-Agroteknologi C-
Salinitas merupakan proses alami yang terkait erat dengan bentang alam dan
proses pembentukan tanah. Garam dalam tanah dapat berasal dari pelapukan bahan
induk yang mengandung deposit garam (El-Swaify 2000), intrusi air laut atau
gerakan air tanah yang direklamasi dari dasar laut (Tan 2000), pupuk anorganik dan
organik, serta dari air irigasi (Kotuby-Amacher et al. 2000). Kondisi iklim dengan
curah hujan rendah, tingkat evaporasi yang tinggi, dan pengelolaan pengairan yang
buruk dapat menimbulkan masalah salinitas (Sposito 2008; Lambers 2003; Gama
et al. 2007).
Salinitas menunjukkan kadar garam terlarut dalam air maupun tanah. Garam
yang terlarut biasanya didominasi kation kalsium (Ca2+), magnesium (Mg2+),
kalium (K+), natrium (Na+), anion karbonat (HCO3–/CO32–), sulfat (SO42–), dan
khlor (Cl–). Kandungan ion Na dan Cl umumnya dominan, sedangkan ion yang lain
beragam. Satuan yang digunakan beragam seperti ppt (part per thousand), PSU
(practical salinity unit = g/kg). Satuan internasional (SI) untuk salinitas adalah
siemens per metre (S/m) pada suhu 25ºC. Namun yang umum digunakan adalah dS/
m(desi siemens/m; 1 dS/m = 1 mmhos/cm = 640 ppm atau mg/kg = 1000
μS/cm)(SA Water 2007).
Tanah sodik adalah tanah yang mengandung banyak garam terlarut netral.
Pengaruh merusak pada tanaman sebagian besar disebabkan oleh keracunan ion Na
dan ion OH. Natrium yang dapat tertukar lebih dari 15% dari kemampuan
pertukaran total tanah ini, bebas untuk dihidrolisa. EC pada tanah ini lebih kecil
dari 4 mmhos/cm dengan pH lebih dari 8,5 bahakan sampai 10. Kebasaan tanah ini
sangat tingi disebabkan oleh kandungan Na2CO3 pada permukaan tanah yang dapat
menimbulkan perubahan warna tanah menjadi gelap, sehingga sering disebut alkali
hitam. Tanah semacam ini sering terdapat di daerah sempit yang licin (slick-spots)
yang dikelilingi oleh tanah-tanah produktif . Tanah sodik berciri Darainase tidak
baik, banyak mengandung kerak, Kemampuan infiltrasi air rendah, Terdapat residu
berbentuk tepung yang berwarna gelap pada permukaan tanah, Tanaman kerdil dan
bagian tepi daun terbakar (Adi dan Hamdan 2013).
2.3 Tanah Masam
1. Gypsum (CaSO4)
Peran Gypsum (CaSO4) berfungsi sebagai reklamasi tanah sodik,
meningkatkan agregasi tanah, perkolasi tanah, dan menurunkan pH tanah
(Franzen et al.,2006). Gypsum dapat menggantikan ion sodium atau Na+
dalam tanah dengan Ca2+. Hal tersebut dapat mengakibatkan Na+ akan
dibuang secara aktif sehingga dapat meningkatkan perkolasi tanah (FAO,
2005). Ca2+ di dalam akar berperan membatasi penyerapan Na+ dan
meningkatkan penyerapan kalium (Hanafiah, 2007). Ca2+ secara bersamaan
dapat menggantikan Na+ dalam kompleks pertukaran. Masing-masing
senyawa Ca2+ mudah larut tidak akan mempengaruhi pH dan bersama air
dapat menurunkan Na+ (Tan, 1995).
2. Abu sekam padi
Merupakan produk samping yang melimpah dari hasil pengolahan
padi. Menurut Hadi (2005), abu sekam padi dapat menggantikan pupuk
kimia dan sebagai sumber kalium dalam bentuk KCl pada penyediaan hara
kalium di dalam tanah. Sekam padi dapat memperbaiki struktur tanah
melalui agregasi dan perbaikan sifat tanah. Penggunaan abu sekam padi
dapat menurunkan kepekaan tanah bertekstur debu terhadap pendispersian
tanah dan pada tanah lempung dapat meningkatkan ketahanan tanah
terhadap kerusakan dari luar. (Sutanto, 2006).
3. Pupuk kandang
Pupuk kandang merupakan salah satu sumber dari bahan organik
tanah. Bahan organik memiliki peranan dalam merangsang granulasi,
menurunkan plastisitas dan kohesi tanah, memperbaiki struktur tanah
menjadi lebih remah, dan meningkatkan daya tanah dalam menahan air
sehingga drainase tidak berlebihan, kelembaban dan temperatur tanah
menjadi lebih stabil (Hanafiah, 2007). Bahan atau pupuk organik dapat
berperan dalam pengikatan butiran primer menjadi butiran sekunder tanah
dalam pembentukan agregat yang mantap. Hal tersebut akan berpengaruh
terhadap porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi tanah, dan suhu
tanah (Simanungkalit et al., 2006). Berdasarkan hasil penelitian Wigati et
al. (2006), pemberian pupuk kandang dengan takaran 20 ton/ha dapat
meningkatkan kadar bahan organik tanah, pertumbuhan tanaman meliputi
berat kering tanaman, konsentrasi dan serapan P dalam jaringan tanaman.
Purbajanti et al. (2010) menambahkan pada pemberian pupuk kandang 20
ton/ha dapat meningkatkan luas daun per tanaman, laju fotosintesis, serapan
nitrogen, laju pertumbuhan relatif, tinggi tanaman, produksi hijauan, dan
bahan kering tanaman.
4. Biochar
Biochar sebagai pupuk harus ditambahkan garam mineral dan
dijaga suhu optimum ~ 30°C serta pH~7 (Vaiskunaite, 2008). Biochar
dapat dibentuk melalui pengarangan biomassa (biochar = pyrolysis
biomasa), penggosokan, atau pengomposan, diasumsikan efektif
menyimpan carbon. Faktor penentu kualitas arang diantaranya kerapatan,
kelembaban, dan ukuran potongan kayu, suhu akhir karbonisasi. Biochar
diproduksi melalui dekomposisi thermal bahan organik dibawah suplai
oxygen (O2) terbatas dan suhu relatif rendah (<700°C) (Lehmann and
Joseph. 2009). Serpihan kayu berukuran antara 10-15 mm, butiran zeolit
10-12 mm, dan kubus karet 30 × 30 × 20 mm diperoleh laju aliran udara
0,1-0,6 m/detik, dan suhu antara 15-35°C. (Baltrėnas and Zagorskis, 2007).
Dosis optimum biochar untuk mengatasi permasalahan tanah asam
bervariasi dengan kisaran 5,0-7,5 t/ha (Nurida, Sutono, dan Rachman,
2012), 50 g/pot biochar jerami padi, kulit durian, dan kotoran sapi (Putri
dkk., 2017). Aplikasi biochar pada tanah ini dapat memperbaiki sifat fisik,
kimia, biologi Ultisol (pH tanah, Corganik, N-total, P-tersedia, K tukar) dan
pertumbuhan tanaman. Aplikasi asam humat 1g/kg dapat memperbaiki ciri
kimia tanah salin (Mindari, dkk., 2014) namun kombinasi humat dan
biochar belum banyak dilakukan (Mindari, dkk., 2013).
5. Substansi Humat
Zat humat bersifat hidrofilik dan terdiri dari partikel berbentuk
bulat, yang dalam larutan mengandung air hidrasi. Substansi Humat
memainkan peran penting dalam kesuburan tanah dan nutrisi tanaman (Tan,
2003; Spark, 2003; Pettit, 2011). Selain itu substansi humat menstimulasi
mikroorganisme tanah secara lebih efisien untuk merombak bahan
organik, meningkatkan kelembaban tanah, mengkhelat mikronutrisi,
utamanya besi. Pembentukan kompleks antara substansi humat (SH)
dengan mineral liat dipengaruhi oleh sifat kapasitas tukar kation pada
permukaan liat, pH media dan kekuatan ion, berat molekul SH dan spesies
mineral liat. Substansi humat umumnya gagal menambah muatan ke
montmorillonit tetapi dapat melakukannya dalam kondisi yang sangat asam
ketika molekul dasarnya tidak bermuatan penambahan muatan dapat terjadi.
Substansi humat dapat membantu dekomposisi mineral dan mobilisasi ion
logam, sedangkan kompleks liat-humat adalah sorben ion logam dan
senyawa organik nonionik (Theng, 2012).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Zat humat berperan penting dalam kesuburan tanah dan nutrisi tanaman.
Asam humat adalah organik siklik yang memiliki berat molekul tinggi, panjang
rantai, dan gugus karboksil aktif (-COOH) dan fenolik (-OH), yang merupakan
ampoter, pengikatan kation / anion pada kondisi pH tertentu. Karboksilat dari
beberapa kelompok karboksil dilepaskan di bawah pH 6 meninggalkan muatan
negative pada kelompok fungsional: R-COOH = R-COO- + H + . Disosiasi H +
dari amida (= NH) juga dapat meningkatkan muatan negatif. Kelompok terprotonasi
seperti R-OH 2+ dan R-NH 3 dapat menghasilkan muatan positif, tetapi
keseluruhan humus terisi negatif. Ekstraksi asam humat dengan NaOH atau KOH
yang menyebabkan muatan negatif pada asam humat dijenuhi dengan Na atau K,
sehingga ion mudah ditukar. Saturasi NaOH atau KOH meningkatkan pH hingga
11, mendorong semua asam pada tingkat kelarutan dan stabilisasi maksimum
hidrokoloid dalam suspensi.
Aplikasi asam humat telah diidentifikasi dapat mengurangi salinitas tanah
dan meningkatkan serapan hara oleh tanaman (Çelik et al., 2010; Paksoy et al.,
2010; Khaled dan Fawy, 2011; Turan et al., 2011), meningkatkan fisiologi tanaman
dan biokimia, dan produktivitas tanaman (Canellas dan Olivares, 2014). Variasi
dosis asam humat antar peneliti ditentukan oleh sumbernya bahan organik, ekstraksi
asam humat teknik, dan aditif kationik, serta nutris. Dosis asam humat dan N 1,5
hingga 2 g / kg, 0- 150 mg P / kg, dan 0-300 mg K / kg telah dilaporkan dapat
mengurangi salinitas tanah (60 mM NaCl atau 40% CaCO 3) dan meningkatkan
serapan N oleh gandum (Çelik et al., 2010). Aplikasi 4 g asam humat / kg untuk
tanah saline juga meningkatkan serapan N oleh jagung (Khaled dan Fawy, 2011).
Aplikasi asam humat 1,5-2,0 g / kg dan 150 mg NPK / kg untuk tanah salin
meningkatkan berat jerami padi dan jumlah bibit padi pada 35 hari setelah tanam.
Turan et al. (2011) melaporkan bahwa serapan N dan P tidak perlu tambahan asam
humat, tetapi penggunaan Mg dan Mn perlu aplikasi 1 g asam humat / kg, dan
serapan Cu membutuhkan aplikasi 2 g asam humat / kg untuk jagung tumbuh di
tanah salin. Nilai rasio K + / Na + dalam daun dapat digunakan untuk menentukan
indikator tanaman kerentanan (Goudarzi dan Pakniyat, 2008).
IV. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
El-Swaify, S.A. 2000. Soil and Water Salinity. Plant Nutrient Management in
Hawaii’s Soils, Approaches for Tropical and Subtropical Agriculture.
Univ. of Hawai.
Franzen, D., G. Rehm dan J. Gerwing. 2006. Effectiveness of gypsum in the north-
central region of the U.S. North Dakota State University.
Hadi, P. 2005. Abu sekam padi pupuk organik sumber kalium alternatif pada padi
sawah. GEMA th. XVIII/33/2005.
Hanafiah, K.A. 2007. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Khaled, H. and Fawy, H.A. 2011. Effect of different levels of humic acids on the
nutrient content, plant growth, and soil properties under conditions of
salinity. Soil and Water Research 6 (1): 21–29.
Kotuby-Amacher, J., K. Rich and K. Boyd. 2000. Salinity and plant tolerance.
Available at https://extension. usu. Edu / files / publications /
publication / AGSO-03. pdf.
Lambers, H. 2003. Introduction, dry land salinity: a key environ. issue in Southern
Australia. Plant Soil 257:5–7.
Las, I., K. Subagyono, dan A.P Setiyanto. 2006. Isu dan pengelolaan lingkungan
dalam revitalisasi pertanian. J. Litbang Pertanian 25(3):106–115.
Lehmann and Joseph. 2009, dalam jurnal “Rasionalisasi Peran Biochar dan Humat
terhadap ciri fisik – kimia tanah”.
Mindari, W., N. Aini, and Z. Kusuma. 2014. Effects of humic acid-based buffer +
cation on chemical characteristics of saline soils and maize
growth.Journal of Degraded and Mining Lands Management.
2(1):259–68.
Mindari, W., Sasongko P. E, Khasanah U., dan Pujiono. 2018. “Rasionalisasi Peran
Biochar dan Humat Terhadap Ciri Fisik – Kimia Tanah”.
Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. PT. Penerbit IPB Press,
Bogor.
Munns, R., S. Goyal and J. Passioura. 2004. Salinity stress and its mitigation. Plant
Stress Website. Blum A. (ed). Available at http://www. plantstress.
com/Articles/index. asp.
Nurida, Sutono, dan Rachman, 2012. “Potensi Pembenah Tanah Biochar Dalam
Pemulihan Sifat Tanah Terdegradasi dan Peningkatan Hasil Jagung
Pada Tyoic Kanhapludults Lampung”.
Pettit, R.E. 2011. Organic Matter, Humus, Humate, Humic Acid, Fulvic Acid,
and Humin.
Sonon, L.S., S. Uttam and E.K. David. 2012. Soil Salinity: Testing, Data
Interpretation and Recommendations. Agric. and Environm. Services
Labo. The Univ. of Georgia. 6 pp.
Sposito, G. 2008. The Chemistry of Soil. Oxford Univ. Press, New York. 321 pp.
Tan, K.H., 2000. Environmental Soil Science. Marcel Dekker New York.
Turan, M.A., Asik, B.B., Katkat, A.V. and Celik, H. 2011.The effects of soil-applied
humic substances to the dry weight and mineral nutrient uptake of
maize plants under soil-salinity conditions. Notulae Botanicae Horti
Agrobotanici Cluj-Napoca 39(1):171-177
Vaiskunaite, 2008. dalam jurnal “Rasionalisasi Peran Biochar dan Humat terhadap
ciri fisik – kimia tanah”.
Wigati, ES., A. Syukur dan D.K. Bambang. 2006. Pengaruh takaran bahan organik
dan tingkat kelengasan tanah terhadap serapan fosfor oleh kacang
tunggak di tanah pasir pantai. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 6 (1):
5258.
Zhu J.K. 2007. Plant Salt Stress. Encyclopedia of Life Sciences &2007. John Wiley
& Sons Ltd. www. els. net.
Zuraida. 2013. Penggunaan Berbagai Jenis Bahan Amelioran Terhadap Sifat Kimia
Bahan Tanah Gambut Hemi.