BRONKIOLITIS
DI RUANG ANAK RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA
OLEH:
SYARIF HIDAYATULLAH, S. Kep
NIM. 18.31.1210
OLEH:
SYARIF HIDAYATULLAH, S. Kep
NIM. 18.31.1210
1. DEFINISI
Bronkiolitis adalah suatu kondisi terjadi terutama pada umur kurang dari 6 bulan
dan didahului dengan gejala pilek yang diikuti oleh batuk iritatif serak, sukar
bernafas, dan tidak mau makan. (Insley, 2005).
Bronkiolitis akut adalah suatu sindrom obstruksi bronkiolus yang sering diderita
bayi atau anak berumur kurang dari 2 tahun, paling sering pada usia 6 bulan.
)
2. ETIOLOGI
Bronkiolitis sebagian besar disebabkan oleh respiratory syncytial virus (50%).
Penyebab lainnya ialah para influenza virus, mycoplasma pneumonial, adenovirus.
(Mansjoer, 2006)
Penyebab utama penyakit Bronkitis Akut adalah adalah virus. Sebagai contoh
Rhinovirus Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza Virus, Adenovirus
dan Coxsakie Virus. Bronkitis Akut selalu terjadi pada anak yang menderita Morbilli,
Pertusis dan infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa
bakteri lain merupakan penyebab primer Bronkitis Akut pada anak. Di lingkungan
sosio-ekonomi yang baik jarang terdapat infeksi sekunder oleh bakteri. Alergi, cuaca,
polusi udara dan infeksi saluran napas atas dapat memudahkan terjadinya bronkitis akut.
Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang adalah sebagai berikut :
a. Spesifik
1) Asma
2) Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).
3) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma,
hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
4) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
5) Sindrom aspirasi.
6) Penekanan pada saluran napas
7) Benda asing
8) Kelainan jantung bawaan
9) Kelainan sillia primer
10) Defisiensi imunologis
11) Kekurangan anfa-1-antitripsin
12) Fibrosis kistik
13) Psikis
b. Non-spesifik
1) Asap rokok
2) Polusi udara
3) Patofisiologi
c. Virus
(penyebab tersering infeksi) – Masuk saluran pernapasan – Sel mukosa dan sel silia
– Berlanjut – Masuk saluran pernapasan(lanjutan) – Menginfeksi saluran
pernapasan – Bronkitis – Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir – Pilek 3
– 4 hari – Batuk (mula-mula kering kemudian berdahak) – Riak jernih – Purulent –
Encer – Hilang – Batuk – Keluar – Suara ronchi basah atau suara napas kasar –
Nyeri subsernal – Sesak napas – Jika tidak hilang setelah tiga minggu – Kolaps
paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan utama)
3. TANDA DAN GEJALA
Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu :
- Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan klien
murang istirahat
- Daya tahan tubuh klien yang menurun
- Anoreksia sehingga berat badan klien sukar naik
- Kesenangan anak untuk bermain terganggu
- Konsentrasi belajar anak menurun seluruhnya
- Bronkiolitis biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas disertai
dengan batuk pilek untuk beberapa hari biasanya tanpa disertai kenaikan suhu
atau hanya subfebris.
- Anak mulai mengalami sesak nafas, makin lama makin hebat.
- Pernafasan dangkal atau cepat disertai dengan serangan batuk.
- Terlihat juga pernafasan cuping hidung disertai retraksi interkostal dan
suprasternal.
- anak menjadi gelisah dan cyanosis.
- Pada pemeriksaan terdapat suara perlusi hipersonor, ekspirasi memanjang
disertai dengan mengi (wheezing). Ronchi nyaring halus kadang-kadang
terdengar pada akhir ekspirium atau pada permulaan ekspirium.
- Pada keadaan yang berat sekali, suara pernafasan hampir tidak terdengar karena
kemungkinan obstruksi hampir total.
- Selain itu bronkiolus dapat menyebabkan cyanosis dan tidak dapat makan.
4. KLASIFIKASI
Klasifikasi bronkhiolitis berdasarkan gejala klinis :
Ringan Sedang Berat
- Kemampuan untuk - Gangguan pernafasan - Tidak dapat untuk
makan normal sedang dengan makan
- Sedikit atau tidak beberapa kontraksi - Gangguan
ada gangguan dinding dada dan pernafasan berat
pernafasan nafas cupping hidung dengan retraksi
- Tidak kebutuhan - Hipoksemia ringan dinding dada yang
akan oksigen dan dapat dikoreksi jelas, nafas cupping
tambahan (saturasi dengan oksigen hidung dan
02> 95%) - Mungki menampakan dengkuran
pernafasan yang - Hipoksemia yang
pendek ketika makan tidak terkoreksi
- Mungkin memiliki dengan oksigen
periode apnea yang tambahan
singkat - Mungkin terdapat
- peningkatan
frekuensi atau
episode apnea yang
panjang
- Mungkin
menanpakan
peningkatan
kelelahan
5. PATOFISIOLOGI
Virus RSV (Respiratory Syncytial Virus) masuk ke dalam tubuh melalui mata,
hidung atau mulut. Virus ini menyebardengan sangat mudah melalui sekresi pada
saluran napas yang sudah terinfeksi, sepertimelalui air ludah yang tersebar pada saat
batuk atau bersin yang dihirup, atau ditularkan keorang lain melalui kontak
langsungdengan orang yang terinfeksi atau kontak dengan bahanyang
terinfeksi,seperti berjabatan tangan. Virus juga dapat hidup selama berjam-jam
padabenda-benda seperti permukaan meja dan boneka. Bila menyentuh mulut,
hidung atau matasetelah menyentuh benda yang telah terkontaminasi, kemungkinan
besar akan tertular olehvirus tersebut.
Dengan adanya invasi virus ini, menyebabkan timbulnya suatu peradangan sehingga
terjadi edema atau pembengkakan pada mukosa, akumulasi sekret atau lendir yang
menyebabkan obstruksi saluran nafas sehingga terjadi penyempitan lumen pada
bronkiolus. Dengan adanya obstruksi akan meningkatkan resistensi pada jalan nafas
selama inspirasi dan ekspirasi. Tetapi, karena radius saluran nafas lebih kecil selama
fase ekspirasi maka terdapat mekanisme klep, sehingga udara akan terperangkap. Hal
ini akan menyebabkan hiperinflasi pada paru yang merupakan akibat dari udara yang
tidak terabsorpsi oleh karena terjadi kontriksi dan dapat menyebabkan atelekfasis.
Proses ini juga dan ventilasi berkurang.
6. PATHWAY
respiratory syncytial virus influenza virus, mycoplasma pneumonial, adenovirus.
Bronkhiolitis
Produksi mukus penutupan lumen lowerway terjadi mekanisme klep terjadi reaksi peradangan
Gangguan perfusi
Pengeluaran energi jaringan perifer
Ketidakseimbangan nutrisi
Gangguan keseimbangan
kurang dari kebutuhan
asam basa
tubuh
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Foto rontgen menunjukkan hiperinflasi dan atelektasis
b. Pemeriksaan darah, Hb dan Ht meningkat
c. Analisis gas adalah hiperkarbia sebagai tanda air trapping, asidosis
metabolik atau respiratorik.
d. Uji antibody fluoresen cepat terhadap RSV (Respiratory Syncytial
Virus)
e. Jumlah sel darah putih
8. KOMPLIKASI
Komplikasi bronkiolitis menurut Ngastiyah (2006) :
a. Atelektasis hipoksia
b. gangguan asam basa (asidosis metabolik, alkalosis respiratorik dan
asidosis respisatorik)
c. Apnea
d. Keletihan pernafasan atau gagal nafas akut
e. Infeksi paru kambuhan (jangka panjang).
9. PENATALAKSANAAN
a. Pemberian oksigen 1-2 liter/menit, diberikan bila terdapat tanda
hipoksemia seperti : gelisah dan cyanosis.
b. Pemberian cairan dan nutrisi
c. Udara yang lembab
d. Antibiotik
e. Steroid.
f. Istirahat yang cukup
g. Drainase postural atau menepuk dad untuk mengeluarkan lendir.
h. Bronkodilator (ventolin) diberikan pada kondisi sekret yang kental.
a. Tindakan Perawatan
Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan
mengeluarakan lendir
- Sering mengubah posisi
- Banyak minum
- Inhalasi
- Nebulizer
- Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah
dan tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain
b. Tindakan Medis
- Jangan beri obat antihistamin berlebih
- Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial
- Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari
- Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif
10. PENCEGAHAN
Menurut Ngastiyah (1997), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu
diusahakan agar batuk tidak bertambah parah.
- Membatasi aktivitas anak
- Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada
yang tertutup lehernya
- Hindari makanan yang merangsang
- Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan
mandikan anak dengan air hangat
- Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
- Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
12. DIAGNOSA
a. Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif (00031)
b. Ketidakefektifan Pola Nafas (00032)
7. PK : Syok Septik (00205) Tujuan : setelah dilakukan tindakan Pantau adanya tanda
keperawatan diharapkan dapat dan gejala syok septic
meminimalkan terjadinya syok Kolaborasi pemberian
septic antimikrobal, suplemen
intravena, pemeriksaan
laboratorium
kultur/sputum/pewarna
an gram, hitung darah
lengkap, tes serologis,
laju sedimentasi,
elektrolit
Nurarif, Amin Huda Kusuma, Hardhi, (2013), Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA
NIC-NOC, Jakarta, Medi Action Publishing.