Anda di halaman 1dari 8

O.

bassilicum : Sebagai Repellant Nyamuk


Kardinan, A. (2007). Potensi Selasih Sebagai Repellent Terhadap Nyamuk Aedes Aegypti. Jurnal
Littri 13(2), Juni 2007. Hlm. 39-42.
http://repository.pertanian.go.id/bitstream/handle/123456789/1619/POTENSI%20SELASIH%20SEBAG
AI%20REPELLENT%20TERHADAP%20NYAMUK%20Aedes%20aegypti.pdf?sequence=1

Beberapa jenis tanaman yang ada di Indonesia berpotensi sebagai anti/pengusir nyamuk, seperti
serai wangi, geranium, kayu putih, kayu manis, rosemary, selasih, bawang putih dan lainnya (MEDLINE
dan DRUG REFERENCE, 2002). Satu di antara ribuan jenis tanaman yang berpotensi sebagai pengusir
nyamuk adalah selasih (Ocimum spp.) (GBOLADE et al., 2000). Tidak semua jenis selasih dapat
dimanfaatkan sebagai pengusir nyamuk, namun hanya selasih yang mengandung bahan aktif eugenol,
tymol, cyneol atau estragole yang dapat dimanfaatkan karena bahan - bahan ini bersifat repellent
(pengusir) serangga (GBOLADE dan SOREMEKUN, 1998), sedangkan jenis selasih lainnya seperti O.
minimum, O. tenuiflorum dan O. sanctum pada umumnya mengandung metil eugenol yang bersifat
menarik (attractant), khususnya terhadap lalat buah (KARDINAN, 2003).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya proteksi selasih (Ocimum gratisimum dan
Ocimum bassilicum) terhadap serangan nyamuk Aedes aegypti (vektor penyakit demam berdarah
dengue). Penelitian dilakukan di laboratorium Entomologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor pada tahun 2006. Selasih diuji dalam bentuk minyak atsiri yang diencerkan dengan
parafin cair pada konsentrasi 20%; 10%; 5% dan 2,5%. Nyamuk betina hasil perbanyakan di laboratorium
merupakan serangga uji yang disimpan di dalam kurungan uji. Pengujian dilakukan dengan cara
memasukkan lengan secara bergantian antara yang diberi perlakuan dan kontrol (tidak diberi perlakuan)
ke dalam kurungan nyamuk dan dihitung jumlah nyamuk yang hinggap setiap jam, selama enam jam.
Hasil menunjukkan bahwa selasih berpotensi sebagai pengusir (repellent) nyamuk dengan daya proteksi
tertinggi sebesar 79,7% selama satu jam dan rata-rata 57,6% selama enam jam. O. gratisimum lebih baik
dua kali lipat daya proteksinya daripada O. bassilicum, hal ini terjadi karena diduga bahan aktifnya lebih
beragam, yaitu selain mengandung eugenol 37,35%, juga thymol (9,67%) dan cyneol (21,14%)
dibandingkan dengan O. bassilicum yang hanya mengandung eugenol sebanyak 46%. Walaupun hasil
penelitian terhadap bahan alami (selasih) ini menunjukkan hasil yang tidak memenuhi standar menurut
Komisi Pestisida Departemen Pertanian RI, yaitu harus memiliki daya proteksi sedikitnya 90% selama
enam jam.

Daftar Pustaka

GBOLADE, A.A., A.O. OYEDELE and O.L. SOYELU. 2.000. Mosquito repellent activities of essential
oils from two Nigerian Ocimum species. J. Trop. Med. Plants: Vol. 1 : 146-148.
GBOLADE, A.A., and R.O. SOREMEKUN, 1998. A survey of aromatic plants of economic importance
in Nigeria. Nigerian J. of Pharmacy; Vol. 29 : 50-62.
KARDINAN, A. 2003. Selasih : Tanaman Keramat Multi Manfaat. PT. Penebar Swadaya, Jakarta. 80pp.
KOMISI PESTISIDA DEPARTEMEN PERTANIAN, 1995. Metode Standar Pengujian Efikasi Pestisida.
Departemen Pertanian, Jakarta. 1-HL 4/9-95.
MEDLINE and DRUG REFERENCE, 2003. Health risk and benefits of insect repellents. Cliggot
publishing, Division of Communications. Insect Med 19(6):256-264.
http://www.Medscape.com/viewarticle/438257_2.
ROCHE, J.P. 2004. Dengue fever and dengue hemorrhagic fever. Insect Service, Boston College.
http://www.bc.edu/schools/cas/biology/research/insect/dengue. 4 pp
Tanaman kemangi bersifat polymorphis atau banyak bentuk sehingga ada yang membaginya berdasarkan
komposisi kandungan kimia pada minyaknya. Berikut ini pembagian tanaman kemangi berdasarkan
komposisi kandungan kimia pada minyaknya.

 Kemangi tipe Eropa yang menghasilkan metil chavicol dan linalool.


 Kemangi tipe Reunion yang menghasilkan metil chavicol dan camphor.
 Kemangi tipe metil cinnamate yang menghasilkan metil chavivol, linalool, dan metil cinnamate.
 Kemangi tipe eugenol yang menghasilkan eugenol.
Permadi, Adi. 2008. Membuat Kebun Tanaman Obat. Jakarta : Pustaka Bunda (Grup Puspa Swara). Hal :
32-33.
Khare, C. P.. 2007. Indian Medicinal Plants: An Illustrated Dictionary. India: Springer Reference.

Anda mungkin juga menyukai