Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan
adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita
menganggap bahwa kehamilan adalah kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menggapnya,
sebagai peristiwa yang menetukan kebidupan selanjutnya.
Perubahan fisik dan emosional yang komplek, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola
hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi kebanggan yang
ditumbuhkan dari norma-nomra social kultur dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat
merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis mulai dari reaksi emosional emosional ringan
hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.
Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam mengahadapi aktivitas dan peran barunya
sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik tetapi
sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis
dengan berbagai gejala atau sindroma yang oleh para peneliti dan klinisi disebut post-partum blus.
Post-partum blus. Sendiri sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah menulis refrensi
di literature kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pasca salin yang disebut sebagai
milk fewer karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi. Dewasa ini post-
partum blues (PPB) atau serig juga disebut maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai
suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu petama setelh persalinan
dan ditandai dengan gejala-gejala seperti :reaksi deprsi/sedih/disforia, menangis , mudah
tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan, cenderung menyalahkan diri sendiri , gangguan
tidur dan gangguan nafsu makan . Gejala-gejala ini muncul setelah persalinan dan pada umumnya
akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari . Namun pada beberapa
kasus gejala-gejala tersebut terus bertahan dan baru menghilang setelah beberapa hari. Minggu
atau bulan kemudian bahkan dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu postpartum blues ?
2. Bagaimana sejarah postpartum blues ?
3. Apa penyebab postpartum blues ?
4. Bagaimana gejala postpartum blues ?
5. Apa saja tanda-tanda postpartum blues ?
6. Apa saja dampak postpartum blues ?
7. Apa patofisiologi postpartum blues ?
8. Bagaimana penatalaksanaan postpartum blues ?

1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui apa itu postpartum blues
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah postpartum blues
3. Untuk mengetahui penyebab postpartum blues
4. Untuk mengetahui bagaimana gejala postpartum blues
5. Untuk mengetahui apa saja tanda-tanda postpartum blues
6. Untuk mengetahui apa saja dampak postpartum blues
7. Untuk mengetahui apa patofisiologi postpartum blues
8. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan postpartum blues
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Post Partum Blues


Post Partum Blues adalah perasaan sedih yang dibawa ibu sejak masa hamil yang berhubungan
dengan kesulitan ibu menerima kehadiran bayinya. Perubahan ini sebenarnya merupakan
respons alami dari kelelahan pasca persalinan.

Post Partum Blues adalah gangguan psikologis yang terjadi pada masa post partum yang
biasanya muncul kira-kira Pada hari ke- 3 dan ke-5 setelah melahirkan, dimana ibu akan
mengalami depresi, mudah menangis dan kurang istirahat yang biasanya disebabkan oleh
penurunan kadar estrogen dan progesterone yang tiba-tiba. (Hamilton, PM.1995).

Pada masa nifas wanita kadang-kadang mengalami kemurungan sehabis melahirkan,


gangguan ini berkisar mulai dari bentuk perasaan mudah tersinggung dan terluka sehingga
nafsu makan dan pola tidurterganggu. Manifestasinya disebut dengan Post partum Blues.

Hal-hal lain yang berkontribusi dengan post partum blues adalah rasa tidak nyaman, kelelahan
dan kehabisan tenaga. Denga menangis, sering dapat menurunkan tekaanan. Bila orang tua
mengeri hal ini maka timbul rasa bersalah yang dapat mengakibatkan depresi, untuk itu perlu
diadakan penyuluhan sebelumnya, untuk mengetahui bahwa hal ini adalah normal.

2.2 Sejarah Post Partum Blues

Post-partum blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Depresi setelah melahirkan sudah
dikenali sejak 460 tahun sebelum Masehi, lewat pengungkapan oleh Hippocrates. Deskripsi
lebih lengkap kemudian dikembangkan dari waktu ke waktu, namun baru sekitar 15 tahun
terakhir ini muncul banyak informasi seputar ini. Savage pada tahun 1875 telah menulis
referensi di literature kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pascasalin yang
disebut sebagai ‘milk fever ‘ karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan laktasi.

Post-partum blues atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues merupakan suatu
sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan,

Tanda dan gejala-gejala Post Partum Blues diantaranya adalah reaksi depresi, atau sedih ,
disforia, menangis ,mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan, cenderung
menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.

Gejala-gejala ini mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam
waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun pada beberapa minggu atau bulan
kemudian, bahkan dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat.
Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh
sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai
sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak
menyenangkan dan dapat membuat perasaan perasaan tidak nyaman bagi wanita yang
mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan
yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk,
terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anaknya.

2.3 Penyebab Post Partum Blues

a. Berbagai perubahan yang terjadi dalam tubuh wanita selama kehamilan


b. Perubahan cara hidup setelah mempunyai bayi
c. Perubahan peran sebagai ibu
d. Perubahan hormonal yang cepat
e. Adanya perasaan kehilangan secara fisik sesudah melahirkan yang menjurus kepada suatu
reaksi perasaan sedih
f. Kemurungan akan menjadi semakin parah oleh adanya ketidaknyamanan jasmani, rasa
letih, stress atau kecemasan yang tidak diharapkan karena adanya ketegangan dalam
keluarga atau adanya cara penanganan yang tidak peka oleh petugas

2.4 Gejala Post Partum Blues


a. Gejala Psikologis
Gejala yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarganya dan dari bayinya, sering
terjadi di mana peraturan besuknya sangat ketat, kebijaksanaan perawatannya sangat kaku
dan tidak membenarkan adanya rawat gabungan (rooming in)
b. Gejala fisiologis
Perubahan hormone yang cepat terjadi pada saat tubuh kembali ke keadaan sebelum hamil
dan saat siklus laktasi sedang dimulai atau ditekan
c. Gejala fisik
· Rasa nyeri setelah melahirkan
· Nyeri Jahitan
· Pembesaran payudara
· Kurang tidur

2.5 Tanda Post Partum Blues


a. Sangat emosional, mudah tersinggung, sensitive
b. Sedih/ khawatir
c. Cemas
d. Merasa hilang semangat
e. Mudah marah
f. Sedih tanpa ada sebab
g. Menangis berulang kali

2.6 Dampak Post Partum Blues


Ibu akan mengabaikan bayinya sehingga bayi tersebut tidak mendapatkan perawatan dan
kebutuhan nutrisi bayi tidak terpenuhi :
a. Kulit bayi mengalami iritasi , karena saat kencing pakaian bayi tidak segera diganti
b. Berat Badan bayi akan cepat drastis menurun. Karena ibu malas meneteki dan dampak
kecemasan ibu dapat mengurangi produksi ASI
c. Perubahan suhu
d. Setelah tali pusat diputus bayi harus bernafas sendiri karena pada saatdalam rahim ,
pernafasan/ pembuangan melalui tali pusat
e. Mengisap dan menelan tidak optimal dimana refleks-refleks ini belum sempurna sehingga
berat badan bayi menurun

2.7 Penatalaksanaan
Penanganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak berbeda dengan penanganan
gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu yang mengalami post-partum blues
membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan
pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga
kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga
mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira
mendapat pertolongan yang praktis.
Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau menata
kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan,
disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang
diperlukan, dapat diberikan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikolog atau
konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut.
Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita untuk
kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera memberikan penanganan
yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi/konseling bila
memang diperlukan. Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan
bidan/perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang
memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang
mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penanganannya.
Post-partum blues juga dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dengan menarik nafas
panjang dan meditasi, tidur ketika bayi tidur, berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan
peran baru sebagai ibu, tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi, membicarakan rasa
cemas dan mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung dengan kelompok ibu-ibu
baru. Dalam penanganan para ibu yang mengalami post-partum blues dibutuhkan pendekatan
menyeluruh/holistik. Pengobatan medis, konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan
pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin
pada saat-saat tertentu.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku,
emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan
lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.
a. Memberikan penyuluhan kepada ibu bahwa persalinan dan masa nifas merupakan hal yang
alamiah
b. Berikan kesempatan kepada ibu untuk bertanya, bicarakan apa yang terjadi selama proses
persalinan dan biarkan ibu mengungkapkan apa yang dirisaukannya
c. Doronglah seorang wanita lain dalam keluarga untuk merawat ibu dan bayinya dengan baik
d. Biarkan bayi bersama ibunya
e. Berikan dukungan pada ibu untuk merawat bayinya
f. Memberikan penyuluhan kepada ibu untuk dapat mengandalkan diri agar perhatian untuk
bayinya tidak terabaikan
g. Memberikan penyuluhan kepada suami dan keluarga untuk mendukung ibu
h. Menganjurkan ibu untuk sesering mungkin merawat bayinya. Diusahakan sesering ungkin
terjadi kontak mata antara ibu dengan bayinya sambil menyusui .
i. Menyediakan tempat istirahat yang nyaman bagi bayi dan ibu. Ketika bayi istirahat ibu juga
ikut istirahat , peluk bayi dan bicaralah lembjut dengannya
j. Kontak antara kulit bayi dan ibu dapat menurunkan tingkat depresi baik pada ibu maupun
pada bayinya.
k. Melibatkan anggota keluarga lain dalam merawat bayi. Ajak bayi keluar rumah untuk
menghirup udara bersih dan segar, karena hal ini dapat memperbaiki moodnya
l. Untuk mencegah terjadinya post partum blues lakukan deteksi dini dengan instrument ysng
mudah bagi petugas.

2.8 Patofisiologi
Para wanita lebih mungkin mengembangkan depresi post partum jika mereka terisolasi secara
sosial dan emosional serta baru saja mengalami peristiwa kehidupan yang menekan. Post partum
blues tidak berhubungan dengan perubahan hormonal, biokimia atau kekurangan gizi. Antara 8%
sampai 12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi sangat tertekan
sehingga mencari bantuan dokter.
Beberapa dugaan kemunculan ini disebabkan oleh beberapa faktor dari dalam dan luar individu.
Penelitian dari Dirksen dan De Jonge Andriaansen (1985) menunjukkan bahwa depresi tersebut
membawa kondisi yang berbahaya bagi perkembangan anak di kemudian hari. De Jonge
Andriaansen juga meneliti beberapa teknologi medis (penggunaan alat-alat obstetrical) dalam
pertolongan melahirkan dapat memicu depresi ini. Misalnya saja pada pembedahan caesar,
penggunaan tang, tusuk punggung, episiotomi dan sebagainya.
Perubahan hormon dan perubahan hidup ibu pasca melahirkan juga dapat dianggap pemicu depresi
ini. Diperikiran sekitar 50-70% ibu melahirkan menunjukkan gejala-gejala awal kemunculan
depresi post partum blues, walau demikian gejala tersebut dapat hilang secara perlahan karena
proses adaptasi dan dukungan keluarga yang tepat.
Faktor biologis yang paling banyak terlibat adalah factor hormonal. Perubahan kadar hormone
pada wanita memegang peran penting ; perubahan suasana hati biasa terjadi sesaaat sebelum
menstruasi sesaat sebelum menstruasi (ketegangan pramenstruasi) dan setelah persalinan (depresi
post partum). Perubahan hormone serupa biasa terjadi pada wanita pemakai pil KB yang
mengalami depresi.
Kelainan fungsi tiroid yang sering terjadi pada wanita, juga merupakan factor factor yang berperan
dalam terjadinya depresi. Depresi juga bias terjadi karena atau bersamaan dengan sejumlah
penyakit atau kelainan fisik. Kelainan fisik bias menyebabkan terjadinya depresi secara ; langsung,
misalnya ketika penyakit tiroid menyebabkan berubahnya kadar hormone. Yang bias
menyebabkan terjadinya depresi tidak langsung, misalnya ketika penyakit atritis rematoid
menyebabkan nyeri dan cacat, yang bias menyebabkan depresi.
Ada pula kelainan fisik menyebabkan depresi secara langsung dan tidak langsung. Misalnya AIDS;
secara langsung menyebabkan depresi jika virus penyebabnya merusak otak; secara tidak langsung
menyebabkan depresi jika menimbulkan dampak negative terhadap kehidupan penderitanya
Secara umum sebagaian besar wanita mengalami gangguan emosional setelah melahirkan. Clydde
(Regina dkk, 2001), bentuk gangguan postpartum yang umum adalah depresi, mudah marah dan
terutama mudah frustasi serta emosional. Gangguan mood selama periode postpartum merupakan
salah satu gangguan yang paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara.
Menurut DSM-IV, gangguan pascasalin diklasifikasikan dalam gangguan mood dan onset gejala
adalah dalam 4 minggu pascapersalinan. ada 3 tipe gangguan mood pascasalin, diantaranya adalah
maternity blues, postpartum depression dan postpartum psychosis (Ling dan Duff, 2001).
Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Pitt (Regina dkk, 2001),
depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan
kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido (kehilangan selera untuk
berhubungan intim dengan suami). Masih menurut Pitt (Regina dkk, 2001) tingkat keparahan
depresi postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami
“kesedihan sementara” yang berlangsung sangat cepat pada masa awal postpartum, ini disebut
dengan the blues atau maternity blues. Gangguan postpartum yang paling berat disebut psikosis
postpartum atau melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem tersebut terdapat kedaan yang relatif
mempunyai tingkat keparahan sedang yang disebut neurosa depresi atau depresi postpartum.
Menurut Duffet-Smith (1995), depresi pascasalin bisa berkaitan dengan terjadinya akumulasi stres.
Ada stres yang tidak dapat dihindari, seperti operasi. Depresi adalah pengalaman yang negatif
ketika semua persoalan tamapak tidak terpecahkan. Persoalan juga tidak akan terpecahkan dengan
berpikir lebih positif, tetapi sikap itu akan membuat depresi lebih dapat dikendalikan.
Monks dkk (1988), menyatakan bahwa depresi postpartum merupakan problem psikis sesudah
melahirkan seperti labilitas afek, kecemasan dan depresi pada ibu yang dapat berlangsung berbulan
– bulan. Sloane dan Bennedict (1997) menyatakan bahwa depresi postpartum biasanya terjadi pada
4 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus 1 – 2 minggu.
Llewellyn–Jones (1994), menyatakan bahwa wanita yang didiagnosa secara klinis pada masa
postpartum mengalami depresi dalam 3 bulan pertama setelah melahirkan. Wanita yang menderita
depresi postpartum adalah mereka yang secara sosial dan emosional merasa terasingkan atau
mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa depresi postpartum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi
pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus – menerus sampai 6 bulan
bahkan sampai satu tahun.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Baby blues atau postpartum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak
nyaman setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan
dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang
melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi
kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
Banyak faktor diduga berperan pada sindroma ini, antara lain adalah faktor hormonal, faktor
demografik yaitu umur dan paritas, pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan, takut
kehilangan bayi, bayi sakit ( kuning, dll ), takut untuk memulai hubungan suami istri ( ML ), anak
akan terganggu, dan latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan.
Penanganan gangguan mental postpartum pada prinsipnya tidak berbeda dengan penanganan
gangguan mental pada momen-momen lainya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis
seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan
untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga
mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira
mendapat pertolongan yang praktis.
Inti dari Asuhan Keperawatan yang diberikan mencakup perilaku, emosional, intelektual, sosial
dan psikologis klien secara bersamaan dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga
dan juga teman dekatnya.

3.2 Saran
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa bisa memahami konsep dasar postpartum
blues dan bagaimana penerapan asuhan keperawatan yang tepat diberikan kepada pasien yang
menderita masalah tersebut. Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan
mental yang ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak
ditatalaksanai sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak
menyenangkan dan dapat membuat perasaan perasaan tidak nyaman bagi wanita yang
mengalaminya. Setelah diketahui bagaimana asuhan keperawatan yang benar maka diharapkan
postpartum blues ini berkurang atau dapat ditangani dengan benar. Selain itu, diharapkan
mahasiswa dapat membagi informasi ini kepada masyarakat dan dapat mempraktekkan ilmunya
saat preklinik nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 87-96).
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 63-69).
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 85-100).

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Monitoring Perkuliahan
    Laporan Monitoring Perkuliahan
    Dokumen3 halaman
    Laporan Monitoring Perkuliahan
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien - 18102016 ORDIK
    Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien - 18102016 ORDIK
    Dokumen43 halaman
    Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien - 18102016 ORDIK
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • Laporan Persalinan Normal
    Laporan Persalinan Normal
    Dokumen60 halaman
    Laporan Persalinan Normal
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • Tugas Biostatistik 1
    Tugas Biostatistik 1
    Dokumen5 halaman
    Tugas Biostatistik 1
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • Ringkasan
    Ringkasan
    Dokumen7 halaman
    Ringkasan
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • Overdosis Dan Keracunan
    Overdosis Dan Keracunan
    Dokumen15 halaman
    Overdosis Dan Keracunan
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • Abortus Iminen
    Abortus Iminen
    Dokumen5 halaman
    Abortus Iminen
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • Tugas Biostatistik
    Tugas Biostatistik
    Dokumen2 halaman
    Tugas Biostatistik
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • Atonia Uteri Kasus 4
    Atonia Uteri Kasus 4
    Dokumen142 halaman
    Atonia Uteri Kasus 4
    hilman
    100% (2)
  • Biostatistik
    Biostatistik
    Dokumen1 halaman
    Biostatistik
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • Posyandu Balita
    Posyandu Balita
    Dokumen10 halaman
    Posyandu Balita
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • Klamidia
    Klamidia
    Dokumen19 halaman
    Klamidia
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • Tugas 3 Biostatistik
    Tugas 3 Biostatistik
    Dokumen8 halaman
    Tugas 3 Biostatistik
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • Posyandu Balita
    Posyandu Balita
    Dokumen10 halaman
    Posyandu Balita
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • 24 Jam Postpartum
    24 Jam Postpartum
    Dokumen12 halaman
    24 Jam Postpartum
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • Kasus Pms
    Kasus Pms
    Dokumen33 halaman
    Kasus Pms
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • LASERASI
    LASERASI
    Dokumen16 halaman
    LASERASI
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • Nifas
    Nifas
    Dokumen10 halaman
    Nifas
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • Kasus Psikoneuro
    Kasus Psikoneuro
    Dokumen6 halaman
    Kasus Psikoneuro
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • DISTOSIA
    DISTOSIA
    Dokumen16 halaman
    DISTOSIA
    dini susila fitri
    Belum ada peringkat
  • Ibu Dini Metritis
    Ibu Dini Metritis
    Dokumen12 halaman
    Ibu Dini Metritis
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • PRTGRF
    PRTGRF
    Dokumen4 halaman
    PRTGRF
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • Amenore
    Amenore
    Dokumen12 halaman
    Amenore
    Novi Yanti
    0% (1)
  • Kasus Pms
    Kasus Pms
    Dokumen33 halaman
    Kasus Pms
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • Kekurangan Protein
    Kekurangan Protein
    Dokumen17 halaman
    Kekurangan Protein
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • Konsep Dasar
    Konsep Dasar
    Dokumen35 halaman
    Konsep Dasar
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • Kasus Pms
    Kasus Pms
    Dokumen33 halaman
    Kasus Pms
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • KB Kala IV
    KB Kala IV
    Dokumen3 halaman
    KB Kala IV
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen30 halaman
    Bab I
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Kebidanan
    Asuhan Kebidanan
    Dokumen14 halaman
    Asuhan Kebidanan
    Siti Diah Nur Rohmah
    Belum ada peringkat