Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah TL2202 Pengelolaan
Limbah Padat. Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi syarat kelulusan mata kuliah
TL2202 Pengelolaan Limbah Padat pada semester genap tahun ajaran 2019/2020.
Kami selaku penulis juga menyadari masih ada kekurangan pada makalah ini. Penulis
sangat mengharapkan setiap kritik yang bersifat membangun agar menjadi bahan evaluasi
bagi pengerjaan tugas-tugas ke depannya. Akhir kata, kami berterima kasih dan berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat tidak hanya kepada kami, tetapi juga kepada
pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
PENDAHULUAN 4
Latar Belakang 4
Maksud dan Tujuan 5
Ruang Lingkup Studi 5
PENUTUP 18
DAFTAR PUSTAKA 19
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Wilayah yang kami observasi adalah Museum Geologi yang termasuk ke dalam
kelompok kawasan khusus, tepatnya kawasan cagar budaya. Museum Geologi Bandung
didirikan pada tanggal 16 Mei 1928 dan terletak di Jl. Diponegoro No.57, Kota Bandung.
Dalam Museum ini, tersimpan dan dikelola materi-materi geologi yang berlimpah, seperti
fosil, batuan, mineral. Kesemuanya itu dikumpulkan selama kerja lapangan di Indonesia sejak
1850.
Gedung Museum Geologi Bandung terdiri dari dua lantai yang masing-masingnya
terbagi menjadi tiga ruang pamer. Di lantai satu ada tiga ruang utama yaitu ruang orientasi di
bagian tengah, ruang sayap barat dan ruang sayap timur. Sedangkan lantai dua terdiri dari tiga
ruang utama yaitu ruang barat, ruang tengah dan ruang timur. Perlu dicatat bahwa ruang barat
ini merupakan ruangan khusus untuk staf museum.
Setiap ruangan di museum ini menampilkan berbagai macam koleksi, seperti batuan,
mineral, meteroit, fosil dan artefak. Tapi ada beberapa daya tarik utama yang paling menarik
perhatian yaitu fosil manusia purba Homo erectus, fosil gajah purba Stegodon
trigonocephalus dan replika fosil dinosaurus paling ganas Tyrannosaurus rex.
Pengunjung umumnya berasal dari kalangan pelajar maupun umum, baik itu dari Kota
Bandung sendiri, maupun luar kota. Di dalam museum tidak terlihat adanya tempat sampah,
kecuali di dalam toilet dan di bagian luar museum.
Dari observasi dan wawancara yang dilakukan pada Museum Geologi Bandung pada
tanggal 03 Februari 2020, didapatkan bahwa sebagian besar LimbahPadat yang dihasilkan
berupa sampah sejenis sampah rumah tangga seperti kemasan makanan , bungkus makanan
dan sampah domestik lainnya. Selain itu, terdapat juga sampah taman yang besifat organik
seperti dedaunan dan ranting-ranting pohon. Hal ini didukung juga dengan banyaknya
pepohonan yang tumbuh disekitar museum.
Aktivitas di Kawasan ini berlangsung tiap hari kecuali hari jumat , dimulai dari pukul
08.00 sampai 16.00 atau 14.00 pada weekend. Frekuensi limbah padat yang paling banyak
terkumpul adalah pada siang hari sekitar 11.30-13.00, sehubungan dengan jam makan siang.
Namun frekuensi tersebut dapat bertambah banyak apabila pengunjung lebih dari biasanya.
Untuk jumlah tempat sampah yang ada gedung , narasumber tidak mengetahui secara
pasti. Namun , diasumsikan sekitar 4 diluar gedung dan 2 didalam gedung itupun tempat
sampah kecil dan berada dikamar mandi. Untuk pembuangannya sendiri hanya 1 tempat
sampah yang dipisah antara anorganik dan organik sedangkan sisanya sampahnya dicampur
1) Pemilahan
2) Pengumpulan
Pengumpulan limbah padat di kawasan Museum Geologi dilakukan
setiap hari. Pengumpulan dilakukan oleh petugas cleaning service
kemudian dikumpulkan di Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang
terdapat di bagian pojok belakang Museum Geologi. Namun, seluruh jenis
sampah dicampur atau dijadikan satu di dalam bak penampungan sampah.
Pada proses pengumpulan, petugas biasanya hanya menggunakan sarung
tangan karet dan sepatu boot. Kondisi tersebut menunjukan kurangnya
ketersedian Alat Pelindung Diri (APD) pada kawasan Museum Geologi.
3) Penyimpanan
Penyimpanan limbah padat disimpan hingga kurang lebih 15 hari.
Adapun Tempat Penampungan Sementara (TPS) limbah padat tersebut
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar II.5 Tempat Penampungan Sementara (TPS) Limbah
Padat Kawasan Museum Geologi
4) Pengangkutan
Kebiasaan membuang sampah merupakan suatu hal yang kompleks. Pada tempat
umum, beberapa orang mungkin akan menggunakan tempat sampah dan tempat
daur ulang, dan buang sampah sembarangan secara bersamaan. Pada survey yang
dilakukan oleh Beverage Industry Environment Council, alasan utama orang
membuang sampah secara sembarangan adalah:
2.5 Lokasi
Sistem daur ulang tempat umum dengan rambu pendukung idealnya ditempatkan
di tempat jumlah maksimum sampah dan bahan daur ulang dapat ditangkap.
• dekat meja atau tempat piknik, tempat makanan dikonsumsi, belum tentu dibeli,
• parkir mobil.
sendiri meliputi banyak hal dan salah satunya adalah pencemaran air. Pencemaran air
dapat terjadi ketika lindi dari sampah dialirkan ke pipa pembuangan air yang berujung
keke sungai dan bukannya ke tempat sampah dan ini sering terjadi di wilayah-wilayah
yang tidak dapat dijangkau oleh tim pembersihan sampah seperti di daerah terpencil,
misalnya. Selain mencemari air sungai, pembuangan limbah atau sampah juga dapat
menghambat proses air tanah dan tentu saja ini merupakan sebuah kabar buruk
Selain mencemari sungai dan menghambat proses air tanah, sampah juga
pengerat.
yang dibawa vektor nyamuk (vector borne disease) dan tikus (rodent borne disease) .
popok sekali pakai yang bahan mayoritasnya limbah impor, mengandung super
adsorbent polymer (SAP). Hal ini memiliki efek perusak hormon pada biota perairan.
Limbah plastik, sangat mungkin terjadi reaksi kimia pada suhu tinggi yang
Jika terkena suhu tinggi, termasuk selama perjalanan di kontainer untuk waktu
lama, bakteri sangat mungkin berkembang biak. Terutama, bila ada limbah organik
2019). Sedangkan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), sesungguhnya tidak
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
1) Komposisi timbulan limbah padat di Museum Geologi Bandung beragam, dari
sampah organik maupun non-organik, dengan sampah dominan tediri dari sisa
makanan dan dedaunan.
2) Volume timbulan sampah di Museum Geologi Bandung yaitu sekitar 1.133 m3 per
hari
3) Pengelolaan sampah di Museum Geologi Bandung tergolong cukup teratur dari
segi penjadwalan pengangkutan, namun masih kurang dalam pemilahan jenis
sampah.
2. Saran
1) Pengangkutan sampah dilakukan lebih sering atau adanya jadwal khusus untuk
mengatasi overload pada tempat penampungan sampah.
2) Penambahan tembok depan pada tempat penampungan sampah atau perancangan
ulang agar sampah tidak meluber keluar dari tempat penampungan.
3) Dilakukan pemilahan sampah agar pengolahan sampah selanjutnya menjadi lebih
mudah.
DAFTAR PUSTAKA