Jens Martensson 3
Prinsip Spektrofotometri UV-Vis
Jens Martensson 4
Transisi elektronik akibat pengaruh sinar uv dan
panjang gelombang
1. Transisi 2. Transisi
Ikatan sigma merupakan Transisi jenis ini terjadi pada
ikatan yang sangat kuat sehingga molekul hidrokarbon tak jenuh atau
dibutuhkan energi yang tinggi untuk molekul yang memiliki ikatan rangkap.
dapat melakukan transisi ini. Jenis Energi yang dibutuhkan untuk melakukan
transisi ini terjadi pada suatu elektron eksitasi lebih kecil dibandingkan transisi
didalam orbital molekul bonding sebelumnya, sehingga transisi ini terjadi
dieksitasi ke orbital antibonding yang pada panjang gelombang yang lebih
sesuai dengan pengabsorbsian besar. Jenis transisi ini merupakan transisi
radiasi. Pada umumnya senyawa yang paling cocok untuk analisis sebab
yang mempunyai transisi jenis ini sesuai dengan panjang gelombang 200-
mengabsorpsi cahaya pada panjang 700 nm yang secara teknis dapat
gelombang sekitar 150 nm. diapikasikan pada spektrofotometri.
Jens Martensson 5
Transisi elektronik akibat pengaruh sinar uv dan
panjang gelombang
4. Transisi
Transisi ini terjadi pada senyawa
3. Transisi tak jenuh yang berikatan dengan atom
yang memiliki pasangan elektron bebas.
Transisi jenis ini terjadi pada
Senyawa dalam transisi ini mengabsorpsi
senyawa heteroatom berikatan
cahaya pada panjang gelombang 200-400
tunggal yang terikat dengan atom
nm.
yang memiliki pasangan elektron
bebas seperti atom oksigen (O), Contoh : Senyawa Karbonil (C=O), Nitril
atom-atom halogen (F, Cl, Br, I) atau (C=N).
nitrogen (N). Transisi jenis ini terjadi
pada kisaran panjang gelombang
150-250 nm.
Contoh : Eter (R-O-R’), Alkohol (R-O-
H), Alkil halida (RCOX), Amina.
Jens Martensson 6
SISTEM TERKONJUGASI
Jens Martensson 7
Pada sistem terkojugasi seperti C=C-C=C, orbital π dari masing-
masing ikatan rangkap berintaraksi membentuk seperangkat baru orbital
ikatan dan antiikatan.
Antaraksi ini dapat terlihat pada diagram di bawah
Jens Martensson 8
Transisi ππ* Sistem Terkonjugasi
Jens Martensson 9
Transisi ππ* Sistem Terkonjugasi
Jens Martensson 10
EFEK PELARUT
Jens Martensson 11
1. Pelarut tidak boleh mengabsorbsi cahaya pada daerah λ pengukuran
sampel.
2. Pelarut non polar tidak membentuk ikatan hidrogen dengan solute
sehingga pita absorbansi sesuai dengan zat tersebut dalam bentuk gas.
3. Pelarut polar menyebabkan ikatan hidrogen membentuk kompleks antara
pelarut dan zat terlarut menyebabkan ketajaman susunan pita absorbansi
hilang.
4. Molekul bentuk tereksitasi lebih polar dari ground state.
5. Absorbansi pelarut etanol menunjukkan posisi pada λ lebih panjang dari
pada heksan.
6. Penggantianpelarut dari heksan ke metanol mengakibatkan pergeseran
batokromik (red shift) 10-20 nm yang terjadi pada transisi n μ* lebih
besar.
7. Absorbsi bergeser kearah λ lebih pendek hipsokromik (blue shift).
Jens Martensson 12
PERGESERAN BATOKROMIK, HIPSOKROMIK,
HIPERKROMIK DAN HIPOKROMIK
• Pergeseran Batokromik, merupakan pergeseran absorban ke daerah
panjang gelombang yang lebih panjang karena adanya substitusi atau efek
pelarut
• Pergeseran Hipsokromik, merupakan pergeseran absorban ke daerah
panjang gelombang yang lebih pendek karena adanya substitusi atau efek
pelarut.
• Pergeseran Hiperkromik, merupakan pergesaran bertambah besarnya nilai
serapan dibandingkan serapan seharusnya akibat pengaruh perubahan
pelarut.
• Pergeseran Hipokromik, merupakan pergeseran turunya nilai serapan
dibandingkan serapan seharusnya akibat pengaruh perubahan pelarut
Jens Martensson 13
JENIS-JENIS KROMOFOR
Jens Martensson 14
JENIS-JENIS KROMOFOR
Jens Martensson 15
Jens Martensson 16
Jens Martensson 17
HUKUM LAMBERT BEER
Hukum Lambert-Beer (Beer's law) adalah hubungan linearitas antara absorban dengan konsentrasi larutan analit. Biasanya hukum
Lambert-beer ditulis dengan :
A = ε . b . C atau A = E.b.C
• A = absorban (serapan)
• ε = koefisien ekstingsi molar (M-1 cm-1)
• E = koefisien ekstingsi spesifik (ml g-1 cm-1)
• b = tebal kuvet (cm)
• C = konsentrasi (M)
Jens Martensson 18
HUKUM LAMBERT BEER
1. Suatu senyawa mempunyai serapan maksimum pada 235 nm dengan 20% cahaya yang dapat
dilewatkan atau ditransmisikan oleh senyawa ini. Diketahui bahwa senyawa ini mempunyai
konsentrasi 2.0 x10-4 molar dengan ketebalan sel 1 cm. Berapa koefisien ekstingsi molar senyawa
ini pada λ 235?
Jawab :
Peny : A = -log T = ε . b . c
0.7 = ε. 1. 2.0 x10-4
ε = 0.7 /( 2.0 x10-4)
ε = 3.5 x 103
Jens Martensson 19
3. Nilai ε maks anilin pada λmaks 280 nm adalah 1430. Suatu larutan anilin di dalam air memberikan
transmitan 30% dengan ketebalan sel 1 cm. Berapa milligram anilin yang dibutuhkan untuk
menyiapkan 100 ml larutan ini?
Jawab :
Diket : T = 30% = 0.3 A = -log
T = -log 0.3 = 0.52 b=1
ε = 1430 ΒΜ aniline = 93
Peny : A = -log T = ε . b . c
0.52 = 1430. 1. c
c = 0.52 / 1430
c = 3.6 x 10 -4mol//liter
Jumlah anilin yang dibutuhkan untuk 1 liter pelarut adalah
3.6 x 10 –4 x 93 = 0.034 gram
untuk 100 ml dibutuhkan
0.1 x 0.034 gram = 0.0034 gram = 3.4 mg
Jens Martensson 20
Launch