G3P2A0 Gravida 26-27 minggu inpartu Kala I fase aktif + Perdarahan e.c
Solutio plasenta + IUFD + Anemia sedang
K M Alkindi, S.Ked *
G3P2A0 Gravida 26-27 minggu inpartu Kala I fase aktif + Perdarahan e.c
Solutio plasenta + IUFD + Anemia sedang
K M Alkindi, S.Ked *
i
HALAMAN PENGESAHAN
G3P2A0 Gravida 26-27 minggu inpartu Kala I fase aktif + Perdarahan e.c
Solutio plasenta + IUFD + Anemia sedang
Disusun Oleh :
K M Alkindi, S.Ked
G1A1217040
Universitas Jambi
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat Clinical Report Session (CRS) yang berjudul
“G3P2A0 Gravida 26-27 minggu inpartu Kala I fase aktif + Perdarahan e.c Solutio
plasenta + IUFD + Anemia sedang” sebagai salaah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Obstetri Ginekologi di Rumah Sakit Umum
Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi.
K M Alkindi, S.Ked
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................. iii
Daftar Isi........................................................................................................... iv
Daftar Tabel ..................................................................................................... v
Daftar Gambar .................................................................................................. vi
Daftar Singkatan............................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
BAB II LAPORAN KASUS .......................................................................... 3
2.1 Anamnesis .................................................................................... 3
2.2 Status Generalisata ....................................................................... 5
2.3 Status Obstetri .............................................................................. 6
2.4 Pemeriksaan Penunjang ................................................................ 7
2.5 Diagnosa Kerja ............................................................................. 8
2.6 Tatalaksana ................................................................................... 8
2.7 Follow Up ..................................................................................... 8
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 11
3.1 Solusio Plasenta ............................................................................ 11
3.1.1 Defenisi ................................................................................. 11
3.1.2 Etiologi ................................................................................. 11
3.1.3 Patofisiologi .......................................................................... 14
3.1.4 Gambaran Klinis ................................................................... 15
3.1.5 Penegakkan Diagnosa ........................................................... 17
3.1.6 Tatalaksana ........................................................................... 20
3.1.7 Komplikasi............................................................................ 24
3.1.8 Prognosis .............................................................................. 26
BAB IV ANALISIS KASUS .......................................................................... 31
2.1 Anamnesis .................................................................................... 28
2.2 Pemeriksaan Fisik ........................................................................ 29
2.1 Pemeriksaan Penunjang ................................................................ 29
2.2 Tatalaksana .................................................................................. 30
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR SINGKATAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
menjadikan morbiditas dan bahkan mortalitas pada janin dan bayi baru lahir.
Angka kematian janin akibat solusio plasenta berkisar antara 50-80%. Tetapi ada
literatur lain yang menyebutkan angka kematian mendekati 100% .3
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Anamnesis
Identitas Pasien
Nama : Ny. LM
Umur : 28 tahun
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Alamat : RT.01 Badang Tungkal Ulu
Pekerjaan : IRT
Tanggal Masuk : 20 Januari 2018, pukul : 20.00 WIB
Nama suami : Tn. S
Umur : 30 Tahun
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : RT.01 Badang Tungkal Ulu
Pekerjaan : Petani
3
4
Leopold 2 :
Kanan : teraba bagian-bagian kecil janin, kesan anggota
gerak
Kiri : teraba bagian keras panjang janin di bagian kiri,
kesan punggung
Leopold 3 : teraba bagian bulat, lunak, dan tidak melenting.
Leopold 4 : Divergen
3. Pemeriksaan dalam : Pembukaan lengkap, teraba kaki..
Darah Rutin
USG:
G3P2A0 Gravida 26-27 minggu inpartu Kala I fase aktif + Perdarahan e.c Solutio
plasenta + IUFD + Anemia sedang
2.7 Follow Up
23.00
Solusio Plasenta + usia kehamilan 26-27 minggu
D/ G3P2A0 Gravida 26-27 minggu inpartu Kala I fase aktif +
Perdarahan e.c Solutio plasenta + JTM + Anemia sedang
23.05
bayi lahir spontan lengkap, tidak ada tanda tanda kehidupan, JK.:
laki-laki BB: 800gr PB: 35 cm
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum janin lahir,
dan definisi ini hanya berlaku apabila terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu
3.1.2 Etiologi
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada
1. Faktor kardio-reno-vaskuler
kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut
2. Faktor trauma
- Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas,
Dari penelitian yang dilakukan Slava di Amerika Serikat diketahui bahwa trauma
yang terjadi pada ibu (kecelakaan, pukulan, jatuh, dan lain-lain) merupakan
(4)
penyebab 1,5-9,4% dari seluruh kasus solusio plasenta . Di RSUPNCM
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Holmer mencatat
bahwa dari 83 kasus solusio plasenta yang diteliti dijumpai 45 kasus terjadi pada
peningkatan kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu dengan paritas tinggi. Hal ini
13
dapat diterangkan karena makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan
endometrium (2,3,5).
peningkatan kejadian solusio plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal
ini dapat diterangkan karena makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi
menahun (1,2,3,5).
leiomioma (3).
hipotesis ini belum terbukti secara definitif. Angka kejadian solusio plasenta pada
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio plasenta
sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari. Ini dapat
diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas dan
melaporkan bahwa resiko terjadinya solusio plasenta meningkat 40% untuk setiap
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat solusio
plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang tidak memiliki
vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya kehamilan,
3.1.3 Patofisiologi
Bermula dari suatu keadaan yang mampu memisahkan vili-vili korealis
plasenta dari tempat implantasinya pada desidua basalis sehingga terjadi
perdarahan. Oleh karena itu patofisiologinya bergantung pada etiologi. Pada
trauma abdomen etiologinya jelas karena robeknya pembuluh darah di desidua.
Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel (apoptosis)
yang disebabkna oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu yang dapat
menyebabkan pembentukan trombosis dalam pembuluh darah desidua atau dalam
vaskular vili dapat berujung kepada iskemia dan hipoksia setempat yang
menyebabkan kematian sejumlah sel dan mengakibatkan perdarahan sebagai hasil
akhir. Perdarahan tersebut menyebabkan desidua basalis terlepas kecuali selapis
tipis yang tetap melekat pada miometrium. Dengan demikan, pada tingkat
permulaan sekali dari proses terdiri atas pembentukan hematom yang bisa
menyebabkan pelepasan yang lebih luas, kompresi dan kerusakan pada bagian
plasenta pada sekelilingnya yang berdekatan.
Dalam beberapa kejadian pembentukan hematoma retroplasenter
disebabkan oleh putusnya arteri spiralis dalam desidua. Hematoma retroplasenter
mempengaruhi penyampaian nutrisi dan oksigen dari sirkulasi maternal/plasenta
ke sirkulasi janin. Hematoma dapat semakin membesar ke arah pinggir plasenta
sehingga jika amniokhorion sampai terlepas, perdarahan akan keluar melalui
15
ringan dan darah yang keluar masih sedikit, sehingga belum keluar melalui
vagina.
b. Solusio plasenta sedang
Gejala dan tanda sudah jelas, rasa nyeri pada perut yang terus menerus,
perut tegang sehingga sukar melakukan palpasi, denyut jantung janin biasanya
sudah menunjukkan gawat janin, perdarah nyata keluar dari vagina, takikardi,
hipotensi, kulit dingin dan keringatan, oliguria, kadar fibrinogen mulai berkurang
antara 150 sampai 250 mg/100 ml, dan mungkin kelainan pembekuan darah dan
gangguan fungsi ginjal sudah mulai ada.
c. Solusio plasenta berat
Perut sangat nyeri dan tegang hingga defance musculaire sehingga palpasi
bagian janin tidak mungkin lagi dilakukan. Fundus uteri lebih tinggi daripada
yang seharusnya karena telah terjadi penumpukan darah didalam rahim. Pada
inspeksi perut tampak membulat dan kulit di atasnya kencang dan mengkilat. Pada
auskultasi denyut jantung janin tidak terdengar lagi. Terjadi syok hipovolemik.
Hipofibrinogenemia dan oliguria telah ada sebagai komplikasi pembekuan darah
intravaskular yang luas (disseminated intravacular coagulation), dengan
gangguan fungsi ginjal. Kadar fibrinogen darah kurang dari 150mg% dan telah
ada trombositopenia.
Diagnosis definitif hanya bisa ditegakkan secara retrospektif yaitu setelah
partus dengan melihat adanya hematoma retroplasenter. Pemeriksaan USG
berguna untuk membedakan dengan plasenta previa, akan tetapi pada pemeriksaan
USG ini dapat memberikan hasil positif palsu karena solusio plasenta sulit
dibedakan dengan plasenta itu sendiri kecuali pada 48 jam perdarahan karena
pembekuan darah anak tampak lebih ekogenik dan menjadi hipogenik dalam
waktu 1 sampai 2 minggu.
Alfa-feto-protein serum ibu (MSAFP) dan hCG serum ibu ditengarai bisa
melewati plasenta dalam keadaan dimana terdapat gangguan fisiologik dan
keutuhan anatomik dari plasenta. Kadar MSAFP yang tinggi tanpa sebab lain
(seperti kehamilan dengan kelainan kromosom, neural tube defect, hipertensi
karena kehamilan, plasenta previa, ancaman persalinan prematur dan hambatan
17
klasik umumnya tidak sulit menegakkan diagnosis, tapi tidak demikian halnya
pada bentuk solusio plasenta sedang dan ringan. Solusio plasenta klasik
mempunyai ciri-ciri nyeri yang hebat pada perut yang datangnya cepat disertai
uterus yang tegang terus menerus seperti papan, penderita menjadi anemia dan
syok, denyut jantung janin tidak terdengar dan pada pemeriksaan palpasi perut
antara lain :
1. Anamnesis (5)
- Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien dapat menunjukkan
recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah yang berwarna
kehitaman .
- Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak
tidak bergerak lagi).
- Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang. Ibu terlihat
anemis yang tidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar pervaginam.
18
- Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
2. Inspeksi (5)
- Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
3. Palpasi (5)
- Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden uterus)
4. Auskultasi (5)
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila denyut jantung terdengar biasanya
di atas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang
5. Pemeriksaan dalam
- Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang, baik sewaktu
- Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun
ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus placenta, ini sering
penyakit vaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok.
7. Pemeriksaan laboratorium
- Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan silinder dan
leukosit.
jam, tes kualitatif fibrinogen (fiberindex), dan tes kuantitatif fibrinogen (kadar
8. Pemeriksaan plasenta .
Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya tampak tipis dan cekung
di bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku
retroplacenter.
- Darah
- Tepian plasenta
20
3.1.6 Penatalaksanaan
Penanganan kasus-kasus solusio plasenta didasarkan kepada berat atau
Ekspektatif, bila usia kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada
perbaikan (perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang, janin
hidup) dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu persalinan
spontan (2).
makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio plasenta bertambah
luas), maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila janin hidup, lakukan seksio
sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi disusul infus oksitosin untuk
Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan, penanganan
di rumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan jika perlu
terjadi sekurang-kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus segera diberikan
(5)
. Amniotomi akan merangsang persalinan dan mengurangi tekanan intrauterin.
Keluarnya cairan amnion juga dapat mengurangi perdarahan dari tempat implantasi
terjadi adalah nekrosis tubuli ginjal mendadak yang umumnya masih dapat
tertolong dengan penanganan yang baik. Tetapi bila telah terjadi nekrosis korteks
ginjal, prognosisnya buruk sekali. Pada tahap oliguria, keadaan umum penderita
umumnya masih baik. Oleh karena itu oliguria hanya dapat diketahui dengan
pengukuran pengeluaran urin yang teliti yang harus secara rutin dilakukan pada
penderita solusio plasenta sedang dan berat, apalagi yang disertai hipertensi
darah.
bahaya hepatitis, oleh karena itu pengobatan dengan fibrinogen hanya pada
Solusio Plasenta
Hidup Mati
amniotomi
percepat kala II
SEKSIO
SESAREA
PARTUS Amniotomi
PERVAGINAM Akselerasi (Infus Oksitosin)
Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta
yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung.
b. Fase II
Fase ini sebetulnya fase regulasi reparatif, yaitu usaha tubuh untuk membuka
kembali peredaran darah kapiler yang tersumbat. Usaha ini dilaksanakan dengan
3.1.8 Prognosis
Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus,
sampai selesainya persalinan. Angka kematian ibu pada kasus solusio plasenta berat
Hampir 100% janin pada kasus solusio plasenta berat mengalami kematian.
Tetapi ada literatur yang menyebutkan angka kematian pada kasus berat berkisar
antara 50-80%. Pada kasus solusio plasenta ringan sampai sedang, keadaan janin
tergantung pada luasnya plasenta yang lepas dari dinding uterus, lamanya solusio
plasenta berlangsung dan usia kehamilan. Perdarahan lebih dari 2000 ml biasanya
BAB IV
ANALISA KASUS
4.1 Anamnesis
TEORI KASUS
Perdarahan dari jalan lahir berwarna Pasien mengaku darah dari jalan lahir
kehitaman sejak 8 jam SMRS
Pasien Juga mengeluhkan adanya Nyeri perut (-), sedikit rasa tegang
nyeri perut terus menerus disertai pada perut (-)
sedikti rasa tegang. Riwayat trauma (+), riwayat
Faktor predisposisi (riwayat hipertensi kronis (+), riwayat urut (+)
hipertensi, trauma, urut ,dll)
Berdasarkan teori, tanda tanda solusio plasenta adalah timbulnya tanda dan
gejala syok apabila perdarahan yang keluar telah banyak. Kemudian dapat
ditemukan adanya defense muskular, dan pengukuran TFU yang lebih tinggi dari
usia kehamilan seharusnya. Kemudian DJJ dapat bervariasi tergantung beratnya
derajat solusio plasenta.
TEORI KASUS
Tanda tanda syok ( Takikardi, Tensi 110/70 mmHg
hipotensi, Konjungtiva anemis) Takikardi
TFU dapat lebih tinggi dari Conjungtiva Anemis
usia kehamilan TFU sesuai usia kehamilan
DJJ >160x/i atau (-) DJJ (-)
TEORI KASUS
Darah rutin (anemia) HB : 8,1 g/dL
Faal ginjal dapat ditemukan Ureum dan kreatinin dalam
adanya kerusakan pada ginjal batas normal
(peningkatan kadar ureum dan Usg -> Solusio Plasenta
kreatinin)
USG menyingkirkan diagnosa
banding Plasenta Previa
4.4 Tatalaksana
Pada kasus ini tatalaksana yang diberikan adalah terapi tatalaksana syok,
pemberian antibiotik, dan Asuhan persalinan normal pada pasien Ny. LM.
Berdasarkan teori pasien diterapi baik kondisi umum dan pemilihan dalam
terminasi kehamilan sesuai kondisi pasien.
TEORI KASUS
Terapi syok Resusitas cairan
Perbaikan KU Antibiotik
Persalinan pervaginam Induksi
Persalinan Pervaginam
Tabel 4.4 Analisa Tatalaksana
31
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Telah dilaporkan sebuah kasus atas pasien Ny. LM yang berusia 28 tahun
datang ke rumah sakit dengan rujukan dari Pelabuhan Dagang Tungkal dengan
diagnosa awal G3P2A0 Gravida 26-27 Minggu + Perdarahan + IUFD. Setelah
dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang, maka
didapatkan diagnosa G3P2A0 Gravida 26-27 minggu inpartu Kala I fase aktif +
Perdarahan e.c Solutio plasenta + IUFD + Anemia sedang.
Data yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang sesuai dengan teori yang ada. Begitu pula dengan tatalaksana yang
diberikan terhadap pasien.
32
DAFTAR PUSTAKA
Dalam: Ilmu Kebidanan, edisi III. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
2. Cunningham FG, Macdonald PC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC.
3. Pritchard JA, MacDonald PC, Gant NF. Williams Obstetrics, 20th ed. R Hariadi, R
2003. 518-20.
7. Saifuddin AB, dkk. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
8. Kristanto. H., Ilmu kebidanan, edisi IV. Yayasan Bina Pustaka Sarwono