hilangnya kepadatan tulang mudah patah dimana sering terjadi pada bagian punggung
(vertebrata spinalis, torakalis, lumbalis), paha (leher femur, trochanterica) dan lengan
bawah (distal radius). Ditandai dengan pengurangan masa tulang yang disertai
kemunduran mikroarsitekturtur tulang dan kualitas jaringan tulang. Penyakit
osteoporosis banyak terjadi pada wanita daripada pria hal ini disebabkan karena
pengaruh hormon estrogen pada wanita yang turun sejak usia 35 tahun sedangkan
pada pria hormon testosteron menurun pada usia 65 tahun. Menurut statistik dunia 1
dari 3 wanita rentan terkena penyakit osteoporosis dimana di Indonesia 19,7% dari
jumlah lansia atau sekitar 3,6 juta orang diantaranya menderita osteoporosis.Lima
provinsi dengan risiko osteoporosis lebih tinggi adalahSumatra Selatan (27,75%), Jawa
Tengah (24,02%), Yogyakarta (23,5%), SumatraUtara (22,82%), Jawa
Timur(21,42%),Kalimantan Timur (10,5%). Prevalensi wanita yang menderita
osteoporosis di Indonesia pada golongan umur 50-59 tahun yaitu 24% sedang pada
pria usia 60-70 tahun sebesar 62%.
Osteoporosis merupakan suatu penyakit yang tidak baru lagi namun masih banyak
orang yang belum dapat memahami penyebab penyakit ini. Berikut ini merupakan
factor-faktor yang menyebabkan osteoporosis
Sejarah patah tulang dalam keluarga sangat penting untuk menentukan resiko
seseorang mengalami patah tulang. Anak perempuan dari wanita yang
mengalami patah tulang, rata-rata memiliki massa tulang yang lebih rendah dari
normal usianya. Tingkat hormon estrogen turun setelah menopause, sehingga
menyebabkan tulang mengalami resorpsi lebih cepat. Wanita yang mempunyai
rentang reproduktif lebih pendek karena menopause dini akan memiliki massa
tulang yang rendah, dan efeknya tetap bertahan sampai usia tua.
Penggunaan beberapa jenis obat dalam jangka waktu yang lama, dapat
mengubah pergantian tulang dan meningkatkan resiko osteoporosis. Berikut
beberapa obat yang menyebabkan osteoporosis meliputi: steroid, thyroid,
Gonadotropin Relesing Hormone (GNRH agonist), diuretik dan antasid.
Pencegahan Osteoporosis
Berikut ini merupakan hal – hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit
osteoporosis atau rapuh tulang
Latihan menggunakan beban dalam berat yang tidak berlebihan sangat penting
untuk meningkatkan kepadatan tulang dan membantu mencegah osteoporosis.
Aktivitas menyangga beban adalah olahraga yang melatih kaki dan lutut Anda
untuk menopang massa tubuh. Olahraga seperti lari, melompat, menari, dan
aerobik bermanfaat menguatkan otot, ligamen, dan sendi.
3. Latihan kekuatan tulang
Jika gaya hidup atau pola makan membuat Anda kekurangan vitamin D, Anda
dapat mengonsumsi suplemen vitamin D. Vitamin D penting untuk penyerapan
kalsium yang diperlukan untuk memperkuat tulang dan gigi. Vitamin D dapat
ditemukan dalam kuning telur, susu kedelai, dan hati sapi.Untuk orang dewasa,
direkomendasikan untuk mengonsumsi 15 mikrogram vitamin D tiap hari.
Kalsium juga penting untuk menjaga kekuatan tulang. Kadar konsumsi minimal
kalsium yang direkomendasikan tiap hari adalah 1000 miligram. Kalsium juga
dapat ditemukan pada beberapa makanan, seperti tahu, tempe, kacang merah,
dan ikan sardin.Menjaga pola makan yang seimbang dapat menjauhkan Anda,
tidak hanya dari risiko osteoporosis, namun juga penyakit jantung, diabetes,
hingga berbagai jenis kanker
6. Menghentikankebiasaan buruk
7. Terapi
Pada umumnya penderita dengan Osteoporosis adalah manula, baru datang berobat ke
ahli orthopaedi apabila mengalami patah tulang, wanita lebih sering dari pria hal ini
disebabkan wanita manula berisiko dan reaksi terhadap jatuh juga lebih lamban. Fraktur
paling sering pada Osteoporosis adalah fraktur kollum femur, fraktur Colles, fraktur
vertebra dan fraktur intertrokhanter femur.
1. Recognition
Yaitu membuat diagnosis patah tulang dengan baik agar dapat dibuat rencana
terapinya, apakah tulang yang terjadi simple, kominutif atau segmental pada
daerah epifisis, metafisis atau diafisis. Patah tulang akibat osteoporosis biasanya
terjadi pada daerah metafisis (daerah cancellous bone). Osteoporosis memang
terjadi lebih banyak di daerah kanselous karena permukaan yang lebih luas
dibanding tulang kortikal, Perlu diketahui pula prognosis dari kemungkinan union,
seperti pada daerah collum femur dimana sebagian besar akan terjadi non union
disamping kemungkinan terjadinya avaskuler nekrosis kaput femoris.
2. Reduction
3. Retaining
4. Rehabilitation