Kontraindikasi :
Alergi barbiturat
Status ashmatikus
Porphyria
Pericarditis constriktiva
Tidak adanya vena yang digunakan untuk menyuntik Syok
Anak usia < 4 th (depresi saluran pernapasan)
2. GOLONGAN BENZODIAZEPIN
Obat induksi
Hipnotik pada balance anastesi
Untuk tindakan kardioversi
Antikonvulsi
Sebagai sedasi pada anastesi regional, local atau tindakan diagnostic
Mengurangi halusinasi pada pemakaian ketamin
Untuk premedikasi
a. Diazepam
Karena tidak larut air, maka obat ini dilarutkan dalam pelarut organic
(propilen glikol dan sodium benzoate).Karena itu obat ini bersifat asam
dan menimbulkan rasa sakit ketika disuntikan, trombhosis, phlebitis
apabila disuntikan pada vena kecil.Obat ini dimetabolisme di hepar dan
diekskresikan melalui ginjal.
Obat ini dapat menurunkan tekanan darah arteri. Karena itu, obat ini
digunakan untuk induksi dan supplement pada pasien dengan gangguan
jantung berat.
Dia
zepam
biasanya
digunakan
sebagai
obat
premedika
si,
amnesia,
sedative,
obat
induksi,
relaksan
otot
rangka,
antikonvu
lsan,
pengobata
n
penarikan
alcohol
akut dan
serangan
panic.
Awitan aksi : iv < 2 menit, rectal < 10 menit,
oral 15 menit-1 jam
Lama aksi : iv 15 menit- 1 jam, PO 2-6 jam
Dosis :
Premedikasi : iv/im/po/rectal 2-10 mg
Sedasi : 0,04-0,2 mg/kg BB
Induksi : iv 0,3-0,6 mg/kg
Antikonvulsan : iv 0,05-0,2 mg/kg BB setiap 5-10 menit dosis maksimal
30
mg, PO/rectal 2-10 mg 2-4 kali sehari
Efek samping obat :
b. Midazolam
Obat ini mempunyai efek ansiolitik, sedative, anti konvulsif, dan anteretrogad
amnesia. Durasi kerjanya lebih pendek dan kekuatannya 1,5-3x diazepam.
Obat ini menembus plasenta, akan tetapi tidak didapatkan nilai APGAR kurang
dari 7 pada neonatus.
Dosis :
Premedikasi : im 2,5-10 mg, Po 20-40 mg
Sedasi : iv 0,5-5 mg
Induksi : iv 50-350 g/kg
3. PROPOFOL
Merupakan cairan emulsi isotonic yang berwarna putih.Emulsi ini terdiri dari
gliserol, phospatid dari telur, sodium hidroksida, minyak kedelai dan air. Obat ini
sangat larut dalam lemak sehingga dapat dengan mudah menembus blood brain barier
dan didistribusikan di otak.
4. KETAMIN
Obat ini mempunyai efek trias anastesi sekaligus. Pemberiannya menyebabkan
pasien mengalami katalepsi, analgesic kuat, dan amnesia, akan tetapi efek sedasinya
ringan. Pemberian ketamin dapat menyebakan mimpi buruk.Dosis
Sedasi dan analgesia : iv 0,5-1 mg/kg BB, im/rectal 2,5-5 mg/kg BB, Po 5-6 mg/kg
BB
Induksi : iv 1-2,5 mg/kg BB, im/ rectal 5-10 mg/kg BB
Kontraindikasi :
5. OPIOID
Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil) untuk induksi diberikan dalam dosis
tinggi.Opioid tidak mengganggu kardiovaskulet, sehingga banyak digunakan untuk
induks pada pasien jantung.
a. Morfin
Penggunaanya untuk premedikasi, analgesic, anastesi, pengobatan nyeri yang
berjaitan dengan iskemia miokard, dan dipsnea yang berkaitan dengan kegagalan
ventrikel kiri dan edema paru.
Dosis :
Analgesic : iv 2,5-15 mg, im 2,5-20 mg, Po 10-30 mg, rectal 10-20 mg
setiap 4
jam
Induksi : iv 1 mg/kg
Awitan aksi : iv< 1 menit, im 1-5 menit
Lama aksi : 2-7 jam
Efek samping obat :
b. Petidin
Penggunaannya untuk nyeri sedang sampai berat, sebagai suplemen sedasi
sebelum pembedahan, nyeri pada infark miokardium walaupun tidak seefektif morfin
sulfat, untuk menghilangkan ansietas pada pasien dengan dispnea karena acute
pulmonary edema dan acute left ventricular failure.
Dosis
Oral/ IM,/SK : Dewasa : Dosis lazim 50150 mg setiap 3-4 jam jika perlu, Injeksi
intravena
lambat : dewasa 1535 mg/jam.
Anak-anak oral/IM/SK : 1.11.8 mg/kg setiap 34 jam jika perlu.
Untuk sebelum pembedahan : dosis dewasa 50 100 mg IM/SK
Dosis :
Analgesik : iv/im 25-100 g
Induksi : iv 5-40 g/ kg BB
Suplemen anastesi : iv 2-20 g/kg BB
Anastetik tunggal : iv 50-150 g/ kg BB
Awitan aksi : iv dalam 30 detik, im < 8 menit
Lama aksi : iv 30-60 menit, im 1-2 jam
Efek samping obat :
Bradikardi, hipotensi
Depresi saluran pernapasan, apnea
Pusing, penglihatan kabur, kejang
Mual, muntah, pengosongan lambung terlambat
Miosis
Berikut contoh penggunaan teknik TIVA :
I. PROPOFOLTIVA:
a. Premed : Pethidine 25 mg/lV atau Fentanyl 5O ug/lV
b. Induksi
Dewasa = dosis 1.5 - 2.5
mg/kg BB/IV Anak = dosis
lebih fanggi
Manula = dosis diturunkan s/d 25 - 50%
c. Maintenance:
Dosis 6-12 mg/kg BB/iv --> Rata-rata = 8 mg/kg BB/jam atau Dosis 100 -
300 u/kg BB/mnt/IV (kombinasi dengan short acting opioid) Dosis sedasi =
25-100 ug/kg/mnt (rata-rata = 100 m/jam) dosis Px tertentu dapat
ditambahkan opioid atau midazolam
II. PENTHOTAL TIVA.
a. Premed:
Pethidine : 25 mg/IV (dosis 0.5 mg/kg BB/IV)
Fentanyl: 1 - 2 u/kg BB/TV
b. Induksi:
Dosis Penthotal =3-5
mg/kg BB/IV
Maintanance : 1
mg/kgBB
Premed:
- Bolus = Ketamin dengan dosis % doss induksi. Diberikan tiap : 7 -10 menit
2.2 Etiologi
2.3 Patofisiologi
Pada janin yang telah mati dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
mumifikasi yaitu janin mengering dan karena cairan amnion menjadi
berkurang akibat diserap, ia menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam
tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiaesus).
Kemungkinan lain janin mati yang tidak segera dikeluarkan ialah terjadinya
maserasi, yaitu kulit terkelupas, tengkorang menjadi lembek, perut membesar
karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-merahan.
2.4 Gejala
Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apapun
kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan.
Bila kehamilan di atas 14 minggu sampai 20 minggu penderita justru
merasakan rahimnya semakin mengecil dengan tanda tanda kehamilan
sekunder pada payudara mulai menghilang (payudara mengecil kembali).
Kadangkala missed abortion juga diawali dengan abortus iminens yang
kemudian merasa sembuh, tetapi pertumbuhan janin terhenti.
2.5 Komplikasi
Pada retensi janin mati yang sudah lama terutama pada kehamilan yang
telah mencapai trimester kedua plasenta dapat melekat erat pada dinding uterus
sehingga sangat sulit untuk dilakukan kuretase, dan juga terjadi gangguan
pembekuan darah. Akan terjadi perdarahan gusi, hidung atau dari tempat
terjadinya trauma. Gangguan pembekuan tersebut disebabkan oleh koagulopati
konsumtif dan terjadi hipofibrionogenemia sehingga pemerksaan studi
koagulasi perlu dilakukan pada missed abortion.