ABSTRAK
Pencitraan merupakan pusat manajemen tumor padat pada anak-anak. Pencitraan
resonansi magnetik (MRI) konvensional adalah modalitas pencitraan standar untuk
mengenali tumor di sistem saraf pusat (SSP) dan anggota badan lainnya, bahkan kini
semakin digunakan pada abdomen. Pencitraan ini mampu menunjukkan detail struktural
yang sangat baik, tetapi masih kurang untuk jenis tumor, agresivitas, potensi metastatik
atau respons pengobatan dini. Teknik pencitraan MRI berbasis fungsional, seperti
Magnetic resonance spectroscopy, Diffusion and Perfusion magnetic resonance dan
probe tissue properties untuk memberikan informasi klinis penting tentang metabolit,
struktur dan aliran darah. Ulasan ini menjelaskan peran dan bukti ilmiah di balik teknik
pencitraan fungsional ini dalam bidang onkologi pediatrik dan implikasinya untuk dapat
diintegrasikan mereka ke dalam praktik klinis rutin.
KATA KUNCI Pencitraan resonansi magnetik; Pencitraan resonansi magnetik
fungsional; Magnetic resonance spectroscopy; Diffusion magnetic resonance imaging;
Perfusion imaging; Diffusion tensor imaging; Pediatri; Neoplasma
1. Pendahuluan
Pencitraan fungsional meneliti sifat jaringan yang relevan dengan sifat biologi yang
mendasari tumor. Teknik yang termasuk yaitu diffusion weighted imaging dan perfusion
weighted imaging (DWI dan PWI), menilai struktur jaringan dan aliran darah, dan
Magnetic resonance spectroscopy (MRS), mengukur profil metabolit. Modalitas ini
mampu memberikan informasi penting tentang karakteristik tumor, memungkinkan
derivasi dari gambaran biologis yang lebih lengkap.
3. Penggunaan klinis
3.1. Tumor Central Nervous System (CNS)
3.1.1. Diagnosis sebelumnya
Terdapat keragaman patologi tumor otak pada masa kanak-kanak, serta jenis tumor yang
berbeda akan menampilkan karakteristik pencitraan tumpang tindih. Pemeriksaan MRI
konvensional tidak selalu dapat secara akurat mengidentifikasi jenis atau stadium tumor
tertentu atau membedakan neoplastik dari lesi non-neoplastik. Baku emas diagnostik saat
ini adalah histopatologi setelah biopsi atau reseksi bedah dengan risiko terkait adalah
morbiditas atau kesalahan pengambilan sampel. Diagnosis histopatologis definitif tidak
tersedia sampai beberapa hari pasca operasi dan dengan demikian tidak dapat digunakan
untuk memandu pengambilan keputusan bedah atau perencanaan pengobatan adjuvant
secara dini. Pencitraan fungsional dapat memfasilitasi diagnosis non invasif tumor CNS
pediatric secara dini, memberikan informasi klinis penting.
3.1.1.1. Diffusion Weighted Imaging (DWI)
DWI dapat membantu membedakan tingkat tumor otak dalam satuan ADC (diukur
dalam mm2/s) berkorelasi terbalik dengan rasio seluler dan rasio inti- sitoplasma. Difusi
terbatas dengan ADC rendah adalah dua temuan yang sering pada stadium tumor yang
lebih tinggi, tetapi jarang terjadi pada tumor otak pediatrik stadium rendah. Pernah
disarankan untuk penetapan nilai titik-potong, namun masih ditemukan variasi antara
penelitian.
Penelitian yang dilakukan pada apakah DWI dapat mengidentifikasi jenis tumor
otak sebagian besar terdiri dari penelitian yang secara eksklusif mengevaluasi keganasan
serebelum. Astrositoma pilokistik dapat didiskriminasi dari medulloblastoma, mungkin
disebabkan perbedaan dalam kelas/seluleritas, namun ependymoma lebih sulit untuk
diklasifikasikan. Meskipun ADC sendiri tidak dapat mengkonfirmasi diagnosis karena
nilai-nilainya yang tumpang tindih, histogram ADC berhasil membedakan tumor
serebelum. Pelebaran serat pons glioma intrinsik difus berpotensi bermanfaat untuk
mendiagnosis lesi di area yang menghalangi biopsi, dengan membedakan glioma intrinsik
pontin difus (diffused intrinsic pontine glioma—DIPG) dari gambaran demielinasi dan
menentukan keterlibatan substantia alba pada DIPG dan tumor batang otak fokal.
Astrositoma pilokistik, medulloblastoma dan ependymoma pada anak telah secara akurat
diklasifikasikan menggunakan MRS. Rasio Metabolit NAA: Kolin (Cho) dan Kreatin
(Cr): Kolin (Cho) dapat membedakan tumor ini dengan akurasi 0,85; seperti yang
dilakukan jejaring saraf, menggunakan rasio NAA, Cho dan Cr (akurasi 0,88) dan analisis
diskriminan linear (linear discriminant analysis—LDA; akurasi 0,93). Penggolongan
diagnostik, seperti yang digambarkan pada Gambar. 5, telah dinilai dalam lingkungan
klinis yang bersifat multinasional (akurasi 0,98) [48].
MRS dapat memfasilitasi diagnosis subkelompok glioma derajat rendah pada
pediatrik. Konsentrasi kolin dan mio-inositol yang berbeda signifikan telah ditemukan
pada tumor glioneuronal dan glia dibandingkan dengan subtipe histologis lainnya. Profil
metabolit astrositoma pilokistik dan jalur glioma optik yang tidak dibiopsi, ditemukan
berbeda secara signifikan, tergantung dengan status dan lokasi neurofibromatosis tipe I.
3.6. Menerapkan pencitraan fungsional dan integrasi ke dalam praktek klinis rutin
Beberapa tantangan masih ditemui dalam hal pelaksanaan rutin pencitraan
fungsional di praktek klinis, termasuk bagaimana mengembangkan protokol akuisisi
standar dengan langkah-langkah pengendalian kualitas yang tepat, pengolahan dan
penyajian informasi, serta khususnya, penanganan data kuantitatif yang jauh dari kerja
radiologi tradisional. Hambatan utama untuk menggabungkan pencitraan fungsional
multimodal ke dalam diagnosis radiologi secara nyata adalah kesulitan dalam
memperoleh data kuantitatif yang tepat waktu dan analisis multimodal pada saat
pelaporan awal. Hal ini terutama berlaku di departemen radiologi yang sibuk dan dalam
keadaan darurat.
Terdapat kekurangan bukti mengenai integrasi pencitraan fungsional ke dalam
praktek klinis dalam onkologi pediatrik. Studi prospektif diperlukan untuk mengevaluasi
dampak diagnostik pencitraan fungsional dibandingkan dengan MRI konvensional saja.
Biomarker harus dievaluasi dalam uji klinis pada kelompok diagnostik yang terdefinisi
dengan baik. Standar untuk Pelaporan Pedoman Akurasi Diagnostik (Standards for
Reporting of Diagnostic Accuracy—STARD ) untuk melaporkan akurasi diagnostik
harus diikuti untuk memberikan bukti ilmiah kedokteran kualitas tinggi sebagai nilai
tambah baiknya teknik pencitraan ini secara lanjut.
3.6.1. Protokol
Teknik yang dijelaskan dalam ulasan ini sebagian besar merupakan tambahan
yang baik untuk diketahui, serta terdapat tren peningkatan bahwa pendekatan multimodal
untuk akuisisi data harus dipatuhi. International Society of Pediatric Oncology di Eropa,
Kelompok Kerja Pencitraan Otak telah menyetujui protokol untuk tumor otak yang
mencakup MRS voxel tunggal, DTI dan DSC-MRI. Di Inggris Raya, Kelompok Kerja
Pencitraan Fungsional pada Kanker dan Leukemia pada Anak telah menganjurkan
protokol untuk tumor abdomen yang mencakup nilai multi-b DWI. Protokol ini
membentuk titik awal yang berguna bagi mereka yang tidak memiliki keahlian khusus
dan set parameter utama untuk protokol ini diberikan dalam materi tambahan (Appendiks
1 dan 2). Situasi klinis tertentu dapat membuat protokol lain menjadi optimal tetapi
adaptasi seperti itu biasanya membutuhkan pengalaman lokal yang signifikan dalam
menggunakan teknik tersebut.
4. Kesimpulan
Pencitraan fungsional menyediakan informasi tentang sifat tumor yang tidak
tersedia dari pencitraan MR konvensional. Pendekatan multimodal mengoptimalkan
informasi yang tersedia dan semakin meningkatkan pemahaman kita tentang tumor in situ
pada anak. Secara klinis, pencitraan fungsional dapat meningkatkan diagnosis non-invasif
dan pemantauan pengobatan dini, serta menyediakan biomarker prognosis. Penelitian
lebih lanjut diperlukan untuk menentukan bagaimana penggunaan pencitraan fungsional
secara optimal dalam pengaturan klinis dan mengintegrasikan teknik-teknik baru yang
menjanjikan ini ke dalam praktik rutin untuk meningkatkan perawatan anak-anak dengan
kanker.
Diterjemahkan dari: Manias KA, et al., Magnetic resonance imaging based functional
imaging in paediatric oncology, European Journal of Cancer (2016),
http://dx.doi.org/10.1016/j.ejca.2016.10.037