Anda di halaman 1dari 12

PRE PLANNING

PENDIDIKAN KESEHATAN ISPA


(INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT)
DI RW 03 KELURAHAN WONOLOPO KEC. MIJEN

Disusun Oleh :

1. YIYIN KHUSNI FADLILLAH (G3A017192)


2. TATI ZULAICHAH (G3A017194)
3. IMRAN PASHAR (G3A017255)
4. RULI FATHURAHMAN (G3A017256)
5. ARIANDI SETIAWAN (G3A017258)
6. HADI PURNOMO (G3A017193)
7. AFECFADA SUBAIKHA (G3A017188)
8. ANNISA FITRI (G3A017249)
9. SILVI MALIA SINTA (G3A017250)
10. NUR AZMI AFINA (G3A017251)
11. WA ODE ADAWIA (G3A017231)
12. DHEVY RAHMANENGSIH (G3A017235)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN & KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2018/2019
PRE PLANNING
(PENYULUHN KESEHATAN TENTANG INFEKSI SALURAN
PERNAFASAN AKUT)

A. Pendahuluan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan suatu penyakit yang sering
diderita oleh anak- anak, baik di negara berkembang maupun di negara maju dan sudah
mampu dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup
gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula
memberi kecacatan sampai pada masa dewasa. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA
adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud
dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru,
beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek
dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan
menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat
mengakibatkan kondisi yang lebih buruk.
Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) membagi
penyakit dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia
dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat.
Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian
atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit
jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis
oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati
dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dapat ditularkan melalui air ludah, darah,
bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat
kesaluran pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang
disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan
musim dingin. Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak
kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan
yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya
kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk
penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian
antibiotik.
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan
dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi
lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan
mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan
penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian angka kematiannya masih tinggi,
maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat
cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas penyakit menular di dunia. Angka mortalitas ISPA mencapai 4,25 juta setiap
tahun di dunia (Najmah, 2016). ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama
kunjungan pasien di Puskesmas (40%- 60%) dan rumah sakit (15%-30%) (Kemenkes RI,
2012). Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia,
terutama di negaranegara dengan pendapatan perkapita rendah dan menengah (WHO,
2007). Salah satu negara berkembang dengan kasus ISPA yang tinggi adalah Indonesia.
Indonesia selalu menempati urutan pertama penyebab kematian ISPA pada kelompok bayi
dan balita (Najmah, 2016). Di Indonesia, kejadian ISPA tertinggi berada pada Provinsi
Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat
(28,3%), dan Jawa Timur (28,3%). Sedangkan di Provinsi Jawa Tengah masih tergolong
tinggi dibandingkan dengan provinsi lain, yaitu sebanyak 15,7% (Riskesdas, 2013). ISPA
disebabkan karena bakteri, virus, jamur dan rickettsia (Najmah, 2016). Bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut paling banyak ialah
Haemophilus influenza dan Streptoccocus pneumonia. Terjadinya ISPA juga dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu, gizi buruk, polusi udara dalam ruangan (indoor air pollution);
BBLR; kepadatan penduduk; kurangnya imunisasi campak; dan kurangnya pemberian ASI
eksklusif (Kemenkes RI, 2012).
Berdasarkan hasil observasi di RW 3 ditemukan 5 warga melakukan pembakaran
sampah di perkarangan rumah dengan jarak antara pembakaran sampah dengan rumah
yaitu 3-5 meter dimana arah asapnya mengarah ke rumah warga. Di RT 3 terdapat 10
rumah dan di RT 2 terdapat 12 rumah yang halamannya tidak ditanami tumbuhan.
Berdasarkan data dari Puskemas Kelurahan Wonolopo rata-rata angka kunjungan ISPA 3
bulan terakhir sebanyak 50 penderita (33%). Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas
Puskesmas bahwa salah satu penyakit yang sering menjadi masalah kesehatan Kelurahan
Wonolopo adalah infeksi saluran pernafsan akut. Berdasarkan data diatas diangkap
diagnosa Risiko terjadi gangguan penyakit saluran pernafasan akut, meliputi batuk/pilek,
sesak nafas, Kanker paru, ASMA, dan untuk mengatasai masalah keperawatan tersebut
maka intervensi melakukan penyuluhan kesehatan tentang infeksi saluran pernafasan akut
pada balita di RW 03 rejosari kelurahan wonolopo kecamatan Mijen

B. Topik Kegiatan
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita
C. Hari/Tanggal
Senin , 15 Oktober 2018
D. Waktu
60 menit
E. Tempat
Rumah kader posyandu
F. Sasaran
Ibu yang memiliki balita
G. TIU
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan warga RW 03 kelurahan
Wonolopo dapat mengerti mengenai penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut )
pada balita
TIK
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali :
1. Dapat memahami dan mengerti tentang pengertian ISPA
2. Dapat memahami dan mengerti penyebab dan cara penularan ISPA
3. Dapat memahami dan mengerti faktor yang mempengaruhi ISPA
4. Dapat memahami dan mengerti Tanda dan gejala yang muncul pada ISPA
5. Dapat memahami dan mengertipenanganan ISPA
H. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
I. Alat dan media
1. Materi Infeksi Saluran Pernapasan Akut
2. Leaflet Infeksi Saluran Pernapasan Akut
3. PPT Infeksi Saluran Pernapasan Akut
J. Materi
(Terlampir)
K. Struktur pengorganisasian
1. Ketua pelaksana : Imran pashar
2. Pelaksana : Afecfada Subaikha
3. Sie ilmiah :-
a. Seksi Perlengkapan: Hadi Purnomo
Ruly Faturahman
b. Seksi Dokumentasi : Yiyin Khusni Fadlillah

Waode Adawia

c. Seksi Koordinasi : Annisa Fitri

Tati Zulaichah

Silvi Malia Sinta

4. Observer/fasilitator : Devhy Rahmanengsih


Nur Azmi Afina
Ariandi Setiawan
L. Strategi pelaksanaan
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
1 5 menit Pembukaan : 1. Menjawab salam
a. Memberi salam 2. Mendengarkan dan memperhatikan
b. Menjelaskan tujuan
pembelajaran
2 25 menit Pelaksanaan : Menyimak dan mendengarkan
a. Menjelaskan materi
penyuluhan secara
berurutan dan teratur
Materi :
1. Pengertian ISPA
2. Etiologi ISPA
3. Gejala ISPA
4. Penanganan ISPA
3 20 menit Evaluasi : Diskusi
a) Memberikan peserta
untuk bertanya kepada
moderator terkait promosi
kesehatan tentang ISPA
b) Menjawab pertanyaan
yang sudah ditanyakan
peserta
c) Menjelaskan kembali
terkait promosi kesehatan
tentang pengertian, tanda,
gejala, dan penanganan
ISPA.
4 10 menit Penutup dan berdoa. Berdoa bersama dan penutup.

M. Pengesahan
Semarang, 15 Oktober 2018
Sasaran Penyelenggara

Warga RW 03 Kelurahan Wonolopo Mahasiswa Profesi Ners Unimus

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Ns. Heriyanto Adi Nugroho, M.Kep., Sp.Kep.Kom


N. Kriteri evaluasi
1. Struktur
a. Pre planning sudah dibuat satu hari sebelum pendidikan kesehatan
b. Materi sudah tersedia dan dikuasai
c. Alat dan media berupa PPT dan leaflet
d. Peserta warga RW03 sudah dikontrak, tempat dirumah
2. Proses
a. Pelaksanaan sesuai rencana
b. Peserta mengikuti penyuluhan dengan tenang dan antusias
c. Peserta antusias mengikuti penkes
d. Peserta mengikuti penyuluhan hingga akhir penkes
e. Penyaji memberikan materi dengan menarik
f. Media yang dipakai lembar PPT dan leaflet
3. Hasil
a. 90% peserta mampu memahami dan menerima materi penkes
b. 80% peserta dapat hadir
c. Peserta mampu mendemonstrasikan kembali materi penkes
Lampiran materi

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA

1. Pengertian Infeksi pernafasan akut (ISPA)


ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah
Infeksi pernafasan akut (ISPA) meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan
dan akut, dengan pengertian sebagai beriku.
Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia
dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi pernafasan
akut (ISPA) secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran
pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran
pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan
(respiratory tract).
Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14
hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang
dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Infeksi pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas
maupun bawah yang disebabkan infeksi jasad remik atau bakteri, virus maupun rikitsia
tanpa atau disertai radang parenkim paru (Whaley & Wong, 2012).
Infeksi pernafasan akut (ISPA) adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi
yang terjadi pada setiap bagian saluran pernafasan baik atas maupun bawah yang
disebabkan oleh jasad remik atau bakteri, virus maupun riketsin tanpa atau disetai
radang dari parenkim. (Whaley & Wong, 2012).

2. Etiologi
Etiologi Infeksi pernafasan akut (ISPA) adalah lebih dari 200 jenis bakteri, virus
dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain genus streptococus, Stafilococus,
hemafilus, bordetella, hokinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan
mikrovirus, adnovirus, dan virus yang paling sering menjadipenyebab ISPA di
influensa yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan
bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri dan virus tersebut
menyerang anak-anak di bawah usia 2 tahun yang kecepatan tubuhnya lemah atau
belum sempurna.
Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menumbulkan
resiko serangan Infeksi pernafasan akut (ISPA) . Beberapa faktor lain yang
diperkirakan berkontrubusi terhadap kejadian Infeksi pernafasan akut (ISPA) pada
anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi
lingkungan.
3. Gejala Infeksi pernafasan akut (ISPA)
Berikut ini adalah gejala Infeksi pernafasan akut (ISPA) pada balita :
a. Demak
b. Batuk
c. Pilek, hidung tersumbat, atau bersin-bersin
d. Nyeri tenggorokan/nyeri menelan
e. Suara serak
f. Sakit kepala, badan pegal-pegal, atau nyeri sendi
g. Lesu, lemas
h. Sesak napas
i. Frekuensi napas cepat
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah:
tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk.
Tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa
minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang
biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, mendengkur, mengi, demam dan
dingin (Nursalam, 2015).
4. Penanganan Infeksi pernafasan akut (ISPA)
Berikut ini beberapa tips untuk penanganan ISPA secara umum:
a. Berikan anak minum lebih banyak, terutama bila anak batuk dan demam.
b. Hindari penularan ke orang lain.
Cara untuk menghindari penularan: menutup mulut dan hidung bila batuk/bersin,
cuci tangan dengan sabun setelah batuk/bersin, gunakan masker (bila anak cukup
kooperatif), hindari kontak terlalu dekat dengan bayi atau manular.
c. Jangan memberikan antibiotik tanpa intruksi dokter. Antibiotik tidak diperlukan
apabila ISPA yang disebabkan infeksi virus. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat
dapat meningkatkan kekebalan bakteri terhadap antibiotik tersebut.
d. Hindari pemberian obat batuk/pilek pada anak. Diskusikan dengan dokter anda
mengenai manfaat dan risiko obat tersebut apabila akan diberikan pada anak anda
e. Kenali tanda-tanda gawat darurat.
Anda perlu segera memeriksakan anak ke dokter apabila:
 Sesak napas atau frekuensi napas menjadi lebih cepat
 Napas berbunyi mengi (wheezing) atau seperti merintih (grunting)
 Dinding dada/sela-sela iga tampa tertarik ke dalam bila anak bernapas
 Bibir berwarna kebiru-biruan
 Leher anak kaku
 Kesulitan menelan
 Muntah terus menerus
 Anak tampak sangat lemah (Keliat, 2010).

5. Cara perawatan infeksi saluran pernafasan akut pada balita


Adapun cara perawatan ISPA pada balita antara lain : Nursalam. (2015).
a. Istirahat yang cukup
b. Bila terjadi demam dilakukan kompres hangat (water tapid sponge)
c. berikan obat penurun panas paracetamol, untuk memudahkan pemberian obat
tablet dapat digerus (bubuk) lalu diencerkan dengan air atau dengan sediann
paracetamol syrup
d. jika terjadi hidung tersumbat oleh ingus, usahakan untuk membersihkan hidung
dari sumbatan tersebut agar pernafasan tidak terganggu. Namun dalam
membersihkan harus dengan hati-hati agat tidak terjadi luka/radang pada hidung.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B, A. (2010). Suplementasi Zinc Menurunkan Kejadian Infeksi pernafasan akut


(ISPA). EGC: Jakarta

Kemenkes RI. (2012). Pedoman pengendalian infeksi saluran pernafasan akut. Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI

Najmah. (2016). Epidemiologi Penyakit tidak Menular. Jakarta: Trans Info Media.

Nursalam. (2015). Keperawatan medikah bedah “Infeksi Saluran Nafas Akut”. Jakarta:
Salemba Medika.

Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.Diakses: 04 Oktober 2018, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20.2013.pdf.

Whaley and Wong, 2012. Nursing care of Intant And Chlidren, Mosby, Inc.

WHO. 2007. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan


Akut (ISPA) Yang Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Pedoman Interim WHO. Alih Bahasa: Trust Indonesia.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai