MAKALAH
Oleh
Kelompok 2
UNIVERSITAS JEMBER
APRIL, 2017
TERAPI MODALITAS GANGGUAN MOBILISASI PADA LANSIA
MAKALAH
oleh
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
“Makalah Terapi Modalitas Gangguan Mobilisasi pada Lansia”.
Penyusun,
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... ii
PRAKATA...................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3
2.1 Definisi ...................................................................................................3
2.1.1 Mobilisasi .................................................................................3
2.1.2 Tanda dan Gejala Hambatan Mobilisasi Fisik .............................3
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi mobilisasi ........................................4
BAB 3. APLIKASI TEORI .......................................................................................5
3.1 Gambaran kasus ....................................................................................5
3.2 Pengkajian Fisik ................................................................................5
3.3 Analisa Data ......................................................................................8
3.4 Diagnosa Keperawatan.....................................................................8
3.5 Intervensi Keperawatan ...................................................................9
3.6 Intervensi Berdasarkan Jurnal ......................................................12
BAB 4. PEMBAHASAN ......................................................................................13
BAB 5. KESIMPULAN .......................................................................................16
5.1 Kesimpulan ......................................................................................16
5.2 Saran ................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................17
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1
bertanggungjawab pada perubahan besar yang terjadi pada otot dan sendi
yang menyebabkan gangguan otot dan sendi pada lansia.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.2.1 Mengetahui masalah kesehatan tentang gangguan mobilisasi, khususnya
disfungsi bahu
1.2.2 Mengetahui terapi modalitas untuk mengatasi gangguan mobilisasi
khususnya disfungsi bahu
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
3
ketahanan tubuh, penurunan kendali otot, penurunan massa otot, penurunan
kekuatan otot, disuse, kaku sendi.
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi mobilitas pada lansia diantaranya
gaya hidup, dimana hal ini merupakan kebiasaan sehari-hari yang berlangsung
secara terus menerus dari usia muda sehingga akan menjadi suatu perilaku lansia
dan pada akhirnya akan berdampak pada kemampuan mobilitas fisik, begitupun
lansia yang mempunyai gaya hidup dengan tingkat aktivitas yang tinggi akan
mempengaruhi kemampuan mobilitas fisiknya. Adanya proses penyakit/cedera
mempengaruhi fungsi sistem tubuh seperti seseorang yang telah mengalami
fraktur femur akan mengalami keterbatasan dalam ekstrimitas bagian bawah.
Osteoporosis juga merupakan suatu kondisi yang menyebabkan sulitnya lansia
untuk bergerak karena adanya pengeroposan tulang sehingga tulang mudah patah
Faktor kebudayaan juga dapat mempengaruhi kemampuan mobilitas seseorang,
jika aktifitas lansia terbiasa dengan berjalan jauh akan mempunyai kemampuan
mobilitas yang kuat. Tingkat energi mempengaruhi kekuatan mobilitas, jika
energi yang tersedia banyak, maka mobilitas dapat tinggi begitupun sebaliknya,
mobilitas akan kecil jika tidak ada ketersediaan energi. Mobilitas juga sangat
dipengaruhi oleh usia perkembangan seseorang dimana semakin besar usia dan
perkembangan maka mobilitas juga akan menjadi tinggi.
4
BAB 3. APLIKASI TEORI
Tn. A berusia 70 tahun. Tn. A tidak memiliki sanak keluarga, dia tinggal
di Panti Sosial Satya Wredha sejak 5 tahun yang lalu. Sejak tinggal di Panti Sosial
tersebut, Tn. A jarang keluar kamarnya dan berinteraksi dengan penghuni panti
lainnya, sehingga Tn. A jarang melakukan aktivitas di usia tuanya. Dua minggu
yang lalu, Tn. A mengeluh susah menggerakkan bahunya, terasa nyeri
mengangkat beban yang berat dan kaku apabila melakukan aktivitas
menggunakan bahunya dalam waktu yang lama. Setelah dilakukan pemeriksaan,
bahu Tn. A terasa sakit akibat faktor penuaan yang dialaminya terlebih Tn. A
jarang melakukan aktivitas apalagi olahraga. Hasil pengkajian menunjukkan skala
nyeri yang dialami Tn. A adalah P: nyeri pada bahu, Q: nyut-nyut seperti
membawa beban berat, R: di persendian bahu, S: 4, T: setiap digerakkan. TTV Tn.
A adalah TD: 140/100mmHg, RR: 20x/menit, N: 82x/menit, S: 35,4˚C.
5
D. Mengkaji system otot : kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan
koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk
mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
E. Mengkaji cara berjalan : adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak
normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai
kondisi neurologist yang berhubungan dengan cara berjalan abnormal
(mis.cara berjalan spastic hemiparesis - stroke, cara berjalan selangkah-
selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit
Parkinson).
F. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer : palpasi kulit dapat menunjukkan adanya
suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema.
Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan
waktu pengisian kapiler.
G. Mengkaji fungsional klien
1. Kategori tingkat kemampuan aktivitas
TINGKAT
AKTIVITAS/
MOBILITAS
FISIK
KATEGORI
0 Mampu merawat sendiri secara penuh
1 Memerlukan penggunaan alat
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan peralatan
6
2. Rentang gerak ROM (Range Of Motion)
DERAJAT
GERAK SENDI RENTANG
NORMAL
Bahu Adduksi: gerakan lengan ke lateral dari posisi 180
samping ke atas kepala, telapak tangan
menghadap ke posisi yang paling jauh.
7
3.3 Analisis data
Data Etiologi Problem
DS: Intoleransi aktivitas Gangguan mobilitas
Tn. A mengatakan "saya Fisik
sering merasakan
kesusahan Gangguan mobilitas fisik
menganggerakkan bahu
saya, rasanya sakit
(nyeri) seperti Nyeri (bahu)
mengangkat beban yang
berat dan kaku.”
DO: Penurunan fungsi
1. Skala Nyeri: musculoskeletal
a. P : nyeri pada bahu
b. Q: nyut-nyut seperti
membawa beban berat Kurangnya aktivitas fisik
c. R: di persendian bahu
d. S: 4
e. T: setiap digerakkan Proses penuaan lansia,
2. klien tidak bisa
menggerakkan
bahunya dalam waktu
yang lama
3. tampak lelah apabila
menggunakan bahunya
untuk aktivitas
4. TTV:
a. TD: 140/100mmHg
b. RR: 20x/menit
c. N: 82x/menit
d. S: 35,4˚C
8
3.5 Intervensi keperawatan
Setelah dilakukan perawatan 3. Bantu mengembangkan tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka
selama 3x24 jam, gangguan panjang yang realistis, berdasarkan tingkat kebugaran saat ini dan gaya
peningkatan mobilitas 6. Bantu mengembangkan jadwal latihan yang sesuai dengan usia, status
9
dalam meningkatkan 7. Instruksikan untuk memulai latihan rutin pada kelompok otot/sendi
kekuatan dan kemampuan yang tidak kaku atau pegal dan secara bertahap pindah ke kelompok
berpindah sendi yang lebih kaku.
4. Memperagakan penggunaan 8. Instruksikan untuk perlahan lahan meregangkan otot/sendi ke titik
alat Bantu untuk mobilisasi peregangan penuh (atau ketidaknyamann yang wajar) dan tahan
(walker) selama waktu tertentu dan perlahan-lahan lepaskan otot-otot yang
ditegangkan
9. Instruksikan untuk menghindari gerakan cepat, kuat, atau memantul
untuk mencegah stimulasi berlebihan dari reflex myomatik atau nyeri
otot yang berlebihan.
10. Instruksikan cara untuk memonitor kepatuhan diri sendiri akan jadwal
dan kemajuan mencapai tujuan
11. Brikan instruksi dengan gambar yang bisa dibawa pulang, berisi
instruksi tertulis untuk setiap komponen gerakan.
12. Demonstrasi ulang latiahn jika diperlukan.
13. Monitor kepatuhan terhadap teknik dan jadwal pada waktu tindak
lanjut.
14. Monitor toleransi latihan (misalnya gejala sesak napas, denyut nadi
cepat, pucat, pusing, dan nyeri atau pembengkakan sendi) selama
10
latihan
15. Evaluasi lagi rencana latihan jika gejala toleransi menetap setelah
penghentian latihan.s
11
3.6 Intervensi berdasarkan jurnal
12
BAB 4 PEMBAHASAN
13
melakukan gerakan sendi aktif sehingga gejala pasien segera hilang. Oleh karena
itu, bila mobilisasi yang benar dipertahankan, rasa sakit hilang dan pulih kembali.
Intervensi berdasarkan jurnal yang kami analisis adalah terapi fisik
dilakukan oleh Reumatologi di sebagian besar rumah jompo di Spanyol. Peserta
melakukan 20 kali pengulangan latihan fleksi bahu aktif, ekstensi, dan gerakan
rotasi dengan 2 menit istirahat setiap 5 kali pengulangan. Mobilisasi aktif dari
kepala menggunakan teknik MWM. Untuk teknik ini, peserta duduk dan terapis
berdiri berlawanan dengan ekstremitas atas yang akan diobati. Peserta diminta
untuk melenturkan bahu yang sakit sementara terapis mempertahankan kekuatan
kepala humerus. Peserta diminta untuk melakukan elevasi aktif. Evaluasi
dilakukan sebelum dan sesudah terapi, bahkan harus selalu dilakukan selama
terapi berlangsung. Untuk terapi permulaan biasanya diberikan traksi -mobilisasi
sebanyak 10 kali. Apabila tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan maka terapi
bisa ditambah dengan glide-mobilisasi. Apabila pasien merasakan nyeri maka
harus dilakukan evalusi secara hati-hati sebelum terapi dilanjutkan.jika saat terapi
berlangsung terasa sakit. Kelebihan dari terapi ini yaitu mobilisasi yang dilakukan
secara langsung oleh terapis kepada pasien untuk memperbaiki gangguan gliding
kearah yang diterapi.
Penerapan teknik manual terapi, terapis harus mempertimbangkan adanya
kontraindikasi terhadap pengobatan dan harus dihargai setiap saat. Meskipun
selalu berpedoman pada aturan (tanpa rasa sakit), terapis sendiri yang memilih
prosedur yang dikembangkan oleh brian mulligan, masih harus memahami dan
mematuhi aturan-aturan dasar penerapan teknik manual terapi. Terapi modalitas
pada jurnal ini adalah terapi fisik berdasarkan penerapan konsep Mulligan
(1999) yang telah dikembangkan :
a. Selama pemeriksaan terapis megidentifikasi satu atau lebih tanda tanda yang
sebanding seperti antara lain; hilangnya pergerakan sendi, rasa nyeri yang
terkai dengan gerakan, atau nyeri dengan aktivitas fungsional tertentu
(contoh: nyeri siku lateral dengan ekstensi, ketegangan saraf yang merugikan,
dan lain-lain)
14
b. Mobilisasi pasif gerak asesoris diterapkan mengikuti prinsip prinsip
kaltenborn (yaitu paralele atau tegak lururs terhadap bidang sendi) sehingga
glide asesoris harus bebas dari nyeri.
c. Terapis harus memantau reaksi pasien untuk memastikan tidak ada rasa sakit
yang muncul. Memanfaatkan pengetahuan klien tentang arthologi sendi,
kembangkan 22 dengan baik (sense) dari ketegangan jaringan dan alasam
klinis, sehingga terapis dapat menyelidiki berbagai kombinasi dari gliding
yang sejajar (paralel) atau tegak lurus (perpendicular) untuk menemukan
treatment yang tepat pada bidang gerak dan tingkatan dari gerakan aksesori.
d. Selama mempertahankan gliding, pasien diminta untuk membandingkan apa
yang dirasakan (comparable sign). Comparable sign seharusnya menunjukan
perbaikan yang signifikan (peningkatan lingkup gerak sendi) dan
berkurang/hilangnya nyeri asal dari keluhan.
15
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan
teratur untuk memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan mobilisasi
yang mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan
bebas.Imobilitas atau lebih dikenal dengan keterbatasan gerak dan juga sebagai
suatu keadaan ketika individu mengalami atau berisiko mengalami keter batasan
gerak fisik baik aktif dan pasif memiliki dampak pada sistem tubuh . Imobilitas
dapat mempengaruhi fisiologis sistem tubuh yang abnormal dan patologi seperti
perubahan sistem muskuluskeletal, sistem kardiovaskuler, sistem repirasi, sistem
unrinari dan endokrin, sistem integument, sistem neourosensori, perubahan
metabolism dan nutrisi, perubahan eliminasi bowel, perubahan sosial, emosi dan
intelektual.
5.2 Saran
Saran penulis kepada perawat untuk meningkatkan sikap caring yang
tentunya merupakan bagian terpenting dalam memberikan asuhan keperawatan.
Perawat juga harus meningkatkan sikap caring dan profesionalitas diri secara
optimal agar dalam menjalankan asuhan keperawatan dapat prima. Selain itu
perawat diharapkan mengerti secara mendetail apa yang diperlukan oleh pasien
lansia agar tercapai dengan tepat asuhan keperawatan yang dilaksanakan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Kushariyadi. 2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika
Miller, C.A. 2012. Nursing Care of Older Adult: Theory and Practice.
Philadelphia: JB. Lippincott
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundal mental keperawatan konsep, proses dan
praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
17