Klasifikasi status fisik yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik seseorang ialah
yang berasal dari The American Society of Anesthesiologist (ASA). Klasifikasi ASA antara
lain :
ASA I
: pasien dalam kondisi sehat
ASA II : pasien dengan kelainan sistemik ringan sedang yang tidak berhubungan dengan
pembedahan, dan pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
ASA III : pasien dengan gangguan sistemik berat sehingga aktivitas rutin terbatas
ASA IV : pasien dengan kelainan sistemik berat tidak dapat melakukan aktivitas rutin dan
penyakitnya merupakan ancaman kehidupannya setiap saat (mengancam jiwa dengan atau
tanpa pembedahan).
ASA V
: pasien tidak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun dioperasi atau tidak.
ASA VI : brain-dead
Jika akan dilakukan operasi darurat dapat mencantumkan tanda darurat E.
IV
Contoh
Pasien bugar dengan
hernia inguinal
Hipertensi esensial,
diabetes ringan
Angina, insufisiensi
pulmoner sedang
sampai berat
Penyakit paru stadium
lanjut, gagal jantung
Ruptur aneurisma
aorta, emboli paru
massif
tanpa operasi
Kasus-ksus emergensi diberi
tambahan hurup E ke
angka.
Di samping itu, risiko pembedahan dan pembiusan tergantung pada faktor-faktor lain yang
tidak dipertimbangkan atau dicakup dengan skor. Ini mencakup usia, berat badan, jenis
kelamin, dan kehamilan. Grade dokter spesialis bedah dan spesialis anestesi, fasilitas untuk
perawatan pasca bedah dan bantuan untuk tim bedah juga tidak diperhitungkan.
Skor ASA telah digunakan dalam kajian NCEPOD dan penggunaannya tersebar luas
pada banyak audit pembedahan dan anestesia. Telah diketahui bahwa risiko perioperatif
meninggi dengan skor ASA pasien. Akan tetapi walaupun berguna, keterbatasan skor ini
mencegahnya untuk berperan lebih dari penuntun kasar pada masing-masing pasien. Ada
beberapa sistem penentu skor prognostik yang lebih baik yang diuraikan dalam buku ini dan
berkenaan dengan kondisi-kondisi medis spesifik.
E
Definisi :
Peristiwa ilangnya sensasi, perasaan ( panas, raba, posture ) dan nyeri bahkan hilangnya
kesadaran, sehingga memungkinkan dilakukannya tindakan pembedahan
Trias Anestesi :
1. Analgesia ( Hilangnya nyeri )
2. Hipnotik ( Hilang kesadaran )
3. Relaksasi otot ( Muscle Relaxan )
Ruang lingkup kerja anestesi :
1. Ruang operasi
2. ICU
3. UGD
Persiapan Anestesi :
Tujuan :
1. Mempersiapkan mental dan fisik penderita secara optimal
2. Merencanakan & memilih tehnik & obat-obat anestesi yang sesuai
3. Mengurangi angka kesakitan
4. Mengurangi angka mortalitas
Tahap :
1. Informed consent
2. Periksa keadan ummum pasien :
- Anamnesis
- Fisik diagnostik
- Pemeriksaan Lab
- Kelas / status penyakit
3. ASA Menentukan grade operasi
4. Masukan oral dibatasi ( Puasa )
5. Tehnik operasi
6. Resiko operasi
7. Premedikasi
Tujuan Premedikasi :
1. Menenangkan penderita
2. Mengurangi rasa sakit
3. Memudahkan induksi
4. Mengurangi dosis obat- obat anestesi
5. Menngurangi refleks yang tidak diinginkan
6. Mengurangi sekresi kelainan mulut & saluran nafas
7. Mencegah mual dan muntah pasca bedah
8. Mencegah penderita ingat situasi selama operasi ( menciptakan amnesia )
Obat obatan Premedikasi :
1. Sedativa, transquilizer
2. Analgetika narkotika
3. Alkaloid belladona :
- Anti sekresi
- Mengurangi efek vagal terhadap jantung dari obat-obat
c. Setelah Intubasi :
- Spasme laring
- Aspirasi
- Gangguan fonasi
- Edema glotis sunglotis
- Infeksi larinng, faring, trakhea
Indikasi anestesi umum
1. Infant & anak usia muda
2. Dewasa yang memilih anestesi ummum
3. Pembedahannya luas / eskstensif
4. Penderita sakit mental
5. Pembedahan lama
6. Pembedahan dimana anestesi lokal tidak praktis atau tidak memuaskan
7. Riwayat penderita tksik / alergi obat anestesi lokal
8. Penderita dengan pengobatan antikoagulantia
Anestesi Lokal :
Tehnik :
1. Topikal ( Anestesi permukaan )
2. Infiltrasi lokal
3. Field Block ( Anestesi / lapaangan )
4. Nerve Block ( Block Syaraf )
5. Spinal Block ( LCS )
6. Epidural Block
7. Intravenous local anestesi
Obat obat anestesi lokal :
1. Potensi rendah, lama kerja pendek
Ex : Procain, chloroprocain
2. Potensi sedang, lama kerja sedang
Ex : Lidocain, Mopivacain, prilokain
3. Potensi kuat, lama kerja panjang
Ex : Bupivacain , Tetracain
Golongan obat anestesi lokal :
1. Golongan eter ( -COOC )
Kokain, Benzokain, Ametocaine, Prokain ( Novokain), Tetrakain ( Pentokain ), Chloropocain
( Nesakain )
2. Golongan Amida ( NHCO )
Lidocain, Mepivacain, Prilocain, Bupivacain, Etidokain, Dibukain, ropivakain,
levobupivacain
Sebelum dilakuan sungkup atau intubasi ada : Induksi :
- Inhalasi
- Parenteral ( IV & IM )
Selama operasi harus ada pemantauan ( Tanda tanda vital : yaitu : Tensi, suhu, respirasi,
nadi ). Tujuannya adalah untuk mengurangi terjadinya komplikasi anestesi operasi.
- Chlorpomazine : Largactil
5. Golongan Nevroleptik
- Deperidol
- Dehydrobenzoperidol
Enteral :
Masuk Usus melalui NGT :
- Gastrostomi
- Yeyenostomi
- Illeustomi
Nutrien : Adalah zat nutrisi yang masuk dalam tubuh
1. Karbohidrat
2. Protein : 4 kal
3. Lipid : ( kal
4. Trace element
Kebutuhan kalori : 25 kal / kgBB
TBW :
- Cairan intrasel (40%)
a. Terdiri dari : kalium, Mg, fosfat (kalium paling banyak)
b. Otak, Hb, eritrosit
- Cairan Ekstrasel (20%)
a. Cairan interstisial (antar sel) : 15%
b. Plasma (cairan intravaskular) : 5%
c. Terdiri dari : Na, Cl (Na paling banyak)
Kehilangan cairan lebih dari 20 % harus di intervensi (dikompensasi).
Jenis jenis cairan :
1. Koloid (plasma ekspander) intravena
- Gelatin (lemak sel, gelafundin, gelofusin)
- Polimer dextrosa (dextran 40, dextran 70)
- Turunan kanji
- Hidroksi etil starch (haes, ekspafusin)
2. Kristaloid (elektrolit)
- Dextrosa 5 % (dewasa)
- Ringer laktat (RL)
- NaCl 0,9 %
- Asetat ringer (asering)
Indikasi transfusi darah :
1. Perdarahan akut sampai Hb < 8 gr % atau Ht < 30 %
Pada orang tua, kelainan paru, kelainan jantung,
Hb < 10 gr %
2. Bedah mayor kehilangan darah 20 % volume darah
RJPO (Resusitasi jantung dan paru)
aspek
bersejarah
dari
pembangunan
teknik
dan
guru-guru
mereka,
biasanya
menghilangkan
segala
perkenalandari
dietil
eter
yang
diberikan
yang
dipergunakan
untuk
memperoleh
anestesi.
dalam
dalam
jumlah
anestesi
yang
bervariasi,
modern.
Sebagai
obat
yang
tambahan
praktek
ini
dilakukan
oleh
sekelompok
pelajar
yang
eter,
nitrat
oksida
diketahui
berguna
untuk
seperti
eter
karena
lebih
kompleks
untuk
Prietsley
mempersiapkan
dan
memeriksa
dan
penggunaan
mengobati
dari
gas
penyakit.
untuk
Hal
itu
membuat
menyembuhkan
sariawan,
yang
liuas
muncul
menghilangkan
rasa
nyeri,
dengan
benda
kemampuan
itu
mungkin
untuk
dapat
ini,
mungkin
karena
mengatur
karirnya
dalam
dasar
Cuma-Cuma.
Tidak
ada
batasan
kebanggaan
dalam
membuatnya.
Pada tahun berikutnya, John Snow memperkenalkan inhaler
kloroform, dia telah mengenal sifat-sifatnya dan memilihnya
sebagai bahan uji coba. Pada
pengganti
terhadap
kloroform
atau
eter,
dia
Koch
banyakilmuwan
di
Amrika
utara
dan
Eropa
membuktikan
tesisnya
ketika
kolera
melanda
menyipkan
apa
yang
menjadi
survey
epidemologi
pertama
kali
menggunakan
kokain
pada
praktek
bedah
Amerika
dengan
cepat
1884,
Wiliam
Halstead
dan
Richard
Hall
anestesia
ekstradural
dan
Bier
berjasa
dalam
perkembangan
anesthesiology
dapat
konstan akan
Sejarah Anestesi
Kemajuan kemampuan pembedahan tidak terbayangkan pada zaman sebelum
pertengahan abad ke 19.
Karena cara-cara menghilangkan rasa sakit yang efisien belum ditemukan. Pembedahan
kebanyakan dilakukan untuk kelainan yang kecil saja, dan atau bersifat darurat. Ambang rasa
sakit diturunkan antara lain dengan ramuan-ramuan dari dedaunan, candu, alkohol, yang
tentunya tidak efektif. Karena tidak efektif, kadang-kadang kepala dipukul atau dicekik
lehernya hingga pingsan. Seperti gambar di bawah ini:
Pasien juga harus dipegang erat-erat oleh beberapa orang agar pasien tidak melompat
dari meja operasi karena kesakitan.
Tapi, semua itu berubah total setelah seorang dokter gigi yang bernama William
Thomas Greene Morton pada tahun 1846, mendemonstrasikan dietil eter (suatu ikatan
kimia) dengan cara dihirup dapat menghilangkan rasa nyeri secara sempurna sehingga
operasi dapat dilakukan dengan baik tanpa tergesa-gesa.
Penemuan ini merupakan titik balik sejarah ilmu bedah karena telah membuka cakrawala
kemungkinan pembedahan yang lebih luas, mudah, dan manusiawi. Tepat sekali bila
penemuan ini dianggap sebagai "The Most Humane Discovery in History of Mankind."
Keadaan tanpa rasa sakit yang ditimbulkan oleh eter kemudian diberi nama anestesia
(dari bahasa Yunani, a = tanpa, aesthesis = rasa/sensasi). Sejak ini, ilmu bedah maju pesat,
sedangkan bidang anestesi berjalan tersendat karena pemberian anestesi dianggap sebagai
tindakan teknis belaka dan tidak memiliki daya tarik bagi para praktisi kesehatan.
Menjelang tahun 1940, bidang anestesi maju pesat karena banyak dokter mulai aktif
mempelajari dasar-dasar ilmunya dan kemudian berhasil mengembangkan menjadi ilmu
kedokteran dengan nama Anestesiologi.