Deret Positif
a1 + a2 + a3 + a4 +
dengan ai disebut suku. Penjumlahan ini berbeda dengan penjumlahan dua, tiga, atau berhingga bilangan.
Maka, kita perlu ekstra hati-hati dengan deret. Misalkan S = 21 + 14 + 18 + 16 + : Maka
1 1 1 1 1 1 1 1
2S = 1 + + + + + =1+ + + + + = 1 + S:
2 4 8 6 2 4 8 6
2L = 2 + 4 + 8 + 16 + = (1 + 2 + 4 + 8 + 16 + ) 1=L 1
1+2+4+8+ = 1!!!
Apa yang salah? Kesalahan pertama adalah sudah mengasumsikan bahwa 1 + 2 + 4 + 8 + merupakan
bilangan real sehingga bisa menjadi objek operasi perkalian dan operasi penjumlahan. Kesalahan kedua
adalah memperlakukan penjumlahan tak hingga bilangan seperti penjumlahan biasa (penjumlahan berhingga
suku atau bilangan).
Pada deret, kita melihat bahwa kita menjumlahkan tak berhingga suku yang seperti dilihat diatas,
sehingga perlu ditangani secara khusus. Persoalan mendasar adalah memperoleh ’jumlahan’tak berhingga
suku. Pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan hampiran. Apa yang digunakan untuk
menghampiri jumlahan? Bagaimana menghampirinya? Diberikan deret a1 + a2 + a3 + a4 + : Misalkan
s1 = a1
s2 = a1 + a2
s3 = a1 + a2 + a3
..
.
sn = a1 + a2 + a3 + a4 + + an
..
.
Tiap sn disebut jumlah parsial dari n suku pertama. Terbentuk barisan jumlah parsial (sn ) : Jika barisan
(sn ) konvergen ke bilangan real S; maka dari pengertian limit barisan diketahui bahwa jumlah parsial sn
dapat dibuat sebarang dekat ke n jika n cukup besar. Dengan demikian, sangat mudah untuk menerima S
sebagai jumlah semua ai :
a1 + a2 + a3 + a4 +
Jika barisan (sn ) konvergen ke bilangan real S; limn!1 sn = S; maka deret dikatakan konvergen dan S
disebut jumlah dari deret. Notasi:
1
X
S = a1 + a2 + a3 + a4 + : atau S = ai
i=1
1
Dengan demikian, dari Aturan Limit, diperoleh
1
X 1
X
Theorem 3 Misalkan ai = A dan bi = B; dan k dan l bilangan real. Maka
i=1 i=1
1
X
(kai + lbi ) = kA + lB
i=1
1
X
1 1 1
2. i =1+ 2 + 3 + divergen (Deret Harmonik)
i=1
1
X i+1 1 1 1 1
3. ( 1) i =1 2 + 3 4 + = ln 2
i=1
1
X i+1 1 1 1 1
4. ( 1) 2i 1 =1 3 + 5 7 + = 4
i=1
1
X
1 1 1 1
5. i! = 1 + 2! + 3! + =e
i=1
1
X 2
1 1 1 1
(a) i2 =1+ 22 + 32 + 42 + = 6
i=1
1
X 4
1 1 1 1
(b) i4 =1+ 24 + 34 + 44 + = 90
i=1
X1
6
1 1 1 1
(c) i6 =1+ 26 + 36 + 46 + = 945
i=1
1
X 8
1 1 1 1
(d) i8 =1+ 28 + 38 + 48 + = 9450
i=1
X1
10
1 1 1 1
(e) i10 =1+ 210 + 310 + 410 + = 93555
i=1
1
X
1 1 1 1 691 12
(f) i12 =1+ 212 + 312 + 412 + = 638512875
i=1
1
X
1 1 1 1
6. i3 =1+ 23 + 33 + 43 + =??? open problem (Basel problem).
i=1
2
Saringan Sierpinski atau juga disebut Karpet Sierpinski
Deret Positif
Deret positif adalah deret a1 + a2 + a3 + dengan ai > 0 untuk tiap i 2 N; yang dapat divisualisasikan
sebagai
3
Masalah utama dalam deret adalah menguji kekonvergenan dan menentukan jumlahnya, jika deret terse-
but konvergen. Disini kita akan mempelajari berbagai uji kekonvergenan dan uji kedivergenan.
Salah satu deret yang diketahui jumlahnya adalah deret geometri,
a + ar + ar2 + ar3 +
(1 x) 1 + x + x2 + + xn = 1 + x + x2 + + xn x + x2 + + xn+1 = 1 xn+1
a 1 rn+1
sn = a + ar + ar2 + ar3 + + arn = ; r 6= 1
1 r
Theorem 4 (Deret Geometri) Deret geometri a+ar+ar2 +ar3 + konvergen bila jrj < 1 dan jumlahnya
adalah 1 a r :
X1
a
arn = a + ar + ar2 + ar3 + = ; jika jrj < 1:
n=0
1 r
1
X
2. Jika limn!1 an 6= 0, maka deret an divergen.
n=1
1
X
Remark 7 Kesalahan umum: jika limn!1 an = 0, maka deret an konvergen.
n=1
1
X
1 1
Contoh penyangkal: deret harmonik n divergen sekalipun limn!1 n = 0:
n=1
1
X
1
Deret n(n+1) disebut deret teleskopis atau deret kolaps karena jumlah parsialnya sejumlah suku-
n=1
sukunya saling manghapuskan.
1 1 1 1
sn = + + + +
1 2 2 3 2 3 n (n + 1)
1 1 1 1 1 1 1 1
= + + + +
1 2 2 3 3 4 n n+1
1
=1 :
n
Maka
1
X 1 1
= lim sn = lim 1 = 1:
n=1
n (n + 1) n!1 n!1 n
4
1
X
1
Exercise 8 1. Diberikan deret n(n+2) : Perlihatkan bahwa, untuk n > 4;
n=1
1 1 1 1 1
sn = +
2 1 2 n+1 n+2
Kemudian tentukan apakah deret konvergen dan jumlahnya, jika konvergen.
1
X
1
2. Diberikan deret n(n+3) : Perlihatkan bahwa, untuk n > 6;
n=1
1 1 1 1 1 1 1
sn = + +
3 1 2 3 n+1 n+2 n+3
Kemudian tentukan apakah deret konvergen dan jumlahnya, jika konvergen.
3. Misalkan b1 = 1; b2 = 1; dan bn+2 = bn + bn+1 ; untuk n = 1; 2; 3; : : : :
1 1 1
(a) Perlihatkan bahwa bn bn+2 = bn bn+1 bn+1 bn+2 :
1
X
1
(b) Hitunglah bn bn+2 :
n=1
Ada dua uji utama untuk kekonvergenan deret positif, yaitu uji integral dan uji banding (biasa dan limit)
serta uji rasio
Theorem 9 (Aturan Integral) Jika f (x) kontinu, positif, dan monoton turun pada [1; 1) dan an = f (n)
1
X R1
untuk tiap n 2 N: Maka, deret an konvergen jika dan hanya jika 1 f (x) dx konvergen.
1
Sedangkan
1
X
Theorem 12 (Uji Rasio) Misalkan an deret positif dan
1
an+1
lim = L:
n!1 an
1. Jika L < 1; maka deret konvergen.
5
an+1
2. Jika L > 1 atau limn!1 an = 1; maka deret divergen.
(b) Disarankan digunakan untuk deret yang meorip deret eometri atau deret-p:
1
X
(c) Kekurangan uji ini: harus membuat dugaan apakah an konvergen atau tidak dan harus mencari
1
deret pembanding yang tepat.
3. Uji Banding Limit: relatif lebih mudah. Bila an memuat bentuk cf (n) atau an merupakan ben-
tuk rasional dalam n; maka disarankan menggunakan uji banding limit. Gunakan deret-p sebagai
pembanding.
(b) Disarankan digunakan untuk deret rasional, deret yang mirip deret geometri atau deret-p:
6
1
X
(c) Kekurangan uji ini: harus membuat dugaan apakah an konvergen atau tidak dan harus mencari
1
deret pembanding yang tepat.
4. Uji Rasio: Relatif mudah karena tidak perlu mencari deret lain untuk membandingkan. Kelemahan:
tidak ada kesimpulan jika limn!1 aan+1
n
= 1:
an+1
(a) Yang harus dilakukan: menghitung limn!1 an : dengan an > 0 tiap n:
(b) Disarankan digunakan untuk deret yang memuat factorial.
1
X
(c) Kekurangan uji ini: harus membuat dugaan apakah an konvergen atau tidak dan harus mencari
1
deret pembanding yang tepat.
1
X 1
X
p 1 p 1 p 1 1 1
Example 13 : = k+1 : Karena k+1 adalah juga deret harmonik,
k(k+1) k(k+1) (k+1)(k+1)
k=1 k=1
1
X
p 1
maka deret ini divergen. Maka, dengan menggunakan Uji Banding Biasa, dapat disimpulkan
k(k+1)
k=1
divergen.
1
X
1
Cara lain: Lakukan Ujji Banding Limit dengan deret harmonik k:
k=1
p 1
k(k+1) k 1 1 1
lim 1 = lim p = lim q = lim q =p = 1:
k!1
k
k!1 k2 +k k!1 k2
+ k k!1
1+ 1 1+0
k2 k2 k
Karena limit L = 1 > 0; maka keduanya konvergen atau keduanya divergen. Deret harmonik divergen, maka
1
X
deret p 1 juga divergen.
k(k+1)
k=1
1
X
7k 7k
Example 14 k! : Misalkan ak = k! : Karena memuat suku faktorial, maka dicoba menggunakan Uji
k=1
Rasio.
7k+1
ak+1 (k+1)! 7
lim = lim 7k
= lim = 0:
k!1 ak k!1 k!1 k+1
k!
1
X
7k
Maka, k! konvergen.
k=1
1
X
1 1 1
Example 15 3+cos 2k : Karena cos 2k 1; maka 3 + cos 2k 4 dan akibatnya 3+cos 2k 4: Jadi, barisan
k=1
1
X
1
limk!1 ak 6= 0 dan oleh karena itu 3+cos 2k divergen, menurut Uji Suku ke-n.
k=1
1
X
3k 1 1 3k 1 1 3k 1
1 1 k 1 1 k 1
Example 16 6k 1
: Karena 6k 1
= 6k 1 6k 1 = 2 6 ; deret merupakan selisih dari
k=1
1
X
1 1 3k 1 1
dua deret geometri dengan rasio masing-masing 2 dan 6; keduanya konvergen. Maka 6k 1
konvergen
k=1
dan
1 k
X 1 1
X k 1 1
X k 1
3 1 1 1 1 1 4
= = 1 1 = :
6k 1 2 6 1 2 1 6
5
k=1 k=1 k=1
7
Apakah perbedaan jawab di atas dengan jawab berikut?
1 k
X 1 1
X 1 k
X 1
X
3 1 3k 1
1 3 1
1
= =
6k 1 6k 1 6k 1 6k 1 6k 1
k=1 k=1 k=1 k=1
X1 k 1 1
X k 1
1 1 1 1 4
= = 1 1 =
2 6 1 2 1 6
5
k=1 k=1
1
X 1
X
k 1
Example 17 Apakah deret k2 +2k+3 konvergen? Bandingkan dengan deret harmonik k (mengapa?).
k=1 k=1
Maka
k
k2 +2k+3 k2 1
lim 1 = lim = lim = 1:
k!1 k!1 k 2 + 2k + 3 k!1 1 + 2 + 3
k k k2
1
X 1
X
1 k
Karena k divergen, maka menurut Uji Rasio deret k2 +2k+3 juga divergen.
k=1 k=1
2 2
Cara lain: Karena k 2 + 2k + 3 = (k + 1) 1 (k + 1) ; maka
k k
k 2 + 2k + 3 2:
(k + 1)
Sedangkan
Z 1 Z b Z b Z b Z b
xdx xdx u=x+1 (u 1) du du du
2 = lim 2 = lim = lim lim
1 (x + 1) b!1 1 (x + 1) b!1 2 u2 b!1 2 u b!1 2 u2
Rb R 1 xdx
Suku pertama limb!1 2 du u = limb!1 ln b ln 2 = 1: Maka 1 (x+1) 2 divergen sehingga menurut uji
1
X 1
X
k k
integral (k+1)2
divergen. Dengan demikian, menurut Uji Banding Biasa, k2 +2k+3 juga divergen.
k=1 k=1
Jadi, Z Z
1 1
f (x) dx Rn f (x) dx:
n+1 n
8
1
X
1
Example 18 Tentukan hampiran jumlah deret n3 dengan kesalahan tidak lebih dari 0:01:
k=1
Z 1 Z b 2 b
1 dx x 1 1 1
dx = lim = lim = lim = :
n x3 b!1 n x3 b!1 2 n b!1 2b2 2b2 2n2
4
R1 1 2
Agar kesalahan Rn 0:0001 = 10 ; diperlukan n agar n
f (x) dx = 2n2 10 atau 102 2n2 :
r
102 p
n =5 2 7:0711:
2
Pilih n = 8;
1
X 1 1 1 1 1 1 1 1 1
s8 = + + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 + 3 = 1:195160244:
n3 1 23 3 4 5 6 7 8
k=1
Example 19 Kita dapat menggunakan rentang nilai untuk memperoleh estimasi yang lebih baik.
1
X
1
Rentang nilai S = n3 adalah
k=1
Z 1 Z 1
1 1 1 1
1:195160244+ s8 + = s8 + f (x) dx S s8 + f (x) dx = s8 + 1:195160244+
2 92 2 92 9 8 2 82 2 82
Pemilihan titik tengah memberikan kesalahan yang terjadi tentu takkan lebih dari setengah panjang rentang
yaitu tak lebih dari
1 1 1 1 1 1 4
s8 + s8 + = = 8:198 302 469 10 !!!
2 2 82 2 92 2 2 82 2 92
1
X
1 4
Jadi, estimasi n3 1:20219225 mempunyai kesalahan tak lebih dari 8:198 302 469 10 ; : jauh lebih
k=1
baik dibandingkan estimasi oleh s8 :