Anda di halaman 1dari 42

PREMEDIKASI ANESTESIA

KEPANITERAAN ANESTESI
PERIODE 13 JANUARI – 16 FEBRUARI 2020
RUMAH SAKIT UMUM SILOAM
TANGERANG
2020

Disusun oleh : Rahma Yunita Ayu R. M.


Pembimbing : dr. Primartanto Wibowo, Sp.An
PREMEDIKASI
Definisi

¡  Premedikasi adalah terapi pendahuluan atau obat-obat yang


diberikan sebelum operasi dalam rangka pelaksanaan
anestesia.

¡  Tujuan: mengurangi kecemasan, rasa nyeri, gejala mual-


muntah, memberikan efek amnesia dan menghindari aspirasi
dari asam lambung.

¡  Obat premedikasi yang ideal yaitu memiliki onset kerja dan
durasi kerja obat yang cepat dan singkat sehingga pemulihan
pasca operasi tidak tertunda namun tetap efektif.
SEJARAH
¡  Konsep premedikasi anestesi pada awalnya dikembangkan
untuk menangkal efek samping dari anestesi umum ketika
ether dan kloroform banyak digunakan sebagai anestesi
inhalasi pada tahun 1850-an.

¡  Pada tahun 1864, dua orang dokter yang bernama


Nussbaum dari Jerman dan Bernard dari Perancis,
menemukan à injeksi morfin subkutan dapat membantu
pasien menjadi lebih tenang dan meningkatkan kerja
anestesi kloroform.

¡  Dastre à Atropin dapat menekan sekresi air liur dan


menangkal efek depresi pernapasan dan efek muntah dari
morfin.

¡  Akibatnya, morfin dan atropin menjadi populer sebagai obat


premedikasi anestesi pada akhir abad ke-19.

¡  Pada tahun 1911, Dudley Buxton menerbitkan makalah


pertama tentang penggunaan morfin, atropin, skopolamin,
dan agen serupa lainnya sebelum anestesi inhalasi.
OBAT PREMEDIKASI
¡  Sedatif

¡  Analgetik narkotik / opioid

¡  Anti kolinergik

¡  Anti-emetik

¡  Profilaksis aspirasi


AMNESIA DAN
SEDATIF
BENZODIAZEPINE
¡  Benzodiazepine merupakan golongan obat
yang paling umum digunakan untuk premedikasi
jenis sedatif dan amnesia.

¡  Efek: amnesia, mengurangi kecemasan dan juga


sedasi ringan. Jika diberikan dalam dosis tinggi,
dapat mempengaruhi kecepatan dan kualitas
dari pemulihan.

¡  Contoh: Midazolam, Diazepam


MIDAZOLAM
¡  Midazolam sebagai obat sedatif sangat
umum digunakan dalam premedikasi.
Dibandingkan obat golongan
benzodiazepine lainnya seperti diazepam,
Obat ini mempunyai onset dan durasi
pemulihan yang lebih cepat, walaupun
mungkin akan lebih lama pada pasien
geriatri.

¡  Efek lain yang diberikan oleh midazolam


yaitu relaksasi otot, anti-kejang, dan
amnesia. Midazolam dapat diberikan via
rute oral, rektal, intranasal, intramuskular (IM),
dan intravena (IV).
MIDAZOLAM
¡ Indikasi:
¡  Intravena : Untuk sedasi perioperatif, induksi anestesia dan amnesia.

¡  Intramuskular : Untuk pengobatan status epileptikus pada orang dewasa.

¡  Nasal : Untuk pengobatan kejang dan epilepsi untuk pasien umur
lebih dari 12 tahun.

¡ Kontraindikasi:
¡  Pasien dengan kegagalan nafas atau depresi pernafasan akut, glaukoma
narrow-angle akut, myasthenia gravis, sindroma sleep-apnea. 
MIDAZOLAM
¡  Farmakodinamik:

¡  Midazolam adalah short-acting benzodiazepin


yang dan berkerja sebagai depresan sistem saraf
pusat (CNS). Cara kerja midazolam adalah
meningkatkan kerja gamma-aminobutyric acid
(GABA), yaitu sebuah inhibitory neurotransmitter di
CNS. Midazolam akan berikatan dengan reseptor
GABA-A yang akan meningkatakan afinitasnya
dengan neurotransmiter GABA. Afinitas yang lebih
tinggi akan menyebabkan lebih banyak GABA
yang berikatan dengan reseptor GABA-A, sehingga
frekuensi Cl- channel terbuka lebih sering dan
action potential juga meningkat.
MIDAZOLAM
¡  Dosis:
¡  Dewasa: 0.7-100 mcg/kgBB (IM) 1 jam sebelum operasi; atau,

1-2.5 mg (IV) 30 menit sebelum operasi.

¡  Anak (6 bulan – 5 tahun) : 0.05-0.1 mg/kgBB (IV). Total dosis maximum
adalah 6 mg/kg

¡  Anak (6 tahun – 12 tahun) : 0.025-0.05 mg/kg (IV). Total dosis maximum
10 mg/kg.

¡ Onset:
¡  IV <5 menit, IM 15 menit, oral 20 menit.

¡  Durasi: 1-6 jam.


MIDAZOLAM
¡  Toksisitas:

¡  Toksisitas midazolam pada tikus adalah 215mg/kg.


Tanda-tanda overdosis yaitu somnolence,
kebingungan, gangguan koordinasi, refleks
menurun, koma, dan lain-lain. Overdosis midazolam
juga dapat menyebabkan gangguan sistem
kardio-respiratori dan neurologis, hingga kematian.

¡  Efek sampingnya yaitu anterograde amnesia,


depresi CNS, hipotensi, penurunan tidal volum dan
frekuensi pernafasan, batuk, sakit kepala, mual-
muntah hingga apnea.
DIAZEPAM

¡  Sama seperti midazolam, diazepam juga berkerja


dengan cara meningkatkan kerja gamma-
aminobutyric acid (GABA) sehingga frekuensi
GABA berikatan dengan reseptor GABA-A
meningkat, dan Cl- channel terbuka lebih sering
dan action potential juga meningkat.
DIAZEPAM
¡  Indikasi:

¡  Insomnia yang disebabkan oleh ansietas, spasme


otot, kejang, sindroma alcohol-withdrawal,
premedikasi anstesia, sedasi untuk operasi.

¡  Kontraindikasi:

¡  Insufisiensi respiratori akut dan kronik, depresi


pernafasan, myasthenia gravis, sleep apnea,
narrow-angle glaukoma akut, kronik psikosis,
anak <6 tahun, hiperkinesis.
DIAZEPAM
¡  Dosis

¡  Oral:

¡  - Dewasa : 5-20 mg

¡  - Anak : 2-10 mg

¡  Intravena:

¡  - Dewasa : 10-20 mg

¡  - Anak : 0.2 mg/kgBB

¡  Onset:

¡  IV: 1-3 menit


CLONIDINE
¡  Clonidine adalah obat golongan anti-
hipertensi untuk menurunkan tekanan darah,
dan juga untuk pengobatan attention deficit
hyperactive disorder (ADHD). Clonidine mulai
sering digunakan untuk obat premedikasi karena
efek sedasinya, analgesia, dan anti-ansietas.
CLONIDINE
¡  Indikasi:

Nyeri hebat, nyeri yang disebabkan oleh kanker,


hipertensi dan krisis hipertensi, menopausal flushing,
profilaksis migrain.

¡  Kontraindikasi:

Severe bradyarrhythmia yang berhubungan


dengan 2nd- atau 3rd-degree AV block atau sick
sinus syndrome.
CLONIDINE
¡  Farmakodinamik:

¡  Clonidine adalah agonis alpha-2 adrenoreseptor di batang


otak yang menyebabkan efek menurunkan tekanan darah,
sedasi, dan hiperpolarisasi dari saraf, dan anti-aritmik.

¡  Obat ini juga mengurangi simpatetik outflow dari CNS,


sehingga menurunkan resistensi periferal, detak jantung,
tekanan darah, dan resistensi vaskuler renal.
CLONIDINE
¡  Dosis:
¡  Oral : 4μg/kg

¡  Intranasal : 2μg/kg

¡  Intramuskular : 2-4μg/kg

¡  Onset:
Oral, intranasal dan intramuscular: 30-60 menit

¡  Durasi:
6 jam.

¡  Efek samping:

Sakit kepala, pusing, mulut kering, konstipasi, depresi, kecemasan, mual, lemas,
anorexia, paresthesia, gangguan presepsi, gangguan tidur, penurunan libido. 
DEXMEDETOMIDINE
¡  Dexmedetomidine adalah obat sedatif yang
digunakan untuk pasien yang menjalani terapi
intensif dan membutuhkan ventilator.
Dexmedetomidine juga digunakan untuk obat
analgesia dan mengurangi rasa cemas. Obat ini
juga dapat digunakan sebagai salah satu obat
premedikasi. Dexmedetomidine dan clonidine
merupakan alternatif yang efektif untuk
benzodiazepine, terutama untuk anak-anak.
DEXMEDETOMIDINE
¡  Indikasi:

¡  Untuk premedikasi, pasien-pasien yang


membutuhkan perawatan intensif, untuk
meredakan rasa nyeri dan kecemasan.

¡  Kontraindikasi:

¡  2nd atau 3rd degree AV block (tanpa


pacemaker), hipotensi yang tak terkontrol,
gangguan serebrovaskuler akut.
DEXMEDETOMIDINE
¡  Farmakodinamik:

¡  Dexmedetomidine mengaktivasi 2-adrenoreseptor, dan


menyebabkan penurunan dari tonus simpatetik dan
melemahkan respons neuroendokrin dan hemodinamik
terhadap anestesia dan tindakan operasi. Obat ini adalah
selektif alpha-2 adrenoreseptor agonist. Dexmedetomidine
akan berikatan dengan alpha-2 adrenoreseptor yang
terdapat di pre-sinaptik untuk menginhibisi pelepasan
norepinefrin sehingga menghentikan sinyal nyeri. Aktivasi dari
post-sinaptik alpha-2 adrenoreseptor akan menginhibisi
aktivitas simpatetik, menurunkan tekanan darah dan detak
jantung.
DEXMEDETOMIDINE
¡  Dosis:
Dewasa: 0.7 mcg/kg/hari (IV), range dosis adalah 0.2-1.4 mcg/kg/hari

¡  Onset:

5-10 menit.

¡  Durasi:

60-120 menit

¡  Efek samping:

Mual-muntah, mulut kering, perubahan tekanan darah, bradikardia,


takikardia, AF, MI, myokardial iskemia, demam, hipoksia, hipertermia, anemia,
agitasi, nyeri, efusi pleura, perubahan kadar gula darah.
ANALGETIK
OBAT ANALGETIK
¡  Obat analgetik dapat mengurangi rasa nyeri
dan meningkatkan kenyamanan pasien pada
waktu post-operatif.

¡  Contoh dari obat analgetik yang digunakan


untuk premedikasi yaitu opioid, parasetamol,
NSAID, dan gabapentin.
NSAID

¡  NSAID sangat umum digunakan. Contoh dari NSAID adalah ketorolac.

¡  Ketorolac adalah obat golongan NSAID yang memberikan efek anti-nyeri
untuk nyeri post-operatif, nyeri artiritis, osteoartritis, nyeri menstruasi, nyeri
kepala, nyeri tulang belakang, dan lain-lainnya.

¡  Keterolak mempunyai efektivitas yang hampir sama dengan dosis standar
morfin dan meperidine, sehingga dapat digunakan sebagai pengganti
opioid.

¡  Sediaan ketorolac adalah oral tablet, injeksi, nasal spray dan ophthalmic
solution.
KETOROLAC
¡  Farmakodinamik:

¡  Keterolac menginhibisi pathway sintesa


prostaglandin. Obat ini adalah non-selektif dan
menginhibisi enzim-enzim COX-1 dan COX-2.
COX-2 enzim merupakan enzim yang mengubah
asam arakidonat menjadi prostaglandin yang
memicu inflamasi dan nyeri. Dengan
menginhibisi pathway ini, ketorolac dapat
memberikan efek analgesia dan mengurangi
inflamasi.
KETOROLAC
Dosis:
¡  Oral

Dewasa: 20 mg diikuti 10 mg setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan. <50 kg: 10 mg diikuti 10 mg setiap 4-6 jam sesuai
kebutuhan. Dosis maksimum 40 mg setiap hari.

¡  Parentral

Dewasa: 10 mg diikuti oleh 10-30 mg setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan. Dosis maksimum 90 mg per hari. Semua
dosis diberikan oleh IM atau IV selama 15 detik. Durasi maksimum adalah 2 hari.

¡  Onset:

30-60 menit (oral), 30 menit (IV/IM), <20 menit (nasal)

¡  Durasi:

4-6 jam

¡  Efek samping:

Mual-muntah, sakit kepala, nyeri epigastrik, pendarahan gastrointestinal, lemas, kantuk, reaksi anafilaktik.
OPIOID
¡  Opioid adalah obat yang digunakan untuk nyeri
akut berat. Opioid juga dapat memberikan efek
sedasi dan depresi kardio-respiratori. Semua
opioid dapat menyebabkan mual-muntah atau
efek samping lainnya yang lebih besar
dibandingkan keuntungannya. Opioid juga
dapat memicu bronkospasme atau reaksi
anafilaksis. Contoh dari obat golongan opioid
yaitu Fentanyl dan Pethydine.
FENTANYL

¡  Obat Fentanyl adalah opioid yang dapat


meredakan rasa sakit yang sangat hebat. Obat
Fentanyl ini hanya tersedia dalam bentuk injeksi.

¡  Dosis Fentanyl: 50-100 mcg/IM atau IV secara


lambat 30-60 menit sebelum operasi. Tambahan
untuk anestesi regional: 25-100 mcg/dosis IV
lambat selama 1-2 menit.
ANTIKOLINERGIK
OBAT ANTI-KOLINERGIK
¡  Obat golongan anti-kolinergik adalah obat-obat
yang menekan / menghambat aktivitas
kolinergik atau parasimpatis. Tujuannya adalah
mengurangi sekresi kelenjar, mencegah spasme
laring dan bronkus, mencegah bradikardi,
mengurangi motilitas usus, melawan efek depresi
narkotik terhadap pusat nafas.

¡  Contoh: Atropine Sulfat


ANTIEMETIK
OBAT ANTI-EMETIK
¡  Efek: Obat golongan antiemetik adalah obat-
obat yang digunakan sebagai profilaksis anti
mual-muntah, dan dianjurkan digunakan
sebelum induksi dan pasca bedah terutama
pada pasien dengan riwayat mual-muntah.
Digunakan juga untuk pasien yang menjalani
pembedahan yang beresiko tinggi
menyebabkan mual seperti laparaskopi, bedah
saraf, atau operasi mata.

¡  Contoh: Ondansetron, Metoclopramide


ONDANSENTRON
¡  Kompetitif serotonin type 3 reseptor antagonis.

¡  Serotonin 5-HT3 reseptor antagonist.

¡  Sangat spesifik dan selektif.

¡  Lokasi serotonin 5-HT3 reseptor:


v Periferal : nerve terminal dari vagus
v Central : chemoreceptor trigger zone di
postrema.
ONDANSENTRON
¡  Oral
Postoperative nausea and vomiting
¡  Adult: 16 mg given as a single dose 1 hour prior to induction of
anaesthesia. Alternatively, 8 mg 1 hour prior to anaesthesia followed by
2 further doses of 8 mg at 8 hourly intervals.
¡  Child: As oral soluble film: ≥40 kg: 4 mg 1 hour prior to anaesthesia,
followed by another 4 mg dose after 12 hours.
¡  Parenteral
Postoperative nausea and vomiting
¡  Adult: 4 mg via slow IV or IM inj given as single dose at induction of
anaesthesia.
¡  Child: ≥1 month ≤40 kg: 0.1 mg/kg via slow IV inj at anaesthesia
induction; >40 kg: 4 mg via slow IV inj as a single dose at induction of
anaesthesia. Max: 4 mg/dose.
¡  Onset: Approx 30 minutes.
METOCLOPRAMIDE
¡  Metoclopramide meningkatkan pengosongan
gaster dengan cara menurunkan tekanan
sphincter esofageal bawah (LES).

¡  Berkerja di area postrema di otak untuk menekan


simptom mual-muntah

¡  Meningkatkan motilitas gastrointestinal tanpa


meningkatkan sekresi bilier, gastric, dan
pankreas.
METOCLOPRAMID
¡  Dosis premedikasi:

¡  10-20 mg IV
PROFILAKSIS
ASPIRASI
PROFILAKSIS ASPIRASI
¡  Obat profilaksis aspirasi adalah obat-obat yang
menghambat pengikatan histamin pada
reseptor H2 sehingga mengurangi sekresi dan
volume gaster serta meningkatkan pH lambung
sehingga lebih efektif mencegah aspirasi.

¡  Contoh: Ranitidine, Cimetidine, antasida


RANITIDINE
¡  Ranitidine adalah obat yang sering digunakan
sebagai bagian dari premedikasi.

¡  Histamine H2-reseptor antagonist.

¡  Ranitidine merupakan inhibitor kompetitif yang


menginhibisi histamin pada reseptor H2-reseptor
di gastric parietal cell à menghambat sekresi
gaster, menurunkan volume gaster dan
menurunkan konsentrasi ion hidrogen.

¡  Dosis: dewasa 50 mg (IM) atau (IV inj) 45-60


menit sebelum induksi GA.
KESIMPULAN

¡  Premedikasi adalah terapi pendahuluan atau obat-obat yang


diberikan sebelum operasi dalam rangka pelaksanaan anestesia.
Premedikasi digunakan untuk mengurangi kecemasan, rasa nyeri,
gejala mual-muntah, memberikan efek amnesia dan menghindari
aspirasi dari asam lambung. Obat premedikasi yang ideal yaitu
memiliki onset kerja dan durasi kerja obat yang cepat dan singkat
sehingga pemulihan pasca operasi tidak tertunda namun tetap
efektif.

¡  Tujuan dari pemberian premedikasi yaitu untuk menenangkan


pasien sehingga memudahkan penanganan, untuk relaksasi otot
sehingga terjadi immobilisasi dan hiporefleksi, untuk memberikan
analgesia (menghilangkan rasa sakit), untuk memperoleh induksi
anestesi yang perlahan dan aman, stadium anestesi yang stabil dan
pemulihan dari anestesi yang baik, dan untuk mengurangi dosis
obat anestesi sehingga efek samping dapat dikurangi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai