Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Manajemen Keperawatan Okupasi


1. Pengertian
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian kapasitas kerja,
beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun lingkungan
agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal.
Kesehatan kerja adalah semua upaya untuk menyerasikan
kapasitas kerja, beban kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara
sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat yang
ada di sekelilingnya. (Depkes, 1995; 2).
Hygiene Perusahaan dan Kesehatan kerja (Hyperkes) adalah
bagian dari usaha kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada
masyarakat pekerja, masyarakat sekitar perusahaan dan masyarakat
umum yang menjadi konsumen dari hasil produksi perusahaan tersebut
sehingga dapat terhindar dari penyakit-penyakit atau gangguan
kesehatan yang diakibatkan pekerjaan dan lingkungan pekerjaan, dan
dapat meningkatkan derajat kesehatan.
2. Langkah-langkah Manajerial Keperawatan Kerja
Dalam pelaksanaan kesehatan kerja memerlukan langkah- langkah
manajerial untuk menjamin kesehatan dan keselamatan pekerja.
Langkah-langkah Usaha Kesehatan Kerja (UKK) merupakan langkah
utama dalam manajemen keperawatan okupasi.
UKK yang dapat dilakukan di perusahaan adalah :
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit dan
kecelakaan-kecelakaan akibat kerja
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan tenaga kerja
c. Perawatan dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas
tenaga kerja
d. Pemberantasan kelelahan tenaga kerja

8
9

e. Meningkatkan kegairahan serta kenikmatan kerja


f. Perlindungan masyarakat sekitar perusahaan dari bahaya-
bahaya pencemaran yang berasal dari perusahaan
g. Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang
mungkin ditimbulkan oleh produk-produk industri
h. Pemeliharaan dan peningkatan higiene dan sanitasi perusahaan
seperti kebersihan, pembuangan limbah, sumber air bersih dan
sebagainya
3. Ruang Lingkup Upaya Kesehatan Kerja
Ruang lingkup kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian
antara pekerja dengan pekerja dan lingkungan kerjanya baik secara
fisik maupun psikis dalam hal cara/metoda kerja, proses kerja dan
kondisi kerja yang bertujuan untuk:
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
pekerja di semua lapangan pekerjaan yang setinggi-tingginya
baik secara fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya.
b. Mencegah gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.
c. Memberikan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya
dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor
yang membahayakan kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan
pekerjaannya yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis
pekerjaannya.
4. Kapasitas Kerja, Beban kerja dan Lingkungan Kerja
Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan
tiga komponen utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan
interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut akan
menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal. Kapasitas kerja
yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta
kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seseorang pekerja dapat
melakukan pekerjaannya secara baik.
10

Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat


beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu
lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau
penyakit akibat kerja.
Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising, debu, zat
kimia, dll) dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban
tambahan tersebut secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dapat
menimbulkan gangguan atau penyakit akibatnya. Gangguan kesehatan
pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan
dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status kesehatan kerja dari
masyarakat pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya-bahaya
kesehatan ditempat kerja dan kingkungan kerja tetapi juga faktor-
faktor pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja serta faktor-faktor
lainnya.
5. Lingkungan Kerja dan Penyakit Yang Ditimbulkannya
Penyakit akibat kerja dan atau penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh pemaparan terhadap
lingkungan kerja. Dewasa ini terhadap kesenjangan antara
pengetahuan ilmiah tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan
berperan dan usaha-usaha untuk mencegahnya. Juga masih terdapat
pendapat yang sesat bahwa dengan mendiagnosis secara benar
penyakit-penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh zat/bahan yang
berbahaya dilingkungan kerja, sudah membuat sutuasi terkendalikan.
Walaupun merupakan langkah yang penting namun hal ini bukan
memecahkan masalah yang sebenarnya. Pendekatan tersebut tetap
membiarkan lingkungan kerja yang tidak sehat tetap tidak berubah,
dengan demikian potensi untuk menimbulkan gangguan kesehatan
yang tidak diinginkan juga tidak berubah' Hanya dengan diagnosa" dan
"pengobatan/ penyembuhan" dari lingkungan kerja, yang dalam hal ini
disetarakan berturut-turut dengan "pengenalan/evaluasi" dan
"pengendalian efektif" dari bahaya-bahaya kesehatan yang ada dapat
11

membuat lingkungan kerja yang sebelumnya tidak sehat menjadi sehat.


Untuk dapat mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya-
bahaya dilingkungan kerja yang diperkirakan dapat menimbulkan
penyakit akibat kerja utamanya terhadap para pekerja, ditempuh 3
langkah utama yaitu : Pengenalan lingkungan kerja, evaluasi
lingkungan kerja dan pengendalian lingkungan dari berbagai bahaya
dan resiko kerja.
6. Pengenalan lingkungan kerja
Pengenalan dari berbagai bahaya dan risiko kesehatan
dilingkungan kerja biasanya pada waktu survai pendahuluan dengan
cara melihat dan mengenal ("walk-through survey"), yang salah satu
langkah dasar yang pertama-tama harus dilakukan dalam upaya
program kesehatan kerja. Beberapa diantara bahaya dan resiko tersebut
dapat denganmudah dikenali, seperti masalah kebisingan disuatu
tempat, bilamana sebuah percakapan sulit untuk didengar, atau
masalah panas disekitar tungku pembakaran atau peleburan yang
dengan segara dapat kita rasakan. Beberapa hal lainnya yang tidak
jelas atau sulit untuk dikenali seperti zat-zat kimia yang berbentuk dari
suatu rangkaian proses produksi tanpa adanya tanda-tanda sebelumnya.
Untuk dapat mengenal bahaya dan resiko lingkungan kerja dengan
baik dan tepat, sebelum dilakukan survai pendahuluan perlu
didapatkan segala informasi mengenai proses dan cara kerja yang
digunakan, bahan baku dan bahan tambahan lainnya, hasil antara hasil
akhir hasil sampingan serta limbah yang dihasilkan. Kemungkinan
terbentuknya zat-zat kimia yang berbahaya secara tak terduga perlu
pula dipertimbangkan. Hal-hal lain yang harus diperhatikan pula yaitu
efek-efek terhadap kesehatan dari semua bahaya-bahaya dilingkungan
kerja termasuk pula jumlah pekerja yang potensial terpapar, sehingga
langkah yang ditempuh, evaluasi serta pengendaliannya dapat
dilakukan sesuai dengan prioritas kenyataan yang ada.
7. Evaluasi Lingkungan kerja
12

Evaluasi ini akan menguatkan dugaan adanya zat/bahan yang


berbahaya dilingkungan kerja, menetapkan karakteristik-
karakteristiknya serta memberikan gambaran cakupan besar dan
luasnya pemajanan. Tingkat pemajanan dari zat/bahan yang berbahaya
dilingkungan kerja yang terkendali selama survai pendahuluan harus
ditentukan secara kualitatif dan atau kuantitatif, melalui berbagai
teknik misalnya pengukuran kebisingan, penentuan indeks tekanan
panas, pengumpulan dan analisis dari sampel udara untuk zat-zat kimia
dan partikelpartikel (termasuk ukuran partikel) dan lain-lain. Hanya
setelah didapatkan gambaran yang lengkap dan menyeluruh dari proses
pemajanan kemudian dapat dibandingkan dengan standar kesehatan
kerja yang berlaku, maka penilaian dari bahaya atau risiko yang
sebenarnya terdapat dilingkungan kerja yang telah tercapai.
8. Pengendalian Lingkungan kerja
Pengendalian lingkungan kerja dimaksudkan untuk mengurangi
atau menghilangkan pemajanan terhadap zat atau bahan yang
berbahaya dilingkungan kerja. kedua tahapan sebelumnya pengenalan
dan evaluasi, tidak dapat menjamin sebuah lingkungan kerja yang
sehat. Jadi hal ini hanya dapat dicapai dengan teknologi pengendalian
yang adekuat untuk mencegah efek kesehatan yang merugikan
dikalangan para pekerja. Walaupun setiap kasus mempunyai keunikan
masing-masing, terdapat prinsip-prinsip dasar teknologi pengendalian
yang dapat diterapkan, baik secara sendiri maupun dalam bentuk
kombinasi, terhadap sejumlah besar situasi tempat kerja untuk
memulainya ada beberapa pertanyaan yang perlu dikemukakan, dan
jawabanya diharapkan dapat memberi pedoman terhadap jenis
teknologi pengendalian yang paling tepat dan mungkin untuk
dilaksanakan.
B. Peran Perawat Komunitas
Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan
masyarakat menurut Mubarak (2009) diantaranya adalah:
1. Sebagai penyedia pelayanan
13

Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah


keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperaatan,
melaksanakan tindaka keperawatan dan mengevaluasi pelayanan
yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
2. Sebagai pendidikan dan kosultan
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu,
keluarga, dan masyarakat baik dirumah,puskesmas, dan
dimasyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan
perilaku sehat, sehingga terjadi perunbahan perilaku sepert yang
diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari
dan mengatasi tekanan fisiologis atau masalah sosial untuk
membangun hubungan persional yang baik dan untuk
meningkatkan perkembangan seseorang (Achjar, 2011).
3. Sebagai panutan
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan
contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tatacara
hidup yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat.
4. Sebagai pembela
Pembela dapat diberikan kepada individu, kelompok atau
tingkat komunitas.Pada tingkat keluarga, perawat dapat
menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam
masyarakat.Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak
klien. Pembela termasuk didalamnya peningkatan apa yang terbaik
untuk klien, memastikan kebutuhan klie terpenuhi dan melindungi
hak-hak klien.
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggunga
jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterprestasikan
informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan
informasi hal lain yan diperlukan untuk mengambil persetujuan
14

atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang


lain adalah mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus
dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat dirumah sakit akan
berinteraksi dengan petugas kesehatan (Achjar, 2011).
5. Sebagai manajer kasus
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengeklola
berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat
sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan
kepadanya.
6. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan
dengan cara bekerja sama dengan tim kesehatan lain, baik dengan
dokter, ahli gizi, ahli radiologi dan lain-lain dalam kaitannya
membantu mempercepat proses penyembuhan klien tindakan
kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan
keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan.
Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan
yang akan dilasanakan.
7. Sebagai perencana tindakan lanjut (discharge planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah
menjalani perawatan disuatu instansi kesehatan atau rumah
sakit.Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah
mengalami perbaikan kondisi kesehatan.
8. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (case finder)
Pelaksanaan monitoring terhadap perubahan yang terjadi
pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
menyangkut masalah-masalah keperawatan yang timbul serta
dampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah,
pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
9. Koordinator pelayanan kesehatan (coordinator of services)
Peran perawat sebagai coordinator antara lain mengarahka,
perencanaan dan pengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
15

diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim


kesehatan, Karena klien menerima pelayanan dari bayak
professional .
10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (change
agent and leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok
yang berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain
membuat perubahan pada dirinya atau pada system. Marriner
torney mendeskripsikan pembawa perubahan adalah yang
mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan
klien untuk berubah, menunjukan alternative, menggali
kemungkinan hasil dari alternative, mengkaji sumber daya,
menunjukan peran pembantu, membina dan mempertahankan
hubungan membantu, membantu selama fase dari proses
perubahan, dan membimbing klien selama fase-fase ini (Mubarak,
2012) Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari
perawatan, dengan menggunakan proses keperawatan, perawat
membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga
perubahan seperti : pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
dapat meningkatkan kesehatan (Achjar, 2011).
11. Pengidentifikasi dan pemebri pelayanan komunitas (
community care provider and researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan
keperawatan kepada masyarakat yang meliputi
pengkajian,perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi masalah
kesehatan dan perencanaan masalah yang diberikan, tindakan
pencarian atau mengidentifikasi masalah kesehatan yang lain juga
merupakan dari peran perawat komunitas .
C. Konsep Asuhan Keperawatan Komunitas
1. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara
lengkap dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis
16

sehingga masalah kesehatan yang menyangkut permasalahan pada


fisiologis, psikologis, sosial, ekonomi, maupun spiritual dapat
ditentukan. Dalam tahap pengkajian ini terdapat 5 kegiatan, yaitu
pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau
penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah
(Faisalado, 2014).
Beberapa teroi yang membahas tentang pengkajian komunitas,
yaitu:

a. Sanders Interactional Framework


Model ini menekankan pada proses interaksi komunitas.
Model ini juga dikenal sebagai tiga model dimensi dengan
komponen pengkajian:
1) Komunitas sebagai system sosial (Dimensi Sistem)
2) Masyarakat sebagai tempat (dimensi tempat)
3) Masyarakat sebagai kumpulan/kelompok manusia (dimensi
populasi)
b. Cliens Interactional Framework
1) Masyarakat sebagai sistem sosial
a) Pola Komunikasi
b) Pengambilan keputusan
c) Hubungan dengan sistem lain
d) Batas wilayah
2) Penduduk dan Lingkungannya
a) Karakter penduduk (demografi)
b) Faktor Lingkungan
c) Lingkungan Psikis (nilai-nilai, agama, kepercayaan)
3) Community assessment wheel (Community as client model)
Pada model ini terdapat 8 komponen yang harus diakaji,
ditambah dengan data inti dari masyarakat itu sendiri
(community core)
17

a) community core (data inti)


aspek yang dikaji:
(1) Historis dari komunitas, kaji sejarah perkembangan
komunitas
(2) Demografi : umur, jenis kelamin, ras, tipe keluarga,
status perkawinan.
(3) Vital statistic : angka kelahiran, angka kematian, angka
kesakitan
(4) Sistem nilai/normal/kepercayaan dan agama.
b) Phisical Environment pada Komunitas
Sebagaimana mengkaji fisik pada individu. Pengkajian
lingkungan dengan metode winshield survey atau survey
dengan mengelilingi wilayah komunitas.
c) Pelayanan kesehatan dan sosial
Pelayanan kesehatan :
(1) Hospital
(2) Praktik swasta
(3) Puskesmas
(4) Rumah perawatan
(5) Pelayanan kesehatan khusus
(6) Perawatan di rumah
(7) Counseling Support Services
(8) Pelayanan Khusus (social worker)
Dari tempat pelayanan tersebut aspek yang didata:
(1) Pelayanannya (waktu, ongkos, rencana kerja)
(2) Sumber daya (tenaga, tempat, dana, dan perencanaan)
(3) Karakteristik pemakai (penyebaran geografi, gaya
hidup, sarana transportasi)
(4) Statistic, jumlah pengunjung perhari/minggu/bulan
(5) Kecukupan dan keterjangkauan oleh pemakai dan
pemberian pelayanan
d) Ekonomi
18

(1) Karakteristik pendapatan keluaraga/RT


Rata-rata pendapatan keluarga/rumah tangga,
pendapatan kelas bawah, keluarga mendapat bantuan
sosial, keluarga dengan kepala keluarga wanita, rata-
rata pendapatan perorangan.
(2) Karakteristik pekerjaan
Jumlah populasi secara umum (umur > 18 tahun),
yang menganggur, yang bekerja, yang menganggur
terselubung, jumlah kelompok khusus, kategori yang
bekerja, jumlah dan keamanan transportasi.
e) Politik dan Government
a) Jenjang pemerintahan
b) Kebijakan departemen kesehatan
f) Komunikasi
a) Formal
b) In formal
g) Pendidikan
a) Status pendidikan (lama sekolah, jenis sekolah, bahasa)
b) Fasilitas pendidikan (SD, SMP, dll) baik di dalam
maupun di luar komunitas
h) Rekreasi
Menyangkut tempat rekreasi
Kerangka pengkajian profil masyarakat (modifikasi),
pengkajian ini merupakan hasil modifikasi dari beberapa teori
sebelumnnya tentang pengkajian komunitas.
a) Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperolah
informasi mengenai masalah kesehatan pada masyarakat
sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil
untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek
fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta faktor
lingkungan yang mempengaruhi (Faisalado, 2014).
19

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara


sebagai berikut :
(1) Wawancara atau Anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komukasi timbale balik
yang berbentuk Tanya jawab antara perawat dengan
pasien atau keluarga pasien, masyarakat tentang hal
yang berkaitan dengan masalah kesehatan pasien atau
keluarga pasien, dan selanjutnya hasil wawancara atau
anamnesa dicata dalam format proses keperawatan
(Mubarak, 2009).
(2) Pengamatan
Pengamatatan dalam keperawatan komunitas dilakukan
meliputi aspek fisik, psikologis, prilaku dan sikap dalam
rangka menegakan diagnose keperawatan. Pengamatan
dilakukan dengan menggunakan panca indra dan
hasilnya dicatat dalam format proses keperawatan
(Faisalado, 2014).
(3) Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana slah satu
asuhan keperawatan yang diberikan adalah asuhan
keperawatan keluarga, maka pemeriksaan fisik yang
dilakukan dalam upaya membantu menegakan diagnose
keperawatan dengan cara inspeksi, perkusi, palpasi dan
auskultasi Pengolahan data (Mubarak, 2009).
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah
pengolahan data dengan cara sebagai berikut :
(1) Klasifikasi data atau kategori data
(2) Perhitungan presentase cakupan
(3) Tabulasi data
(4) Interpretasi data
b) Analias data
20

Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan


data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif
yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan
atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu
masalah kesehatan atau masalah keperawatan (Faisalado,
2014).
c) Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah
kesehatan dan keperqawatan yang dihadapi oleh
masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya
dilakukan intervensi. Namun demikian masalah yang telah
dirumuskan tidak mungkin di atasi sekaligus.Oleh karena
itu diperlukan prioritas masalah (Faisalado, 2014).
d) Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan
masyarakat dan keperawatan perlu dipertimbangkan
berbagai factor sebagai kriteria diantaranya adalah :
(1) Perhatian masyarakat
(2) Prevalansi kejadian
(3) Berat ringangannya masalah
(4) Kemungkinan masalah diatasi
(5) Tersedianya sumber daya masyarakat
(6) Aspek politis
Seleksi atau penapisan masalah kesehatan komunitas
menurut Mubarak (2009) mempunyai penapisan,antara lain:
(1) Sesuai dengan peran perawat komunitas
(2) Jumlah yang berisiko
(3) Besarnya resiko
(4) Kemungkinan untuk pendidikan kesehatan
(5) Minat masyarakat
(6) Kemungkinan untuk diatasi
(7) Sesuai dengan program pemerintah
21

(8) Sumber daya tempat


(9) Sumber daya waktu
(10) Sumber daya dana
(11) Sumber daya peralatan
(12) Sumber daya manusia
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang aktual maupun potensial masalah aktual adalah
masalah yang diproleh pada saat pengkajian ,sedangkan masalah
potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. Jadi
diagniosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan
pasti tentang tentang status dan masalah kesehatan yang dapat diatasi
dengan tindakan keperawatan.Dengan demikian diagnosis
keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah nyang ditemukan.
Diagnose keperawatan akan memberi gambaran masalah dan status
kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual)dan yang mungkin
terjadi (Faisalado, 2014).

3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai
dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
terpenuhinya kebutuhan klien (Faisalado, 2014).
Jadi perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat
disusun berdasarkan diagnose keperawatan yang telah ditetapkan dan
rencana keperawatan yang disusun berdasarkan harus mencakup
perumusan tujuan,rencana tindakan keperawatan yang dilakukan
dengan criteria hasil untukn menilai pencapaian tujuan (Mubarak,
2009).
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan
masyarakat antara lain sebagai berikut :
22

a. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan


b. Tetapakan tehnik dan prosedur yang digunakan\
c. Melibatkan peran serta masyarakat dalam menysun perencanaan
melalui kegiatan musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini
d. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia
e. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi
kebutuhan yang sangat dirasakan masyarakat
f. Mengarah pada tujuan yang akan dicapai
g. Tindakan harus bersifat realistis
h. Disusun secara berurutan
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan, perawat kesehhatan masyarakat harus bekerjasama
dengan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini melibatkan pihak
Puskesmas, Bidan Desa dan anggota masyarakat (Faisalado, 2014).
Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau
implementasi pada keperawatan komunitas adalah :
a. Innovative
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas
dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan
taqwa (IMTAQ)
b. Integratet
Perawat kesehatan masyrakat harus mampu bekerja sama
dengan sesama propesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat berdasar kan azas kemitraan (Faisalado,
2014).
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan
keperawatan harus mengunakan pengetahuan secara rasional demi
tercapainya rencana program yang telah disusun (Faisalado, 2014).
a. Mampu dan mandiri
23

Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai


kemampuan dan kemandirian dalam melaksanakan asuhan
keperawatan serta kompeten (Achjar, 2011).
b. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas
kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan
keperawatan yang diberikan akan tercapai.
5. Evaluasi atau penilaian
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan
membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses
tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam
perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan
masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau
dirumuskan sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian
menurut Faisalado (2014) :
a. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
b. Menilai efektifitas proses keperawtan mulai dari tahap
pengkajian sampai dengan pelaksanaan.
c. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan
perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
d. Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat
bahwa evaluasi dilakukan dengan melihat respon komunitas.
D. Konsep Masalah Kesehatan Komunitas
1. Kesehatan Lingkungan
Lingkungan dapat mengidentifikasikan sebagai tempat
pemukiman dengan segala sesuatu dimana organisme hidup beserta
segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak
langsung diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun
kesehatan dari organisme tersebut (Faisalado, 2014).
24

Kesehatan lingkungan yang dpat dijabarkan sebagai suatu


kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi
yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung
tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia ( himpunan
ahli kesehatan lingkungan Indonesia), lingkungan merupakan suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan
agar dpat menjadi keadaan sehat dari manusia (Mubarak, 2009).
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi
atau keadaan lingkungan yang optimal sehingga mempengaruhi
dampak positif terhadap terwujudnya status kesehatn yang optimal
pula (Achjar, 2011).
Dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan, pemerintah
menggalangkan program nasional seminar sanitasi total berbasis
masyarakat (STBM). Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)
nerupakan program nasional yang bersifat lintas sektoral dibidang
sanitasi. Program nasional STBM di rancang oleh Menteri Kesehatan
RI
Tujuan dari program nasional sanitasi total berbasis masyarakat
(SPBM) adalah menurunkan kejadian diare melalui intervensi terpadu
dan menggunakan pendekatan sanitasi total. Sanitasi total adalah
kondisi ketika suatu komunitas :
a. Tidak buang air besar (BAB) sembarangan
b. Mencuci tangan pakai sabun
c. Mengelola air minum dan makanan yang aman
d. Mengelola sampah dengan benar
e. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman
Menurut WHO, terdapat 17 ruang lingkup kesehatn lingkungan yaitu
sebagai berikut :
a. Penyediaan air minum
b. Pengelolaan air bungana (limbah) dan pengendalian perencanaan
pencemaran
c. Pembuangan sampah padat
25

d. Pengendalian vector
e. Pencegahan atau pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta
manusia
f. Hygiene makanan, termasuk hygiene susu
g. Pengendalian pencemaran udara
h. Pengendalian radiasi
i. Kesehatan kerja
j. Pengendalian kebisingan
k. Perumahan dan pemukiman
l. Aspek kesehatan lingkungan dan transfortasi udara
m. Perencanaan daerah dan perkotaan
n. Pencegahan kecelakaan
o. Rekreasi umum dan peristiwa
p. Rindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemic (wabah), bencana alam dan perpindahan penduduk
q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan
Menurut pasal 22 ayat 3 Undang-undang nomor 23 tahun 1992, terdapat
delapan ruang lingkup kesehatan lingkungan yaitu sebagai berikut :
a. Penyehatan air dan udara
b. Pengamana limbah padat atau sampah
c. Pengamanan limbah cair
d. Pengamanan limbah gas
e. Pengamanan radiasi
f. Pengamanan kebisingan
g. Pengam,anan vector penyakit
h. Penyehatan dan pengamanan lainnya seperti pada situasi pasca
bencana.
2. Perilaku masyarakat
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu
tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi
dan tujuan baik disadari maupun tidak.perilaku merupan kumpulan
berbagai factor yang saling berinteraksi (Faisalado, 2014).
26

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang


terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system
pelayanan kesehatn, makanan serta lingkungan, batasan ini mempunyai 2
unsur pokok, yakni respond dan stimulus atau perangsangan respon atau
reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan
sikap)maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atu practice) sedangkan
stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok yakni : sakit
dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam 2
kategori yaitu :
a. Perilaku yang terwujud secara nyata dan sadar
b. Perilakuy yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar
Ada perilaku-perilaku sengaja atu tidak sengaja membawa manfaat bagi
kesehatan individu atau kelompok masyarakat sebaliknya ada yang
sengaja atau tidak disengaja berdampak merugikan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai