Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Persalinan adalah rangkaian peristiwa mulai dari kencang –
kencang teratur sampai keluarnya janin, plasenta, dan cairan
ketuban dari uterus kedunia luar dengan bantuan atau dengan
kekuatan sendiri (Nolan, 2010).
Persalinan merupakan proses yang alami yang akan
beresiko bagi seorang ibu. Salah satu resiko persalinan yang
sangat fatal adalah kematian (Hacker, 2001 dalam Andriyawati,
2011).
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, rata-rata
AKI tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup, rata-rata
kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang
mencapai 228 per 100 ribu. Penyebab langsung AKI antara lain:
perdarahan 42%, eklamsia/preekalmsia 13%, abortus 11%, infeksi
10%, partus lama/persalinan macet 9%, dan penyebab lain 15%
(SDKI, 2012).
Ditinjau berdasarkan laporan profil kesehatan kab/kota Se-
Sumatera Utara, jumlah kematian ibu pada tahun 2016 dilaporkan
tercatat sebanyak 239.
Persalinan normal secara fisiologis, dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti cemas, takut sakit dan mengasihani diri
sendiri. Terkadang ibu lebih memilih persalinan dengan operasi
sesar dengan alasan takut akan nyeri persalinan yang akan
dialami. Nyeri pada saat melahirkan memiliki derajat yang paling
tinggi diantara rasa nyeri yang lain, secara medis dikatagorikan
bersifat tajam dan panas atau somaticsharp and burning. Studi
pada wanita dalam persalinan kala 1 dengan memakai McGill Pain
Questionare untuk menilai nyeri didapatkan bahwa 60% primipara
melukiskan nyeri akibat kontraksi uterus sangat hebat (intolerable,
unbearable, extremely severe), 30% nyeri sedang, 10% nyeri
ringan. Pada multipara 45% nyeri hebat, 30% nyeri sedang, 25%
nyeri ringan (Bobak,2005).
Salah satu yang dapat mengurangi nyeri ibu saat persalinan
adalah pendampingan dari suami atau keluarga, karena efek
perasaan termasuk kecemasan pada setiap ibu bersalin berkaitan
dengan persepsi orang yang mendukung. Kehadiran seorang
pendamping persalinan memberikan pengaruh pada ibu bersalin
karena dapat membantu ibu saat persalinan serta dapat
memberikan perhatian, rasa aman, nyaman, semangat,
menentramkan hati ibu, mengurangi ketegangan ibu atau atatus
emosional menjadi lebih baik sehingga dapat mempersingkat
proses persalinan (Nolan, 2004). World health organization (WHO)
telah merekomendasikan bahwa pendamping persalinan adalah
atas pilihan ibu sendiri.
Namun saat ini partisipasi pria dalam kesehatan reproduksi
masih rendah, masih banyak suami belum mampu menunjukkan
dukungan penuh terhadap proses persalinan, terdapat 68%
persalinan di Indonesia tidak didampingi suami selama proses
persalinan. Efek dari tidak adanya pendampingan suami selama
persalinan berdampak kecemasan pada ibu mengakibatkan kadar
kotekolamin yang berlebihan sehingga menyebabkan turunnya
aliran darah ke rahim, kontraksi rahim melemah, turunnya aliran
darah ke plasenta, oksigen yang tersedia untuk janin berkurang
serta dapat meningkatkan lamanya persalinan (Cholil, 2006).
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan
September 2018, dari data bulan Agustus 2018 di Ruang Bersalin
Puskesmas Gunung Maligas didapatkan data dari 58 ibu bersalin
normal sebanyak 34 dengan pendampingan. Hasil wawancara
yang dilakukan oleh peneliti dengan salah seorang Bidan
menyampaikan tidak semua ibu bersalin didampingi saat bersalin.
Dimana ibu yang didampingi saat persalinan sebanyak 20 orang
terjadi pengurangan nyeri ringan dan 14 orang masih mengalami
nyeri berat. Hasil wawancara yang dilakukan pada salah seorang
ibu bersalin yang didampingi saat bersalin mengatakan bahwa
adanya seorang pendamping persalinan disamping ibu yang
memberikan perhatian, semangat dan kasih sayang saat
merasakan nyeri persalinan dapat mengurangi nyeri yang
dirasakan, menunjukkan nyeri ringan dan secara obyektif ibu dapat
berkomunikasi dengan baik. Berdasarkan studi pendahuluan
tersebut maka dapat dirumuskan apakah pendamping persalinan
dapat mempengaruhi intensitas nyeri persalinan. Tujuan penelitian
ini yaitu diketahuinya hubungan antara pendamping Persalinan
dengan intensitas nyeri persalinan di Puskesmas Gunung Maligas
tahun 2018.

Anda mungkin juga menyukai