:
a. Strike Slip Fault, sesar yang arah pergerakannya relatif
paralel dengan strike bidang sesar. (Pitch 00 – 100).
Sesar ini disebut juga sebagai Sesar Mendatar. Sesar
mendatar terbagi lagi atas :
- Sesar Mendatar Sinistral, yaitu sesar mendatar yang
blok batuan kirinya lebih mendekati pengamat.
- Sesar Mendatar Dextral, yaitu sesar mendatar yang
blok batuan kanannya lebih mendekati pengamat.
39
- Sesar Normal Sinistral, yaitu sesar yang pergerakan
Hanging-Wallnya relatif turun dan sinistral terhadap
Foot-Wall.
- Sesar Normal Dextral, yaitu sesar yang pergerakan
Hanging-Wallnya relatif turun dan dextral terhadap
Foot-Wall.
- Sesar Naik Sinistral, yaitu sesar yang pergerakan
Hanging-Wallnya relatif naik dan sinistral terhadap
Foot-Wall.
- Sesar Naik Dextral, yaitu sesar yang pergerakan
Hanging-Wallnya relatif naik dan dextral terhadap
Foot-Wall.
40
kompas pada bidang sesar saat pengukuran Strike bidang
sesar).
4.2.3 Kekar
Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan
akibat suatu gaya yang bekerja padabatuan tersebut dan belum
mengalami pergeseran. Secara umum dicirikan oleh:
1. Pemotongan bidang perlapisan batuan;
2. Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit,
kuarsa dsb;
3. Kenampakan breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan
berdasarkan sifat dan karakter retakan/rekahan serta arahgaya
yang bekerja pada batuan tersebut. Kekar yang umumnya
dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:
- Shear Joint
(Kekar Gerus) adalah retakan / rekahan yang
membentuk pola salingberpotongan membentuk sudut
lancip dengan arah gaya utama. Kekar jenis shear
jointumumnya bersifat tertutup.
- Tension Joint
Adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan
arah gaya utama,Umumnya bentuk rekahan bersifat
terbuka.
- Extension Joint
(Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola
tegak lurus denganarah gaya utama dan bentuk
rekahan umumnya terbuka.
Klasifikasi Kekar
Klasifikasi kekar ada beberapa macam , tergantung dasar
klasifikasi yang digunakan , diantaranya :
41
1. Berdasarkan bentuknya
2. Berdasarkan kerapatannya
3. Berdasarkan kecepatannya
4. Berdasarkan cara terjadinya ( genesanya )
42
bersilangan ) di antara kekar lainnya atau tidak
memotong kekar lainnya dan berakhir pada bidang
perlapisan
Analisa Kekar
Secara skematis sebelum kita menganalisa kekar di
lapangan kita harus menjalankan beberapa prosedur kerja antara
lain sebagai berikut :
1. Pengumupulan / pencatatan data kekar semakin banyak
semakin akurat
2. Pengelompokan data
3. Penyajian data
4. Analisa data dengan menggunakan metode statistic yang
dilakukan Dengan :
a. Diagram Kipas
b. Histogram
c. Diagram Kontur , dengan menggunakan proyeksi
streografis dan proyeksi kutub
43
Prosedur analisa menggunakan diagram kipas Hal ini
digunakan untuk kekar –kekar yang mempunyai kemiringan dan
diukur nilai strike dan dipnya tetapi dalam diagram kipas hanya
menggunakan nilai strike. Gambar diagram kipasnya yaitu
berupa setengah lingkaran dengan jari-jari sepanjang harga
porsentase maksimum
4.3 Litologi
Bates dan Jackson (1985), mengartikan litologi menjadi 2:
1. Litologi adalah deskripsi batuan pada singkapan berdasarkan
karakteristiknya, seperti: warna, komposisi mineral dan ukuran butir
sinonim dengan Petrografi.
2. Litologi adalah karakteristik fisik dari batuan.
4.4 Stratigrafi
Stratigrafi dalam arti luas adalah ilmu yang membahas aturan,
hubungan dan kejadian (genesa) macam-macam batuan di alam dengan
ruang dan waktu, sedangkan dalam arti sempit ialah ilmu pemerian batuan
(Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996).
Pengolongan stratigrafi ialah pengelompokan bersistem batuan
menurut berbagai cara, untuk mempermudah pemerian aturan dan
hubungan batuan yang satu terhadap lainnya. Kelompok bersistem tersebut
di atas dikenal sebagai Satuan Stratigrafi (Sandi Startigrafi Indonesia,
1996).
Batas satuan stratigrafi ditentukan sesuai dengan batas penyebaran ciri
satuan tersebut sebagaimana didefinisikan Batas satuan Stratigrafi jenis
tertentu tidak harus berhimpit dengan batas satuan satuan stratigrafi jenis
lain, bahkan dapat memotong satu sama lain (Sandi Startigrafi Indonesia,
1996).
44
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Penginderaan jauh merupakan pengamatan atau pengukuran data atau
informasi mengenai sifat dari sebuah fenomena, obyek, atau benda dengan
menggunakan sebuah alat perekam tanpa berhubungan langsung dengan
obyek yang dikaji. Penginderaan jauh dikenal sebagai suatu ilmu dan seni
untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena.
Informasi diperoleh melalui analisis data piktorial dan numerik yang
diperoleh dengan suatu alat, tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah,
atau fenomena yang dikaji. Pengumpulan data dari jarak jauh dilakukan
dengan berbagai bentuk, termasuk dengan teknik pemancaran daya,
pemancaran gelombang bunyi, dan penangkapan energi gelombang.
Dalam Geologi Citra dan Penginderaan Jauh dapat diketahui berbagai
macam aspek, yaitu :
1. Alat-alat seperti : Stereoskop dan Paralaksbar
2. Fotogrametri
3. Satuan Geomorfologi
4. Foto Citra
5. Citra Landsat
5.2 Saran
1. Diharapkan pengembangan laboratorium dibuat lebih nyaman agar
mempermudah praktikan dalam kegiatan di laboratoium.
2. Diharapkan laboratorium memperlengkap peralatan yang dibutuhkan
dalam kegiatan di laboratorium.
45
DAFTAR PUSTAKA
46