Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN

ACARA 2
PENENTUAN DENSITAS BAHAN PANGAN

Disusun oleh :
Eko Susanto ( 10031004 )
Silvia Suci Rahayu (10031004)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
YOGYAKARTA
2012
ACARA 2
PENENTUAN DENSITAS BAHAN PANGAN

A. Tujuan Praktikum :
1. Menentukan densitas dan berat jenis bahan pangan berbentuk butiran
2. Menentukan densitas dan berat jenis bahan pangan berbentuk cairan
3. Menentukan Bulk Density

B. Dasar Teori
Kerapatan (Density) adalah masa suatu bahan dibagi dengan isi (volume) bahan
tersebut. Kenaikan suhu biasanya akan menurunkan kerapatan suatu bahan, namun di
bidang teknik bahan padat dan cairan dianggap tidak termampatkan sehingga
kerapatannya dianggap tidak terpengaruh suhu dan tekanan yang tidak begitu besar.
Dengan mengetahui komposisi suatu bahan pertanian, kita dapat menentukan kerapatan
bahan tersebut karena kerapatan padat merupakan hasil bagi masa partikel dengan
volume partikel dalam suatu bahan. penentuan kerapatan padat dapat dilakukan dengan
prinsip pengapungan menggunakan cairan yang telah diketahui terlebih dahulu
densitasnya, dengan syarat, suhu benda padat yang di ukur harus sama dengan suhu
cairan yang diketahui densitasnya. Kerapatan benda dapat dipengaruhi oleh kondisi
pengolahan, misalnya dehidrasi dan aglomerasi akan mempengaruhi tingkat dan sifat
pembentukan pori sehingga perancangan alat dan data kerapatan padat harus akurat.
Kerapatan curah merupakan kerapatan bahan curah alam keadaan volume seimbang.
Kerapatan curah dipengaruhi oleh kerapatan padat, ukuran, cara pengukuran, bentuk
geomnetri dan sifat permukaan. Bila biji-bijian, butiran atau tepung ditangani dalam
jumlah banyak maka isi curahan sama dengan isi benda padat ditambah dengan isi ruang .
( Maryanto, 2007 )
Berat jenis (specific gravity) merupakan rasio massa cairan dengan massa air
(volume) dan di ukur pada basis suhu yang sama. Botol dencity digunakan untuk
mengukur berat jenis suatu cairan yang tidak diketahui dan suatu padatan butiran yang
tidak larut dalam cairan. Dalam penggunaannya harus dipastikan semua udara dapat
dihilangkan dari botol ketika cairan ditambahkan ke dalam padatan. Kerapatan produk
teraerasi atau aerated product (overrun) adalah produk yang dalam prosesnya ada
penggabungan udara kedalam cairan dan menghasilkan busa. Disini udara bertindak
sebagai fase dispersi sedangkan cairan sebagai fase kontinyu. Busa distabilkan oleh
surface active yang terdapat di antaranya. Aanya penggabungan udara akan menyebabkan
penurunan kerapatan produk. Conth aerated product adalah adonan kue dan es krim.
(Buckle, 1985)
Menurut defenisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam
decimal, dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua
zat mempunyai temperature yang sama atau temperature yang telah diketahui. Air
digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hydrogen atau udara untuk gas. Dalam
farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air
merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan
mudah dimurnikan. Bobot jenis relative dari farmakope-farmakope adalah ebaliknya
suatu besaran ditarik dari bobot dan menggambarkan hubungan berat dengan bagian
volume yang sama dari zat yang diteliti dengan air, keduanya diukur dalam udara dan
pada 200C. Penentuan bobot jenis berlangsung dengan piknometer, Areometer, timbangan
hidrostatik (timbangan Mohr-Westphal) dan cara manometris. Ada beberapa alat untuk
mengukur bobot jenis dan rapat jenis, yaitu menggunakan piknometer, neraca hidrostatis
(neraca air), neraca Reimann, beraca Mohr Westphal. Metode Piknometer . Pinsip metode
ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan rungan yang ditempati cairan
ini. Ruang piknometer dilakukan dengan menimbang air. Menurut peraturan apotek,
harus digunakan piknometer yang sudah ditera, dengan isi ruang dalam ml dan suhu
tetentu (20oC). Ketelitian metode piknometer akan bertambah sampai suatu optimum
tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Optimun ini terletak sekitar isi ruang
30 ml. Ada dua tipe piknometer, yaitu tipe botol dengan tipe pipet. (Sutoyo,1993).
Penentuan bobot jenis zat padat dapat ditentukan pada volume V suatu bentuk
pada dengan menimbangan massa m. Volume V dengan permukaan bentuk teratur dapat
dihitung dari bentuk geometrisnya. Untuk penentuan kerapatan bentuk pdata yang
volumenya tidak teratur, V dapat ditentukan melalui pendesakan volume cairan. Berat
jenis partikel memperlihatkan kerapatan dari partikel secara keseluruhan. Hal ini
menunjukkan sebagai perbandingan massa total dari partikel padatan dengan total volume
dan tidak termasuk ruang pori diantara partikel (termasuk berat air dan udara).
(Tim Asisten, 2006).

C . METODE PRAKTIKUM

a. Alat yang digunakan :


1. Laktodencimeter
2. Salometer
3. Botol densitas
4. Picnometer
5. Timbangan analitis
6. Pengaduk
7. Gelas Beaker 500 ml
8. Gelas Ukur 250 ml

b. Bahan yang digunakan :


1. Susu sapi segar
2. Larutan garam
3. Kacang hujau
4. Beras
5. Jagung
6. Akuadesh
7. Toluent

c. Cara Kerja :
1. Pengukuran Berat Jenis dan Densitas Susu

Memasukkan susu sapi segar ke dalam gelas ukur 250 ml.

Memasukkan Laktodencimeter ke dalam gelas ukur

Melihat skalanya

2. Pengukuran Berat Jenis dan Densitas Larutan Garam

Memasukkan larutan garam ke dalam gelas ukur 250 ml.

Memasukkan salometer ke dalam gelas ukur

Melihat skalanya

3. Menentukan Densitas dan Berat Jenis Bahan Pangan yang Berbentuk Butiran
(sampel : Beras, Kacang hijau, dan Jagung ).

Menimbang botol picnometer

Menimbang botol picnometer + air

Menimbang botol picnometer dan toluen

Menimbang sampel dan ditambah toluen

Mengisi botol picnometer yang telah diketahui beratnya


dan menambahnya dengan larutan toluena kemudian
menimbangnya
4. Menentukan Bulk Density

Menimbang wadah kosong ( gelas ukur 100 ml )

Mengisi gelas ukur 100 ml yang telah diketahui


beratnya dengan sampel ( beras, kacang hijau,
dan jagung ) hingga volumenya 100 ml kemudian
menimbangnya

Mengetuk-ketuk gelas ukur yang berisi sampel ± 5


menit kemudian menimbangnya

Menghitung Bulk Density sebelum diketuk-ketuk


dan setelah diketuk-ketuk

D. HASIL PENGAMATAN

1. Tabel hasil pengukuran berat jenis susu dan larutan garam

Sampel Volume Berat Jenis


Susu sapi segar 250 ml 22
Susu sapi segar 250 ml 4(garam)
Larutan garam 20 % 250 ml 15
2. Tabel hasil penentuan densitas dan berat jenis bahan pangan berbentuk butiran

Perlakuan Sampel
Kacang Hijau Jagung Beras
Berat gelas ukur kosong 95 g 100,8 g 95 g
Berat gelas ukur + sampel 173 g 180 g 176,9 g
Volume sebelum diketuk 100 ml 100 ml 100 ml
Volume setelah diketuk 96 ml 95 ml 91 ml

Perhitungan Bulk Density sebelum diketuk

a. Kacang Hijau

173 – 95 = 78 g
78 / 100 = 0,78 g/ml

b. Jagung

180 – 100,8 = 79,2 g


79,2 / 100 = 0,792 g/ml
c. Beras

176,9 – 95 = 81,9 g
81,9 / 100 = 0,819 g/ml

Perhitungan Bulk Density setelah diketuk

a. Kacang Hijau
173 – 95 = 78 g
78 / 96 = 0,8125 g/ml

b. Jagung
180 – 100,8 = 79,2 g
79,2 / 95 = 0,895 g/ml

c. Beras
176,9 – 95 = 81,9 g
81,9 / 91 = 0,9 g/ml

3. Tabel hasil penentuan bulk density

Sampel Berat W1 W2 W3 W4 W5
Sampel (g) (g) (g) (g) (g) (g)
Beras 21,7673 20,6674 45,7431 42,2925 42,4419 50,9285
Kacang Hijau 6,747 10,8140 20,9707 19,5675 17,5473 22
Jagung 19.1859 20,6674 45,7431 42,2925 39,8533 48,6507

Keterangan :

W1 : berat botol kosong


W2 : berat botol + akuadesh
W3 : berat botol + cairan ( toluena )
W4 : berat botol + padatan
W5 : berat botol + padatan + cairan ( toluena )

Pehitungan

1. Beras

SG cairan = W3 – W1
W2 – W1
= 42,2925 – 20,6674
45,7431 – 20,6674
= 21,6251
25,0757
= 0,8623927

SG padatan = W4 – W1 x W3 – W1
W3 – W1 – (W5 – W4) W2 – W1
= 42,4419 – 20,6674 x 42,4419 – 20,6674
42,4419 – 20,6674 - (50,9285 – 42,4419) 45,7431 – 20,6674
= 21,7745 x 21,7745
42,4419 – 20,6674 – (8,4866 ) 25,0757
= 1,6387 x 0,8635
= 1,4150
2. Kacang Hijau

SG cairan = W3 – W1
W2 – W1
= 42,2925 – 20,6674
45,7431 – 20,6674
= 21,6251
25.0757
= 0,8624

SG padatan = W4 – W1 x W3 – W1
W3 – W1 – (W5 – W4) W2 – W1
= 39,8533 – 20,6674 x 42,2925 – 20,6674
42,2925 – 20,6674 - (48,8507 – 39,8533) 45,7431 – 20,6674
= 19,1859 x 21,6251
42,2925 – 20,6674 – (8,9974 ) 25,0757
= 1,5193 x 0,8624
= 1,7617

3. Jagung

SG cairan = W3 – W1
W2 – W1
= 19,5675 – 10,8140
20,9707 – 10,8140
= 8,7535
10,1567
= 0,8618

SG padatan = W4 – W1 x W3 – W1
W3 – W1 – (W5 – W4) W2 – W1
= 17,9397 – 10,8140 x 19,5675 – 10,8140
19,5675 – 10,8140 - (22 – 17,9397) 20,9707 – 10,8140
= 7,1257 x 8,7535
19,5675 – 10,8140 – (4,0603 ) 10,1567
= 1,5183 x 0,8618
= 1,3085

E. PEMBAHASAN
Pada praktikum pengukuran BJ susu sapi segar menggunakan lactodencimeter diperoleh
hasil 22. BJ susu bisa berubah sebab berat jenis dipengaruhi oleh perubahan kondisi lemak susu
atau pun karena gas di dalam susu. Untuk mengukur berat jenis susu digunakan
lactodensimeter.Sedangkan BJ larutan garam 20% adalah 15. Alat yang digunakan adalah
salometer. Lactometer adalah hydrometer dimana skalanya sudah disesuaikan dengan berat jenis
susu. Prinsip kerja alat ini mengikuti hokum Archimedes yaitu jika suatu benda dicelupkan ke
dalam cairan maka benda tersebut akan mendapatkan tekanan ke atas sesuai dengan berat
volume cairan yang dipindahkan atau diisi. (Tien ,R muhtadi dan Sugiono. 1992 )
Pada penentuan densitas dan berat jenis bahan pangan berbentuk butiran digunakan gelas
ukur volume 100 ml. pengukuran merupakan cara pengukuran kerapatan bahan curah dalam
keadaan volume seimbang. Kerapatan curah dipengaruhi oleh kerapatan padat, ukuran, cara
pengukuran, bentuk geomnetri dan sifat permukaan. Bila biji-bijian, butiran atau tepung
ditangani dalam jumlah banyak maka isi curahan sama dengan isi benda padat ditambah dengan
isi ruang (pori-pori). Pada praktikum digunakan sampel biji-bijian diantaranya beras, kacang
hijau, dan jagung. Dari praktikum diperoleh hasil bahwa terjadi perubahan volume sebelum
bahan diketuk dengan setelah bahan diketuk. Tetapi tidak terjadi perubahan pada beratnya. Pada
beras dan jagung volume yang tadinya 100 ml berturut-turut berubah menjadi 91 ml dan 95 ml,
sedangkan pada kacang hijau volume yang tadinya 100 ml berubah menjadi 96 ml. hal ini
dikarenakan rongga antar bahan pada beras dan jagung lebih besar dibanding dengan ronnga
antar bahan pada kacang hijau sehingga setelah dilakukan pengetukan rongga tersebut akan terisi
oleh bahan den kerapatannya akan semakin rapat karena posisi antar bahan lebuh teratur
sehingga volume pada gelas ukur menjadi berkurang. Perubahan volume pada gelas ukur
dipengaruhi oleh jenis bahan, bentuk bahan, cara atau lama pengetukan. Winarno (1997).
Dari ketiga sampel diperoleh hasil bahwa bulk density paling besar adalah pada beras
yaitu 0,9 g/ml. Hal ini dikarenakan sifat fisik beras ( bentuk dan ukuran ). Bentuk beras yang
elips dan ukuran beras yang kecil dan seragam dibandingkan dengan bentuk dan ukuran pada
kacang hijau dan jagung. Namun, bulk density yang dimiliki oleh kacang hijau dan jagung, tidak
jauh berbeda dengan bul density dari beras, secra berturut-turut adalah 0,8125 g/ml dan 0,895
g/ml.
Metode Piknometer. Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan
penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang
dinamakan piknometer. Picnometer digunakan untuk mengukur berat jenis suatu cairan yang
tidak diketahui dan suatu padatan butiran yang tidak larut dalam cairan. Dalam penggunaannya
harus dipastikan semua udara dapat dihilangkan dari botol ketika cairan ditambahkan ke dalam
padatan. Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu
dengan bertambahnya volume piknometer. Untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis,
piknometer dibersihkan dengan menggunakan aquadest, kemudian dibilas dengan alkohol untuk
mempercepat pengeringan piknometer kosong tadi. Pembilasan dilakukan untuk menghilangkan
sisa dari permbersihan, karena biasanya pencucian meninggalkan tetesan pada dinding alat yang
dibersihkan, sehinggga dapat mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang
akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot jenis sampel. Pemakaian alkohol sebagai pembilas
memiliki sifat-sifat yang baik seperti mudah mengalir, mudah menguap dan bersifat
antiseptikum. Jadi sisa-sisa yang tidak diinginkan dapat hilang dengan baik, baik yang ada di
luar, maupun yang ada di dalam piknometer itu sendiri. (Buckle, 1985)
Akhirnya piknometer ditimbang pada timbangan analitik dalam keadaan kosong. Setelah
ditimbang kosong, piknometer lalu diisikan dengan sampel mulai dengan aquadest, sebagai
pembanding nantinya dengan sampel diantaranya adalah beras, kacang hijau, dan jagung .
Pengisiannya harus melalui bagian dinding dalam dari piknometer untuk mengelakkan terjadinya
gelembung udara. Proses pemindahan piknometer harus dengan menggunakan tissue. Kemudian
piknometer yang berisi sampel ditimbang. Adapun keuntungan dari penentuan bobot jenis
dengan menggunakan piknometer adalah mudah dalam pengerjaan. Sedangkan kerugiannya
yaitu berkaitan dengan ketelitian dalam penimbangan. Jika proses penimbangan tidak teliti maka
hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan hasil yang ditetapkan literatur. Disamping itu penentuan
bobot jenis dengan menggunakan piknometer memerlukan waktu yang lama.(Tim Asisten,
2006). Pada praktikum pengukuran densitas menggunakan piknometer didapat 1,7617 pada SG
padatan jagung. Angka tersebut, merupakan angka yang tertinggi dibandingkan beras dan kacang
hijau yang berturut adalah 1,4150 dan 1,4150. Sedangkan pada SG cairan angka yang dihasilkan
tidak berbeda terlalu jauh. Pada SG cairan diperoleh data SG cairan beras 0,8623927, kacang
hijau 0,8624 dan jagung sebesar 0,8618.

F. KESIMPULAN
1. Beat jenis susu sapi segar 23.
2. Berat jenis larutan garam 15.
3. Bulk density longgar pada kacang hijau diperoleh hasil 0,775 g/ml, jagung 0,76 g/ml
dan beras 0,835 g/ml. Sedangkan pada bulk density padatan diperoleh hasil : kacang
hijau 0,7908 g/ml, jagung 0,7917 g/ml dan beras 0,8698 g/ml.

4. Semakin tinggi nilai densitas bulk, maka nilai porositas akan semakin rendah.
5. Pada penentuan densitas menggunakan piknometer dihasilkan data sebagai berikut :
- Beras mempunyai SG cairan = 0,8623927 dan SG padatan = 1,4150
- Kacang hijau mempunyai SG cairan = 0,8624 dan SG padatan = 1,7617
- Jagung mempunyai SG cairan = 0,8618 dan SG padatan = 1,3085.
DAFTAR PUSTAKA

Maryanto, M. 2007. Diktat Sifat Fisik Pangan dan Bahan Hasil Pertanian. Jember : Fakultas
Teknologi Pertanian UNEJ.

Sutoyo.,(1993),”Fisika”, Bina Usaha, Jakarta, 39,45.

Buckle, K.A, dkk. 1985. Ilmu Pangan. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta.

Tim Asisten.,(2006),”Penuntun Praktikum Farmasi Fisika”, Jurusan Farmasi, Universitas


Hasanuddin, 34,35.

Tien R muhtadi dan Sugiono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor: pusat antar
universitas pangan dan gizi.

Winarno (1997). Pentingnya penentuan warna pada bahan pangan mempengaruhi selera
konsumen. Eka Putra : Surabaya

Yogyakarta, 2 Januari 2012


Co Ass Praktikan

( Agus S ) (Eko Susanto) (Silvia Suci Rahayu)

Anda mungkin juga menyukai