Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MODUL 19 SEMESTER VI

(TUMBUH KEMBANG, GERIATRI, dan DEGENERATIF)


MINGGU 3

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA

MEDAN

2019
MAKALAH MODUL 19

(TUMBUH KEMBANG, GERIATRI, dan DEGENERATIF)

SKENARIO 3

SMALL GROUP DISCUSSION 3

TIM PENYUSUN

ALYA DINA AULIA LUBIS (71160811023)

DAFA ROZZA MAULANA (71160811026)

DESSY MILA SARI HASIBUAN (71160811002)

DEVY NURMALIA (71160811046)

DHIMAS AJI ZUANDA (71160811005)

NANDA DAYANA HARAHAP (71160811024)

SITI KHAIRINA (71160811027)

TIWI MARISKA (71180811159)

RASYID HASYIM NASUTION (71160811047)

RIZKY AULIA S MELIALA (71160811045)

ALVIANDA

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum.Wr.Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, serta atas taufik dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah (TUMBUH KEMBANG, GERIATRI, dan
DEGENERATIF) ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada jungjungan alam Nabi besar Muhammad SAW kepada keluarganya,
sahabatnya dan kita selaku umatnya hingga akhir jaman.

Makalah yang sederhana ini merupakan serangkaian pembahasan dari skenario yang
sebelumnya kami bahas dalam Small Grup Discusion (SGD). Berbagai pengetahuan yang tergali
dalam diskusi, kami kumpulkan dan kami tuangkan dalam bentuk yang sederhana ini.Kami
sangat berharap makalah ini dapat diterima dan berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kami mengenai Malnutrisi dan Kebutuhan Gizi Semasa Tumbuh Kembang Anak.

Tak lupa pula kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung
terselesaikannya makalah ini..

Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini masih terdapat banyak kekurangan,
untuk itu kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan dimasa mendatang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna. Semoga Makalah ini dapat diterima dan berguna di masa yang
akan datang. Aamiin

Wassalamu’alaikum.Wr.Wb

Medan, 25 Februari 2019

3
DAFTAR ISI

TIM PENYUSUN ............................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

DAFTAR ISI...................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 5


1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 5
1.3 Skenario……………………………………………………………………. 6

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................


2.1 MALNUTRISI .............................................................................................. 7-11
2.2 KEBUTUHAN GIZI ANAK SAAT TUMBUH KEMBANG ..................... 11-16

BAB III PENUTUP ...........................................................................................


3.1 KESIMPULAN ............................................................................................. 17
3.2 SARAN ......................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Malnutrisi yaitu suatu kondisi dimana penderita mengalami penurunan berat badan lebih
dari 10% dari berat badan sebelumnya dalam 3 bulan terkhir. Kriteria lain yang digunakan
adalah apabila saat pengukuran berat badan kurang dari 90% berat badan ideal berdasarkan
tinggi badan (Rani, 2011). Malnutrisi jenis marasmus adalah suatu bentuk malgizi protein
dan energi karena kelaparan, dan semua unsur diet kurang (Sodikin, 2011).

Komplikasi yang mungkin terjadi pada marasmus yaitu penurunan sistem imun, depresi,
kekuatan otot menurun termasuk kekuatan otot-otot pernapasan, serta penurunan fungsi
jantung (Rani, 2011).

Keadaan gizi balita dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain keadaan ekonomi,
ketidaktahuan menyiapkan makanan tambahan dari bahanbahan yang bergizi serta kurangnya
pengetahuan mengenai kebutuhan bayi dan makanan tambahan yang bergizi (Soetjiningsih,
2008).

1.2 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui dan menganalisa penyebab terjadinya malnutrisi


2. Untuk mengetahui tanda dan gejala malnutrisi
3. Untuk mengetahui kebutuhan gizi semasa tumbuh kembang anak

5
1.3 SKENARIO-3

Seorang ibu, membawa anak laki-lakinya usia 5 tahun dengan BB = 11 kg, TB= 90
cm ke Puskesmas. Sang ibu mengeluhkan kulit anaknya bersisik, pecah-pecah, mudah
memar dan tergores bila digaruk sedikit saja, serta dijumpai sariawan pada mulut. Hal ini
sudah dialami sejak 6 bulan ini. Dokter menduga pasien menderita manutrisi akibat
defisiensi vitamin B.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 A. Malnutrisi
2.1.1 Definisi
Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup,
malnutrisi dapat juga disebut keadaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan di antara
pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan. Hal ini terjadi
karena asupan makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain
itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan
metabolik.
Malnutrisi mencakup kelainan yang disebabkan oleh defisiensi asupan nutrien, gangguan
metabolisme nutrien, atau kelebihan nutrient. Status gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antaranya tingkat konsumsi (dinilai dari jumlah dan kualiti makanan). Asupan makanan
dipengaruhi oleh faktor ekonomi, ketersediaan makanan dan perilaku masyarakat.
Kekurangan energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi energy dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka
Kecukupan Gizi (AKG) (Depkes, 1999). Malnutrisi energi protein adalah seseorang yang
kekurangan gizi yang disebabkan oleh konsumsi energi protein dalam makanan sehari-hari atau
gangguan penyakit tertentu. (Suparno, 2000).

2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi kurang energi protein menurut Departement Kesehatan RI, 1999:
a. KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS pada pita warna kuning.
b. KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di bawah garis
merah (BBM).
c. KEP berat / gizi buruk bila hasil penimbangan BB / 4 < 60% baku median WHO –
NCNS.
Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat / gizi buruk dan KEP sedang, sehingga
untuk menentukan KEP berat / gizi buruk digunakan table BB / 4 baku median WHO - NCNS.

7
2.1.3 Etiologi
Etiologi Faktor penyebab yang dapat menimbulkan kekurangan energi protein menurut
Nazirudin (1998) yaitu:
a. Sosial ekonomi yang rendah
b. Sukar atau mahalnya makanan yang baik
c. Kurangnya pengertian orang tua mengenai gizi
d. Kurangnya faktor infeksi pada anak (misal: diare)
e. Kepercayaan dan kebiasaan yang salah terhadap makanan (misal: tidak makan daging
atau telur disaat luka)

2.1.4 Patofisiologi

Energi dan protein yang diperoleh dari makanan kurang, padahal untuk kelangsungan
hidup jaringan, tubuh memerlukan energi yang didapat, dipengaruhi oleh makanan yang
diberikan sehingga harus didapat dari tubuh sendiri, sehingga cadangan protein digunakan juga
untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Kekurangan energi protein dalam makanan yang
dikonsumsi akan menimbulkan kekurangan berbagai asam amino essensial yang dibutuhkan
untuk sintesis, oleh karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan
meningkat dan sebagai asam amino di dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan
disalurkan ke otot.
Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan penyebab kurangnya pembentukan
alkomin oleh heper, sehingga kemudian timbul edema perlemahan hati terjadi karena gangguan
pembentukan lipo protein beta sehingga transport lemak dari hati ke hati dapat lemak juga
terganggu dan akibatnya terjadi akumuasi lemak dalam heper. (Ilmu kesehatan anak, 1998).

2.1.5 Manifestasi Klinis


Penderita kekurangan energi protein akan memberikan gambaran klinik berupa:
a. Pertumbuhan terganggu meliputi berat badan dan tinggi badan
b. Perubahan mental berupa cengeng dan apatis
c. Adanya cedera ringan atau berat karena penurunan protein plasma
d. Jaringan lemak dibawah kulit menghilang, kulit keriput dan tanus otot menurun
e. Kulit bersisik

8
f. Anemia
g. Carzy pavemen permatosisis (bercak-bercak putih dan merah muda dengan tepi hitam)
h. Pembesaran hati

2.1.6 Jenis Malnutrisi Gizi buruk berat


Dapat dibedakan menjadi: tipe kwashiorkor, tipe marasmus dan tipe marasmik-
kwashiorkor.
1. Marasmus adalah bentuk malnutrisi protein kalori yang terutama akibat kekurangan
kalori yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan, disertai retardasi
pertumbuhan dan mengurusnya lemak bawah kulit dan otot.
Gejala :
• Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-ototnya,
tinggal tulang terbungkus kulit
• Wajah seperti orang tua
• Iga gambang dan perut cekung
• Otot paha mengendor (baggy pant)
• Cengeng dan rewel
(Depkes RI, 2000)

9
2. Kwashiorkor adalah bentuk malnutrisi berenergi protein yang disebabkan oleh
defisiensi protein yang berat, asupan kalori biasanya juga mengalami defisiensi.
(Dorland, 1998)
Gejalanya :
a. anak akan mengalami gangguan pertumbuhan
b. perubahan mental yaitu pada biasanya penderita cengeng dan pada stadium lanjut
menjadi apatis dan sebagian besar penderita ditemukan edema
c. penderita akan mengalami gejala gastrointestinal yaitu anoreksia dan diare
d. rambut kepala penderita kwashiorkor senang dicabut tanpa rasa sakit

Hassan et al., 2005)

Pada penderita stadium lanjut:


a. rambut akan terlihat kusam, kering, halus, jarang dan berwarna putih
b. kulit menjadi kering dengan menunjukkan garis-garis yang lebih mendalam dan lebar
c. terjadi perubahan kulit yang khas yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan
bercak-bercak putih atau merah muda dengan tepi hitam dan ditemukan pada bagian
tubuh yang sering mendapat tekanan dan disertai kelembapan.

10
3. Marasmus-Kwasiorkor
Kondisi dimana terjadi defisiensi baik kalori maupun protein, dengan penyusutan
jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan, dan biasanya dehidrasi. Gambaran klinis
merupakan campuran dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan marasmus. (Dorland, 1998)

2.1.7 Pencegahan Gizi Buruk

Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak, yaitu:

1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak
mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai
dengan tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.
2. Anak diberi makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak,
vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya untuk lemak minimal 10% dari
total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program posyandu.
Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera
konsultasikan hal itu ke dokter.
4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas
pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5. Jika anak menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi
dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula.

11
Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya
sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan
vitamin penting lainnya.

Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang
sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum.
Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan
muncul masalah intelegensia dikemudian hari.

5.2 Kebutuhan gizi anak semasa tumbuh kembang

Pemberian makanan tambahan sebagai pendamping ASI dimulai saat anak berusia
6 bulan dengan tetap memberikan ASI. Pemberian makanan tambahan ASI dinaikkan
bertahap dari segi jumlah, frekuensi pemberian, jenis dan konsistensi makanan yang
diberikan.
Untuk anak yang mendapatkan ASI, rata-rata makanan tambahan yang harus
diberikan 2-3 kali/hari untuk usia 6-8 bulan, 3-4 kali/hari untuk usia 9-11 bulan dan 4-5
kali/hari usia 12-24 bulan. (Michaelsen, 2005).

Sumber gizi dapat dibagi kepada dua jenis, yaitu makronutrien dan mikronutrien.
• Makronurien adalah zat yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang besar untuk
memberikan tenaga secara langsung yaitu protein sejumlah 4 kkal, karbohidrat sejumlah
4 kkal dan lemak sejumlah 9 kkal.
• Mikronutrien adalah zat yang penting dalam menjaga kesehatan tubuh tetapi hanya
diperlukan dalam jumlah yang sedikit dalam tubuh yaitu vitamin yang terbagi atas
vitamin larut lemak , vitamin tidak larut lemak dan mineral (Wardlaw et al., 2004).

12
(Gambar. Piramida makanan)

1. Karbohidrat
Sumber energi utama bagi manusia. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 Kkal.
Sebagian karbohidrat berada didalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan energi
segera dan sebagian lagi disimpan sebagai glikogen di dalam hati dan jaringan otot, dan sebagian
diubah menjadi lemak (Almatsier, 2001).
Sumber : nasi, ubi, singkong, jagung, talas, sagu, dll
2. Protein.
0-6 bulan : 10 gr
7-12 bulan : 16 gr
1-3 tahun : 25 gr
4-6 tahun : 39 gr
7-9 tahun : 45 gr
Sumber :
• Protein hewani : telur, daging, susu
• Protein nabati : kacang-kacangan

13
3. Lemak
Lemak merupakan sumber energi paling padat yang menghasilkan 9 Kkal untuk setiap gram
dari besar energi yang dihasilkan oleh karbohidrat dan protein dalam jumlah yang sama. Lemak
merupakan cadangan energi tubuh paling besar. Lemak disimpan sebanyak 50% di jaringan
bawah kulit (subkutan), 45% di sekeliling organ dalam rongga perut dan 5% di jaringan
intramuskuler.
Sumber :
• Lemak nabati : alpukat, buah kenari, kacang kedelai
• Lemak hewani : minyak ikan, daging, ikan, telur, susu,

4. Vitamin
merupakan zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan
pada umunya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur
pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan.
Terbagi menjadi 2 :
• Vitamin larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K)
• Vitamin larut dalam air (vitamin B dan C)

(Gambar 1. Tabel Vitamin)

14
(Gambar.2. Tabel Vitamin)

5. Mineral
Merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi
tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan.
Disamping itu mineral berperan dalam berbagai tahap metabolism terutama sebagai kofaktor
dalam aktivitas enzim-enzim.

15
(Gambar.3 Tabel Jenis Mineral)

16
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Gizi buruk adalah bentuk terparah (akut), merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat
yang disebabkan oleh rendahnya tingkat konsumsi energi, protein serta makanan sehari-hari dan
terjadi dalam waktu yang cukup lama.
Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi makro dan
kurang gizi mikro.
Tipe gizi buruk terbagi menjadi empat tipe yaitu Kwasiorkor, Marasmus dan Marasmic-
Kwashiorkor.
Gizi buruk dapat disebabkan karena kurangnya asupan gizi dan makanan terjadinya penyakit
yang mengakibatkan infeksi.
Gizi buruk dapat dicegah dengan cara memberikan makanan yang bergizi tetapi sesuai
dengan kebutuhan. Penanganan gizi buruk dapat dilakukan dengan memberikan makanan yang
bergizi. Tetapi bagi penderita obesitas dapat di tangani dengan cara diet yang aman dan
dianjurkan

3.2 SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih
banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.Untuk saran bisa berisi kritik atau saran
terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang
telah dijelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka.

17
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. "Prinsip Dasar Ilmu Gizi". Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta : 2006

digilib.unila.ac.id
repository.usu.ac.id
http://eprints.ums.ac.id

18

Anda mungkin juga menyukai