Anda di halaman 1dari 28

UJI AKTIVITAS FRAKSI KLOROFROM UMBI

BAWANG DAYAK (Eleutherine palmifolia (L.) Merr)


TERHADAP JUMLAH SEL TROMBOSIT PADA MENCIT
PUTIH JANTAN Mus musculus

Usulan Proposal Karya Tulis Ilmiah

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :
MIRNA WULANSARI
15.114054.1100

AKADEMI FARMASI SAMARINDA

SAMARINDA

NOVEMBER 2017
HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL KTI : UJI AKTIVITAS FRAKSI KLOROFROM UMBI


BAWANG DAYAK (Eleutherine palmifolia (L.)
Merr) TERHADAP JUMLAH SEL TROMBOSIT
PADA MENCIT PUTIH JANTAN Mus musculus

NAMA : MIRNA WULANSARI

NIM : 15.114054.1100

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui oleh:

Samarinda, 10 November 2017

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Eka Siswanto, S.,M.,Sc.,Apt Supomo, M.,Si.,Apt


NIDN: 1108030201 NIDN: 1103107701
ABSTRAK

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disertai


trombositopenia (defisiensi trombosit). Umbi bawang dayak adalah salah satu
tumbuhan yang memiliki flavonoid. Flavonoid adalah senyawa polar yang
berfungsi menaikkan trombosit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh fraksi klorofrom umbi bawang dayak (Eluetherine palmifolia (L.) Merr)
terhadap peningkatan jumlah sel trombosit pada mencit putih jantan Mus
musculus
Penelitian bersifat eksperimental, metode penelitian meliputi pengumpulan dan
persiapan sampel, determinasi tumbuhan, pembuatan simplisia, ekstraksi, skrining
fitokimia, fraksinasi, orientasi dosis, penyiapan hewan uji, pembuatan sediaan uji,
perlakuan terhadap hewan uji, dan penghitungan jumlah sel trombosit pada mencit
putih jantan.
Kata kunci: fraksi air, umbi bawang dayak, trombosit, mencit putih jantan.
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii

ABSTRAK....................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL........................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1

C. Hipotesis ..................................................................................................... 2

D. Tujuan Penelitian......................................................................................... 2

E. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. ......................................................................................... 5

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ................................................................................. 18

B. Objek Penelitian ......................................................................................... 20

C. Sampel dan Teknik Sanpling...................................................................... 20

D. Variable Penelitian .................................................................................... 20

E. Definisi Operasional................................................................................... 20
F. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 20

1. Alat dan Bahan......................................................................................... 20

2. Cara Kerja ............................................................................................... 20

F. Analisis Data ........................................................................................... 20

F. Jadwal Penelitian .................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 47

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan

berkhasiat. Salah satu tumbuhan yang dipercaya berkhasiat secara turun temurun

yang digunakan sebagai obat tradisional adalah umbi bawang. Bawang dayak

dapat tumbuh di setiap daerah di Indonesia seperti di Kalimantan, Jawa, dan

Sumatera. Masyarakat Dayak sebagai konsumen terbanyak tumbuhan ini

menyatakankan bahwa bawang dayak sering digunakan sebagai obat kanker

payudara dan penambah stamina. Umbinya oleh masyarakat dayak yang lain,

dipercaya bermanfaat sebagai obat antiemetik, radang usus, disenteri, penyakit

kuning, luka, bisul, diabetes melitus, hipertensi, dan menurunkan kolesterol

(Galingging, 2009)

Kandungan yang terdapat dalam umbi bawang dayak terdiri dari senyawa

flavonoid, saponin, polifenol, alkaloid, glikosida, steroid, fenolik, tanin,

triterpenoid dan kuinon (Sulastri, dkk., 2015). Penelitian Rosfianita (2011)

mengungkapkan kandungan yang terdapat pada bawang dayak adalah flavonoid

golongan flavonol. Flavonoid adalah senyawa polar yang berfungsi menaikkan

trombosit (Hendrayati, 2015)

Jenis flavonoid yang banyak terdapat pada tumbuhan adalah kuersetin,

mirisetin, dan kaemferol. Konsentrasi kuersetin pada bawang dayak cukup tinggi

yaitu 0.2943 % sehingga dapat digunakan sebagai tanaman obat (Elvira, 2013)
Trombosit adalah pelat darah yang berperan penting pada pembekuan darah.

Bila bersentuhan dengan permukaan kasar seperti jaringan cacat, trombosit akan

berubah. Bersama protein tertentu, zat ini membentuk gumpalan darah untuk

mereparasi luka. (Tjay dan Rahardja, 2015)

Demam berdarah atau demam dengue adalah salah satu penyakit yang dapat

menyebabkan penurunan trombosit pada tubuh. Penurunan trombosit dapat

membahayakan, oleh karena itu perlu tindakan medis secepatnya.

Dengue adalah virus penyakit yang ditularkan dari nyamuk Aedes aegypti,

nyamuk yang paling cepat berkembang di dunia ini telah menyebabkan hampir

390 juta orang terinfeksi setiap tahunnya. Menurut data Badan Kesehatan Dunia

(WHO), Asia Pasifik menanggung 75 persen dari beban dengue di dunia antara

tahun 2004 dan 2010, sementara Indonesia dilaporkan sebagai negara ke-2 dengan

kasus DBD terbesar diantara 30 negara (Khoiri, 2016).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan uji aktivitas fraksi

klorofrom umbi bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) terhadap jumlah

sel trombosit pada mencit putih jantan Mus musculus.


B. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat pengaruh fraksi klrofrom umbi bawang dayak terhadap

peningkatan jumlah sel trombosit pada mencit putih jantan?

2. Berapakah konsentrasi dosis optimum yang dapat mempengaruhi

peningkatan jumlah sel trombosit pada mencit putih jantan?

C. Hipotesis

Terdapat flavonoid golongan flavon yang mengandung konsentrasi

kuersetin cukup tinggi untuk menaikkan sel trombosit pada fraksi klorofrom umbi

bawang dayak.

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh fraksi klorofrom umbi bawang dayak (Eleutherine

palmifolia (L.) Merr) terhadap peningkatan jumlah sel trombosit pada

mencit putih jantan.

2. Mengetahui konsentrasi dosis optimum yang dapat mempengaruhi

peningkatan jumlah sel trombosit mencit putih jantan.

E. Manfaat Penelitian

1. Sebagai pengetahuan baru tentang pemanfaatan umbi bawang dayak untuk

meningkatan jumlah sel trombosit.

2. Sebagai sumber acuan yang dapat digunakan dan dikembangkan untuk

penelitian selanjutnya mengenai umbi bawang dayak.


BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. Tumbuhan umbi bawang dayak

1. Klasifikasi botani

Bawang dayak diklasifikasikan kedalam divisi magnoliophyta, kelas

magnoliopsida, anak kelas lilidae, bangsa liliales, suku iridaceae, marga

Eleutherine plicata, jenis Eleutherine Americana (Aubl.) Merr, dan sinonim

Elutherine plicata Herb., dan Eleutherine palmifolia (L.) Merr. (Baeker, 1965)

2. Nama Daerah

Tanaman umbi bawang dayak tidak hanya tumbuh pada daerah masyarakat

suku dayak di Kalimantan. Tanaman ini juga tumbuh pada daerah lain di

Indonesia yaitu Suma tera dan Jawa. (Arung et al. 2009)

Bawang dayak tumbuh diberbagai wilayah di Indonesia, oleh karena itu tiap

wilayah memiliki nama daerah untuk bawang dayak. Beberapa diantaranya yaitu

babawangan beureum, teki sabrang (Jawa), bawang tiwai (Kalimantan), bawang

sabrang (Sumatera), bawang siyem (Sunda), brambang sabrang, luluwan sapi.

(Rahayu, 2007)

3. Morfologi Tumbuhan

Tanaman ini berupa tanaman menahun yang merumpun sangat kuat, dan

akhirnya berubah menjadi rumpun-rumpun besar. Tingginya hanya mencapai 26

hingga 50 cm. Batangnya tumbuh tegak atau merunduk, berumbi yang berbentuk
kerucut dan warnanya merah. Daunnya ada dua macam, yaitu yang sempurna

berbentuk pita dengan ujungnya runcing, sedang daun-daun lainnya berbentuk

menyerupai batang. Bunganya berupa bunga tunggal, warnanya putih, terdapat

pada ketiak-ketiak daun atas, dalam rumpun-rumpun bunga yang terdiri dari 4

sampai 10 bunga. Bunganya mekar menjelang sore, jam 5 sampai jam 7 sore dan

kemudian menutup kembali. Buah kotaknya berbentuk jorong dengan bagian

ujungnya berlekuk. Bila masak merekah menjadi 3 rongga yang berisi banyak biji.

Bentuk bijinya bundar telur atau hampir bujur sangkar. Umbinya mirip bawang

merah tetapi sama sekali tidak berbau (Heyne, 1987)

4. Kandungan Kimia

Kandungan kimia yang terdapat dalam umbi bawang dayak adalah alkaloid,

glikosida, flavonoid, fenolik, terpenoid dan antrakuinon (Sulastri, dkk., 2015).

5. Manfaat Tanaman

Umbi bawang tiwai mempunyai banyak manfaat antara lain sebagai

antiemetik, radang usus, disenteri, penyakit kuning, luka, bisul, diabetes melitus,

hipertensi, dan menurunkan kolesterol (Arung et al. 2009).

B. Ektraksi dengan Metode Maserasi

Ekstraksi merupakan suatu usaha dalam penyarian senyawa tertentu dan

memisahkannya dari bahan yang dicari. Ekstraksi biasanya menggunakan pelarut.

Pelarut akan melarutkan senyawa yang memiliki kelarutan yang sama atau hampir
sama dengan kelarutan pelarut, ekstraksi tersebut biasa disebut dengan sebutan

solvent extraction atau ekstraksi menggunakan pelarut. Ekstraksi adalah penarikan

zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah obat dan menggunakan pelarut yang

memiliki kelarutan sama dengan zat yang akan ditarik (Ansel, 1989)

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapka massa atau

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

ditetapkan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengestraksi bahan baku obat

secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan secara destilasi dengan

pengurangan tekanan, agar bahan sesedikit mungkin terkena panas (Depkes RI,

2000).

Metode ekstraksi biasanya dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat

dari bahan yang mentah, daya penyesuaiannya dengan tiap macam metode

ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang sempurna atau

mendekati sempurna (Ansel, 1989).

Ekstraksi metode maserasi termasuk dalam cara dingin. Ekstraksi cara

dingin adalah ekstraksi yang dilakukan tanpa pemanasan yaitu hanya ada pada

suhu ruangan.. Waktu maserasi adalah berbeda-beda, masing-masing farmakope

mancantumkan 4-10 hari. Namun pada umumnya 5 hari, setelah waktu tersebut

keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan luar

sel telah tercapai. Pengocokan dilakukan agar cepat mendapat kesetimbangan

antara bahan yang diekstraksi dalam bagian sebelah dalam sel dengan yang masuk
ke dalam cairan. Keadaan diam tanpa pengocokan selama maserasi menyebabkan

turunnya perpindahan bahan aktif. Semakin besar perbandingan jamu terhadap

cairan ekstraksi, akan semakin baik hasil yang diperoleh (Voight, 1994).

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Proses pengerjaan

dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam pelarut. Pelarut akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat

aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan

zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak

keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi

antara larutan di luar sel dan di dalam sel (Depkes RI, 1986). Keuntungan dari

metode maserasi yaitu prosedur dan peralatannya sederhana (Agoes,2007).

Maserasi adalah proses pengesktrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan beberapa kali pengocokkan atau pengadukan pada temperature

ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode

pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetic berarti dilakukan

pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan

pengulanagn penambahana pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat

pertama, dan seterusnya. (Depkes RI, 2000)

C. Fraksinasi

Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari campuran

(padat, cair, terlarut, suspensi atau isotop) dibagi dalam beberapa jumlah kecil

(fraksi) komposisi perubahan menurut kelandaian. Pembagian atau pemisahan ini


didasarkan pada bobot dari tiap fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada paling

dasar sedang fraksi yang lebih ringan akan berada diatas. Fraksinasi bertingkat

biasanya menggunakan pelarut organik seperti eter, aseton, benzena, etanol,

diklorometana, atau campuran pelarut tersebut. Asam lemak, asam resin, lilin,

tanin, dan zat warna adalah bahan yang penting dan dapat diekstraksi dengan

pelarut organik (Adijuwana, 1989).

Fraksinasi bertingkat umumnya diawali dengan pelarut yang kurang polar

dan dilanjutkan dengan pelarut yang lebih polar. Tingkat polaritas pelarut dapat

ditentukan dari nilai konstanta dielektrik pelarut. Empat tahapan fraksinasi

bertingkat dengan menggunakan empat macam pelarut yaitu (1) ekstraksi aseton,

(2) fraksinasi n-heksan, (3) fraksinasi etil eter, dan (4) fraksinasi etil asetat

(Lestari, 1990).

D. Trombosit

Trombosit berukuran lebih kecil dari sel darah merah dan diproduksi di

dalam sumsum tulang. Jumlah trombosit sekitar 250 X 109 per liter darah.

Trombosit berperan dalam pembekuan darah. (Watson, 2002)

Trombosit (sel darah beku) merupakan benda-benda kecil mati yang bentuk

dan ukurannya bermacam-macm, ada berbentuk bulat dan lonjong. Warna putih,

bagi orang deasa normal 200.000-300.000/mm3. Fungsinya memegang peranan

penting dalam pembekuan darah, jika berkurang artinya tidak normal maka luka

yang berdarah tidak lekas membeku sehingga timbul pendarahan terus menerus.

Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit yang berkurang


dari 200.000 disebut trombositopenia. Plasma darah yang berada di dalam

memiliki suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah ,

yaitu Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh kita terluka

(Syaifuddin, 2003)

E. Mencit sebagai Hewan Percobaan

Mencit secara biologis memiliki ciri umum, yaitu berupa rambut berwarna

putih atau keabu-abuan dengan warna perut sedikit lebih pucat.Mencit merupakan

hewan noktural yang sering melakukan aktivitasnya pada malam hari. Perilaku

mencit dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :

1) Faktor internal seperti seks, perbedaan umur, hormon, kehamilan dan

penyakit.

2) Faktor eksternal seperti makanan, minuman, dan lingkungan sekitarnya.

Mencit dapat bertahan hidup selama 1-2 tahun dan dapat juga mencapai

umur 3 tahun. Lama hamil mencit adalah 19-21 hari sedangkan umur untuk siap

dikawinkan adalah 8 minggu. Perkawinan mencit terjadi saat mencit betina

mengalami estrus. Satu induk dapat menghasilkan 6-15 ekor anak (Smith dan

Mangkoewidjojo, 1988).

Mencit memiliki berat badan yang bervariasi. Berat badan ketika baru lahir

berkisar antara 2-4 gram.Mencit jantan dewasa memiliki berat badan berkisar

antara 20-40 gram, sedangkan mencit betina dewasa memiliki berat badan

berkisar antara 25-40 gram.Mencit memiliki gigi seri yang kuat dan terbuka

(Setijono, 1985).
F. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit DBD disebabkan oleh virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2,

DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam kelompok B Arthropad borne

viruses (arboviruses). Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus

tipe satu dan tiga. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut

dengan cirri-ciri demam manifesti perdarahan, dan bertendesi mengakibatkan

renjatan yang dapat menyebabkan kematian. Virus dengue ditularkan melalui

vector nyamuk Aedes aegepti. Virus dengue dibawa oleh nyamuk aedes aygepti

dan aedes albopictus sebagai vector ke tubuh mnausia melalui gigitan nyamuk

tersebut. infeksi yang pertama kali dapat member gejala sebagai DD. DBD dapat

terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali, mendapatkan

infeksi berulang virus dengue lainnya. (Mansjoer, dkk., 2000).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental. Tahapan dari penelitian ini meliputi

persiapan dan pengumpulan sampel, pengolahan simpilisia, ekstraksi, skrining,

fraksinasi, perlakuan pada hewan uji dan perhitungan trombosit.

B. Objek Penelitian

Objek yang diteliti yaitu jumlah trombosit pada mencit putih jantan. Hewan

uji yang akan digunakan sebanyak 25 ekor. Kriteria uji yang dilakukan secara

inklusi yaitu mencit putih jantan dengan umur 2-3 bulan dan berat antara 20-40 g.

C. Sampel dan teknik sampling

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi bawang dayak

yang diambil dari petani di Jalan Kadrie oening, Samarinda. Teknik yang

digunakan pada penelitian adalah purposive sampling yaitu dengan kriteria yang

ditentukan oleh peneliti.. Sampel yang telah terkumpul memasuki tahapan

pembuatan simplisia dengan melakukan sortasi basah, pencucian, pengeringan,

sortasi kering sampai ekstraksi.


D. Variable penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas mempengaruhi variabel terikat, pada penelitian ini variabel

bebas adalah konsentrasi dosis fraksi klorofrom umbi bawang .

2. Variable terikat

Variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabal bebas, pada penelitian ini

variabel terikat adalah jumlah sel trombosit pada mencit.

3. Variable kontrol

Variabel control adalah variabel yang mengkontrol variabel bebas dan

variabel terikat, pada penelitian ini variabel control yaitu mencit putih jantan

(jenis, umur, berat badan, kondisi fisik) dan umbi bawang dayak (Eleutherine

palmifolia (L.) Merr).

E. Definisi operasional

Definisi operasional digunakan untuk membatasi ruang lingkup atau

variabel-variabel yang diteliti. Variabel yang digunakan adalah:

1. Umbi bawang dayak (Eleutherine palmifolia (L.) Merr) adalah tumbuhan

yang akan diteliti.

2. Fraksinasi adalah proses pemisahan senyawa yang lebih tertarik pada

masing-masing pelarut yang digunakan. Fraksi klorofrom adalah proses

penyarian senyawa flavonoid menggunakan pelarut klorofrom.


3. Trombosit adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam darah yang

memiliki fungsi membantu dalam pembekuan darah pada mencit putih

jantan.

F. Teknik pengumpulan data

1. Alat dan bahan

a. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah toples kaca, mortir,

stemper, sendok tanduk, pisau, nampan, blender, ayakan mesh nomor 40,

neraca analitik, gelas ukur, maserator, rotary evaporator, beaker glass,

spatel, tabung reaksi, rak tabung, cawan porselen, pipet tetes, corong pisah,

vial, jarum oral, dan hemetology analyzer.

b. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi bawang

tiwai, etanol 95 %, alumunium foil, pereaksi meyer, pereaksi dragendorf,

pereaksi bouchardat, HCl 2N, FeCl3, asam asetat anhidrat, asam sulfat pekat,

serbuk Mg, amil alkohol, n-heksan, metanol, kloroform, air suling, heparin,

Na CMC 0,5 %, dan sirup psidii.


2. Cara kerja

a. Persiapan dan pengumpulan sampel

Sampel yang telah diambil dari petani yang berada di Jalan Kadrie

oening, lalu sampel yang telah diperoleh memasuki tahap sortasi untuk

memisahkan kotoran-kotoran, debu atau tanah yang masih menempel.

b. Determinasi umbi bawang dayak

Determinasi umbi bawang dayak diuji sebelum penelitian

dilaksanakan untuk memastikan jenis dan kebenaran tumbuhan yang

digunakan. Determinasi dilakukan di Laboraturium Fisiologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas

Mulawarman Samarinda.

c. Pembuatan simplisia

Umbi bawang tiwai yang telah bersih dipotong kecil-kecil lalu ditata

rapi untuk dilakukan proses penjemuran. Proses penjemuran dilakukan

dibawah sinar matahari, lalu ditutup dengan kain tipis berwarna hitam.

Umbi bawang tiwai yang telah kering lalu dihaluskan, dan kemudian diayak

dengan menggunakan mesh 40.

d. Pembuatan ekstrak dengan metode maserasi

Metode ekstraksi maserasi dilakukan dengan menggunakan pelarut

etanol 95%. Lima puluh gram serbuk simplisia umbi bawang dayak yang
telah diayak dengan mesh 40 dimaserasi dengan pelarut 95% sebanyak 500

mL (1:10), secara perlahan sambil diaduk hingga pelarut merendam seluruh

serbuk umbi bawang dayak kemudian dimaserator selama 2 jam dan

direndam selama 24 jam, setelah didiamkan kemudian dimaserator kembali

selama 2 jam kemudian disaring dengan menggunakan vaccum. Maserat

yang telah dihasilkan kemudian diuapkan dengan rotary evaporator pada

suhu 40o C dan diuapkan sampai menjadi ekstrak kental (Sa’adah, 2017)

e. Skrining fitokimia

Skrining fitokimia yang dilakukan terhadap ekstrak umbi bawang

dayak meliputi pemeriksaan senyawa golongan metabolit sekunder pada

flavonoid, saponin, tannin dan alkaloid, steroid.

1) Uji Alkaloid

Ekstrak kental ditimbang sebanyak 5 mg kemudian ditambhakan 1 ml

HCl 2 N dan 9 ml air suling, lalu dibagi kedalam 3 tabung reaksi masing-

masing secukupnya. Filtrat untuk percobaan berikutnya.

a) Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi mayer

menghasilkan endapan putih/kuning.

b) Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi

bouchardat menghasilkan endapan coklat-hitam.

c) Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi mayer

menghasilkan endapan merah bata.


Alkaloid dianggap positif jika terjadi endapan merah bata dan

dilakukan sedikitnya dua atau tiga kali dari percobaan diatas

2) Uji Flavonoid

Sebanyak 5 mg ekstrak kental ditimbang lalu masukkan ke dalam

tabung reaksi kemnudian ditambahkan 100 ml air panas, didihkan selama 5

menit dan saring dalam keadaan panas. Filtrat yang diperoleh diambil 5 ml

lalu ditambhakan 50 mg serbuk Mg dan 1 ml HCl pekat dan 2 ml amil

lakohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoid dinyatakan positif

apabila terjadi warna merah, kuning, atau jingga pada lapisan amil alkohol.

3) Uji Tanin

Sebanyak 5 mg ekstrak sampel ditambahkan dengan 10 ml air suling,

disaring lalu filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna.

Dua milliliter larutan diambil lalu ditambahkan 1 hingga 2 tetes pereaksi

FeCl3. Terjadi warna iru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya

senyawa tannin.

4) Uji Saponin

Sebanyak 5 mg ekstrak kental dimasukkan kedalam tabung reaksi dan

ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan kemudian dikocok kuat

selam 10 detik, apabila terbentuk buih setinggi 1-10 cm selama kurang dari
10 menit maka diberi tambahaan 1 tetes larutan HCl 2 N, jika buih tidak

hilang menunjukkan adanya saponin.

5) Uji Steroid

Sebanyak 5 mg ekstrak kental dimasukkan ke dalam cawan porselin,

lalu ditambahkan N-heksan 5ml, Asetat 10 tetes dan Asam sulfat pekat 2

tetes, apabila terjadi warna hijau kebiruan maka dapat dikatakan

mengandung steroid (Depkes RI, 1995).

f. Fraksinasi

Ekstrak umbi bawang dayak yang diperoleh ditimbang 10 g dilarutkan

dengan etanol 95 % dan air perbandingan 1:1 sebanyak 100 mL, kemudian

difraksinasi dengan campuran n-heksana:methanol:air (5:9:1) di dalam

corong pisah sesekali. Lapiasan n-heksana dipisahkan dengan cara dituang

dari corong ke erlenmeyer, sisanya difraksinasi dengan klorofrom:air (1:1).

Lapiasan klorofrom yang terbentuk dipisahkan. Masing-masing perlakukan

dilakukan sebanyak 3 kali (Hikmah, 2012)

g. Orientasi dosis umbi bawang dayak

Penelitian ini menggunakan orientasi untuk mendapatkan dosis yang

paling optimum terhadap jumlah sel trombosit pada mencit putih jantan.

Permberian volume fraksi klorofrom umbi bawang dayak dihitung

berdasarkan rumus:
0,5 𝑚𝑙
volume pemberian per oral = 𝑥 𝐵𝐵
40 𝑔

Keterangan
BB = Berat mencit

h. Penyiapan hewan uji

Hewan uji yang akan digunakan adalah mencit putih jantan yang sehat

berumur 2-3 bulan dengan berat badan 20-40 gram. Hewan uji berjumlah 25

ekor dibagi menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 ekor. Sebelum

diperlakukan mencit diadaptasi selama 2 minggu dengan diberi makan dan

minum yang cukup serta perawatan yang baik agar tidak terjadi penurunan

berat badan berangsur.

i. Pembuatan sediaan uji

Sediaan uji dibuat dengan mensuspensikan fraksi klorofrom umbi

bawang dayak dengan penambahan Na CMC 0,5 %. Sampel ditimbang

berdasarkan konsentrasi masing-masing dosis. Volume sediaan uji yang

diberikan adalah 1 % dari berat badan mencit, fraksi klorofrom ekstrak umbi

bawang dayak yang akan disuspensiskan ditimbang berdasarkan masing-

masing dosis pada volume tertentu. Selanjutnya disuspensikan dalam Na

CMC 0,5 % dari volume yang akan dibuat lalu dicukupkan volumenya

dengan air suling.

j. Perlakuan pada hewan uji


Semua hewan uji, mula-mula diambil darahnya untuk mengukur kadar

trombosit awal, lalu injeksikan dengan heparin secara subkutan

13UI/20KgBB untuk menurunkan jumlah trombosit. Setelah 24 jam

dilaukukan pengambilan darah pada semua hewan uji yang terinduksi

trombositopenia, lalu hewan uji diberikan perlakuan lanjutan menurut

kelompok. Hewan percobaan dibagi menjadi 5 kelompok secara acak,

masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. Perlakuan untuk

maisng-masing keoompok adalah:

1) Kelompok 1 (kontrol negatif) diberi air suling

2) Kelompok 2 (kontrol positif) diberi sirup pisidi

3) Kelompok 3, diberi suspensi orientasi dosis 1

4) Kelompok 4, diberi suspensi orientasi dosis 2

5) Kelompok 5, diberi suspensi orientasi dosis 3

Setelah 24 jam, smapel darah diambil untuk mengukur kadar

trombosit akhir.

I. Perhitungan Jumlah trombosit

Perhitungan trombosit atau pengujian dilakukan dengan alat otomatis yaitu

hemetologi analyzer. Menu profil dipilih next lalu masukkan data sesuai kolom

yang ada, cek dahulu nomornya dan harus dimulai dari angka 1 kemudian tekan

save lalu Ok. Siapkan darah yang telah dihomogenkan lalu masukkan ke jarum

sampling sampai dasar tabung. Tekan sekali dan cepat lepaskan, switch atau

tombol sampling (warna hijau) di belakang jarum sampling. Tunggu samapi jarum
sampling naik ke atas lalu keluar tabung. Alat akan running selama 1 menit dan

otomatis akan keluar yang tertulis pada kertas yang tercetak printer. (Soebrata,

2007)

G. Analisis data

Data yang diperoleh dianalisis dihitung dengan rumus perhitungan

trombosit:

N
Trombosit mm3 = P × l × t ×jumlah kotak × Pengenceran

Kemudian dilanjutkan uji beda Anova (Analysis Of Varian) dengan α 0,005

atau 5 % untuk mengetahui perbedaan atau pengaruh antar kelompok.

H. Jadwal Penelitian

Kegiatan Nov Des Jan Feb Maret April Mei


Penyusunan Proposal 
Pengumpulan Sampel   
dan Pembuatan
Simplisia
Penelitian 
Penyusunan Karya  
Tulis Ilmiah
DAFTAR PUSTAKA

Adijuwana, N. M. A. 1989. “Teknik Spektrskopi dalam Analisis Biologi”. Skripsi.


Bogor: S1 Universitas IPB. Hal 3
Agoes G. 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung : ITB Press. Hal: 21,38 – 39
Ansel H. C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta : UI
Pres. Hal: 607
Arung ET, Kusuma IW, Christy OE, Shimizu K, Kondo R. 2009. “Evaluation of
medicinal plants from Central Kalimantan for antimelanogenesis”. J Nat
Med. 63:473-480.
Backer C.A., and R. C. 1986. Bachuizen van den brink, “Flora Of Java
(Spermatophytes only)”, Volume I-III. Netherlands: Addenda et Corrigen
Da General Index Wolter-Noordhoftt N.V, Groningen. Hal: 150.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995a. Materia Medika Indonesia.
Jilid V. Jakarta. Hal: 35-37
Departemen kesehatan republik Indonesia. 1995b. Farmakope Indonesia. Edisi IV.
Jakarta: Departemen kesehatan direktorat jendral pengawasan obat dan
makanan. Hal: 920
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000C. Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan pertama. Jakarta: Departemen kesehatan
direktorat jendral pengawasan obat dan makanan. Hal: 5-10

Galingging, R.Y. 2009. Bawang Dayak Sebagai Tanaman Obat Multifungsi.


Volume XV. Kalimantan Tengah: Warta Penelitian dan Pengembangan.
Hendrayati. D. T. 2015. “Pengaruh rebusan pegagan (centella asiantica (L.)
Urban) terhadap jumlah keeping darah (Trombosit) pada mencit (Mus
muscular L.) dan pemanfaatnya sebagai karya tulis ilmiah popular”. Skripsi.
Jember: S1 Progam Studi Biologi Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas
keguruan dan ilmu pendidikan Universitas Jember. Hal: 4
Heyne, K. 1987. “Tumbuhan Berguna Indonesia”. Jilid I. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Departemen Kehutanan. Hal:
551-552.
Khoiri, A. 2016. Indonesia Peringkat Dua Negara Endemis Demam Berdarah.
CNN Indonesia. 17 JUNI 2016. HAL: 1
Lestari S.B., and Pari G. 1990. “Jurnal Penelitian Hasil Hutan Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hasil Hutan”. Pharm 7 (3) : 96-100.
Mangkoewidjojo, S. 1998. Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Hewan
Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: Universitas Indonesia (UI Press)
Mansjoer, A., dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran. . Edisi II. Jakarta: Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 419- 428
Ritumorang, R. H 2007. “Pembuatan evaluasi dan simplisia bawang tiwai “.
Skripsi: Bandung: S1 Sekolah Farmasi Insitut Teknologi Bandung. Hal: 3
Rosa, L.E. 2013. “Penentuan kuersetin dalam bawang dayak (eleutherine
palmifolia) dengan kromatografi cair kinerja tinggi”. Skripsi. Bogor: S1
Departemen Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor. Hal: 15
Rosfianita. 2010. “Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Flavonoid Umbi Dari
Tumbuhan Bawang Sabrang (Eleutherine Palmifolia (L.) Merr)”. Skripsi.
Medan: S1 Farmasi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN. Hal:
65
Sa’adah, H.dkk. “ Pengaruh Metode Ekstraksi terhadap kadar Flavonoid Ekstrak
Etanol Umbi Bawang Dayak (Eleutherine Palmifolia (L.) Merr) dengan
metode Spektrofotometri. Karya Tulis Ilmiah. Samarinda: D-III Farmasi
Akademi Farmasi Samarinda. Hal: 3
Sulastri, E., Cristadeolia, O., dan Yusriadi. 2015. “Formulasi Mikroemulsi
Ekstrak Bawang Hutan dan Uji Aktivitas Antioksidan”. Jurnal
Pharmascience. Vol.2 (2). Hal: 2-9
Syafuddin. 2003. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Perawat. Edisi III. Jakarta:
EGC. Hal: 146
Tjay H. T., dan Rahardja K. 2015. Obat-obat penting khasiat, penggunaan dan
efek-efek sampingnya. Edisi VII. Jakarta: Kompas Gramedia. Hal: 269
Voigt R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi ke-5. Diterjemahkan
oleh: Soendani N. Yogjakarta: Gajah Mada University Press
Waston, R. 2002. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Jilid X. Jakarta: ECG.
Hal: 239

Anda mungkin juga menyukai