Anda di halaman 1dari 10

Hukum islam merupakan suatu kaidah atau peraturan yang mengatur hubungan

antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam sekitarnya, dan manusia
dengan sang Pencipta. Dalam masyarakat Indonesia, hukum Islam sendiri meiliki
berbagai istilah. Istilah-istilah itu mempunyai persamaan dan perbedaan satu sama
lain. Istilah yang dimaksud adalah syari’at Islam dan fikih Islam. Syariat Islam
berarti hukum syara’, sedangkan fikih Islam berarti hukum fikih atau terkadang
malah disebut hukum Islam. Dalam praktiknya, sering kali kedua istilah itu
digunakan sama seperti hukum Islam.

Sebenarnya, syari’at adalah suatu hukum atau ketetapan yang bersumber dari Allah
SWT baik melalui Al-Qur’an, ataupun juga dari Hadist. Sedangkan, fikih
merupakan elaborasimelalui kegiatan ijtihad, oleh karena itu dapat disebut sebagai
yurisprudensi Islam. Ijtihad adalah sebuah upaya merumuskan hukum berdasarkan
sumber hukum Al-Qur’an dan Hadist, untuk diterapkan dalam keadaan tertentu.
Oleh karena itu, seseorang yang akan memahami hukum Islam dengan baik dan
benar harus dapat membedakan antara fikih Islam dengan syari’at Islam.

Berikut adalah perbedaan pokok dari syari’at dan fikih:

Syari’at

 Berasal dari Al-Qur’an dan As-Sunnah


 Bersifat fundamental dan abadi
 Hukumnya tetap dan tidak berubah
 Bersifat universal
 Ruang lingkup lebih luas
Fikih

 Karya manusia yang sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan


perkembangan zaman
 Berasal dari pemahaman ulama-ulama atau para ahli fikih
 Sifatnya tidak universal yaitu dapat terjadi perbedaan antara satu tempat
dengan tempat lainnya.
 Ruang lingkup terbatas
 Bersifat instrumental

Ada tiga sifat dasar dari hukum Islam:

1. Bidimensional yaitu mengandung segi kemanusiaan dan segi ketuhanan.


2. Adil, berarti keadilan dalam hukum Islam bukan saja merupakan tujuan,
tetapi merupakan sifat yang melekat sejak kaidah-kaidah dalam syari’at itu
ditetapkan.
3. Individualistik dan kemasyarakatan, adanya sifat ini karena syari’at diikat
oleh nilai-nilai transcendental, yaitu wahyu Allah yang disampaikan kepada
Rasulullah SAW.
C. Tujuan dan Fungsi Hukum Islam
Tujuan Hukum Islam secara umum adalah Dar’ul mafaasidi wa jalbul
mashaalihi (mencegah terjadinya kerusakan dan mendatangkan kemaslahatan),
mengarahkan manusia pada kebenaran untuk mencapai kebahagiaan hidup mereka
di dunia dan akhirat, dengan jalan mengambil segala yang berguna dan mencegah
atau menolak yang mudharat, dalam kehidupan manusia. Abu Ishaq As-Sathibi
merumuskan lima tujuan hukum islam, yaitu :
1. Pemeliharaan agama (hifz al-din)
Memelihara agama adalah memelihara manusia di dalam menjalankan
agamanya. Agamalah yang meninggikan martabat manusia dari hewan. Di
dalam islam selain komponen komponen aqidah yang merupakan pegangan
hidup setiap muslim serta akhlak yang merupakan sikap hidup seorang
muslim, terdapat juha syari’ah yang merupakan jalan hidup seorang muslim
baik dalam berhubungan dengan Tuhanya maupun dalam berhubungan
dengan sesama manusia lain dan benda dalam masyarakat. Tidak ada
paksaan di dalam menjalankan agama. Sudah jelas mana yang benar dan

mana yang salah. Sebagaimana falam firman-Nya surat Al- Baqarah 256 :

Artinya : “Tidak ada paksaaan untuk memasuki agam Islam, sesungguhnya


telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah.”

2. Pemeliharaan jiwa (hifdz al-nafs).


Menurut hukum islam jiwa harus dilindungi. Untuk itu hukum islam wajib
memelihara hak manusia untuk hidup dan memepertahanakan hidupnya.
Hukum Islam melarang pembunuhan sebagai upaya menghilangkan jiwa
manusia dan melindungi berbagai saraa yang dipergunakan oleh manusia
untuk mempertahankan kemaslahatan hidupnya.
QS Al Isra’ 33 :

Artinya :” Janganlah kalian membunuh jiwa yang diharamkan Allah,


melainkan dengan suatu alasan yang benar. Siapa saja yang dibunuh
secara zalim, maka sesungguhnya Kami memberikan kekuasaan kepada
ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam
membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.”

3. Pemeliharaan akal (hifdz al-‘aql).


Menurut hukum islam seseorang wajib memlihara akalnya, karena akal
mempunyai peranan sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan
akalnya manusia dapat memahami wahyu Allah baik yang terdapat dalam
kitab suci maupun yag terdapat dalam alam (ayat-ayat kaniyah). Tanpa akal
yang sehat, manusia tidak akan bisa menjalankan hukum islam dengan baik
dan benar. Maka dari itu, islam melarang untuk mabuk oleh minuman keras.
QS Al Maidah 90 :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)


khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,
adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”

4. Pemeliharaan keturunan (hifdz al-nasl).


Agar pemeliharaan kelanjutan keturunan dapat berlangsung dengan sebaik-
baiknya, maka Islam mengatur tata cara pernikahan dan melarang perzinaan
serta perbuatan lain yang mengarah pada perzinaan tersebut. Hukum
kekeluargaan dan kewarisan di yang ada dalam Al Quran merupakan hukum
yang erat kaitannya dengan pemurnian dan pemeliharaan keturunan.
QS Al Isra’ 32 :
Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”

5. Pemeliharaan harta (hifdz al-mal-wa al-‘irdh).


Agar manusia memperoleh harta dengan cara yang halal karena harta adalah
pemberian Tuhan kepada manusia untuk dapat mempertahankan hidup dan
melangsungkan kehidupannya.

Sedangkan fungsi Hukum Islam dirumuskan menjadi 4 fungsi pokok, yaitu :

1. Fungsi Ibadah
Fungsi yang paling utama dari hukum islam adalah untuk beribadah. Hukum
islam adalah ajaran Tuhan yang harus diatuhi oleh umat manusia, dan
kepatuhannya merupakan ibadah sekaligus merupakan indikasi keimanan
seesorang.
Dalam adz-Dzariyat: 56, Allah berfirman: "Dan tidak aku ciptakan jin dan
manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu".

Sebagi implementasinya, bagi yang melaksanakan hukum islam akan


mendapatkan p ahala sedangkan yang melanggarnya akan mendapatkan
dosa.
2. Fungsi Amar Ma’ruf nahi Munkar
Amar Ma’ruf nahi Munkar (perintah kebaikan dan pencegahan
kemungkaran) memiliki arti bahwa hukum islam bisa disebut juga sebagai
fungsi kontrol sosial, karena hukum islam dalam praktiknya bersentuhan
langsung dengan kehidupan masyarakat. Contohnya adalah pengharaman
hukum riba dan khamar di masyarakat muslim. Dari fungsi ini kana tercapai
tujuan hukum islam yaitu menciptakan kemaslahatan dan menghindarkan
kemudaratan.

3. Fngsi Zawajir
Adanya sanksi hukum mencerminkan hukum islam sebagai saranan
pemaksaan yang melindungi warga masyarakat dari segala ancaman dan
perbuatan yang membahayakan. Fungsi ini disebut zawajir (penjeraan).
Contohnya adalah hukumnan qisas-diyat untuk tidak pidanan terhadap
badan/jiwa, hudud untuk tindak pidana tertentu (pencurian, perzinahan, dll).
4. Fungsi Tanzim wa Islah al-Ummah
Ketentuan hukum sanksi tersebut bukan sekedar sebagai batas ancaman dan
untuk menakut-nakuti masyarakat saja, akan teteapi juga sebagai untuk
rehabilitasi dan pengorganisasian umat menjadi lebih baik. Dalam literatur
ilmu hukum hal ini dikenal dengan istilah fungsi enginering sosial.
Keempat fungsi hukum tersebut tidak dapat dipilah-pilah begitu saja untuk bidang
hukum tertentu tetapi satu dengan yang lain juga saling terkait.
D. IMPLEMENTASI HUKUM ISLAM

Penerapan Hukum Islam pada masa Rasulullah SAW – Sekarang

Rasulullah SAW memberikan contoh dalam penerapan hukum. Jika kita


mengacu pada penerapan hukum di masa Rasulullah Saw, maka terdapat lima
prinsip yang melandasinya, yaitu kebebasan, musyawarah, persamaan, keadilan
dan kontrol.
 Kebebasan
Di antara landasan hukum yang dicontohkan Rasulullah Saw adalah kebebasan bagi
individu maupun kolektif, dalam keagamaan maupun sosial politik.

Al-Qur`an memberikan kebebasan di bidang agama.

La ikraha fiddin …

“Tidak ada paksaan dalam memeluk agama.”

“Apakah kamu memaksa manusia sehingga mereka beriman”.

Prinsip ini diterapkan oleh Rasulullah Saw ketika menyambut kedatangan


rombongan Kristen Najran di Madinah Munawarah. Pada saat bersamaan tibalah
waktu shalat Ashar lalu mereka shalat, maka Rasul Saw bersabda: “Biarkan mereka
sholat.” Mereka shalat menghadap ke Timur. Perdamaian Hudaibiyah contoh jelas
kebebasan di bidang politik.

 Musyawarah

Musyawarah merupakan prinsip dan sistem Islam yang sangat ditekankan dalam
Islam dan dipraktikkan oleh Rasul Saw. Allah berfirman:

… wa sya wirhum fil amri … (Ali Imran: 159)

… wa amruhum syuraa bainahum … (asy-Syuraa: 38)

Ketika Rasulullah Saw mendengar bahwa pasukan Quraisy sampai di Uhud, beliau
bermusyawarah dengan sahabat, apakah bertahan di dalam kota untuk bertahan atau
harus menghadapinya di luar kota. Demikian, Rasul Saw bermusyawarah sebagai
pelajaran bagi umat. Padahal tanpa musyawarah pun Rasul Saw telah dibimbing
langsung oleh Allah.

 Persamaan
Islam datang dalam kondisi manusia berkasta-kasta, berbeda suku dan status sosial.
Kaum wanita tidak memiliki derajat dalam pandangan masyarakat saat itu. Islam
datang menghapus kebanggaan keturunan dan kepangkatan. Islam menempatkan
posisi yang mulia bagi kaum wanita. Dan semua manusia disisi Allah SWT
memiliki kedudukan yang sama, yang membedakannya hanyalah amal saleh dan
ketakwaannya.

Allah berfirman yang artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan


kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling
bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahu lagi Maha
Mengenal.” (Q.S. Al Hujuraat : 13)

Rasulullah SAW menegaskan prinsip kesamaan ini dengan sabda beliau:

“Kamu semua anak cucu Adam dan Adam diciptakan dari tanah.”

“Manusia sama rata bagaikan gigi sisir.Tiada keutamaan bagi orang Arab
melebihi non Arab kecuali dengan taqwa”.

 Keadilan

Tugas yang diemban Rasul SAW antara lain berbuat adil kepada seluruh lapisan
manusia.

“Dan katakanlah; aku beriman terhadap apa yang Allah turunkan dari kitab dan
aku diperintahkan untuk berbuat adil diantara kalian”

Contoh kongkret yang dilakukan Rasul Saw ketika Nu’man bin Basyir mengadu
padanya: “Bapakku memberiku hadiah, ibu tidak rela hingga disaksikan Rasul
Saw Datanglah kepada Rasul Saw agar disaksikannya Rasul Saw bersabda:
“Apakah semua anakmu kamu beri yang sama.” Ia menjawab, “Tidak.” Rasul
Saw bersabda: “Bertakwalah kepada Allah dan bersikap adillah di antara
anakmu, saya tidak mau menjadi saksi atas kezaliman, maka ayah mengambil lagi
pemberian tersebut.”

 Kontrol

Islam sangat menghargai kebebasan individu, kolektif, politik sosial, ekonomi dan
keagamaan. Namun demikian kebebasan yang diberikan Islam bukanlah
kebebasan yang tanpa batas melainkan kebebasan yang sesuai dengan prinsip-
prinsip keadilan dan kebenaran. Sehingga dalam mengekspresikan kebebasan
diperlukan kontrol. Dalam sistem Islam bentuk kontrol tersebut adalah amar
ma’ruf dan nahi munkar. Hal itu merupakan puncak agama, serta merupakan tugas
yang diemban oleh para Nabi dan Rasul as.
Dalam hadits Riwayat Muslim dikatakan bahwa Umar ra berkata: “Rasulullah
Saw membagi barang. Aku berkata:’Ya Rasulullah Saw selain orang-orang itu ada
yang lebih berhak.’ Rasul Saw menjawab: ‘Mereka memberikan pilihan
kepadaku, antara meminta kepadaku dengan kasar atau mengatakan aku orang
bakhil, padahal aku tidak bakhil.’”

 Hukum Islam di Indonesia belum bisa ditegakkan secara menyeluruh, karena belum
adanya dukungan yang penuh dari segenap lapisan masyarakat secara demokratis
baik melalui pemilu atau referendum maupun amandemen terhadap UUD 1945
secara tegas dan konsisten. Aceh merupakan satu-satunya provinsi yang banyak
menerapkan hukum Islam melalui Pengadilan Agama, sesuai pasal 15 ayat 2
Undang-Undang RI No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman yaitu :
Peradilan Syariah Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darrussalam merupakan
pengadilan khusus dalam lingkungan peradilan agama sepanjang kewenangannya
menyangkut kewenangan peradilan agama, dan merupakan pengadilan khusus
dalam lingkungan peradilan umum sepanjang kewenangannya menyangkut
kewenangan peradilan umum.

Namun, keberadaan sistem Hukum Islam di Indonesia telah lama diakui


keberadaannya dengan berdirinya sistem peradilan agama yang diakui dalam sistem
peradilan nasional di Indonesia. Bahkan dengan diundangkannya UU No.7 Tahun
1989 tentang Peradilan Agama, kedudukan Pengadilan Agama Islam itu semakin
kokoh. Selain UU Peradilan Agama, hukum nasional lainnya yang menegaskan
eksistensi Hukum Islam dalam Tata Hukum Nasional ialah adanya UU Perkawinan,
UU Waqaf, UU Perbankan Syariah, dll.
Daftar Pustaka

Pryadi, M. 2014, HUKUM ISLAM (Asas, Ciri, & Implementasi),


(https://muhammadapryadi.wordpress.com/tentang-ilmu-hukum/hukum-islam-
asas-ciri-implementasi/ , Diakses 14 November 2015, 19:01 WIB)

Ahmad, Amrullah. 1996, Dimensi hukum Islam dalam sistem hukum nasional.
Depok : Gema Insani Press

Anda mungkin juga menyukai