TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Definisi
Mola hidatidosa ialah kehamilan abnormal dengan ciri-ciri hampir seluruh vili korialis
mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik. Secara maskroskopik mola hidatidosa
mudah dikenali berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih
dengan ukuran bervariasi dari beberapa millimeter sampai 1 atau 2 cm. Gambaran
histopatologik yang khas dari mola hidatidosa ialah edem stroma vili, tidak ada pembuluh
darah pada vili/degenerasi hidropik dan proliferasi sel-sel trofoblas. stroma villus korialis yang
sedikit jumlah vaskularisasinya dan edematous(2)(5)
3.2. Fisiologi
Mola hidatidosa diduga muncul dari trofoblas ekstraembrionik, yang terbentuk pada
peristiwa fertilisasi abnormal, mola muncul dari jaringan fetal pada maternal host. Jaringan ini
terbentuk dari sel sinsisiotrofoblas dan sitotrofoblas. Persamaan histologis antara vesikel mola
dan vili korionik mendukung pernyataan bahwa vesikel mola terbentuk dari vili korionik.
Penelitian morofologi lebih mendalam tentang ini dari spesimen histerektomi yang
mengandung mola hidatidosa in toto menghasilkan konsep terbaru mengenai mola, yaitu
berasal dari transformasi the embryonic inner cell mass pada stadium sebelum melekat pada
endoderm. Pada stadium embryogenesis ini, the inner cell mass memiliki kemampuan untuk
membentuk trofoblas, ektoderm atau endoderm. Kemampuan diferensiasi inner cell mass
untuk menjadi ectoderm embrionik dan endoderm terganggu sehingga terbentuk jalur lain yang
abnormal, jalur ini mengakibatkan perubahan trofoblas (dari inner cell mass) untuk menjadi
sitotrofoblas dan sinsisiotrofoblas. Diferensiasi yang adekuat akan mengakibatkan perubahan
ekstraembrionik mesoderm dan vesikel mola dengan loose primitive mesoderm yang berada
dalam inti villus.(3)(6)
3.3. Patofisiologi
Janin biasanya meninggal akan tetapi villus yang membesar dan edematous tetap hidup
dan terus tumbuh, gambaran yang ditunjukkan ialah seperti buah anggur. Jaringan trofoblas
pada villus kadang berproliferasi ringan, namun kadang berproliferasi berat dan mengeluarkan
hormone human chorionic gonadotropin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada
kehamilan normal.(2)
Ada beberapa teori yang dianjurkan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit
trofoblas.(7)
1. Teori missed abortion
Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu (missed abortion). Hal ini mengakibatkan
gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim
dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung. Menurut Reynolds, kematian
mudigah itu disebabkan kekurangan gizi berupa asam folat dan histidine pada kehamilan
hari ke 13 dan 21. Hal ini kemudian menyebabkan gangguan angiogenesis.
2. Teori neoplasma
Teori yang disampaikan oleh Park ini mengatakan bahwa sel trofoblas yang abnormal
memiliki fungsi yang abnormal pula, dimana terjadi resopsi cairan yang berlebihan ke dalam
villi sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan
kematian mudigah.
Adapun faktor risiko terjadinya mola hidatidosa antara lain ialah :usia ibu, riwayat
abortus sebelumnya, riwayat mola sebelumnya, kondisi geografis yang dikaikaitkan dengan
nutrisi yang kurang baik, khususnya terjadi defisiensi diet protein, asam folat dan karoten.
(3)(8)
Berikut adalah tabel yang menggambarkan meningkatnya risiko terjadinya mola hidatidosa
pada usia yang lebih tua. (9)
Usia Risiko
< 20 tahun 1.53
20-24 1.17
25-29 1
30-34 1.04
35-39 1.33
40-44 2.66
45-49 24.89
>50 80.76
Risiko terjadinya kekambuhan sebesar 1-2 %. Setelah 2 atau lebih kehamilan mola
(10)
maka risiko kekambuhan dilaporkan sebanyak 1 dari 6,5 hinga 1 dari 17,5. Ovum wanita
yang lebih tua rentan terhadap fertilisasi yang abnormal. (6)
3.5. Klasifikasi
Mola biasanya terletak di rongga uterus, namun kadang-kadang mola terletak di tuba
falopii dan bahkan ovarium. Ada tidaknya janin atau unsur embrionik pernah digunakan untuk
mengklasifikasikan mola menjadi mola sempurna (komplit) dan parsial. Namun seperti
ditekankan oleh Benirschke dan Kaufmann hal ini sulit dilakukan pada banyak kasus. (1)
Secara sitogenetik mola hidatidosa dapat dibedakan menjadi dua macam yakni mola
hidatidosa parsial dan sempurna atau komplit. Untuk memudahkan klasifikasi dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :(1)(11)(6)
Tabel . Gambaran Mola Hidatidosa Parsial dan Sempurna
Gambaran Mola parsial Mola Sempurna
Kariotipe Umumnya 69 XXX 46 XX atau 46 XY
atau 69 XXY
Patologi
Janin Sering dijumpai Tidak ada
Amnion,sel darah merah Sering diijumpai Tidak ada
janin
Edema vilus Bervariasi, fokal Difus
immunostaining
Gambaran klinis
Diagnosis Missed abortion Gestasi mola
Ukuran uterus Kecil untuk masa 50 % besar untuk masa
kehamilan kehamilan
Kista teka lutein Jarang 25-30 %
Penyulit medis Jarang Sering
Penyakit pascamola Kurang dari 5-10 % 20 %
3.6. Diagnosis
Adanya mola hidatidosa harus dicurigai bila ada perempuan dengan amenorea,
perdarahan pervaginam, uterus yang lebih besar dari tuanya kehamilan dan tidak ditemukan
tanda kehamilan pasti seperti balotemen dan detak jantung anak. Untuk memperkuat diagnosis
dapat dilakukan pemeriksaan Human Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam urin atau darah,
baik secara bioassay, immunoassay maupun radioimunoassay. Kadar HCG pada mola jauh
lebih tinggi daripada kehamilan biasa. Peningkatan hCG, terutama dari hari ke 100 sangat
sugestif. Bila belum jelas dapat dilakukan pemeriksaan USG , dimana kasus mola
menunjukkan gambaran yang lebih khas berupa badai salju (snow falk pattern) atau gambaran
seperti sarang lebah (honey comb). (2)(5)
Gambar : Nilai rata-rata dari 95 % confidence limit yang menggambarkan kurva regresi
normal gonadotropin korionik subunit β pasca mola. (Cunningham, 2005) (1)
Ultrasonografi
Pada masa USG menjadi salah satu sarana diagnostik untuk mola hidatidosa
maka dapat dibedakan antara mola komplit yang menunjukkan gambaran badai salju
dan mola parsial yang menunjukkan gambaran Swiss Cheese. Gambaran sonoluscent
yang terlihat berupa pulau-pulau kehitan-hitaman menunjukkan adanya perdarahan.
Dengan alat USG yang resolusinya lebih baik maka gambaran yang tampak bukan
gambaran badai salju melainkan gambaran jaringan vesikuler yang memperlihatkan
adanya gelembung-gelembung mola dari berbagai ukuran. (11)
Tidak ditemukannya fetus baik secara klinis maupun radiologis disertai dengan
perdarahan mengakibatkan digunakannya istilah suspect mola hidatidosa. Pada
kehamilan trimester I gambaran mola hidatidosa tidak spesifik, sehingga seringkali sulit
dibedakan dari kehamilan anembrionik, missed abortion, abortus inkomplit atau mioma
uteri Untuk membedakan dengan missed abortion dapat digunakan tes sonde dari
Acosta Sison.(11)
Pada kehamilan trimester II gambaran mola hidatidosa umumnya lebih spesifik.
Kavum uteri berisi massa ekogenik bercampur bagian-bagian anekoik vesikuler
berdiameter antara 5-10 mm, gambaran tersebut dapat dibayangkan seperti gambaran
sarang lebah (honey comb) atau badai salju (snow storm). Pada 20-50 % kasus dijumpai
adanya massa kistik multilokuler di daerah adneksa. Massa tersebut berasal dari kista
teka-lutein.(5)
Apabila jaringan mola memenuhi sebagian kavum uteri dan sebagian berisi
janin yang ukurannya relatif kecil dari umur kehamilannya disebut mola parsialis.
Umumnya janin mati pada bulan pertama, tapi ada juga yang hidup sampai cukup besar
atau bahkan aterm.(5)
Histologis
Pada pemeriksaan histopatologik tampak di beberapa tempat villi yang edema
dengan sel trofoblas yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan di tempat lain masih
tampak villi yang normal. Umumnya mola parsialis mempunyai kariotipe triploid. Pada
perkembangan selanjutnya jenis mola ini jarang menjadi ganas.(5)
Upaya untuk mengaitkan gambaran histologis mola hidatidosa komplit dengan
kecenderungan keganasan di kemudian hari umumnya mengecewakan. Hal ini seperti
yang dilaporkan oleh Novak dan Seah yang tidak mampu menemukan keterkaitan
secara tepat pada 120 kasus mola hidatidosa atau pada jaringan mola dari 26 kasus
koriokarsinoma yang timbul setelah mola hidatidosa.(1)
Gambar 1. Mola Hidatidosa komplit dengan villi hidropik, tidak adanya villi pembuluh darah,
proliferasi sitotrofoblas hiperplastik dan sinsitiotrofoblas. (Lurain, 2010)(12)
Gambar 2. Mola hidatidosa parsial dengan vili chorionic yang memiliki berbagai bentuk
maupun ukurannya serta terdapat edem fokal, melibatkan pula stroma trofoblastik , villous aktif
serta hyperplasia trofoblastik fokal. (Lurain, 2010).(12)
3.8. Penatalaksanaan
Pengelolaan mola hidatidosa dapat terdiri atas 4tahapan berikut ini : yaitu perbaikan
keadaan umum, pengeluaran jaringan mola, terapi profilaksis dengan sitostatika,
pemeriksaan tindak lanjut (follow up) :(7)
1. Perbaiki Keadaan Umum
Dalam proses perbaikan keadaan umum dapat termasuk pemberian pemberian transfusi
darah untuk mengatasi syok atau anemia dan menghilangkan atau mengurangi penyulit
seperti preeklampsia atau tirotoksikosis.(5)
4. Pengamatan Lanjutan
Pengamatan lanjutan pada wanita dengan mola hidatidosa yang uterusnya
dikosongkan sangat penting karena adanya kemungkinan timbulnya tumor ganas
(sekitar 20 %). Anjuran untuk semua penderita pascamola dilakukan kemoterapi untuk
mencegah timbulnya keganasan, masih belum diterima oleh semua pihak. (2)
Pada penderita mola risiko rendah follow up(pengamatan lanjutan) dilakukan 2 minggu
pasca evakuasi dan pada mola risiko tinggi dimulai 2 minggu setelah mendapat kemoterapi
profilaksis. Pada pengamatan lanjutan yang perlu dilakukan:(11)
Mulai minggu ke 2sampai minggu ke 12 pascaevakuasi penderita dianjurkan untuk
melakukan follow up setiap 2 minggu. Pemeriksaan yang dilakukan ialah :
1. Pemeriksaan β hCG dengan cara RIA/IRMA atau EIA
2. Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan :
- Besar dan involusi uterus
- Ada tidaknya perdarahan (per vaginam dan atau hemaptoe)
- Ada tidaknya tanda-tanda metastasis (vagina, paru-paru, dll)
Pada kasus yang tidak menjadi ganas kadar hCG cepat turun menjadi negatif dan
tetap negatif nantinya. Pada awal pascamola dapat dilakukan tes kehamilanbiasa, akan
tetapi setelah tes hamil biasa menjadi negatif, maka perlu dilakukan pemeriksaan radio-
immunoassay hCG dalam serum. Pemeriksaan yang peka ini dapat menemukan hormon
dalam kuantitas rendah.Follow up dilakukan dengan pola yang sama sampai minggu
keduabelas pascaevakuasi jaringan mola dan bila pada minggu ke-12 kadar β hCG ≤
5mIU/ml dilanjutkan dengan tahapan dibawah ini.(2) (11)
Mulai bulan ke-4 sampai bulan ke-6 , tiap bulan dilakukan pemeriksaan dengan tata cara
follow up yang sama dengan sebelumnya. Pada bulan keenam dilakukan toraks foto AP
untuk menyingkirkan kemungkinan metastasis di paru-paru. Bila perkembangan baik
selanjutnya (11)
Mulai bulan ke-8 sampai bulan ke-12dianjurkan follow up setiap 2 bulan. Lalu bulan kedua
belas dilakukan lagi foto toraks AP. (11)
Namun apabila terdapat pertumbuhan jaringan trofoblas baru yang diketahui dengan tanda
klinis dan terdapat peningkatan β hCG yang ditetapkan dengan kriteria Mozisuki dkk yakni :
(11)
Di RSHS selama follow up sampai 12 bulan pasca mola hidatidosa penderita dianjurkan
mengunakan KB kondom. Pemakaian IUD tidak dianjurkan karena efek samping perdarahan
pada akseptor IUD sehingga akan menyulitkan diagnosis adanya pertumbuhan baru jaringan
trofoblas, sedangkan penggunaan KB hormonal tidak dianjurkan karena dampaknya terhadap
timbulnya TTG pascamola masih kontroversial, sehingga dianggap lebih aman menggunakan
KB kondom. Dikatakan dari penelitian Stone dkk bahwa pil KB dapat memperlambat turunnya
kadar β hCG. Namun dari penelitian Berkowitz dkk dinyatakan bahwa pil KB tidak
meningkatkan kejadian TTG pada penderita pascamola (p > 0,10 ) . (11) Begitupula menurut
penelitian Deicas dkk dinyatakan pada 162 wanita dengan mola hidatidosa dan 137 dengan
tumor trofoblas ditemukan bahwa 33 % wanita yang menggunakan kontrasepsi oral akan
mengalami tumor, sedangkan yang tidak menggunakan akan mengalmi tumor sebanyak 57 %.
(1)
3.10. Prognosis
Kematian pada mola hidatidosa disebabkan karena perdarahan, infeksi, eklampsia,
payah jantung atau tirotoksikosa. Di negaramaju kematian karena mola hampir tidak ada lagi,
tetapi di negara berkembang masih cukup tinggi yakni berkisar antara 2,2 dan 5,7 %. Sebagian
besar dari pasien mola akan sehat kembali setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada
sekelompok wanita yang kemudian menderita keganasan yakni koriokarsinoma. Persentase
(7)
keganasan yang dilaporkan berkisar antara 5,56 %. Kecenderunganterjadinya tumor
trofoblas meningkat sebesar 40 % jika terdapat satu dari gejala dibawah ini : (11)
- Kadar hCG preevakuasi 100.000 mIU/ml
- Besar uterus >20 minggu
- Kista teka lutein dengan diameter > 6 cm
Sedangkan yang tidak memiliki salah satu tanda diatas yang hanya memiliki risiko sebesar 4
%. Ekspresi Human telomerase reverse transcriptase (hTERT) pada uterus yang mengalami
mola komplit dinyatakan sebagai marker penyakit yang persisten (13)
Terjadinya proses keganasan bisa berlangsung antara 7 hari sampai 3 tahun pasca mola,
tetapi yang paling banyak dalam 6 bulan. Kemampuan reproduksi pascamola , tidak banyak
berbeda dari kehamilan lainnya. Anak-anak yang dilahirkan setelah mola hidatidosa ternyata
umumnya normal. (7)