SISTEM KARDIOVASKULER
Modul PBL
NYERI DADA
Kelompok V
BAB I
PENDAHULUAN
A. Skenario 2
Seorang perempuan, 63 tahun datang ke IGD dengan nyeri dada
sejak 30 menit sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan sebagai
sensasi tidak nyaman di dada kiri dan bersifat tumpul, berlangsung terus-
menerus, menjalar hingga ke leher kiri. Riwayat keluhan yang sama
sebelumnya selama 1 bulan terakhir namun hilang timbul dengan durasi
±5 menit. Riwayat tekanan darah tinggi sejak 10 tahun terakhir, tidak
berobat teratur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan penderita tampak
pucat, berkeringat di seluruh badan, tekanan darah 100/60 mmHg, BB 43
kg, TB 158 cm.
B. Kata Sulit atau Kata Kunci
1. Perempuan 63 tahun
2. Nyeri dada
3. Nyeri bersifat tumpul
4. Hilang timbul
5. Menjalar keleher kiri
6. Tekanan darah tinggi sejak 10 tahun terakhir
7. Berkeringat dan pucat
8. Tidak berobat teratur
9. TD : 100/60, BB : 43 kg, TB : 158 cm
C. Pertanyaan
1. Bagaimana anatomi, histologi, & fisiologi dari jantung ?
2. Jelaskan defenisi, etiologi, & klasifikasi nyeri dada ?
3. Bagaimana cara membedakan nyeri dada kardio & non-kardio ?
4. Apa saja faktor resiko nyeri dada ?
5. Bagaimana patomekanisme dari gejala pada scenario ?
6. Bagaimana penegakan diagnosis secara umum pada penyakit kardio ?
7. Sebutkan dan jelaskan diagnosis banding terkait scenario ?
3
8. Integrasi keislaman !
D. Learning Object
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang Angina
pectoris stabil
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang Pericarditis
akut
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tentang Infark
Miokard
E. Problem Tree
4
BAB II
PEMBAHASAN
a. Elektrofisiologi jantung
Di dalam otot jantung, terdapat jaringan khusus yang
menghantarkan aliran listrik. Jaringan tersebut mempunyai sifat-sifat
yang khusus, yaitu :
1) Otomatisasi : kemampuan untuk menimbulkan impuls secara
spontan.
2) Irama : pembentukan impuls yang teratur.
3) Daya konduksi : kemampuan untuk menyalurkan impuls.
4) Daya rangsang : kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsang.
Berdasarkan sifat-sifat
tersebut diatas, maka secara
spontan dan teratur jantung akan
menghasilkan impuls-impuls yang
disalurkan melalui sistem hantar
untuk merangsang otot jantung
dan dapat menimbulkan kontraksi
otot. Perjalanan impuls dimulai
dari nodus SA, nodus AV, sampai
ke serabut purkinye.
b. SA Node
Disebut pemacu alami karena secara teratur mengeluarkan
aliran listrik impuls yang kemudian menggerakkan jantung secara
otomatis. Pada keadaan normal, impuls yang dikeluarkan
frekuensinya 60-100 kali/ menit. Respons dari impuls SA
memberikan dampak pada aktivitas atrium. SA node dapat
menghasilkan impuls karena adanya sel-sel pacemaker yang
mengeluarkan impuls secara otomatis. Sel ini dipengarungi oleh
saraf simpatis dan parasimpatis. Stimulasi SA yang menjalar
melintasi permukaan atrium menuju nodus AV memberikan
respons terhadap adanya kontraksi dari dinding atrium untuk
melakukan kontraksi. Bachman bundle menghantarkan impuls dari
9
e) Neoplasma
f) Penyakit autoimun. (Gracia,2014)
d. Manifestasi Klinis
1) Nyeri dada pleuritik yang muncul tiba-tiba, sering pada area
prekordial, retrosternal, di dada kiri, dan epigastrium.
2) Nyeri menjalar ke trapezius ridge, leher, lengan kiri, atau bahu
kiri.
3) Nyeri membaik ketika duduk condong ke depan.
4) Nyeri bertambah ketika baring, inspirasi, batuk, ataupun
menelan.
5) Sesak nafas
6) Batuk
7) Disfagia
8) Keringat pada malam hari
9) BB turun
10) Demam (Gracia,2014)
e. Diagnosis
1) Anamnesis : berdasarkan gejala
2) Pemeriksaan Fisik :
a) Auskultasi : Pericardial Friction Rub.
b) Takikardi
f. Pemeriksaan penunjang :
1) EKG : segmen ST berubah-ubah.
2) Pemeriksaan darah tepi : terdapat leukositosis sedang (11.000
– 13.000/mL).
3) MRI/CT-scan. (Gracia,2014)
2. Angina pektoris stabil (aps)
a. Definisi
Angina tipikal atau stabil merupakan episode nyeri dada
yang dapat diprediksi karena terkait dengan kadar aktivitas tertentu
atau peningkatan kebutuhan oleh sebab lain. (Kumar, 2013)
22
b. Epidemiologi
Prevalensi terjadinya angina pada studi populasi meningkat
di setiap tingkatan usia dan perbedaan jenis kelamin. Terdapat data
5-7% di wanita berusia 45-67 tahun dan 10-12% di wanita berusia
65-84 tahun mengalami angina pectoris stabil, dan pada pria
ditemukan 4-7% usia 45-64 tahun, dan 12-14% pada usia 65-84
tahun. (Ginanjar & Rachman, 2015)
c. Etiologi
Penyebab paling sering dari APS adalah adanya
aterosklerotik yang mempersempit arteri coroner. Jika sumbatan
ateroskelorotik mencapai ˃ 50%, sumbatan tersebut dapat
mencetuskan iskemik. (Ginanjar & Rachman, 2015)
d. Patofisiologi
Penyempitan akibat aterosklerosis dapat mengenai setiap
arteri koronaria arteri desenden anterior kiri, sirkumfleks kiri, dan
arteri koronaria kanan baik tunggal maupun multipel. Plak yang
secara klinis signifikan bisa terletak di manapun, namun cenderung
terbentuk pada beberapa sentimeter pertama arteri koronaria
desenden anterior kiri dan arteri sirkumfleksia kiri, serta sepanjang
arteri koronaria kanan. Kadang-kadang, percabangan sekunder juga
terlibat (misalnya, percabangan diagonal arteri koronaria desenden
anterior kiri, percabangan-percabangan yang tumpul di bagian
pinggir [obtuse marginal] dari arteri koronaria sirkumfleksia kiri,
atau percabangan arteri koronaria kanan yang turun di bagian
posterior [posterior descending]). Obstruksi menetap yang
menutup kurang dari 70% lumen pembuluh koronaria biasanya
asimptomatik, bahkan dengan aktivitas. Sebagai pembanding, lesi
yang menutupi lebih dari 70% lumen pembuluh mengakibatkan
apa yang disebut stenosis kritis umumnya menimbulkan gejala
pada kondisi meningkatnya kebutuhan, disertai stenosis, kadar
aktivitas tertentu dan akan menyebabkan nyeri dada, dan pasien
23
3. Infark Miokard
a. Definisi
Infark miokard (MI; myocardial infarct) disebabkan oleh
nekrosis miokardium akibat perfusi darah yang tidak adekuat pada
jaringan otot jantung. Keadaan ini menyebabkan perubahan
mikroskopis pada jantung dan pelepasan enzim jantung ke dalam
aliran darah. Hal ini berhubungan erat dengan adanya thrombus
yang terbentuk akibat rupturnya plak atheroma. Selama
berlangsungnya proses agregasi, platelet melepaskan banyak ADP,
tromboksan A2 dan serotonin. Ketiga substansi ini akan
menyebabkan vasokonstriksi pumbuluh darah koroner yang
aterosklerotik. Apabila keadaan ini mengakibatkan oklusi serius
pada arteri koroner, maka akan terjadi infark miokard ( Tao.L,
2014).
Secara anatomi, a. coronaria dibagi menjadi cabang
epicardial yang memperdarahi epikard dan bagian luar miokard,
dan cabang profundal yang memperdarahi endokard dan miokard
bagian dalam. Apabila a. coronaria utama yang tersumbat, maka
akan terjadi infark miokard yang transmural yang mana kerusakan
jaringannya mengenai seluruh dinding miokard. Pada EKG,
tampak ST-segmen elevasi dan gelombang Q-patologis yang
disebut ST-segmen Elevasi Miookard Infark (STEMI). Apabila
hanya cabang profundal yang tersumbat, atau mungkin tidak
tersumbat namun tiba-tiba terjadi peningkatan konsumsi oksigen
yang hebat, maka kerusakan miokard terjadi hanya terbatas pada
subendokard. Pada EKG tidak tampak gelombang Q-patologis dan
ST-elevasi yang disebut Non ST-segmen Elevasi Miokard Infark
(NSTEMI). Dengan demikian infark miokard akut dibagi menjadi
STEMI dan NSTEMI (Kabo Peter. 2014).
26
Table 1. Hubungan antara lokasi infark dengan gelombang Q dan elevasi ST.
c. Patogenesis
Seperti pada angina pektoris, pathogenesis infark miokard
akut (STEMI dan NSTEMI) juga disebabkan karena
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen di
miokard akibat atherosclerosis atau plak (Kabo Peter. 2014).
d. Manifestasi Klinis
Keluhan utama adalah nyeri dada yang terutama dirasakan
di daerah sternum, tetapi bisa menjalar ke dada kiri atau kanan, ke
rahang, ke bahu kiri dan kanan dan pada satu atau kedua lengan.
Biasanya digambarkan sebagai rasa tertekan, terhimpit, diremas-
remas, rasa berat atau panas. Kadang-kadang penderita
melukiskannya hanya sebagai rasa tidak enak di dada (Sudoyo,
2014.
Walaupun sifatnya dapat ringan sekali, tapi rasa sakit itu
biasanya berlangsung lebih dari setengah jam, dan jarang ada
hubungannya dengan aktivitas serta tidak hilang dengan istirahat
atau pemberian nitrat. Pada beberapa penderita, sakit tertutupi oleh
gejala lain, misalnya sesak nafas atau sinkop (Sudoyo, 2014).
Kadang-kadang rasa sakit tak jelas karena terjadinya infark
waktu sedang anestesi atau terjadi sumbatan pembuluh darah otak.
Jarang ada infark yang betul-betul tanpa rasa sakit. Bila sakit dada
dapat dikontrol, pasien dapat tanpa keluhan sama sekali sampai
pemulihan, tetapi pada sejumlah penderita dapat timbul berbagai
penyulit. Penyulit yang terpenting adalah aritmia, dan gagal
jantung (Sudoyo, 2014).
e. Diagnosis
Tiga kriteria utama untuk menegakkan diagnosis infark
miokard ialah adanya nyeri dada khas infark, perubahan gambaran
EKG, dan kenaikan biomarker jantung seperti enzim creatine
kinase (CK), creatine kinase myocardial band (CKMB), myoglobin
dan troponin (Kabo Peter. 2014).
30
DAFTAR PUSTAKA
Amna, Faza Khilwan dan Hendri Okarisman, Tau Gak Sih Islam Itu Sehat? 60
Obrlan Inspiratif Perkara Kesehatan Bersama dr. Abu, PT Aqwam
Media Profetika, Solo, 2015
Bahri T, Nyeri Dada. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, 2004 hal
1
Eroschenko, V P, Atlas Histologi di Fiore,edisi 11. EGC, Jakarta, 2010.
Ginanjar Eka, Rachman Muin. A.2015.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
Edisi VI.Jakarta.Interna Publishing
Gracia lilihata, ika Prasetya, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Ed.IV. Jakarta
Pusat. Media Aesculapius.
Hidayatuallah, Nur, Rahasia Hidup Sehat Cara Rasulullah Saw, Jakarta, Katalog
Dalam Terbitan(KDT), 2002
Junqueira,et.all, Histologi Dasar, Teks dan Atlas edisi 10, EGC, Jakarta,2007
Richard Drake, PhD, FAAA, A. Wayne Vogl, PhD, FAAA and Adam W. M.
Mitchell, MB BS, FRCS, FRCR, 2013, “Gray dasar-dasar
anatomi,Elsevier
Sudoyo AW ,dkk. 2014. “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI”.
Jakarta Pusat : Interna Publishing