Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DISTOSIA

MAKALAH

Oleh

Kelompok 14

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DISTOSIA

MAKALAH

disusun sebagai pemenuhan tugas Keperawatan Maternitas

dengan dosen pengampu: Ns.Ratna Sari, M.Kep

oleh

Aisatul Zulfa 142310101029

Dewi Melati Sukma 142310101050

Nur Afif Abdullah 142310101136

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS JEMBER
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
“Makalah Asuhan Keperawatan Klien Dengan Distosia”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih kurang


sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
berguna dan bermanfaat bagi semuanya.

Jember, September 2016

Penyusun,
DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………………………..ii

Kata Pengantar …………………………………………………………………..iii

Daftar Isi ………………………………………………………………………...iv

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar belakang …………………………………………………………1


1.2 Tujuan ………………………………………………………………….1
1.3 Implikasi keperawatan …………………………………………………2
Bab 2 Tinjauan Teori

2.1 Pengertian………………………………………………………………3

2.2 Epidemiologi……………………………………………………………3

2.3 Etiologi …………………………………………………………………3

2.4 Tanda dan gejala ………………………………………………………..4

2.5 Patofisiologi dan Pathway..…………….……………………………….4

2.6 Komplikasi & prognosis ………………………………………………..5

2.7 Pengobatan atau Pencegahan …………………………………………...6

2.9 Penatalaksanaan ………………………………………………………...8

Bab 3 Asuhan Keperawatan

3.1 Pengkajian …………………………………………………………….12


3.2 Diagnosa ………………………………………………………………14
3.3 Perencanaan……………………………………………………………15
3.4 Pelaksanaan …………………………………………………………...22
3.5 Evaluasi ………………………………………………………………..22
Bab 4. Penutup

4.1 Kesimpulan ……………………….…………………………………..26

4.2 Saran ………………………………………………………………….26

Daftar Pustaka …………………………………………………………………27


BAB 1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan normal adalah suatu keadaan fisiologis, normal dapat sendiri


tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor “P” utama
yaitu kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage), dan keadaan janin
(passanger), faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu), penolong saat
bersalin dan posisi ibu saat melahirkan. Dengan keseimbangan dengan faktor “P”
tersebut persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada
satu atau lebih faktor “P” ini, cepat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya
persalinan. Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut distosia. Salah satu
penyebab adalahgawat janin. Distosia berpengaruh buruk terhadap ibu maupun
janin. Pengenalan dini dan penanganan tepat menentukan prognosis ibu dan janin
1.2 Tujuan
1. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah keperawatan maternitas
2. Untuk mengetahui konsep medis distosia
3. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan distosia
1.3 Implikasi Keperawatan
BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Distosia adalah kelahiran yang sulit, berlangsung lama dan menimbulkan


rasa nyeri akibat faktor-faktor mekanis yang ditimbulkan oleh penumpang (janin)
atau jalan lahir(pelvis dan jaringan lunak jalan lahir ibu), kekuatan yang tidak
adekuat (uterin dan aktivitas otot lain), atau posisi maternal. (Bobak. Dkk, 2005)

Distosia adalah persalinan abnormal yang ditandai oleh kelambatan atau


tidak adanya kemajuan proses persalinan dalam ukuran satuan waktu tertentu
(Nugroho, 2012)

Distosia adalah persalinan yang sulit yang ditandai dengan adanya


hambatan kemajuan dalam persalinan. Pada persalinan normal (Eutocia)
presentasi belakang kepala berlangsung spontan dalam 18 jam. Distosia
disebabkan oleh

1. Kelainan his atau tenaga (power)


His yang tidak normal pada kekuatan atau sifatnya, dapat menyebabkan
kerintangan pada jalan lahir sehingga dapat menyebabkan terjadinya
hambatan atau kemacetan.
2. Kelainan janin.
Kelaiann janin berupa kelainan letak dan bentuk janin dapat menyebabkan
gangguan atau emacetan dalam persalinan.
3. Kelainan jalan lahir.
Kelainan jalan lahir dapat berupa kelainan ukuran atau bentuk jalan lahir
yang dapat menghalangi kemajuan persalinan sehingga menyebabkan
kemacetan
2.2 Epidemiologi
Reproductive Health Library menyatakan setiap tahun terdapat 180 hingga
200 juta kehamilan. Dari angka tersebut 585.000 kematian maternal terjadi akibat
komplikasi kehamilan dan persalinan. Kematian terjadi akibat perdarahan
sebesar 24,8%, infeksi dan sepsis 14,9%, hipertensi dan pre-eklampsi atau
eklampsi 12,9%, distosia atau persalinan macet 6,9%, abortus 12,9% dan sebab
langsung yang lain sebesar 7,9%.
Perdarahan adalah faktor penyebab kematian maternal terbesar, salah
penyebab terjadinya perdarahan yaitu distosia bahu. Distoia bahu merupakan
penyulit pada persalinan kala II yang tidak terdeteksi sebelumnya. Distosia
adalah keadaan yang awalnya merupakan suatu bias, karena sering kali diawali
dengan proses kehamilan dan persalinan yang normal. (sulistyawati, 2010)
Kejadian distosia bahu dilaporkan kurang dari 1% terjadi dari 0,15%
sampai 0,6% persalinan (varney’s 2004:436)
2.3 Etiologi

Distosia disebabkan oleh beberapa hal diantaranya :

1. Persalinan disfungsional akibat ketidakefektifan kontraksi uterus atau


akibat upaya pengejanan dari ibu (power atau kekuatan)
2. Perubahan struktur pelvis atau jalan lahir (panggul sempit) akibat
malnutrisi dan deformitas pada panggul.
3. Pada janin terjadi kelainan presentasi (muka, dahi, bahu atau tangan,
bokong, presentasi ganda), kelainan posisi, dan malformasi (kembar
siam)
4. Respon psikologis ibu terhadap persalinan berhubungan dengan
pengalaman, persiapan, budaya dan sistem pendukung.
2.4 Tanda dan gejala

Tanda dan gejala pada kasus persalinan macet atau distosia adalah:

1. Kondisi ibu buruk dan tanda gawat janin


2. Dehidrasi dan ketoasidosis (mata cekung, rasa haus, mulut kering, kulit
kering)
3. Suhu tubuh meningkat
4. Terdapat tanda syok : nadi cepat dan lemah (>100x per menit), tekanan
darah rendah (sistolik <90 mmHg), takipneu (>30x per menit), produksi
urin berkurang, muka pucat dan lemah, nyeri perut (disebabkan oleh
rupture uteri atau sepsis), dan penurunan kesadaran.
2.5 Patofisiologi dan Pathway

Mekanisme timbulnya distosia dapat dibagi atas empat golongan yaitu


Distosia Power yang disebabkan karena kekuatan atau tenaga yang mendorong
bayi keluar kurang kuat yaitu karena kelainan his: inersia uteri atau kelemahan his
karena cara mengejan kurang tepat sehingga menyebabkan tenaga cepat habis dan
dehidrasi. His yang normal terlihat ketika tonus otot rahim di luar rahim rendah,
lalu meningkat pada waktu his. Tetapi pada distosia power tonus otot rahim tetap
rendah ketika pada waktu his. Pada kala pembukaan serviks ada dua fase yaitu
fase laten dan fase aktif yang digambarkan pada cervicogram. Kontraksi rahim
dimulai pada salah satu tanduk rahim, sebelah kanan atau kiri lalu menjalar ke
seluruh otot rahim. Fundus uteri berkontraksi lebih dulu, lebih lama dari bagian-
bagian lain. Bagian tengah berkontraksi agak lebih lambat, lebih singkat dan tidak
sekuat kontraksi di fundus uteri.
Distosia Passenger atau kelainan letak atau kelainan janin yang meliputi
letak kepala, letak sungsang, letak lintang, presentasi ganda atau rangkap,
kelainan bentuk dan besar janin, tali pusat menumbung. Distosia Passage atau
kelainan jalan lahir meliputi panggul sempit, dan tumor yang mempersempit jalan
lahir. Distosia Psikis dapat terjadi karena kelainan dasar ketidakmatangan emosi
maupun psikoseksual yang disebabkan oleh faktor ketakutan yang berlebihan
ketika masa hamil, riwayat psikiatri abnormal, riwayat perkawinan abnormal,
riwayat obstetri abnormal dan riwayat kelahiran cacat atau meninggal. Berbagai
rangsangan baik secara psikologis, maupun psikososial yang merupakan ancaman
gangguan pada sistem homeostasis tubuh dapat memicu response stress. Pada saat
seseorang mengalami stress atau jika tubuh bertemu dengan stressor, tubuh akan
mengaktifkan respon saraf dan hormon untuk melaksanakan tindakan-tindakan
pertahanan untuk mengatasi keadaan darurat. Respon umum atau general
adaptation syndrome dikendalikan oleh hipotalamus, hipotalamus menerima
masukan mengenai stresor fisik dan psikologis dari hampir semua daerah di otak
dan dari banyak reseptor di seluruh tubuh. Sebagai respon hipotalamus secara
langsung mengaktifkan sistem saraf simpatis. Ketika terjadi stress vasokonstriksi
arteriole di ginjal oleh katekolamin yang meningkat secara tidak langsung
memicu sekresi rennin.
Distosia menyebabkan partus menjadi lama yang mengakibatkan kondisi
ibu menjadi kelelahan, penurunan semangat, dehidrasi, asidosis, infeksi dan resiko
ruptura uteri. Perlunya intervensi bedah meningatkan mortalitas dan morbiditas.
Ketoasidosis dengan sendirinya dapat mengakibatkan aktivitas uterus yang buruk
dan memperlama persalinan. Akibat pada janin meliputi trauma, asidosis,
kerusakan hipoksik, infeksi dan peningkatan mortalitas (angka kematian) serta
morbiditas (angka kesakitan) perinatal
PATHWAYS

Kelainan tenaga Kelainan bentuk


dan letak janin Kelainan jalan lahir Kelainan respon
psikologis
Kurang pengetahuan ttg
cara mengejan yang PAP sempit
benar Katekolamin

Janin kesulitan
Kontraksi tidak sinkron melewati PAP Vasokontriksi
dengan tenaga
pembuluh darah

Tenaga cepat Kesulitan


persalinan/macet His/kontraksi
habis
uterus

DISTOSIA

Partus lama Rencana


Tonus otot
tindakan SC

Obstruksi Katekolamin
Penekanan Penekanan Energi ibu Jalan lahir
mekanis pada
pada jalan kepala janin terpapar terlalu
penurunan
lahir pada panggul lama dg udara
janin
luar
Resiko Menekan saraf Resiko hipermetabolisme Patogen Stress
cedera cedera janin mudah masuk
maternal
Respon Resiko Ansietas
hipotalamus kekurangan Resiko
volume cairan infeksi
dan elektrolit
Pengeluaran
mediator nyeri

Respon nyeri

Nyeri akut
2.6 Komplikasi & prognosis

2.6.1 Komplikasi Distosia

1. Komplikasi maternal
b. Perdarahan pasca persalinan
c. Fistula Rectovaginal
d. Robekan perineum derajat III atau IV
e. Rupture Uteri
f. Cedera otot dasar panggul
g. Infeksi intrapartum dan postpartum
h. Sepsis
i. Retensio urin
2. Komplikasi fetal
a. Brachial plexus palsy
b. Fraktura Clavicle
c. Kematian janin
d. Hipoksia janin , dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen
e. Fraktura humerus
f. Gawat janin
g. Asfiksia janin
h. Sepsis neonatus
i. Kaput suksedaneum dan molase pada kepala janin

2.6.2 Prognosis

1. kompresi tali pusat


2. kerusakan pleksus brakhialis
3. paralisis klumpke
4. patah tulang
5. fraktur klavikula
6. fraktur humerus
7. asfiksia janin
8. kematian bayi
Kesulitan persalinan dapat terjadi karena adanya panggul sempit dan janin
besar, letak belakang kepala, muka tidak dapat melakukan dilatasi serviks secara
sempurna dan bagian terendah harus turun sampai dasar panggul sebelum ukuran
terbesar kepala melewati PAP (Pintu Atas Panggul). Angka kematian perinatal
pada presentasi muka adalah 2,5 – 5%.
Bila terjadi ruptur uteri spontan atau ruptur traumatik akibat versi dan
ekstraksi yang buruk atau terlambat, dapat terjadi kematian. Bila diagnosis
berhasil ditegakkan secara dini dan penanganannya tepat, prognosis baik.

2.7 Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan untu klien distosia adalah :

1. Edukasi prenatal
2. Persiapan kelahiran
3. Menghindari induksi persalinan yang tidak perlu
4. Dukungan yang terus menerus pada wanita yang bersalin
5. Penggunaan analgesi yang tepat
6. Penilaian kelahiran yang tepat
7. Partograf
2.8 Penatalaksanaan
1. Penanganan Umum
a. Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin
b. Lakukan penilaian kondisi janin : DJJ (Detak Jantung Janin)
c. Kolaborasi dalam pemberian :
1) Infus RL dan larutan NaCL isotonik (IV)
2) Berikan analgesik berupa tramandol/ peptidin 25 mg (IM) atau
morvin 10 mg (IM)
d. Perbaiki keadaan umum
1) Berikan dukungan emosional dan perubahan posisi
2) Berikan cairan
2. Penanganan Khusus
1) Kelainan His
1) TD diukur setiap 4 jam
2) Pantau his selama 10 menit, telapak tangan diletakkan di fundus
untuk mengetahui kekuatan dan lama kontraksi.
3) DJJ tiap 1/2 jam pada kala I dan tingkatkan pada kala II
4) Pemeriksaan dalam : VT
Kolaborasi : Infus RL 5% dan larutan NaCL isotonic (IV), berikan
analgetik seperti petidin, morfin dan pemberian oksitosin untuk
memperbaiki his.
5) Lakukan pencatatan dengan baik dan benar dengan menggunakan
PARTOGRAF
BAB 3 . ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus :

Seorang klien bernama Ny. N usia 25 tahun MRs pada tanggal 10


September 2016 pukul 01.00 WIB dengan rujukan dari bidan. Klien
mengeluh perut terasa kenceng-kenceng sejak 9 September 2016 pukul
08.15 WIB, hingga pukul 22.30 WIB pembukaan lengkap dan memulai
proses persalinan. Pukul 22.00 WIB pasien muntah sebanyak 2 kali. Pada
pukul 23.50 kepala bayi sudah masuk panggul namun keadaan pasien
tampak lemas.
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas klien
Nama : Ny. N
Umur : 25 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaa : Swasta
Alamat : Jl karimata 18, Sumbersari, Jember
3.1.2 Keluhan Utama :
Klien MRs pada tanggal 10 September 2016 pukul 01.00 WIB dengan
rujukan dari bidan. Klien mengeluh perut terasa kenceng-kenceng sejak 9
September 2016 pukul 08.15 WIB, hingga pukul 22.30 WIB pembukaan
lengkap dan memulai proses persalinan. Pukul 22.00 WIB pasien muntah
sebanyak 2 kali. Pada pukul 23.50 kepala bayi sudah masuk panggul namun
keadaan pasien tampak lemas.
3.1.3 Riwayat kesehatan klien :
a. Riwayat kesehatan dahulu : klien tidak memiliki riwayat hipertensi, asma,
maupun penyakit jantung. Persalinan saat ini juga merupakan persalinan
pertama klien.
b. Riwayat kesehatan keluarga : keluarga tidak memiliki riwayat penyakit
hipertensi, asma, penyakit jantung, DM maupun riwayat bayi kembar.
c. Riwayat kesehatan sekarang : kepala bayi sudah masuk panggul namun
keadaan ibu/klien tampak lemas.
3.1.4 Pemeriksaan fisik
1. Kepala : rambut tidak rontok, kulit kepala besih dan tidak ada ketombe.
2. Mata : konjungtiva anemis.
3. Thorax : pernapasan 30x per menit
4. Abdomen : kontraksi uterus panjang, kuat dan berulang
5. Vulva dan vagina : air ketuban belum pecah,
6. Panggul : pada pemeriksaan panggul luar, tidak ada kelainan bentuk
panggul dan kelainan tulang belakang.
3.2 Diagnosa
1. Nyeri akut b/d kontraksi tidak efektif
2. Resiko tinggi cedera terhadap maternal b/d penurunan tonus otot,
obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal.
3. Resiko tinggi kekurangan cairan b/d muntah, pembatasan masukan cairan
3.3 Perencanaan

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


HASIL
1. Nyeri akut b/d kontraksi tidak efektif Setelah dilakukan perawatan 1. Tentukan sifat, 1. Membantu dalam mendiagnosa
4x24 jam kebutuhan rasa lokasi, dan durasi nyeri, dan memilih tindakan, penekanan
nyaman terpenuhi dan nyeri kaji kontraksi uterus, kepala pada servik yang berlangsung
berkurang. hemiragic dan nyeri lama akan menyebabkan nyeri
Kriteria hasil: tekan abdomen. 2. setiap individu memiliki tingkat
1. klien tidak merasakan 2. kaji intensitas nyeri ambang nyeri yang berbeda, dengan
nyeri lagi klien dengan skala nyeri skala dapat diketahui intensitas nyeri
2. Klien tampak rileks 3. berikan lingkungan klien
3. Kontraksi uterus efektif yang nyaman, tenang, 3. Teknik relaksasi dapat
4. kemajuan persalinan baik dan aktivitas untuk mengalihkan perhatian dan
mengalihkan nyeri, mengurangi rasa nyeri
bantu klien 4. Denagn kehadiran keluarga akan
menggunakan teknik membuat klien nyaman, dan dapat
relaksasi mengurangi tingkat kecemasan
4. kuatkan dukungan dalam melewati persalinan
sosial 5. Pemberian sedative dapat
5. kolaborasi pemberian mengurangi nyeri yang hebat
narkotik atau sedative
2. Resiko tinggi cedera terhadap Setelah dilakukan perawatan 1. Tinjau ulang riwayat 1. Membantu dalam mengidentifikasi
1x24 jam tidak terjadi persalinan,awitan dan kemungkinan penyebab, kebutuhan
maternal b/d penurunan tonus
cedera pada ibu. durasi pemeriksaan diagnostik dan
otot, obstruksi mekanis pada Kriteria hasil : 2. Catat waktu/jenis intervensi yang tepat
1. Tidak ada laserasi derajat obat.hindari pemberian 2. Sedatif yang diberikan terlalu dini
penurunan janin, keletihan 3 atau 4 narkotik dan anastesi dapat menghambat atau
2. Tidak ada ruptur blok epidural sampai menghentikan
maternal.
serviks dilatasi 4 cm. persalinan
3. Evaluasi tingkat 3. Kelelahan ibu yang berlebihan
keletihan yang menimbulkan disfungsi sekunder,
menyertai,serta aktifitas atau mungkin akibat dari persalinan
dan istirahat,sebelum lama
awitan persalinan 4.Disfungsi kontraksi dapat
4. Kaji pola kontraksi memperlama
uterus persalinan,meningkakan resiko
5. Catat kondisi komplikasi maternal/janin
serviks.pantau tanda 5. Serviks kaku atau tidak siap tidak
amnionitis.] catat akan dilatasi, menghambat
peningkatan suhu atau penurunan
jumlah sel darah janin/kemajuan persalinan. terjadi
putih;catat bau dan amniositis secara langsung
rabas vagina dihubungkan dengan lamanya
6. Catat penonjolan, persalinan sehingga melahirkan
posisi janin dan harus terjadi dalam 24 jam setelah
pressentasi janin. pecah ketuban
7. Anjurkan klien 6. Digunakan sebagai indikator
berkemih setiap 1-2 dalam mengidentifikasi persalinan
jam.kaji terhadap yang lama
penuhan kandung kemih 7. Kandung kemih dapat
diatas simfisis pubis menghambat aktifitas uterus dan
8. Tempatkan klien mempengaruhi penurunan janin
pada posisi rekumben 8. Ambulasi dapat membantu
lateral dan anjurkan kekuatan gravitasi dalam
tirah baring atau merangsang pola persalinan normal
ambulasi sesuai dan dilatasi serviks
toleransi 9. Melahirkan seksio sesari segera
9. Bantu dengan diindifikasikan untuk cincin bandl
persiapan seksio sesaria untuk
sesuai indikasi untuk distres janin karena CPD
malposisi, CPD atau
cincin bandl
3. Resiko tinggi kekurangan cairan Setelah dilakukan perawatan 1. Pantau masukan dan 1. Membandingkan apakah
2x24 jam tidak terjadi keluaran cairan pemasukan dan pengeluaran
b/d muntah, pembatasan masukan
deficit cairan tubuh. 2. Pantau tanda vital. seimbang sehingga tidak terjadi
cairan Kriteria hasil: Catat laporan pusing dehidrasi
1. TTV di batas normal pada perubahan posis 2. Peningkatan frekuensi nadi dan
2. Kulit elastis 3. Kaji elastisitas kulit suhu ,dan perubahan tekanan darah
3. CRT < 2 detik 4. Kaji bibir dan ortostatik dapat menandakan
3. Mukosa lembab membran mukosa oral penurunan volume sirkulasi
4. DJJ 160- 180 x/menit dan derajat saliva 3. Kulit yang tidak elastis
5. Perhatikan respon menandakan terjadi dehidrasi
denyut jantung janin 4. Membran mukosa atau bibir yang
yang abnormal kering dan penurunan saliva adalah
6. Berikan masukan indikator lanjut dari dehidrasi
cairan adekuat melalui 5. Indikasi menunjukkan efek
pemberian minuman > dehidrasi maternal dan penurunan
2500 liter perfusi
7. Berikan cairan secara 6. Pemenuhan cairan pada
intravena mengurangi dehidrasi
7. Larutan parenteral mengandung
elektrolit dan glukosa dapat
memperbaiki atau
mencegah ketidakseimbangan
maternal dan janin serta apat
menurunkan
keletihan maternal

3.4 Pelaksanaan

NO Diagnosa Keperawatan IMPLEMENTASI


1. Nyeri akut b/d kontraksi tidak efektif 1. Menentukan sifat, lokasi, dan durasi nyeri, kaji kontraksi uterus, hemiragic dan nyeri
tekan abdomen.
2. Mengkaji intensitas nyeri klien dengan skala nyeri
3. Memberikan lingkungan yang nyaman, tenang, dan aktivitas untuk mengalihkan
nyeri, bantu klien menggunakan teknik relaksasi
4. Menguatkan dukungan sosial
5. Mengkolaborasikan pemberian narkotik atau sedative
2. Resiko tinggi cedera terhadap 1. Meninjau ulang riwayat persalinan, awitan dan durasi
2. Mencatat waktu/jenis obat, hindari pemberian narkotik dan anastesi blok epidural
maternal b/d penurunan tonus otot,
sampai serviks dilatasi 4 cm.
obstruksi mekanis pada penurunan 3. Mengevaluasi tingkat keletihan yang menyertai, serta aktifitas dan istirahat, sebelum
awitan persalinan
janin, keletihan maternal.
4. Mengkaji pola kontraksi uterus
5. Mencatat kondisi serviks, pantau tanda amnionitis, catat peningkatan suhu atau
jumlah sel darah putih, catat bau dan rabas vagina
6. Mencatat penonjolan, posisi janin dan pressentasi janin.
7. Menganjurkan klien berkemih setiap 1-2 jam.kaji terhadap penuhan kandung kemih
diatas simfisis pubis
8. Menempatkan klien pada posisi rekumben lateral dan anjurkan tirah baring atau
ambulasi sesuai toleransi
9. Membantu dengan persiapan seksio sesaria sesuai indikasi untuk malposisi, CPD
atau cincin bandl
3. Resiko tinggi kekurangan cairan b/d 1. Memantau masukan dan keluaran cairan
2. Memantau tanda vital. Catat laporan pusing pada perubahan posisi
muntah, pembatasan masukan cairan
3. Mengkaji elastisitas kulit
4. Mengkaji bibir dan membran mukosa oral dan derajat saliva
5. Memperhatikan respon denyut jantung janin yang abnormal
6. Memberikan masukan cairan adekuat melalui pemberian minuman > 2500 liter
7. Memberikan cairan secara intravena

3.5 Evaluasi

NO Diagnosa Keperawatan IMPLEMENTASI


1. Nyeri akut b/d kontraksi tidak efektif S : Klien menyatakan tidak ada lagi nyeri
O : Tidak tampak ekspresi mengerenyit atau ekspresi kesakitan dari wajah pasien
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
2. Resiko tinggi cedera terhadap S:
O : klien tampak lemah dan letih
maternal b/d penurunan tonus otot,
A : masalah belum teratasi
obstruksi mekanis pada penurunan P : lanjutkan intervensi
janin, keletihan maternal.

3. Resiko tinggi kekurangan cairan b/d S : Klien tidak lagi muntah dan asupan cairan bagus
muntah, pembatasan masukan cairan O : Tidak terdapat tanda-tanda kurang cairan
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

Sebagai tenaga kesehatan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan


tentang distosia dan problem solving. Selain itu memberikan informasi atau health
education mengenai distosia kepada masyarakat. Diharapkan masyarakat dapat
menghindari hal-hal yang menyebabkan distosia dan meningkatkan pola hidup
sehat serta perlu diketahui bahwa distosia yang tidak ditangani dengan tepat dapat
menyebabkan komplikasi yang fatal.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, L. J. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC.

Nugroho, T. 2012. Obsgyn: Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta: NuhaMedika.

Anda mungkin juga menyukai