Anda di halaman 1dari 34

SKP ( SASARAN KESELAMATAN PASIEN )

N Nama SKP Versi Nama SKP Versi SNARS Ketua :dr.Novia Bernarti, Sp.A,
O KARS 2012 EDISI I M.Kes

1 Sasaran I : Sasaran I : Anggota : H. Irawan, S. Kep


Ketepatan Identifikasi Mengidentifikasi pasien dengan Eis Martinah, S. Kep
Pasien benar
2 Sasaran II : Sasaran II : Anggota : Ru’fatul Aini, AM.Kep
Peningkatan Komunikasi Meningkatkan komunikasi yang Sri Rahayu Lestari, Am.Kep
Yang Efektif efektif Ibrahim, AM.Kep
3 Sasaran III : Sasaran III : Anggota : Puji Rahayu
Peningkatan Keamanan Meningkatan keamanan obat-
Obat Yang Perlu obatan yang harus
diwaspadai ( High-Alert ) diwaspadai ( High Alert
Medication )
4 Sasaran IV : Sasaran IV : Anggota : Eka Leo Sita, AM.Kep
Kepastian tepat lokasi, Memastikan lokasi Zaironi, AM. Kep
tepat prosedur, tepat pembedahan yang benar, M. Ayub, AM.Kep
psien operasi prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang
benar

5 Sasaran V : Sasaran V : Anggota : Nurbaya, AM. Kep


Pengurangan risiko Mengurangi risiko infeksi Meta Puspitasari, S.Kep,Ners
infeksi terkait pelayanan terkait pelayanan kesehatan
kesehatan
6 Sasaran VI : Sasaran VI : Anggota : Reni Silviani, Am.Kep
Pengurangan risiko Mengurangi risiko cedera Meily Rachmiyati, ST
pasien jatuh pasien akibat terjatuh.
Penanggung Jawab SKP 1 s/d SKP 6 (Sasaran Keselamatan Pasien)
N NAMA SASARAN KESELAMATAN PASIEN RUANGAN
O
01 Sasaran I :
Dina Pratiwi, AmKep
Mengidentifikasi pasien dengan benar
Sasaran II :
Ferawati, Am. Kep
Meningkatkan komunikasi yang efektif
Sasaran III :
Meningkatan keamanan obat-obatan yang
Ellawati, Am. Kep
harus diwaspadai ( High Alert
Medication )
Sasaran IV :
Madinah
Memastikan lokasi pembedahan yang
benar, prosedur yang benar, pembedahan
Dina Maryana, Am. Kep pada pasien yang benar
Sasaran V :
Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Sasaran VI :
Ns.Meta Puspita Sari,
Mengurangi risiko cedera pasien akibat
S.Kep
terjatuh.
02 Sasaran I :
Ns. Eis Martinah, S. Kep
Mengidentifikasi pasien dengan benar
Sasaran II :
Ibrahim, Am. Kep Meningkatkan komunikasi yang efektif
Sri Ambarini, Am. Kep Sasaran III :
Meningkatan keamanan obat-obatan yang
harus diwaspadai ( High Alert
Medication )
Sasaran IV :
Marwah
Memastikan lokasi pembedahan yang
benar, prosedur yang benar, pembedahan
Della Yusita, S.Kep pada pasien yang benar
Sasaran V :
Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Henny Silviani, Am. Kep Sasaran VI :
Mengurangi risiko cedera pasien akibat
terjatuh.
03 Sasaran I :
Uzaimah, Am. Keb
Mengidentifikasi pasien dengan benar
Sasaran II :
Neli Kartini, Am. Keb
Meningkatkan komunikasi yang efektif
Sasaran III :
Putri Nurul Ismiati, Am. Meningkatan keamanan obat-obatan yang
Keb harus diwaspadai ( High Alert
Medication )
Sasaran IV :
Shafa
Memastikan lokasi pembedahan yang
benar, prosedur yang benar, pembedahan
Welly Novarius, Am. Keb pada pasien yang benar
Sasaran V :
Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Sasaran VI :
Aryanti Septiani, SST Mengurangi risiko cedera pasien akibat
terjatuh.
04 Sasaran I :
Diana Agustini, Am. Kep
Mengidentifikasi pasien dengan benar
Sasaran II :
Sri Rahayu Lestari, S. Kep
Meningkatkan komunikasi yang efektif
Sasaran III :
Meningkatan keamanan obat-obatan yang
Reni Herlina, Am. Kep
harus diwaspadai ( High Alert
Medication )
Sasaran IV : Muzdalifa
Memastikan lokasi pembedahan yang h
benar, prosedur yang benar, pembedahan
Frety Yunanti. S.Kep, Ns pada pasien yang benar
Sasaran V :
Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Sasaran VI :
Zulica Puspa, Am. Kep Mengurangi risiko cedera pasien akibat
terjatuh.
05 Sasaran I :
Nurbaiti, Am .Kep
Mengidentifikasi pasien dengan benar
Sasaran II :
Hana Ervinna Olifia, Am. Kep
Meningkatkan komunikasi yang efektif
Nurmah, Am. Kep Sasaran III :
Meningkatan keamanan obat-obatan yang
harus diwaspadai ( High Alert
Medication )
Leni Gustian, Am. Keb Sasaran IV :
Neonatus
Memastikan lokasi pembedahan yang
benar, prosedur yang benar, pembedahan
pada pasien yang benar
Sasaran V :
Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Sasaran VI :
Ayu Marhamah, S, Kep Mengurangi risiko cedera pasien akibat
terjatuh.
06 Sasaran I :
Fifiit Yolanda Yusco, S.Kep
Mengidentifikasi pasien dengan benar
Mardiana Sari, Am. Kep Sasaran II :
Meningkatkan komunikasi yang efektif
Sasaran III :
Muchlisinalahuddin, Meningkatan keamanan obat-obatan yang
Am.Kep harus diwaspadai ( High Alert
Medication )
Ibnu Sina
Sasaran IV :
Atas
Memastikan lokasi pembedahan yang
benar, prosedur yang benar, pembedahan
Marma Yunita, AMKp pada pasien yang benar
Sasaran V :
Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Imelda Fitri Am. Kep Sasaran VI :
Mengurangi risiko cedera pasien akibat
terjatuh.
07 Sasaran I : Ibnu Sina
Elyah Sumirah, Am. Kep
Mengidentifikasi pasien dengan benar Bawah
Sasaran II :
Dwi Jayanti, Am. Kep
Meningkatkan komunikasi yang efektif
Desi Hariani, Am. Kep Sasaran III :
Meningkatan keamanan obat-obatan yang
harus diwaspadai ( High Alert
Medication )
Sasaran IV :
Memastikan lokasi pembedahan yang
benar, prosedur yang benar, pembedahan
pada pasien yang benar
Angri Yanti, Am. Kep
Sasaran V :
Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan

Sasaran VI :
Mengurangi risiko cedera pasien akibat
Juni Lisdiany, Am. Kep
terjatuh.

08 Sasaran I :
Anggra Lestari, Am. Kep
Mengidentifikasi pasien dengan benar
Sasaran II :
Sri Rahayu Utami, S. Kep
Meningkatkan komunikasi yang efektif
Sasaran III :
Meningkatan keamanan obat-obatan yang
Endang Sulastri, Am. Kep
harus diwaspadai ( High Alert
Medication )
Sasaran IV :
Humairoh
Memastikan lokasi pembedahan yang
benar, prosedur yang benar, pembedahan
Dian Mustika Dewi , S.Kep,
pada pasien yang benar
Ns
Sasaran V :
Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Sasaran VI :
Partima, Am. Kep Mengurangi risiko cedera pasien akibat
terjatuh.
09 Ike Muharahmi, S. Kep Sasaran I :
Mengidentifikasi pasien dengan benar
Tatik Herlina, Am. Kep Sasaran II :
Meningkatkan komunikasi yang efektif
Ayu Nilawati, Am. Kep. An Sasaran III :
Meningkatan keamanan obat-obatan yang
harus diwaspadai ( High Alert
Medication )
Zaironi, Am. Kep Sasaran IV :
IBS
Memastikan lokasi pembedahan yang
benar, prosedur yang benar, pembedahan
pada pasien yang benar
Eka Leosita, Am. Kep Sasaran V :
Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Susilawati, Am. Kep Sasaran VI :
Mengurangi risiko cedera pasien akibat
terjatuh.
10 Sasaran I : IGD
Alfensi Julfikar, Am. Kep
Mengidentifikasi pasien dengan benar
Sasaran II :
Eliana Lamko, Am. Kep
Meningkatkan komunikasi yang efektif
Sasaran III :
Meningkatan keamanan obat-obatan yang
Dina Patriana, Am. Kep
harus diwaspadai ( High Alert
Medication )
Sasaran IV :
Memastikan lokasi pembedahan yang
benar, prosedur yang benar, pembedahan
Wena Sartika, Am. Kep pada pasien yang benar
Sasaran V :
Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Reni Selviani, Am. Kep Sasaran VI :
Mengurangi risiko cedera pasien akibat
terjatuh.
11 Sasaran I :
Tri Aprianti, Am. Kep
Mengidentifikasi pasien dengan benar
Sasaran II :
Yulitasari, Am. Kep
Meningkatkan komunikasi yang efektif
Sasaran III :
Meningkatan keamanan obat-obatan yang
Diah Naningrum, Am. Kep
harus diwaspadai ( High Alert
Medication )
Sasaran IV :
IRJ
Memastikan lokasi pembedahan yang
benar, prosedur yang benar, pembedahan
Elviyanti, S.Kep pada pasien yang benar
Sasaran V :
Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Sasaran VI :
Aisyah Ibrahim, S. Kep Mengurangi risiko cedera pasien akibat
terjatuh.
12 Sasaran I :
Rossy Fitri Yani, Am. Kep
Mengidentifikasi pasien dengan benar
Sasaran II :
Rossy Fitri Yani, Am. Kep
Meningkatkan komunikasi yang efektif
Sasaran III :
Meningkatan keamanan obat-obatan yang
Rossy Fitri Yani, Am. Kep
harus diwaspadai ( High Alert
Medication )
Sasaran IV : Kemotherap
Memastikan lokasi pembedahan yang i
Leni Andriati
benar, prosedur yang benar, pembedahan
pada pasien yang benar
Sasaran V :
Leni Andriati Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Sasaran VI :
Leni Andriati Mengurangi risiko cedera pasien akibat
terjatuh.
13 Sasaran I :
Samsul, Am. Kep
Mengidentifikasi pasien dengan benar
Sasaran II :
Wisneti , S. Kep
Meningkatkan komunikasi yang efektif
Sasaran III :
Meningkatan keamanan obat-obatan yang
Nita Rianova. H, Am. Kep
harus diwaspadai ( High Alert
Medication )
Sasaran IV :
IHD
Memastikan lokasi pembedahan yang
benar, prosedur yang benar, pembedahan
Selly Evanita, S. Kep pada pasien yang benar
Sasaran V :
Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Sasaran VI :
Wediana, Am. Kep Mengurangi risiko cedera pasien akibat
terjatuh.
14 Sasaran I : ICU
Ns. Marningsih, S. Kep
Mengidentifikasi pasien dengan benar
Sasaran II :
Novita Jayanti, S.Kep
Meningkatkan komunikasi yang efektif
Yulia, Am. Kep Sasaran III :
Meningkatan keamanan obat-obatan yang
harus diwaspadai ( High Alert
Medication )
Sasaran IV :
Memastikan lokasi pembedahan yang
benar, prosedur yang benar, pembedahan
Hinda Martini, Am. Kep pada pasien yang benar
Sasaran V :
Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan
Sasaran VI :
Cinta Saputra, Am. Kep Mengurangi risiko cedera pasien akibat
terjatuh.

Sasaran I :
Mengidentifikasi pasien dengan benar

Lampiran
Keputusan Direktur Utama
Nomor : 98/KPTS/DIR/1.6/I/2019
Tanggal : 09 Jumadil Awal 1440 H/15 Januari 2019 M

KEBIJAKAN MENGIDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR


RUMAH SAKIT ISLAM SITI KHADIJAH PALEMBANG

1. Maksut dan tujuan mengidentifikasi pasien dengan benar, pertama, memastikan


ketepatan pasien yang akan menerima layanan atau tindakan dan kedua, untuk
menyelaraskan layanan atau tindakan yang dibutuhkan oleh pasien
2. Semua pasien yang dirawat inap di Rumah Sakit, pasien rawat sehari di Instalasi Bedah Sentral
(IBS), Hemodialisa, Endoskopi/Kolonoskopi harus dipasang gelang identitas.
3. Gelang identifikasi dipasang di tangan yang dominan.
4. Gelang identitas pasien berisi nama pasien sesuai dengan KTP elektronik/identitas pasien, tanggal
lahir dan nomor rekam medis pasien.
5. Jenis gelang terbagi 2 yaitu gelang warna biru untuk pasien laki-laki, warna pink untuk pasien
perempuan.
6. Untuk pasien dengan resiko jatuh ditambah stiker penanda warna kuning, pasien dengan riwayat
alergi ditambah stiker penanda warna merah dan pasien menolak resusitasi (DNR) stiker penanda
berwarna ungu.
7. Label identitas harus diprint/dicetak, tidak boleh disingkat, tidak boleh salah walau satu huruf,
ditempel disemua berkas rekam medis yang mencantumkan identitas pasien, lembar permintaan
pemeriksaan, spesimen, hasil laboratorium / radiologi, resep, label obat, diet/ makanan pasien.
8. Tulisan tangan hanya diperbolehkan dalam keadaan printer/mesin cetak tidak berfungi dan harus
segera diperbaiki.
9. Identifikasi terhadap pasien dilakukan minimal 2 dari 3 poin isi kebijakan identifikasi pasien.
10. Identifikasi pertama kali dilakukan baik secara verbal (bertanya, konfirmasi ke pasien) maupun visual
(melihat gelang label identitas pasien) dengan pertanyaan terbuka, bukan pertanyaan tertutup, dan
identifikasi selanjutnya secara visual saja.
11. Identifikasi pasien dilakukan secara benar sebelum pemberian obat, pemberian darah/produk darah,
sebelum pengambilan darah/spesimen lain, sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur,
sebelum pemberian diet, sebelum menerima cairan intravena, sebelum tindakan hemodialisis,
sebelum kateterisasi jantung, sebelum prosedur radiologi diagnostic dan identifikasi terhadap pasien
koma, berupa gelang dan label identitas.
12. Identifikasi pasien di Instalasi Rawat Jalan ( IRJ ) dan Instalasi Gawat Darurat ( IGD ) dengan

menggunakan kartu berobat pasien, kecuali pasien yang di IGD yang dirawat ODC dan pasien di IRJ yang
memerlukan tindakan / prosedur seperti EEG, CT Scan atau tindakan di radiologi yang memerlukan obat,
diidentifikasi dengan gelang dan label identitas.
13. Pasien yang dirawat dengan nama sama di ruangan yang sama harus diberi tanda “PERHATIAN”
pada rekam medik dan semua formulir permintaan penunjang.
14. Identifikasi pasien yang tidak mengenal dirinya sendiri, pasien difabel / komunikasi tidk efektif
dengan menggunakan kode.
15. Gelang identifikasi yang salah atau hilang harus segera diganti dan dipasangkan.
16. Pasien yang meninggal dipasangkan label identifikasi jenazah.
17. Gelang identifikasi dilepas saat pasien pulang / pindah rumah sakit lain.

DITETAPKAN DI : PALEMBANG
PADA TANGGAL : 15 JANUARI 2019
DIREKTUR UTAMA,

dr. Jon Ganefi,Sp.PD-FINASIM,MKes


NIK. 011104224
RS Islam Siti IDENTIFIKASI PASIEN KOMA
Khadijah

Palembang

NOMOR DOKUMEN NOMOR REVISI HALAMAN

…./ / /2018 - 1/2

…………………
Jl. Demang Lebar Daun

Palembang

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN

STANDAR DIREKTUR UTAMA,

PROSEDUR
OPERASIONAL
10 Oktober 2018
dr. H. Jon Ganefi, Sp. PD-FINASIM, MKes

NIK. 011104224
PENGERTIAN Proses kegiatan identifikasi pada pasien koma.

Memastikan identifikasi pasien dengan benar pada pasien rawat inap yang
mengalami koma selama pasien dirawat di RS. Islam Siti Khadijah
TUJUAN
Palembang dan memastikan ketepatan terapi atau tindakan terhadap pasien
tersebut.

Surat Keputusan Direktur Utama Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang
KEBIJAKAN Nomor. 160/KPTS/DIR/1.6/II/2015 tentang Kebijakan Identifikasi Pasien di
Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang

A. Verifikasi Identitas untuk Pasien Koma Yang Memiliki Keluarga


atau Penunggu.
1. Petugas melakukan kebersihan tangan (sesuai SPO kebersihan tangan).
2. Ucapkan salam :
“Assalamu’alaikum, Selamat pagi/siang/sore/malam Bapak/Ibu”
3. Sebut nama dan peran Anda :
“Saya .... (nama), sebagai PPJP/ DPJP – ibu/bapak – saat ini”
4. Lakukan verifikasi identitas pasien dengan pertanyaan terbuka,
secara verbal (bertanya/konfirmasi ke keluarga/penunggu )
dan visual ( melihat label gelang identitas pasien ) dengan
meminta keluarga/ penunggu pasien menyebutkan nama, tanggal lahir
pasien

Secara verbal : “Bapak/Ibu, sesuai peraturan keselamatan pasien di

Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang, sebelum melakukan

tindakan saya akan menanyakan kembali identitas pasien yang bapak/

ibu tunggu . Maaf, tolong sebutkan nama ibu/ Bapak! (keluarga/

penunggu menyebutkan nama pasiennya ).


PROSEDUR
Tanggal lahirnya ( keluarga/ pengunggu menyebutkan tanggal lahir

pasien ).

Secara visual : Petugas mencocokkan jawaban keluarga/

penunggu pasien dengan memegang dan membaca gelang identitas

pasien.

5. Bila benar, maka jelaskan maksud dan tujuan anda


“Bapak/ibu, nama, tanggal lahir pasien yang bapak/ ibu sebutkan
sesuai dengan yang ada digelang identitas yang pasien pakai, saat ini
saya akan melakukan tindakan ; misalnya : pemasangan infus
(Lakukan sesuai SPO pemasangan infus ).

RS Islam Siti hadijah IDENTIFIKASI PASIEN KOMA


Palembang NOMOR DOKUMEN

NOMOR REVISI HALAMAN


…./ / /2018

- 2/2

…………………

Jl. Demang Lebar Daun

Palembang

6.
7. 6. Pada verifikasi selanjutnya, pada saat melakukan tindakan yang
dilakukan oleh perawat / petugas yang sama, cukup dilakukan
verifikasi visual saja
7. Ucapkan terima kasih dan salam :
“Terima Kasih atas kerjasamanya, Wassalamu’alaikum”

B. Verifikasi Identitas untuk Pasien Koma Yang Tidak Memiliki


Keluarga atau Penunggu.
PROSEDUR
1. Lakukan verifikasi dengan double check yaitu dua petugas ruangan
yang akan melakukan tindakan, secara bersama melihat data
identitas pasien pada gelang pasien dan mencocokkan dengan data
identitas pasien yang tercantum pada berkas rekam medis pasien
( atau lembar permintaan tindakan/ label pada botol sampel yang
akan diambil

UNIT TERKAIT
1. Rawat Inap
2. ICU

Sasaran II :

KEBIJAKAN KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PROFESIONAL PEMBERI ASUHAN


DI RUMAH SAKIT ISLAM SITI KHADIJAH PALEMBANG

1.Pelaporan nilai kritis dan hasil diagnostic kritis


termasuk,tetapi tidak terbatas pada :
 Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan radiologi
 Prosedur ultrasonografi
 Diagnostic jantung
 Pemeriksaan diagnostic yang di lakukan di tempat tidur pasien,seperti hasil
tanda-tanda vital dan echocardiograms

2.komunikasi secara verbal atau melalui telepon


di lakukan hal-hal sebagai berikut :
 Pemesanan obat atau permintaan obat secara verbal sebaiknya di hindari
 Dalam keadaan darurat karena komunikasi secara tertulis atau komunikasi
elektronik tidak mungkin di lakukan maka harus di tetapkan panduannya
meliputi permintaan pemeriksaan ,penerimaan hasil pemeriksaan dalam
keadaan darurat,identifiksi dan penetapan nilai kritis ,hasil pemeriksaan
diagnostic,serta kepada siapa dan oleh siapa hasil pemeriksaan kritis di
laporkan.
 Prosedur menerima perintah lisan atau lewat telpon meliputi penulisan secara
lengkap permintaan atau hasil pemeriksaan oleh penerima informasi,penerima
membaca kembali permintaan atau hasil pemeriksaan ,dan pengirim memberi
konfirmasi atas apa yang telah di tulis secara akurat.

3.Serah terima asuhan pasien ( hand over ) di dalam rumah sakit terjadi :
 Antar professional pemberi asuhan ( PPA ) seperti antara staf medis dan staf
medis,antara staf medis dan staf keperawatan atau dengan staf klinis
lainnya,atau antara PPA dan PPA lainnya pada saat pertukaran shift
 Antar berbagai tingkat layanan di dalam rumah sakit yang sama seperti jika
pasien di pindah dari unit intensif ke unit perawatan atau dari unit darurat ke
kamar operasi.
 Dari unit rawat inap ke unit layanan diagnostic atau unit tindakan seperti
radiologi atau unit terapi fisik.

DITETAPKAN DI : PALEMBANG
PADA TANGGAL : 25 OKTOBER 2018
DIREKTUR UTAMA,

Dr. H. Jon Ganefi, Sp.PD.FINASIM, M.KES


NIK. 011104224

Meningkatkan komunikasi yang efektif

Lampiran
Keputusan Direktur Utama
Nomor : 125/KPTS/DIR/1.6/I/2019
Tanggal : 13 Jumadil Awal 1440 H/19 Januari 2019 M

KEBIJAKAN PENETAPAN NILAI KRITIS


RUMAH SAKIT ISLAM SITI KHADIJAH PALEMBANG

18. Nilai kritis adalah nilai hasil laboratorium yang segera memerlukan intervensi dokter, sehingga harus
segera diketahui oleh dokter yang merawat.
19. Penetapan Nilai Kritis dilakukan oleh :
a. Penanggung Jawab Laboratorium berdasarkan standar yang berlaku
b. Ditetapkan oleh masing-masing dokter spesialis yang berkepentingan dan memberitahukannya
kepada laboratorium
20. Daftar Nilai Kritis Pemeriksaan Laboratorium :

HEMATOLOGI

NILAI KRITIS
NO PARAMETER
Kurang Dari Lebih Dari

1 Hemoglobin <7.0 g/dl > 20.0 gr/dl

2 HCT < 20 % > 60 %

3 Trombosit (Dewasa) < 50.000/µl > 1.000.000/µl

4 Trombosit (Anak) < 20.000/µl > 1.000.000/µl

5 Leukosit < 1000 k /µl 50.000 k/µl(Non-Oncolgy


Patients)

6 LED - > 100 MM/Jam

7 Limfosit < 500 / MM³ -

8 PT - > 30 detik atau 3 kali nilai


normal

9 APTT  120 detik

10 Fibrinogen < 50 mg/dl  700 mg/ dl

11 INR - > 4.0

12 Masa Pendarahan - >30 menit

13 Trombine Time - > 60 detik

14 Feritin < 10 mg/ m -

KIMIA DARAH

NILAI KRITIS
NO PARAMETER
Kurang Dari Lebih Dari

1 Amilase - > 200 U/L

2 Lifase - > 500 U/L

3 Arterial PCO2 (AGD) < 19 mmHg  67 mmHg

4 Arterial PH (AGD) < 7.10  7.59

5 Arterial PO2 (dewasa) < 40 mmHg -


(AGD)

6 Arterial PO2 (bayi baru < 37 mmHg  92 mmHg


lahir) (AGD)

7 Bilirubin Bayi < = 1 - > = 10 mg/dl


Tahun

8 Phospor < 1,1 mg/dl -

9 AST - 80 U/L

10 ALT - 82 U/L

11 Troponin I - > 0.3 ng/mL

12 CKMB - > 100 U/L

13 CK - > 3-5 Kali batas atas


normal

14 Glukosa (Dewasa) < 40 mg/dl  400 mg/dl

15 Glukosa (Bayi baru < 30 mg/dl  300 mg/dl


lahir)

16 Creatinin - > 10 mg/dl


17 Ureum < 2 mg/dl  100 mg/dl

18 Natrium (Na) < 120 mEg/L  160 mEg/L

19 Kalium (dewasa) < 2.8 meg/l  6.2 meg/l

20 Kalium (bayi baru < 2.5 meg/l  8.0 meg/l


lahir)

21 Bilirubin Total - > 12 mg/dl


(dewasa)

22 Bilirubin Total (bayi) - > 15 mg/dl

23 Albumin < 1.5 g/dl -

24 HBsAg Positif

25 Phosfor < 1.1 mg/dl -

26 Magnesium < 4.9 mg/dl  1.1 mg/dl

CEREBROSPINAL FLUID/ CAIRAN OTAK

NILAI KRITIS
NO PARAMETER
Kurang Dari Lebih Dari

1 Glukosa < 80 % dari -


darah
2 Protein Total - > 45 mg/dl

3 Leukosit - > 10 ul

MIKROBIOLOGI

NILAI KRITIS
NO PARAMETER
Kurang Dari Lebih Dari

1 Kultur darah Positif

2 Bakterial Meningitis Positif


Antigen (BMA)
3 CSF White Blood Count >= 15/cu mm
(1 month to adult) LCS

PELAYANAN DARAH

NO PARAMETER NILAI KRITIS

1 Atibody I.D/Crosmatch Unable to find compatible blood


(uji silang serasi)
2 Hemolytic Transfusion Positif
Reaction
DITETAPKAN DI : PALEMBANG
PADA TANGGAL : 19 JANUARI 2019
DIREKTUR UTAMA,

dr. Jon Ganefi,Sp.PD-FINASIM,MKes


NIK. 011104224
RUMAH SAKIT ISLAM SITI KHADIJAH
JlDemangLebarDaun No 26
Telp. 071 -3560 8 Fax. 071 -31 8 4
Palembang 30137

Nama Pasie
RS Islam Siti Khadijah PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK KRITIS
Palembang

NOMOR DOKUMEN NOMOR REVISI HALAMAN

………………………

Jl. Demang Lebar Daun

Palembang ……………………… ……………

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN


STANDAR DIREKTUR UTAMA,
PROSEDUR
OPERASIONAL
……………………….. Dr.H.Jon Ganefi,Sp.PD.FINASIM.M.Kes

NIK. 011104224

Proses melaporkan hasil pemeriksaan diagnostic kritis antar PPA dengan DPJP

PENGERTIAN Pelaporan hasil diagnostic kritis secara signifikan di luar batas nilai normal yang
dapat memberi indikasi resiko tinggi atau kondisi yang mengancam kehidupan
pasien.

1.Meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien berorientasi pada keselamatan


pasien

TUJUAN 2.Mencegah terjadi nya kesalahan dalam melpaorkan hasil diagnostic kritis

3.Memastikan keakuratan pelaporan hasil pemeriksaan diagnostic kritis dan


untuk segera di lakukan tindakan / intervensi terhadap pasien

KEBIJAKAN

1. Perawat menerima hasil pemeriksaan diagnostic kritis (laboratorium


dan radiologi) melalui telepon
2. Perawat mencatat hasil kritis dan di dokumentasikan di lembar nilai
hasil kritis
3. Perawat melaporkan hasil kritis ke DPJP menggunakan tekhnik
komunikasi verbal,tulis (write back),baca (read back) konfirmasi
(confirmation),proses pelaporan ini di tulis dalam rekam medis (form

PROSEDUR catatan perkembangan terintegrasi)


4. DPJP yang menerima hasil kritis tersebut segera memberikan
tindakan /therapy untuk pasien
5. Perawat yang menerima hasil therapy segera mencatat di rekam medis
pasien dan melakukan tindakan ke pasien tersebut
UNIT TERKAIT Semua Unit Pelayanan Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang
RS Islam Siti Khadijah SERAH TERIMA PETUGAS ANTAR SHIFT
Palembang
( HAND OVER )

NOMOR DOKUMEN NOMOR REVISI HALAMAN

……………………… ……………………… ……………


Jl. Demang Lebar Daun

Palembang

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN


STANDAR DIREKTUR UTAMA,
PROSEDUR Dr.H.Jon Ganefi,Sp.PD.FINASIM.M.Kes
OPERASIONAL
……………………….. NIK. 011104224

Proses serah terima tugas antar tim kerja yang dinas dalam kurun waktu
tertentu kepada tim kerja yang dinas pada jam kerja berikutnya yang
PENGERTIAN mencakup pasien yang di rawat,obat-obatan pasien maupun informasi lain
yang perlu di overkan kepada tim berikut nya di RSI.SITI.KHODIJAH
PALEMBANG

1.Meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien berorientasi pada keselamatan


pasien
TUJUAN
2.Sebagai acuan penerapan langkah-langkah dalam melakukan serah terima
tugas perawat antar shift ( hand over )

KEBIJAKAN

1. Perawat yang menyerahkan tugas kepada tim kerja yang lain


menyiapkan seluruh Rekam medis pasien,obat-obatan pasien dan hasil
pemeriksaan penunjang dan dokumen lain yang di perlukan
2. Masing-masing tim duduk bersama untuk siap melakukan serah terima
PROSEDUR tugas /hand over
3. Kepala ruangan menyampaikan salam,berdoa bersama
4. Perawat shift pagi mempersilahkan perawat shift malam untuk
melaporkan keadaan pasien ke perawatshift pagi dengan menggunakan
form serah terima
5. Perawat shift pagi mengklarifikasi apa yang di sampaikan oleh perawat
shift malam
6. Perawat shift pagi mengajak perawat shift malam dan perawat shift
pagi lain nya yang bertanggung jawab untuk mengklarifikasi pasien
(menghampiri pasien dalam visite keperawatan )
7. Perawat shift pagi memeberikan kesempatan untuk mendiskusikan
pasien yang di lihatnya
8. Perawat shit malam menutup overan dengan berdoa
UNIT TERKAIT Semua Unit Pelayanan Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang

Sasaran III :
Meningkatan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai (High Alert
Medication )
Sasaran IV :
Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan
pada pasien yang benar

KEBIJAKAN OPERASI TEPAT LOKASI, TEPAT PROSEDUR, DAN TEPAT PASIEN


DI RUMAH SAKIT ISLAM SITI KHADIJAH PALEMBANG

1. Semua pasien yang direncanakan untuk operasi bedah di Rumah Sakit Islam Siti
Khadijah Palembang harus dilakukan penandaan daerah operasi.
2. Penandaan lokasi daerah operasi perlu melibatkan pasien dan keluarga, dilakukan
dengan pemberian tanda yang dapat dikenali.
3. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di rumah sakit dan harus di buat oleh
operator / orang yang melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar
dan harus terlihat sampai saat akan disayat.
4. Penandaan lokasi operasi ditandai dilakukan pada semua kasus termasuk sisi
(laterality), multipel struktur ( jaringan, jari kaki, lesi), atau multipel level (tulang
belakang).
5. Penandaan lokasi operasi menggunakan bahan yang tidak mudah luntur dan mudah
dikenali.
6. Rumah Sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk memverifikasi saat
preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta
peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional.
7. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum insisi / time-
out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur / tindakan pembedahan termasuk
pelaksanaan tindakan medis dan gigi di luar kamar operasi.
RUMAH SAKIT ISLAM SITI KHADIJAH
Jl. Demang Lebar Daun No. 26 CHECKLIST KESELAMATAN
Tlp. 0711-356008 (Hunting), Fax. 0711-
311884 PASIEN
Palembang 30137
RUMAH SAKIT ISLAM
TIME OUT DILUAR KAMAR OPERASI
SITI KHADIJAH

PALEMBANG
No. Dokumen No. Revisi Halaman

1 dari 2

------------------- ------------------
Jln. Demang Lebar Daun
Palembang

Telp(0711) 356008

Tanggal terbit
DITETAPKAN
STANDAR
DIREKTUR UTAMA,
OPERASIONAL
dr. H. Jon Ganefi, Sp. PD-FINASIM, MKes
PROSEDUR
NIK. 011104224

-------------------

PENGERTIAN Proses henti sesaat sebelum melakukan tindakan untuk


verifikasi ketepatan pasien, lokasi tindakan dan prosedur.

TUJUAN Memastikan bahwa tindakan yang akan dilakukan sesuai


dengan tempatnya, sesuai prosedur dan sesuai pasien.

1. Sesaat sebelum operator melakukan tindakan,


perawat meminta izin untuk memimpin Time Out
(henti sejenak)
2. Perawat sirkuler/ asisten operator mengucapkan
salam “assalamualaikum wr wb” perawat sirkuler
menyebutkan nama tim.
 Nama dokter operator
Dokter operator menjawab “Ya”
 Nama asisten operator
Asisten operator menjawab “Ya”
PROSEDUR
3. Perawat sirkuler/ asisten operator menyebutkan
nama pasien dan tanggal lahir pasien sesuai dengan
gelang tangan yang dipakai pasien
4. Dokter operator dipersilahkan untuk menyebutkan
tindakan yang akan dilakukan dan daerah mana yang
akan dilakukan tindakan.
5. Perawat sirkuler mengajukan pertanyaan pada tim :
 Operator bedah menyebutkan prosedur kerja,
lama tindakan.
 Asisten operator menyebutkan jumlah
RUMAH SAKIT ISLAM
SIGN IN DILUAR KAMAR OPERASI
SITI KHADIJAH

PALEMBANG
No. Dokumen No. Revisi Halaman

1 dari 1

------------------- ------------------
Jln. Demang Lebar Daun
Palembang

Telp(0711) 356008

Tanggal terbit
DITETAPKAN
STANDAR
DIREKTUR UTAMA
OPERASIONAL

PROSEDUR
dr. H. Jon Ganefi, Sp. PD-FINASIM, MKes

------------------- NIK. 011104224

PENGERTIAN Tahapan verifikasi yang harus dilakukan sebelum dilakukan


tindakan.

TUJUAN Tahapan verifikasi yang harus dilakukan sebelum dilakukan


tindakan.

1. Pelaksanaan dilakukan di ruang persiapan dan dilakukan


oleh perawat
2. Verifikasi dokumen inform concent untuk
mengidentifikasi pasien secara benar
3. Perawat mencuci tangan (sesuai SPO cuci tangan)
4. Perawat memberi salam “assalamulaikum bapak/ibu”
memperkenalkan diri saya (nama......) jelaskan profesi
PROSEDUR atau unit kerja
5. Pasien dipersilakan menyebut namanya dan tanggal
lahir (sesuai gelang tangan yang digunakan) dan
perawat memverifikasi lokasi tindakan.
6. Tindakan yang dilakukan pada proses sign in dicatat
dalam form sign in dengan memberikan tanda √ pada
kolom “sudah” dan tanda √ pada kolom “belum” jika
belum dilakukan.
7. Lakukan kebersihan tangan.

UNIT TERKAIT
1. IRJ
2. IGD
RUMAH SAKIT ISLAM
SIGN OUT DILUAR KAMAR OPERASI
SITI KHADIJAH

PALEMBANG
No. Dokumen No. Revisi Halaman

1 dari 1

------------------- ------------------

Jln. Demang Lebar Daun


Palembang

Telp(0711) 356008

Tanggal terbit
DITETAPKAN
STANDAR
DIREKTUR UTAMA,
OPERASIONAL
dr. H. Jon Ganefi, Sp. PD-FINASIM, MKes
PROSEDUR
NIK. 011104224

-------------------

PENGERTIAN Tahap verifikasi yang harus dilakukan setelah dilakukan tindakan

Memastikan tindkan yang telah dilakukan sesuai dengan tempat


TUJUAN
nya tepat prosedur, tepat pasien

1. Dilakukan sebelum pasien meninggalkan ruang tindakan


sebelum tindakan selesai
2. Perawat sirkuler/asisten operator mengkonfirmasi secara
verbal dengan operator:
 Nama prosedur tindakan
 Alat instrument, penghitungan jumlah kassa dan
jumlah jarum yang telah dipakai
 Spesimen atau jaringan telah di beri label sesuai
dengan nama pasien
PROSEDUR
 Adakah masalah peralatan dalam tindakan
3. Operator/ dokter operator melakukan review masalah
utama yang harus dilakukan untuk penyembuhan pasien
selanjutnya
4. Perawat mengisi form sign out semua proses yang telah
dilakukan dan memberi tanda √ pada kolom “sudah” dan
tanda √ pada kolom “belum” jika belum dilakukan.
5. Form sign out di tanda tangani oleh dokter operator dan
perawat.

UNIT TERKAIT
1. IRJ
2. IGD
Sasaran V :
Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Sasaran VI :
Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh.

Lampiran
Keputusan Direktur Utama
Nomor : 135/KPTS/DIR/1.6/I/2019
Tanggal : 13 Jumadil Awal 1440 H/19 Januari 2019 M

KEBIJAKAN MANAJEMEN MENGURANGI RESIKO CEDERA PASIEN AKIBAT TERJATUH


DI RUMAH SAKIT ISLAM SITI KHADIJAH PALEMBANG

A. KEBIJAKAN UMUM
1. Manajemen risiko pasien jatuh dilakukan oleh petugas rumah sakit, ketika pasien berobat ke
rumah sakit baik pasien rawat jalan maupun rawat inap.
2. Risiko pasien jatuh bisa didefinisikan dengan melihat kondisi pasien saat itu, apakah pasien
memakai alat bantu atau tidak. Selain itu bias dilohat dengan keadaan umum pasien, umur dan
gangguan lainnya.
3. Manajemen risiko pasien jatuh bisa dinilai dengan Morse Fall untuk pasien dewasa, anak-anak
dinilai dengan Humpty Dumpty , geriatri dinilai dengan Ontonio Modified Stratify dan rawat
jalan dengan skrining Get Up and Go Test.
4. Apabila pasien risiko jatuh telah diidentifikasi , maka pasien tersebut diberi pita yang digantung di
bagian dadanya dan stiker kuning bertuliskan Fall Risk ditempel di gelang identitasnya..
5. Apabila pasien dirawat perlu diperhatikan tentang tempat tidur harus selalu terkunci dan dipasang
pagar, lantai tidak licin, bel dekat pasien.
6. Manajemen risiko pasien jatuh tinggi untuk pasien didalam ruang perawatan harus dikaji setiap
harinya, oleh petugas rawat inap.

B. KEBIJAKAN KHUSUS
Manajemen Risiko Pasien Jatuh

1. Semua pasien rawat jalan dan rawat inap yang telah dilakukan assesmen awal harus
dilakukan manajemen risiko jatuh melalui :
a. Intervensi pencegahan jatuh
 Tindakan pencegahan umum ( untuk semua katagori )
 Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien
 Posisikan tempat tidur serendah mungkin, roda terkunci, kedua sisi pegangan
tempat tidur terpasang dengan baik.
 Ruangan rapi.
 Benda-benda pribadi berada dalam jangkauan ( telepon genggam, tombol
panggilan, air minum, kacamata ).
 Pencahayaan yang adekuat.
 Alat bantu berada dalam jangkauan ( tongkat, alat penopang.
 Pantau efek obat-obatan.
 Beri edukasi mengenai pencegahan jatuh pada pasien dan keluarga

 Katagori risiko tinggi : lakukan tindakan pencegahan umum dan hal-hal berikut ini :
 Beri penanda berupa stiker berwarna kuning yang ditempel digelang identitas
pasien dan papan pasien di nurse station untuk pasien raat inap dan pita
penanda jatuh untuk pasien rawat jalan.
 Dianjurkan memakai sandal anti licin.
 Tawarkan bantuan ke kamar mandi atau penggunaan pispot.
 Kunjungi dan awasi pasien setiap 2 jam oleh petugas medisn nilai kebutuhan
akan :
 Fisiotherapi dan terapi okupasi
 Alarm tempat tidur
 Tempat tidur rendah
 Lokasi kamar tidur berdekatan dengan pos perawat ( nurse station)
b. Strategi rencana keperawatan
 Strategi umum untuk pasien risiko jatuh , yaitu:
 Tawarkan bantuan ke kamar mandi tiap 2 jam.
 Gunaka 2 – 3 sisi pegangan tempat tidur.
 Lampu panggilan dalam jangkauan.
 Anjurkan untuk memintah bantuan petugas.
 Barang-barang pribadi dalam jangkauan.
 Anjurkan pasien menggunakan sisi tubuh yang lebih kuat saat hendak turun dari
tempat tidur.

 Strategi untuk mengurangi / mengantisipasi kejadian akibat jatuh fisiologis, yaitu :


 Berikan orientasi kamar tidur pasien.
 Libatkan pasien dalam pemilihan aktifitas sehari-hari.
 Pantau ketat efek obat-obatan, termasuk obat psikotropika.
 Lakukan assesmen ulang.
 Sediakan dukungan emosional dan psikologis.

 Strategi pada faktor lingkungan untuk mengurangi risiko jatuh, Yaitu :


 Bell panggilan berada pada jangkauan.
 Posisi tempat tidur rendah.
 Roda tempat tidur dalam posisi terkunci.
 Lantai tidak licin.
 Pencahayaan yang adekuat.
 Sarana toilet dekat dengan pasien.
 Tidak ada barang didepan kamar mandi.

 Manajemen setelah kejadian jatuh


 Nilai apakah terdapat cedera akibat jatuh ( abrasi, kontusio, laserasi, fraktur,
cedera kepala )
 Nilai tanda vital
 Nilai adanya keterbatasan gerak
 Pantau pasien dengan ketat
 Catat dalam status pasien ( rekam medis )
 Laporkan kejadian jatuh pada perawat yang bertugas dan dilengkapi laporan
insiden
 Modifikasi rencana keperawatan interdisiplin sesuai dengan kondisi pasien.

 Edukasi pasien dan keluarga


 Pasien dan keluarga harus diinformasikan mengenai faktor risiko jatuh dan
strategi pencegahan jatuh yang telah ditetapkan.
 Pasien dan keluarga harus diberikan edukasi mengenai faktor risiko jatuh
dilingkungan rumah sakit.
 Informasikan pasien dan keluarga dalam semua aktifitas sebelum memulai
penggunaan alat bantu.
 Ajari pasien untuk menggunakan pegangan dinding.
 Informasikan pasien dan keluarga mengenai dosis dan frekuensi konsumsi obat-
obatan, efek samping, serta interaksinya dengan makanan / obat-obatan.

DITETAPKAN DI : PALEMBANG
PADA TANGGAL : 19 JANUARI 2019
DIREKTUR UTAMA,

dr. Jon Ganefi,Sp.PD-FINASIM,MKes


NIK. 011104224
Lampiran
Keputusan Direktur Utama
Nomor : 135/KPTS/DIR/1.6/I/2019
Tanggal : 13 Jumadil Awal 1440 H/19 Januari 2019 M

KEBIJAKAN MANAJEMEN MENGURANGI RESIKO CEDERA PASIEN AKIBAT TERJATUH


DI RUMAH SAKIT ISLAM SITI KHADIJAH PALEMBANG

C. KEBIJAKAN UMUM
7. Manajemen risiko pasien jatuh dilakukan oleh petugas rumah sakit, ketika pasien berobat ke
rumah sakit baik pasien rawat jalan maupun rawat inap.
8. Risiko pasien jatuh bisa didefinisikan dengan melihat kondisi pasien saat itu, apakah pasien
memakai alat bantu atau tidak. Selain itu bias dilohat dengan keadaan umum pasien, umur dan
gangguan lainnya.
9. Manajemen risiko pasien jatuh bisa dinilai dengan Morse Fall untuk pasien dewasa, anak-anak
dinilai dengan Humpty Dumpty , geriatri dinilai dengan Ontonio Modified Stratify dan rawat
jalan dengan skrining Get Up and Go Test.
10. Apabila pasien risiko jatuh telah diidentifikasi , maka pasien tersebut diberi pita yang digantung di
bagian dadanya dan stiker kuning bertuliskan Fall Risk ditempel di gelang identitasnya..
11. Apabila pasien dirawat perlu diperhatikan tentang tempat tidur harus selalu terkunci dan dipasang
pagar, lantai tidak licin, bel dekat pasien.
12. Manajemen risiko pasien jatuh tinggi untuk pasien didalam ruang perawatan harus dikaji setiap
harinya, oleh petugas rawat inap.

D. KEBIJAKAN KHUSUS
Manajemen Risiko Pasien Jatuh

2. Semua pasien rawat jalan dan rawat inap yang telah dilakukan assesmen awal harus
dilakukan manajemen risiko jatuh melalui :
c. Intervensi pencegahan jatuh
 Tindakan pencegahan umum ( untuk semua katagori )
 Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien
 Posisikan tempat tidur serendah mungkin, roda terkunci, kedua sisi pegangan
tempat tidur terpasang dengan baik.
 Ruangan rapi.
 Benda-benda pribadi berada dalam jangkauan ( telepon genggam, tombol
panggilan, air minum, kacamata ).
 Pencahayaan yang adekuat.
 Alat bantu berada dalam jangkauan ( tongkat, alat penopang.
 Pantau efek obat-obatan.
 Beri edukasi mengenai pencegahan jatuh pada pasien dan keluarga

 Katagori risiko tinggi : lakukan tindakan pencegahan umum dan hal-hal berikut ini :
 Beri penanda berupa stiker berwarna kuning yang ditempel digelang identitas
pasien dan papan pasien di nurse station untuk pasien raat inap dan pita
penanda jatuh untuk pasien rawat jalan.
 Dianjurkan memakai sandal anti licin.
 Tawarkan bantuan ke kamar mandi atau penggunaan pispot.
 Kunjungi dan awasi pasien setiap 2 jam oleh petugas medisn nilai kebutuhan
akan :
 Fisiotherapi dan terapi okupasi
 Alarm tempat tidur
 Tempat tidur rendah
 Lokasi kamar tidur berdekatan dengan pos perawat ( nurse station)
d. Strategi rencana keperawatan
 Strategi umum untuk pasien risiko jatuh , yaitu:
 Tawarkan bantuan ke kamar mandi tiap 2 jam.
 Gunaka 2 – 3 sisi pegangan tempat tidur.
 Lampu panggilan dalam jangkauan.
 Anjurkan untuk memintah bantuan petugas.
 Barang-barang pribadi dalam jangkauan.
 Anjurkan pasien menggunakan sisi tubuh yang lebih kuat saat hendak turun dari
tempat tidur.

 Strategi untuk mengurangi / mengantisipasi kejadian akibat jatuh fisiologis, yaitu :


 Berikan orientasi kamar tidur pasien.
 Libatkan pasien dalam pemilihan aktifitas sehari-hari.
 Pantau ketat efek obat-obatan, termasuk obat psikotropika.
 Lakukan assesmen ulang.
 Sediakan dukungan emosional dan psikologis.

 Strategi pada faktor lingkungan untuk mengurangi risiko jatuh, Yaitu :


 Bell panggilan berada pada jangkauan.
 Posisi tempat tidur rendah.
 Roda tempat tidur dalam posisi terkunci.
 Lantai tidak licin.
 Pencahayaan yang adekuat.
 Sarana toilet dekat dengan pasien.
 Tidak ada barang didepan kamar mandi.

 Manajemen setelah kejadian jatuh


 Nilai apakah terdapat cedera akibat jatuh ( abrasi, kontusio, laserasi, fraktur,
cedera kepala )
 Nilai tanda vital
 Nilai adanya keterbatasan gerak
 Pantau pasien dengan ketat
 Catat dalam status pasien ( rekam medis )
 Laporkan kejadian jatuh pada perawat yang bertugas dan dilengkapi laporan
insiden
 Modifikasi rencana keperawatan interdisiplin sesuai dengan kondisi pasien.

 Edukasi pasien dan keluarga


 Pasien dan keluarga harus diinformasikan mengenai faktor risiko jatuh dan
strategi pencegahan jatuh yang telah ditetapkan.
 Pasien dan keluarga harus diberikan edukasi mengenai faktor risiko jatuh
dilingkungan rumah sakit.
 Informasikan pasien dan keluarga dalam semua aktifitas sebelum memulai
penggunaan alat bantu.
 Ajari pasien untuk menggunakan pegangan dinding.
 Informasikan pasien dan keluarga mengenai dosis dan frekuensi konsumsi obat-
obatan, efek samping, serta interaksinya dengan makanan / obat-obatan.

DITETAPKAN DI : PALEMBANG
PADA TANGGAL : 19 JANUARI 2019
DIREKTUR UTAMA,

dr. Jon Ganefi,Sp.PD-FINASIM,MKes


NIK. 011104224
RS Islam Siti SKRINING PASIEN RISIKO JATUH INSTALASI RAWAT JALAN
Khadijah

Palembang

NOMOR DOKUMEN NOMOR REVISI HALAMAN

…./ / /2018 1/2

…………………
Jl. Demang Lebar Daun

Palembang

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN


STANDAR
DIREKTUR UTAMA,
PROSEDUR
OPERASIONAL dr. H. Jon Ganefi, Sp. PD-FINASIM, MKes
10 Oktober 2018
NIK. 011104224

Skrining risiko jatuh merupakan proses identifikasi terhadap pasien rawat


PENGERTIAN
jalan dalam upaya pencegahan kejadian jatuh di rumah sakit.

TUJUAN - Untuk meminimalisir kejadian jatuh pasien di instalasi rawat jalan


- Untuk meningkatkan mutu pelayanan pasien instalasi rawat jalan
Surat Keputusan Direktur Utama Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang
KEBIJAKAN Nomor. /KPTS/DIR/ / /201 tentang di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
Palembang

1. Setiap pasien rawat jalan wajib dilakukan penilaian / skrining risiko


jatuh dengan cara menilai kondisi pasien saat awal masuk ke rumah
sakit, skrining ini meliputi :
a. Gangguan gaya berjalan ( tidak seimbang/sempoyongan/ goyah)
PROSEDUR b. Menggunakan alat bantu jalan ( kruk/ tripot/ kursi roda /
berpegangan pada orang lain )
c. Penopang saat akan duduk ( tampak meregang pinggiran kursi/
meja/ benda lain )
2. Skrining pasien risiko jatuh bisa dilakukan dan dinilai oleh sekuriti,
petugas medis maupun non medis yang melihat langsung jika
ditemukan kondisi pasien seperti yang disebutkan diatas.
3. Skrining pasien risiko jatuh rawat jalan dilakukan dengan
menggunakan formulir skrining ( Get Up and Go Test ) , jika hasil
skrining menunjukkan pasien tersebut berisiko tinggi jatuh, pasang
pita kuning di dada pasien.
4. Beri edukasi kepada pasien dan keluarga tentang fungsi pita kuning,
hindari berjalan sendiri dan usahakan pasien selalu didampingi.
5. Formulir skrining yang sudah terisi lengkap, akan disimpan dalam
rekam medis pasien.
6. Pita kuning yang dipasangkan pada pasien dpat dilepas saat pasien
pulang dan naik kendaraan.

Anda mungkin juga menyukai