Anda di halaman 1dari 77

ee

cat IGUNAKAN
AT YANG DI
" PADA ANESTESIA

Adinda Putra Pradhana, Tjokorda Gde Agung Senapathi

eperti halnya obat lain, obat anestesia di samping

mempunyai efek terapi yang diinginkan oleh ahi


anestesi, juga memiliki efek samping yang bisa menguntungkan
atau merugikan pasien. Pemberian obat anestesia sesungguhnya
adalah tindakan “meracuni” pasien secara _ terkendali
Pemberiannya bukanlah untuk menyembuhkan pasien, tetapj
justru membuat pasien berada dalam keadaan kritis yang setiap
saat dapat mengancam nyawa. Oleh karena itu, siapapun yang
memberikan obat anestesia harus mempunyai kemampuan
untuk menanggulangi kedaruratan medis yang terjadi.

Pilihan obatanestesia tergantung dari beberapa faktor, antara


lain: usia, status fisik pasien, rencana pembedahan, jenis/teknik
anestesia yang dipilih, kemampuan ahli anestesi, dan penguasaan
farmakologi obat yang akan digunakan. Untuk mencapai tras
anestesia bisa dilakukan dengan mempergunakan satu jenis
obat yang berkhasiat majemuk atau dengan mempergunakan
beberapa jenis obat yang masing-masing mempunyai_ khasiat
yang spesifik.

OBAT-OBAT PREMEDIKASI

Premedikasi adalah tindakan awal anestesia dengan


memberikan obat-obat pendahuluan yang terdiri dari obat-obat
golongan antikholinergik, sedatif, dan analgetik. Tidak akan
permah ada seorang pasien yang direncanakan untuk tindakan
pembedahan merasa Senang dan bersukaria. Hampir semua
42

ry
p sl
d
P
1.

—_—

ang akan dilakukan pembedahan pasti akan merasa

. as, tegan’ kesakitan, dan berbagai kondisi emosional yang

ok menyenangkan lainnya. Keadaan ini bisa diatasi melalui

He gekatan psikologis (cognitive behavioral theray/CBT) atau


Pmakologi dengan memberikan obat-obat premedikasi.

jen
yan premedikasi
Menimbulkan rasa nyaman bagi pasien
Mencegah mual-muntah selama periode perioperatif

Mengurangi sekresi kelenjar dan menekan refleks vagus


Memperlancar induksi

Mengurangi dosis obat anestesia.


Mengurangi rasa nyeri paskabedah.

Tuj

aT YP

Obat-obat yang sering digunakan sebagai premedikasi


adalah:

1. Obat anti kholinergik

2. Obat sedatif

3. Obat analgetik narkotik

Obat golongan antikholinergik

Obat golongan antikholinergik adalah obat-obatan yang


berkhasiat menekan/menghambat aktivitas _ kholinergik
atau parasimpatis. Tujuan utama pemberian obat golongan
antikholinergik untuk premedikasi adalah

1, Mengurangi sekresi kelenjar: saliva, saluran cerna dan


saluran nafas.

Mencegah spasme laring dan bronkus.

Mencegah bradikardi

Mengurangi motilitas usus

Melawan efek depresi narkotika terhadap pusat nafas.

uP wn

43

Tiokorda Ge Agung Senapathi + 1 Made Gede Widnyana [7 3


| 7 ILNU ANESTES! DAN TERAPI

INTENSIF

ntikholonergik yang digunakan


Obat_golongan * arat alkaloid b Malan
praktek anestesia adalah prep elladona, Yang
turunannya adalah:
1. Sulfas atropin

2. Skopolamin

7 Cs a

Men ehabal mekanisme kerja asetilkholin pada organ


yang diinervasi oleh serabut saraf otonom Para simpati
atau serabut saraf yang mempunyai Neurotransmite,
asetilkholin. Alkaloid belladona menghambat muskarin;
secara kompetitif yang ditimbulkan oleh asetilkholin pada
sel efektor organ terutama pada kelenjar eksokrin, otot Polos
dan otot jantung. Khasiat sulfas atropin lebih dominan Pada
otot jantung, usus dan bronkus, sedangkan skopolamin lebih
dominan pada iris, korpus siliare dan kelenjar.

Efek terhadap susunan saraf pusat


Sulfas atropin tidak menimbulkan depresi susunan saraf
pusat, sedangkan skopolamin mempunyai efek depresi

sehingga menimbulkan rasa ngantuk, euforia, amnesia dan


rasa lelah.

Efek terhadap respirasi


Menghambat sekresi kelanjar pada hidung, mulut, faring,
trakea dan bronkus, menyebabkan mukosa jalan nafas
kekeringan, menyebabkan relaksasi otot polos bronkus

dan bronkhioli, sehingga diameter lumennya melebar akan

menyebabkan volume ruang rugi bertambah.


Efek terhadap kardiovaskular

Menghambat aktivitas vagus pada jantung, sehingga denyut


jantung meningkat, tetapi tidak berpengaruh langsung
pada tekanan darah. Pada hipotensi karena refleks vagal,

pemberian obat ini akan meningkatkan tekanan darah.


Efek terhadap saluran cerna

Menghambat sekresi kelenjar

: liur sehingga mulut terasa


kering dansulit menelan, meng

urangi sekresi getah lambung

44 Prox
sehingga, keasaman lambune t:
. ng bisa dikurangi. Mengurangi
tonus otot polos Sehingga Motilitas usus menurun =
Efek terhadap kelenjar kerin at .
aayebdsban katte Kelenjar keringat, _sehingga
meny' ulit kering dan badan terasa panas akibat
ethala : .
Cara pemberian dan dosis ng melalui proses evaporasi.
1, Intramuskular, dosis 0,01 mg/kg BB, diberikan 30-45
menit sebelum induksi.
2. _ Intravena, dengan dosis 0,
sebelum induksi.
Kontra indikasi

005 mg/kg BB, diberikan 5-10

Alkaloid belladona inj kontraindikasi untuk diberikan pada


pasien yang menderita demam, takikardi, glukoma, dan

tirotoksikosis, karena akan memperburuk kondisi dan gejala


yang muncul.

Kemasan dan sifat fisik

Dikemas dalam bentuk ampul 1 ml mengandung 0,25 dan


0,5mg, tidak berwarna dan larut dalam air.

Obat golongan sedatif/trankuilizer

Obat golongan sedatif adalah obat-obat yang berkhasiat anti


cemas dan menimbulkan rasa kantuk. Tujuan pemberian obat
golongan ini adalah untuk memberikan suasana nyaman bagi
pasien prabedah, bebas dari rasa cemas dan takut, sehingga
Pasien menjadi tidak peduli dengan lingkungannya. Untuk
keperluan ini, obat golongan sedatif/transquilizer yang sering
digunakan adalah:
* — Derivat fenothiazin
Derivat benzodiazepin
Derivat butirofenon
Derivat barbiturat
Antihistamin

45

Tio
Porta Gide Agung Senapati * IMade Gede Widnyana [I

EI
NSIF

ae

periat foot asin yang banyak digunakan

. 2 on
Derivat dalah prometazin. Obat ini pada sa
hes a6 ihi in. a
“eebss antihistamn
sgunakan ©
a anal garaf pusit

Kan depresi saraf pusat, bekerja pada form...

M nimbul dan hipotalamus menekan Pusat muntey “


sa so obat ini berpotens! dengan sedatif an
menga ' .
rast
Efek in n dilatasi otot polos saluran —_ '
vnshambt sekresi kelenjar.

jovaskular

Ee ae yasodilatasi sehingga dapat memperbaiy


perfusi jaringan.

Efek terhadap saluran Cerna


Menurunkan peristaltik usus, mencegah spasme dan
mengurangi sekresi kelenjar. Efek Jainnya adalah menekan
sekresi katekolamin dan sebagai antikholinergik. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa khasiat promethazin
sebagai obat premedikasi adalah sebagai: sedatif, antiemetik,
antikhonergik, antihistamin, bronkodilator dan antipiretika.

Cara pemberian dan dosis


1. Intramuskular dosis 1 mg/kg bb dan diberikan 30-5
menit sebelum induksi
2, Intravena, dengan dosis 0,5 mg/kg bb diberikan 5 - 10
menit sebelum induksi
Kemasan dan sifat fisik

Dikemas dalam bentuk ampul 2 ml mengandung 50 ™§


Tidak berwarna dan larut dalam air.

—___Tipkorda Gets Agung Senapathi * | Made Gede Widnyana_ :

perivat benzodiazepin

Derivat benzodiazepin yang banyak digunakan untuk


remedikasi adalah diazepam dan midazolam. Derivat yang lain
adalah: klordiazepoksid, nitrazepam dan oksazepam.

Efek terhadap saraf pusat dan medula spinalis ;


Mempunyai khasiat sedasi dan anticemas yang bekerja
pada sistem limbik dan pada ARAS serta bisa menimbulkan
amnesia anterograd. Sebagai obat antikejang yang bekerja
pada kornu anterior medula spinalis dan hubungan saraf
otot. Pada dosis kecil bersifat sedatif, sedangkan dosis tinggi
sebagai hipnotik.

Efek terhadap respirasi

Pada dosis kecil (0,2 mg/kgbb) yang diberikan secara


intravena, menimbulkan depresi ringan yang tidak serius.
Bila dikombinasikan dengan narkotik menimbulkan depresi
nafas yang lebih berat.

Efek terhadap kardiovaskular

Pada dosis kecil, pengaruhnya kecil sekali pada kontraksi


maupun denyut jantung, akan tetapi pada dosis besar
menimbulkan hipotensi yang disebabkan oleh efek dilatasi
pembuluh darah.

Efek terhadap saraf-otot

Menimbulkan penurunan tonus otot rangka yang bekerja di


tingkat supra spinal dan spinal, sehingga sering digunakan
pada pasien yang menderita kekakuan otot rangka sepert
pada tetanus.

Penggunaan klinis

Dalam praktek anestesia obat ini digunakan sebagai:

1. Premedikasi, diberikan intramuskular dengan dosis 0,2

mg/kg BB atau peroral dengan dosis 5-10 mg.

2. Induksi, diberikan intravena dengan dosis 0,2-0,6 mg/


kg BB

3. Sedasi pada analgesia regional, diberikan secara


intravena
iF Tiokorda -
La uy ANESTESI DAN TERAPIINTENSF Se haung Senapani + | Made Gede winyana Wen

4. Menghilangkan halusinasi pada pemberian ketamin

: lah:
naan lainnya, ada Tome:
a kejang pada kasus-kasus epilepsi, tetanus dan

tak terkendali (parkinsonism ; a


pemberian obat anti Patkines, Yang bisa diatasi dengan

Efekt erhadap respirasi


Menimbulkan sumbatan jalan nafas ak

eklamsi . . ibat dilatasi pembuluh


2). Sedasipasien rawatinap darah rongga hidung. Juga menimbulkan dilatasi pembuluh
3). Sedasi pada tindakan kardioversi atau endoskopj darah paru sehingga indikasi
kontra pada pasien asma

Pada pemberian intramuskular atau intravena, obat ini tidak


bisa dicampur dengan obat lain karena bisa terjadi Presipitas;
Jalur vena yang dipilih sebaiknya melalui vena- vena besar
untuk mencegah flebitis. Pemberian intramuskular kurang
disenangi oleh karena menimbulkan rasa nyeri pada daerah

Menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah perifer, sehingga


sering digunakan sebagai anti syok. Tekanan darah akan

turun tetapi perfusi dapat dipertahankan selama volume


sirkulasi adekuat.

suntikan. Penggunaan Klinik

Kemasan 1, Premedikasi, diberikan intramuskular, dosis 0,1 mg/kg/


Kemasan injeksi berbentuk Jarutan emulsi dalam ampul 2 bb
ml yang mengandung 10 mg, berwarna kuning, sukar lary 2. Sedasi untuk tindakan
endoskopi dan analgesia
dalam air dan bersifat asam, Kemasan oral dalam bentuk regional

tablet 2 dan 5 mg, disamping itu ada kemasan supositoria


atau pipa rektal (rectal tube) yang diberikan pada anak-anak.
Sedangkan midazolam yang ada dipasaran adalah hanya
dalam bentuk larutan tidak berwarna, mudah larut dalam
air dan kemasan dalam ampul yang mengandung 5 mg/m!
atau Img/ml.

Derivat butirofenon

Derivat ini disebut juga sebagai obat golongan neroleptika,

karena sering digunakan sebagai neroleptik. Derivat butirofenon


yang sering digunakan sebagai obat premedikasi adalah
dehidrobenzperidol atau populer disebut DHBP.

Efek terhadap saraf pusat

48
Berkhasiat sebagai sedatif atau trankuilizer. Disamping
itu mempunyai kasiat Khusus sebagai anti muntah yang
bekerja pada pusat muntah di “chemoreceptor trigger zone”.
Efek samping yang tidak dikehendaki adalah timbulnya
rangsangan ekstrapiramidal sehingga menimbulkan gerakan

Pu

3. Anti hipertensj
4. Anti muntah
5. Suplemen anestesia.
Kemasan
Dalam bentuk ampul 2 ml dan 10 ml, mengandung 2,5 mg/
ml. Tidak berwarna dan bisa dicampur dengan obat lain.

Derivat barbiturat

Derivat barbiturat yang sering digunakan sebagai obat


Premedikasi adalah pentobarbital dan sekobarbital. Digunakan
sebagai sedasi dan penenang prabedah, terutama pada anak-anak.
Pada dosis lazim, menimbulkan depresi ringan pada respirasi dan
Sirkulasi. Sebagai premedikasi diberikan intramuskular dengan

dosis 2 mg/kg BB atau peroral.


Preparat antihistamin

Obat golonganini yang sering digunakan sebagai premedikasi


adalah derivat defenhidramin. Khasiat yang diharapkan adalah

49
oes NTENSIF
TTT tum anes test DAN TERAPH INTENSE

———— TT o'r

sedatif, anti muntah ringan, dan antipiretik. Sedangkan efo,

sampingnya adalah hipotensi yang sifatnya ringan.

OBAT-OBAT ANESTESI UMUM INTRAVENA .


Obat-obat anestesia intravena adalah obat anestesia yang

diberikan melalui jalur intravena, baik obat yang berkhasiat


hipnotik atau analgetik maupun pelumpuh cotots Setelah masuk
ke dalam pembuluh darah vena, obat-obat ini akan diedarkan
ke seluruh jaringan tubuh melalui sirkulasi umum, selanjutnya
akan menuju ke target organ masing-masing dan akhimya
diekskresikan sesuai dengan farmakokinetiknya masing-masing.

Dalam praktik anestesia, yang dimaksud dengan obat


anestesia intravena adalah obat-obat seperti thiopentone
(thiopenthal atau pentothal), methoheksital, althesin, propanidid,
gamma_hidroksibutirik, ketamin hidroklorida, etomidat,
dehidrobenzperidol, dan diisopropilfenol (propofol). Dalam
perkembangan selanjutnya, beberapa obat-obat tersebut sudah
tidak digunakan lagi karena berbagai alasan, Obat-obat anestesia
umum intravena yang sampai saat ini ada dan sudah didapat di
pasar Indonesia serta umum digunakan dalam praktek anestesia
adalah thiopentone, dexmedetomidine, ketamin hidroklorida,
dan propofol.

Pentothal

Merupakan obat anestesia intravena yang tergolong tua.


Pentothal disintesis pertama kali oleh Volwiler dan Tabern pada
tahun 1932, dan diperkenalkan pertama kali dalam praktek
anestesi oleh Lundy di klinik Mayo pada tahun 1934.

Sifat-sifat fisik dan kimia

Berupa bubuk yang berwama putih kekuningan, bersifat


higroskopis, rasanya pahit, berbau seperti bawang putih, dan
sediaannya selalu dicampur dengan sodium karbonat anhidrous,
sehingga mudah larut dalam air, Dikemas dalam bentuk bubuk

50

Tiokorda Gde Agung Senapathi * 1Made Gede Widnyana [TTT

ala ampul yang mengandung 0,5 atau 1,0 gram. Sebelum


a

e unakan, dilarutkan dalam akuades, menjadi larutan 2,5% atau


oe parutan ini tidak boleh disimpan, dan bersifat alkalis dengan

08.
pul
gfek farmakologi ennaey sistem saraf pusat

Pada pemberian intra vena, obat ini sangat cepat berdifusi


ke jaringan otak dan efeknya akan segera tampak dalam 30 detik.
Karena efeknya sangat cepat, populer disebut sebagai “ultra short-
acting barbiturate”. Setelah pemberian intravena, akan beredar
ke geluruh jaringan tubuh dan bekerja di pusat kesadaran pada
semua level. Derajat depresinya sangat tergantung dari dosis
yang diberikan, makin tinggi dosis yang diberikan, depresinya
makin berat. Pentothal tidak mempunyai efek analgesia. Pada
dosis rendah, akan meningkatkan sensitivitas terhadap nyeri,
schingga timbul efek hiperalgesia.

Efek farmakologis terhadap sistem respirasi

Pada pemberian intravena secara cepat, menimbulkan


depresi pusat nafas menyebabkan pasien henti nafas. Derajat
depresi nafas tergantung dari dosis yang diberikan dan kecepatan
pemberiannya. Pada bronkus, bisa menimbulkan spasme karena
pengaruhnya terhadap peningkatan tonus vagal.

Efek farmakologis terhadap sistem kardiovaskular

Efek yang segera timbul setelah pemberian pentothal adalah


penurunantekanandarah yang sangat tergantung dari konsentrasi
obat dalam plasma. Hal ini disebabkan karena efek depresinya
Pada otot jantung, sehingga curah jantung turun, dan dilatasi
Pembuluh darah. Iritabilitas otot jantung tidak terpengaruh,
tetapi bisa menimbulkan disritmia bila terjadi retensi CO, atau
hipoksia. Penurunan tekanan darah yang bersifat ringan akan
Pulih normal dalam beberapa menit tetapi bila obat disuntik
Secara cepat atau dosisnya tinggi, dapat terjadi hipotensi yang

a
api INTENSIE

Cea ILMU ANESTES! pAN :


ls Tae ‘at dilatasi pembuluh da
berat. Hal is oe . lain pihak turunnya tckanan a
re Ft eal oleh karena efek depresi langsung obat Sh
eiokard
erhadap otot rangka dan uterus

Pada dosis lazim, tidak ada pengaruhnye =e dap tonus ot


rangka dan uterus yang hamil. Bila sis yang iberi tinggi, _
terjadi penurunan tonus dan bisa mee arier uteroplasents

Efek farmakologis

rhadap metabolisme
laju metabolisme sel sehingga konsumen 7
ai dengan dalamnya anestesia.

Efek farmakologis te
Menurunkan

akan berkurang, sesu

Farmakokinetik
Pada pemberian intravena, sepera didistribusikan ke

seluruh jaringan tubuh, selanjutnya diikat oleh jaringan saraf dan


jaringan lain yang kaya dengan vaskularisasi, Secara perlahan
akan mengalami difusi ke dalam jaringan lain seperti hati, otot,
dan jaringan lemak. Setelah terjadi penurunan konsentrasi obat
dalam plasma, konsentrasi dalam otak juga akan turun dan pada
konsentrasiobatdalamplasmainiterutamaoleh karenaredistribus!
obat dari otak ke dalam jaringan lemak, Dalam darah, pentothal
diikat oleh protein plasma. Pada keadaan hipoproteinemia,
pentothal yang terikat lebih sedikit dibandingkan bentuk bebas,
sehingga efek hipnotiknya lebih dalam. Jumlah pentothal yang
tertkat dalam protein plasma tergantung dari pH darah, semakin
A darah semakin tinggi konsentrasinya dalam plasma
slaivesin owen Pemecahannya terutama di hati 42"
Sangal sec ne urin dan feses dalam bentuk hasil metabolit
pemecahannya hasta ae alam bentuk wen san
sekitar 30% dati sand Nokes aay OO Oa ee et -
tubuh setelah 24 j af obat yang diberikan masih ada dalam

jam. Dengan demikian bila dalam periode ™

ro

diperlukan dosis tambahan


sehingga dosis tambahan

1.
2
3.
4. Tidak mempunyai khasiat a
5
6.
7
Tiokorda Gde
Agung Senapathi « | Made Gede Widnyana [es

» Maka akan

Perlu dikurangi pene eke cal

i ; nalgeti
Tidak menimbulkan relaksasi ne

Pemulihan cepat, tetapi mas}


7 *€tapl masih ada rasa ngantuk
Efek samping mual dan muntah jarang aijumpai

Indikasi pemakaian

Induksi anestesia

Obat tambahan pada analgesia regional/anestesia imbang


Anti kejang

Anestesia tunggal misalnya pada tindakan reposisi


Hipnotik pada pasien di ruang terapi intensif

wr Ye pPrpr

Dosis dan cara pemakaian

Untuk induksi, dibuatlarutandalam akuades atau NaCL0,9%


dengan konsentrasi 2,5% atau 5,0%. Dosis untuk induksi adalah
4-5 ml/kgBB, diberikan IV pelan-pelan. Pada anak, orang, tua dan
pasien malnutrisi, dilakukan modifikasi dosis. Pada saat injeksi,
hendaknya dipastikan bahwa kanul berada di dalam pembuluh
darah. Apabila terjadi ekstravasasi, pasien akan menderita nyert
hebat akibat iritasi jaringan dan selanjutnya timbul nekrosis
jaringan di sekitar tempat suntikan. Penanggulanganny” adalat
segera suntikkan obat anestesia lokal isobarik atau hipobarl

kedalam jaringan yang mengalami ekstravasasi.

ee
Efck samping

1. Hipoventilasi sampai henti nafas

2. Menimbulkan risiko spasme laring dan bronkys


3. Depresi kardiovaskular

4. Bisa menimbulkan nekrosis sentra] hati

Indikasi kontra

Penyakit paru obstruktif kronis


Dekompensasi kordis

Syok yang berat

Insufisiensi adrenokortikal
Status asmatikus

Porphyria

AMS wNe

Ketamin hidroklorida

Ketamin hidroklorida adalah polongan fenil siklohekeles:«


merupakan “rapid- acting non-barbitural general anesthetse -
populer disebut sebagai Ketalar sebagai nama dagang, pertema
kali diperkenalkan oleh Domino dan Carsen pada tahun 1985
yang digunakan sebagai obat anestesia umum,

Sifat fisik

Merupakan larutan tidak berwarna, bersifat agak asam,


dan sensitif terhadap cahaya dan udara. Karena sangat sensit!
terhadap cahaya, obat ini disimpan dalam botol (vial) berwam2
coklat agar terhindar dari pengaruh langsung sinar matahar.
Terdapat tiga kemasan vial dengan konseniresi 100 mg/ml, x
mg/ml, dan 10 mg/ml yang masing- masing kemasan berisi 10 ml.
Sebelum digunakan, dibuat larutan yang mengandung 10 mg/ml
dengan akuades sebagai bahan pengencemya.

ty
22 arg Sra» ate ete Wena TES
Efek farmakologi terhadap susunan Saraf pusat

Mempunyai ef i
punyat efek analgesia Sangat kuat, akan tetapi efek

hipnotiknya kurang dan diserta; .


pasien mengalami Patios dengan efek disosiasi, artinya

lingkungannya. Pada dosis |e Persepsi terhadap rangsang dan

a bih besar, efek hipnotiknya lebih


sempurna. Apabila diberikan intravena maka idan akin 30

detik me Pasien akan Mengalami perubahan tingkat kesadaran


yang disertat tanda khas pada mata berupa kelopak mata terbuka
spontan dan nistagmus. Selain ity kadang-kadang dijumpai
gerakan yang tidak disadari, seperti gerakan meengunyeh
menelan, tremor, dan kejang. Apabila diberikan secur
intramuskular, efeknya akan tampak dalam 5-8 menit. Ketamin
sering me ngakibatkan mimpi buruk dan halusinasi pada periode
pemulihan sehingga pasien mengalami agitasi. Aliran darah ke
otak meningkat, menimbulkan peningkatan tekanan intra kranial.
Efek-efek tersebut di atas dapat dikurangi dengan pemberian

benzodiazepine atau obat lain yang mempunyai khasiat amnesia


sebelum diberikan ketamin,

Efek farmakologis terhadap mata

Menimbulkan_lakrimasi, nistagmus, dan kelopak mata


terbuka secara spontan. Terjadi peningkatan tekanan intraokuler
akibat peningkatan aliran darah pada pleksus koroidalis.

Efek farmakologis terhadap sistem kardiovaskular

Ketamin adalah obat anestesia yang bersifat simpatomimetik,


Sehingga bisa meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung.
Peningkatan tekanan darah disebabkan oleh karenaefek inotropik
Positif dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer.

Efek farmakologis terhadap sistem respirasi

Pada dosis biasa, tidak mempunyai pengaruh terhadap


Sistem respirasi. Bisa menimbulkan dilatasi bronkus karena sifat
Simpatomimet knya, sehingga merupakan obat pilihan pada
Pasien asma.
Li Atew er —————$ =
he ee
Efek farmakologis terhadap pada otot ~
Tonus otot bergaris meningkat, bahkan bisa 7

rigiditas sampai kejang-kejang. Keadaan ini bisa ane di


dengan pemberian diazepam terlebih dahulu, karena dj meng
menurunkan tonus otot. Kontraksi spontan otot kere
mata menyebabkan mata terbuka spontan dan kontrak: ™Pok
otot bola mata menyebabkan timbulnya nistagmus, juga was
peningkatan tonus otot uterus, yang sesuai dengan dogj 7
diberikan yang

Efek terhadap refleks-refleks proteksi

Refleks proteksi jalan nafas masih utuh, oleh karena ity


hendaknya hati-hati melakukan isapan-isapan pada dacrah jalan
nafas atas, karena tindakan ini bisa menimbulkan spasme laring

Efek terhadap metabolisme

Ketamin merangsang sekresi hormon-hormon katabols


seperti: katekolamin, kortisol, glukagon, tiroksin dan lain-lainnya,
sehingga laju katabolisme tubuh meningkat.

Penggunaan klinik

Ketamin sangat populer digunakan dalam praktik anestes:a.


terutama untuk pelayanan anestesia di rumah sakit dengan
sarana terbatas. Penggunaannya sering dikombinasikan dengan
benzodiazepine untuk menekan efek buruk ketamin. Pada
umumnya ketamin digunakan untuk induksi anestesia obat
utama anestesia, operasi di daerah superfisial yang berlangsung
singkat dan tidak memerlukan relaksasi otot maksimal, 42"
analgetik paskatrauma atau paskabedah.

Dosis dan cara pemberian

1, Untuk induksi,
Diberikan intravena dalam bentuk larutan 1% oe
dosis lazim 1-2/kg pelan-pelan. Pada seksio sesari® -
dikurangi, yaitu 0,5-1,0 mg/kg. Pada anak-anak balits, “

56 ed

induksi diberikan secara;

aintr

dengan dosis 5-10 make amuskular (tanpa pengenceran)

2. Untuk pemeliharaan,
na intravena intermiten atau tetes kontinyu.

den oh Secara intermiten diulang setiap 10-15 menit

Se Sates Setengah dari dosis awal sampai operasi

selesal. Sedangkan pemberian secara infus tetes kontinyu


hanya dilakukan pada pembedahan tertentu saja.

Efek samping

1. Pada Susunan saraf pusat, akibat efek disosiasinya


menimbulkan halusinasi, mimpi buruk dan kadang-kadang
terjadi gaduh gelisah dan “banjir” kata-kata.

Pada respirasi, sering timbul spasmelaring akibatrangsangan


pada jalan nafas atas.

nN

3. Pada kardiovaskular, terjadi hipertensi dan takikardi


4. Pada endokren, terjadi peningkatan kadar gula darah.
5. Pada otot rangka terjadi rigiditas.

6. Meningkatkan konsumsi oksigen jaringan

7. Meningkatkan jumlah perdarahan pada luka operasi.


Indikasi kontra

Mengingat efek farmakodinamiknya yang relatif kompleks


sepert yang telah disebutkan di atas, maka penggunaannya
terbatas pada pasien normal saja. Pada pasien yang menderita
penyakit sistemik, penggunaannya harus mempertimbangkan
untung rugi. Kontra indikasi penggunaan ketamin adalah:

1. Tekanan intra kranial meningkat, misalnya pada trauma


kepala, tumor otak dan operasi- operasi intrakranial.

2. Tekanan intraokuler meningkat, misalnya pada penyakit


glaukoma dan pada operasi intra okuler.

3. Pasien yang menderita penyakit sistemik yang sensitif


terhadap obat-obat simpatomimetik, seperti: hipertensi,
tirotoksikosis, diabetes melitus, paeokromositoma, penyakit
jantung koroner, dan lain-lain.

57
TIGIT twu ANeSTES! DAN TERAPI INTENSIF

SO

Propofol ,
Merupakan derivat fenol dengan nama kimia di-isoprog

fenol yang banyak dipakai sebagai obat anestesia intravens


Pertama kali dipergunakan dalam praktik anestesi pada tahur,
1977 sebagai obat induksi.

Sifat fisik dan kimia serta kemasan

Berupa cairan berwarna putih seperti susu, tidak larut dalam


air dan bersifat_asam. Dikemas dalam bentuk ampul, berisj 2p
ml/ampul, yang mengandung 10 mg/ml.

Efek farmakologi terhadap susunan saraf pusat


Sebagai obat induksi, mulai kerjanya cepat. Penurunan
kesadaran segera terjadi setelah pemberian obat ini secarg
intravena. Pada pemberian dosis induksi (2 mg/kg), pemulihan
kesadaran berlangsung, cepat, pasien akan bangun setelah 4-5
menit tanpa disertai efek samping sepert misalnya mual muntah,
sakit kepala, dan lain-lainnya. Khasiat farmakologinya adalah
hipnotik murni, tidak mempunyai efek analgetik maupun
relaksasi otot. Walaupun terjadi penurunan tonus otot rangha,

hal ini disebabkan karena efek sentralnya,

Terhadap sistem respirasi

Menimbulkan depresi respirasi yang beratnya sesuai dengan


dosis yang diberikan. Pada beberapa pasien, bisa disertai dengan
henti nafas sesaat. Dibandingkan dengan tiopenton, kejadian
henti nafas lebih sering terjadi pada pemberian diprivan ini.

Terhadap sistem kardiovaskular

Depresi pada sistem kardiovaskular yang ditimbulkanny2


sesuai dengan dosis yang diberikan. Tekanan darah turun yang
segera diikuti dengan kompensasi peningkatan denyut nadi.

Tiokorda Gde Agung Senapathi + 1 Made Gede Widnyana

Terhadap sistem organ lain-lain


Tidak menimbulkan depresi sintesa hormon steroid adrenal

gan tidak menimbulkan pelepasan histamin, baik pada tempat


oat ntikan maupun sistemik.

Penggunaan Klinik dan dosis

3, Induksi anestesia, dengan dosis 2,0-2,5 mg/kg. Pada lansia


dan bayi dosis ini harus disesuaikan.

2, Suplemen anestesia umum dan analgesis regional.

3. Anestesia tunggal pada prosedur singkat, misal: reposisi.


4. Sedasi di ruang perawatan intensif,

Dexmedetomidine

Dexmedetomidine adalah agonis reseptor a2-adrenergik


(a2-AR) generasi baru yang sangat selektif yang dikaitkan
dengan efek sparing terhadap obat penenang dan analgesik,
mengurangi delirium dan agitasi, simpatolisis perioperatif, efek
penstabil kardiovaskular, dan pelestarian fungsi pernapasan.
Dexmedetomidine memiliki keuntungan terutama pemulihan
fungsi respirasi yang sangat baik pada pasien dengan ventilasi
mekanis sehingga dapat memfasilitasi penyapihan dini. Atas
keuntungan yang dimiliki oleh dexmedetomidine tersebut,
obat ini lebih banyak digunakan di ruang terapi intensif (ICU),
meskipun juga banyak digunakan untuk keperluan anestesi.

Efek farmakologis pada sistem saraf pusat

Dexmedetomidine menurunkan aliran darah otak dan


kebutuhan metabolisme otak oksigen tetapi pengaruhnya terhadap
tekanan intrakranial (ICP) belum jelas. Dexmedetomidine
Memodulasi memori kerja spasial, meningkatkan kinerja kognitif
Selain memiliki efek sedasi, analgesik, dan ansiolitik melalui a2-
AR. Dexmedetomidine juga memiliki efek neuroprotektifnya
dengan mengurangi kadar katekolamin yang bersirkulasi dan
Stak dan dengan demikian menyeimbangkan rasio antara
cm

APi bivie
wrest muy ANESTES! DAN TERAP!!

a _———

ee

oxsige otak, mengurangi eksitotoksisitas, dan


eS athan pertusi pada penumbra di area iskemik. Selaj,
mening juga dapat menekan kadar glutamat yang

jdine j
itu, dexmedetom! .
berperan terhadap cedera otak tingkat seluler, terutama pada

perdarahan subaraknoid.

Terhadap respirasi ;
Dexmedetomidine tidak menekan fungsi pernapasan,

bahkan pada dosis tinggi. Dexmedetomidine tidak memiliki


efek negatif langsung pada laju pernapasan dan pertukaran gas
ketika digunakan pada pasien yang, bernapas spontan setelah
operasi. Hal ini menjadi hal yang menguntungkan karena
dapat mempertahankan sedasi tanpa terjadi ketidakstabilan
kardiovaskular atau depresi pernafasan dan karenanya dapat
memfasilitasi penyapihan dan ekstubasi pada pasien trauma /
bedah yang telah gagal dalam upaya penyapihan sebelumnya
karena agitasi dan respons kardiopulmoner hiperdinamik.

Terhadap kardiovaskular
Dexmedetomidine membangkitkan respons tekanan darah
yang bifasik, yaitu fase hipertensi yang singkat dan dan diikut
dengan fase hipotensi, Dua fase ini terjadi karena mediasi oleh
dua subtipe a2-AR yang berbeda, yaitu a-2B AR bertanggung
a untuk fase hipertensi awal, sedangkan hipotensi dimediasi
on ‘eA Pada pasien yang lebih muda dengan tingkat
$a! yang tinggi, bradikardia dan sinus arrest dapat terjadi dan

bisa secara efektif diatasi


latas ano be a *
glikoprolrolat), asi dengan agen antikolinergik (atropi™

Terhadap endokrin dan Sinjal


Dexmedetomidine meng
yang mengurangi
mMengurangi res
penelitian pada

aktifkan presinaptik a2-AR perifer


Pelepasan katekolamin, dan karenany?
a simpatik terhadap pembedahan. Namun
W, . :
an telah menunjukkan terjadinya natriures!*
Penggunaan Klinis dan dosis
Dexmedetomidine j

ar igun: 5 as
premedikasi, terutama pa Sunakan sebagai adjuvant untuk

da pasien
rasi d : . yang rentan terhadap str
See wale eee Karena memiliki_ sifat sedattl.
ans . Sestk, simpatolitik, dan hemodinamik yang stabil,

Dexmedetomidine mengurangi k
onsumsi oksi :

intraoperatif (hingga 8%) dan vada. mets pada periode

sey of : . € pasca operasi


(hingga 17%). Dosis premedikasi adalah 0,33 hingga 0,67 mehk
IV diberikan 15 menit sebel : sors 3 5

. fj um operasi (dosis ini meminimalkan

efek samping hipotensi dan bradikardia).

Dexmedetomidine menumpulkan respons hemodinamik


terhadap intubasi dan ekstubasi dengan simpatolisis. Mengingat
tidak adanya depresi pernapasan, penggunaanya tetap dapat
dilanjutkan pada periode ekstubasi tidak seperti obat lain.
Dexmedetomidine mempotensiasi efek anestesi dari semua
agen anestesi terlepas dari cara pemberian (intravena, inhalasi,
blok regional). Pemberian dexmedetomidine dalam konsentrasi
yang lebih rendah telah mengurangi kebutuhan agen anestesi
lebih sedikit intervensi untuk mengobati takikardia;
dan pengurangan insiden iskemia miokard. Namun, efek
samping seperti bradikardia dan hipotensi adalah keterbatasan
penggunaannya sehingga memerlukan terapi farmakologis
jika sampai jatuh kedalam kondis! y278 beresiko atau telah
memberikan dampak klinis. Efek ini dapat Persin®™s! dengan

. . rti vasodilatasi dan depresi miokard.


efek anestesi volatil sepe -inooi d

= ‘porikan dalam konsentrasi tings? apat


Dexmedetomidine yang diben
- hipertensi sistemik dan paru karena efek vaskular

enyebabkan Pau dapat menggangsu fungsi miokard dan

Perifer langsung '@° umum dexmedetomidine yang dapat


tekanan darah. Doss dural adalah imcg/kg, dilanjutkan
diberikan untuk sedasi Prose

lainnya;

__
cae Mu ANESTES! DAN fers ~~e —_ 9 ob Napathi
emberian kontiny¥ 0.2m BK a Bis diperlukan alveoli ke kapiler paru sesuai g
dengan rikan titrasi dengan rentang dosis 0.2-1mcg/kg/jam, as. Konsentrasi minimal
frayer ° ** fisik masing-masin
dapat di -s dalam kurang dari 5 menit, sementara efe}, - alam alveoli aksi gas atau
'B
Onset dapat dicapai da ktu 15 menit di da eoli_ yang Mampu meni ita obat anestesia
; wa . ; . m
puncak tercapal dalam kurun ada pasien dipakai sebagai satu Ikan efek analgesia

jnhalasi, yang populer disebyt de

Jabe] 4.1 Perbandingan farmakokinetik dan farmakodinamik concentration. ngan MAC


atau minimal alveolar
a .

nestesia intravena

rdasar
beberapa obat een [Pro — tas bx] 2 vacam. ‘one obat anestesia umum inhalasi ada
Dosis induksi (me/ke) = = = Ss yang berupa cairan yang a eneea umum inhalasi
— Teg/mnt) | 200-300 100-200 | 10-100 | 0,25-10 | 0207! | halogen hidrokarbon
(halot guap misalnya derivat
Dosis kontinyu (mce/Fé, _ - s90 02819 | 02 = ; _ an, trikhloroetilin, khloroform)
dan
Dosis sedasi(mnce/ke/mnt) | 30-60 | 25-7 : 20,77 | derivat eter (dietileter,
metoksifluran, enfluran, isofluran). Yani
Durasi kerja (menit) 5-10 3-8 3-8 == {| - | kedua adalah obat anestesia umum
inhalasi yang berupa sas
mrotein binding (%) 83 97 a2 an misalnya N,O Metoksifluran tidak digunakan lagi,
karena efek
fe ae 7 1 : > , sampingnya sangat toksik terhadap ginjal.
AP db ? ? ? |
ait tte co? L L ? ? ? | Halotan (F3C-CHBrCl)
Cerebral blood flow 4 L 4 ? Halotan disintesis pertama kali oleh CW Suckling di
cMRO2 4 v + ? + | laboratorium “Imperial Chemical Industries” Manchester pada
Tekanan intrakranial v V + ? tahun 1951, Digunakan pertama kali oleh M. Johnstone
di klinik
Efek antikonvulsan Ya eo ? Ye > | Manchester, selanjutnya diikuti oleh Bryce-Smith
dan O’ Brien di
Efek anxiolisis Tidak Tidak Tidak Ye ‘a Oxford.
Analgesia Tidak Tidak Ya Tidak Tee |
Delirium saat mulaisadar | — Tidak Tidak Ya Tidak Tidak Sifat fisik dan kim iawi
Nausea/vomiting ? L ? ? > | Halotan atau disebut dengan nama kimia 2,bromo-2-
khloro-
Supresi adrenocortical Tidak Tidak Tidak Ya Tidak 1.1.1.trifluoroetan, mempunyai
berat molekul: 197, berat jenis 1.18
Nyeri saat injeksi Tidak Ya Tidak Tidak me (pada suhu 25 derajat celsius) dan titik
didih 50 derajat celsius
ini maaan propofol; KET ketamin: MID: midazolam: DEX: dexmedetomidine dan mempunyai
MAC 0,87%. ‘na, berbau harum ti dak
Oxygen metabolic rate; 2: belum jelas; Idosis dalam meg/ke/2=™ Merup akan cairan
tidak berwarna,

eledak, tidak iritatif dan tidak tahan

mudah terbakar att Apabila kena sinar matahari, akan

O j : . i
bat anestesi umum inhalasi terhadap sinar matahari.

ere _ Klorin, Bromin dan


, Obat-obat anestesia inhalasi adalah obat-obat anestesi mengalami dekompos!)
menjad a oi enone Halotan bisa
yangberupa §as atau cairan mudah menguap, yang diberikan Fosgen bebas, diisi timol
0,01% *, yo kurang larut dalam
— sistem respirasi pasien, Campuran aa atau uap obat diserap oleh karet sirkuit a
ekomposis bila melewat karbon
anestesia dan oksigen masuk mengikut aliran udara inspirasi, polietilin dan tidak
mengalam! “©
me .
ngisi seluruh rongea paru, selanjutnya mengalami difusi dari absorben.

h» ee 63
P°ORTIII ium anestest DAN TERAPI INTENSIF

Efek farmakologi terhadap susunan saraf pusat .


Menimbulkan depresi pada sistem saraf pusat di semua

komponen otak. Depresi pusat kesadaran aeeeva fek


hipnotik, depresi pada pusat sensorik menimbulkan khasiat
analgesia dan depresi pada pusat motorik menimbulkan otot.
Tingkat depresinya tergantung dari dosis yang diberikan,
Terhadap pembuluh darah otak menyebabkan vasodilatasi,
sehingga aliran darah otak meningkat dan hal ini menyebabkan
tekanan intrakranial meningkat, oleh karena itu tidak dipilih

untuk anestesi pada kraniotomi.

Terhadap sistem kardiovaskular

Menimbulkan depresi langsung “S-A Node” dan otot


jantung, relaksasi otot polos dan inhibisi baroreseptor. Keadaan
ini akan menyebabkan hipotensi yang, derajatnya tergantung, dari
dosis dan adanya interaksi dengan obat lain, misalnya dengan
tubokurarin. Gangguan irama jantung kerapkali terjadi, sepert
bradikardi, ekstrasistol ventrikel, takikardi ventrikel, bahkan bisa
terjadi fibrilasi ventrikel. Hal ini disebabkan karena peningkatan
eksitagen maupun eksogen serta adanya retensi CO,, Batas
keamanan halotan terhadap kardiovaskular sangat sempit,
maksudnya, konsentrasi obat untuk mencapai efek farmakologi
yang diharapkan sangat dekat dengan efek depresinya.

Terhadap sistem respirasi


Pada konsentrasi tinggi, menimbulkan depresi pusat nafas,
sehingga pola nafas menjadi cepat dan dangkal, volume tidal

dan volume nafas semenit menurun dan menyebabkan dilatasi


bronkus.

Terhadap ginjal

Halothane pada dosis lazim secara langsung akan


menurunkan aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus,
tetapi efek ini temporer dan tidak mempengaruhi autoregulasi

cas

irks aoa 9

arah ginjal. Hasil metabolitnya terutama bromidnya akan


sikan melalui ginjal dan apabila terdapat gangguan
1, ekskresinya akan terhambat sehingga akan terjadi

wand
jekskres"

ngsi ginja
akumulas!-

qTerhadap otot rangka


Berpotensiasi dengan obat pelumpuh otot golongan non
gepolarisasi, sehingga pada pemakaian kombinasi kedua obat ini,
ru dilakukan modifikasi dosis. Pada saat persalinan normal,
begitu juga pada seksio sesaria.

Terhadap hati
Pada konsentrasi 1,5 vol%, akan menurunkan aliran darah

pada lobulus sentral hati sampai 25-30%. Faktor-faktor yang lain


disamping halotan yang ikut berpengaruh tehadap aliran darah,
antara lain aktivitas sistem saraf simpatis, tindakan pembedahan,
hipoksia, hiperkarbia dan refleks splancnik. Penurunan aliran
darah pada lobulus sentral ini menimbulkan nekrosis sel pada
sentral hati yang, diduga sebagai penyebab dari “hepatitis post-
halothane”. Kejadian ini akan lebih menifes, apabila diberikan
halotan berulang dalam waktu relatif singkat. Kejadian “hepatitis
post-halothane”, pertama kali dilaporkan di USA pada tahun 1958,
selanjutnya pada tahun 1966 diadakan penelitian besar-besaran
untuk membuktikan laporan tersebut. Dilakukan evaluasi pada
850.000 kasus pasien yang, diberikan anestesi halotan. Ternyata
penelitian ini menyangkal anggapan bahwa halotanmenimbulkan
nekrosis sel hati. Selanjutnya beberapa percobaan laboratorium
juga gagal membuktikan efek toksik langsung halotan pada
hepar. Jadi sikap yang disepakati pada saat ini adalah bahwa
mungkin saja terjadi nekrosis sel hati setelah anestesia dengan
halotane, tetapi mekanisme masih belum jelas.

——
[TC ILMu ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF

Terhadap suhu tubuh


Induksi dengan halotan akan sehera menurunkan

suhu sentral tubuh 1 derajat Celsius, tetapi_ meningkatkan


suhu permukaan tubuh akibat redistribusi panas tubuh ke
permukaan. Selanjutnya pada periode pemeliharaan anestesja
suhu permukaanpun akan turun akibat dilatasi pembuluh dara},
sehingga terjadi pelepasan panas tubuh.

Penggunaan klinik

Halotan digunakan terutama sebagai komponen hipnotik


dalam pemeliharaananestestesiaumum. Disam ping efek hipnotik,
halotan juga mempunyai efek analgetik ringan dan relaksasi otot
ringan. Pada bayi dan anal-anak yang tidak kooperatif, halotan
digunakan untuk induksi bersama-sama dengan N.O secara
inhalasi.

Untuk mengubah cairan halotan menjadi uap, diperlukan


alat penguap (“vaporizer”) khusus halotan, misalnya: Fluotec.
Halomix, Copper kettle, Drager dan lain- lainnya.

Dosis.
1. Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara
inspirasi adalah 2,0 - 3,0% bersama-sama dengan N,O.

2. Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan,


konsentrasinya berkisar antara 1,0% - 2.5%, sedangkan
untuk nafas kendali, berkisar antara 0,5-1,0%.

Indikasi kontra
Penggunaan halotan tidak dianjurkan pada pasien:

1, Menderita gangguan fungsi hati dan gangguan irama


jantung.

2. Operasi kraniotomi.

Tiokorda Gde Agung Senapathi » I Made Gede Widnyana [

OC
Keuntungan dan Kelemahan

1. Keuntungannya adalah: induksi cepat dan lancar, tidak


jritatif terhadap mukosa jalan nafas, pemulihannya relatif

cepat, tidak menimbulkan mual-muntah dan tidak meledak


atau terbakar.

3, Kelemahannya adalah: batas keamanan sempit (mudah


terjadi kelebihan dosis): analgesia dan relaksasinya
kurang sehingga harus dikombinasikan dengan obat lain:
menimbulkan hipotensi, gangguan irama jantung dan
hepatotoksik: dan menimbulkan menggigil pasca anestesia.

Isofluran
Merupakan merupakan halogenasi eter, dikemas dalam
bentuk cairan, tidak berwarna, tidak eksplosif, tidak mengandung
zat pengawet dan relatif tidak larut dalam darah tapi cukup iritatif
terhadap jalan nafas sehingga pada saat induksi inhalasi sering,
menimbulkan batuk dan spasme jalan nafas. Proses induksinya
dan pemulihannya relatif cepat dibandingkan dengan obat-obat

anestesia inhalasi yang ada pada saat ini tapi masih lebih lambat
dibandingkan dengan Sevofluran.

Efek farmakologi terhadap sistem saraf pusat


Efek depresinya pada SSP sesuai dengan dosis yang

diberikan. Isoflurane tidak menimbulkan kelainan EEG sepert


yang ditimbulkan oleh Enflurane. Pada dosis anestesia tidak
menimbulkan vasodilatasi dan perubahan sirkulasi serebral
serta mekanisme autoregulasi aliran darah otak tetap stabil.
Kelabihan lain yang, dimiliki oleh isoflurane adalah penurunan
konsumsi oksigen otak. Sehingga dengan demikian isoflurane
Merupakan obat pilihan untuk anestesia pada kraniotomi, karena
tidak berpengaruh pada tekanan intrakranial, mempunyai efek
Proteksi serebral dan efek metaboliknya yang menguntungkan
Pada teknik hipotensi kendali.
SUES 1LMu ANESTES! DAN TERAN — nc
oo ee

«tom kardiovaskular .
Terhadap sistem ya pada otot jantung dan pembuluh dara},

Efek deprrs” gan obat anestesia volatil yang lain,

th ri dibanding den ;
lebih sl dan denyut nadi relatif stabil selama anestesja.
cam demikian merupakan obat pilihan untuk anestesia pasien

yang menderita kelainan kardiovaskular.

Terhadap sistem respirasi .


Sepert halnya dengan obat anestesia inhalasi yang lain,

Isoflurane juga menimbulkan depresi pernafasan yang derajatnya


sebanding dengan dosis yang, diberikan.

Terhadap otot rangka


Menurunkan tonus otot skelet melalui mekanisme depresi

pusat motoris pada serebrum, sehingga dengan demikian


berpotensiasi dengan obat pelumpuh otot non depolarisasi
Walaupun demikian masih diperlukan obat pelumpuh otot untuk
mendapatkan keadaan relaksasi otot yang optimal terutama pada
operasi laparotomi.

Terhadap ginjal

Pada dosis anestesia, isofluran menurunkan aliran darah


ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun sehingga produksi
urin berkurang, akan tetapi masih dalam batas normal.

Terhadap hati

Isofluran tidak menimbulkan perubahan fungsi hati. Sampai

saat ini belum ada laporan hasil penelitian yang menyatakan


bahwa Isofluran hepatotoksik.

Biotransformasi

ckspirae . curubnya dikeluarkan untuk melalui udara


» hanya 0,2% dimetabolisme dalam tubuh. Konsentrasi

metabolitnya san
gat rend - wh . ;
Bangguan fungsi ginjal. ah tidak cukup untuk menimbulkan

—— ——_=*4 Ge Agung Se
Napathi | Made Gede Widnyana as

penggunaan Klinik
Sama seperti halotan
dan
terutama sebagai kompo enfluran,

isoflu :
nen hipnotik ran digunakan

dalam pemeliharaan

fos: Tingan. U: :
jgofluran menjadi uap, dipertukan ale - Kmengubahcairan
Khusus isofluran. Penguap (“vaporizer”)

Dosis

1. Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada ud


inspirasi adalah 2,0 - 3,0% bersama-sama dengan NO. =
Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan
konsentrasinya berkisar antara 1,0% - 2,5%, sedangkan
untuk nafas kendali, berkisar antara 0,5 - 1,0%.

i)

Indikasi kontra
Tidak ada kontra indikasi yang unik. Hati-hati pada
hipovolemik berat

Keuntungan dan kelemahan


1. Keuntungannya adalah: induksi cepat dan lancar, tapi
cukup iritatif terhadap mukosa jalan nafas, pemulihannya
lebih cepat dibandingkan dengan halotan dan enfluran,
tidak menimbulkan mual-muntah dan tidak menimbulkan
kejadian menggigil pasca anestesia dan tidak mudah meledak
atau terbakar. Penilaian terhadap pemakaian isofluran saat
ini adalah bahwa isofluran tidak menimbulkan goncangan
terhadap fungsi ,ardiovaskular, tidak mengubah sensitivitas
f lamin, sangat sedikit yang
otot jantung terhadap katekolamin, sang
Jam tubuh dan tidak menimbulkan
mengalami pemecahan dalam

itasi SSP. .
2. Ct adalah: batas keamanan sempit (mudah

js): analgesia dan relaksasinya kurang


inasikan dengan obat lain.

—— @
roan LMU anesTes! DAN —

; eter, dikemas dalam bentuk .

halo enasi Cn Caj

Merupakan . nae eksplosif, tidak berbau dan tidak in


tidak berwamn® os induksi inhalasi. Proses induksj g

én

n
hingga baik ; semua oba
sehinggs cepat dari se t-obat aNestes,

; ling .
mulihannya P4 ini. Dapat dirusak oleh ka
inhalasi yang @ a pada saat ini. Dap PUT sods

tetapi belum ada laporan yang membahayakan.

Tan,
tatig

hadap sistem saraf pusat.

Efek ‘armakologi ter


ft ao depresinya pada ssp hampir sama dengan isofluran,

Aliran darah otak sedikit meningkat sehingga sedikis


meningkatkan tekanan intrakranial. Laju metabolisme ota,
menurun cukup bermakna, sama dengan isofluran.

Terhadap sistem kardiovaskular

Relatif stabil dantidak menimbulkan aritmia selamea anestesia


dengan sevofluran. Tahanan vaskular dan curah jantung sedikut
menurun sehingga tekanan darah sedikit menurun

Terhadap sistem respirasi

Seperti halnya dengan obat anestesia inhalasi yang lain,


sevoflurane juga menimbulkan depresi pernafasan yang derajatnya
sebanding dengan dosis yang diberikan gehines: 7 volume ti dal
akan menurun, tapi frekuensi nafas sedikit meningkat.

Terhadap otot rangka

Efeknya terhada
ibandinol Pp tonus . :
dibandingkan dengan isofluran otot rangka lebih lemah

Terhadap ginjal

Pada dosi :
ginjal dan lj Sas efek sevofluran terhadap aliran darah
isofluran. Bel “glomerulus lebih ringan dibandingk**

. um diketahy; :
filtrasi glomerulus dnp pasti efeknya terhadap |21?
Uk i urin. .

7n

;
Terhadap hatt |
Tidak toksik dan tidak menj

Aliran darah hati sedikit oe, Perubahan fungsi hati.

piotransformasi
Hampir seluruhnya dik
Han eluarkan i
ekspirasi, hanya sebagian kecil 2-3% dineubolnme ane tie >
am .

Konsentrasi metabolitnya san


. gat rendah, ti
menimbulkan gangguan fungsi ginjal, ah, tidak cukup untuk

Penggunaan klinik

Sama sepert agen volatil yang lain, sevofluran digunakan


terutama sebagai komponen hipnotik dalam pemeliharaan
anestesia umum. Disamping efek hipnotik, juga mempunyai efek
analgetik ringan dan relaksasi otot ringan. Pada bayi dan anak-
anak yang, tidak kooperatif, sangat baik digunakan untuk induksi.
Untuk mengubah cairan isofluran menjadi uap, diperlukan alat
penguap (“vaporizer”) khusus sevofluran.

Dosis

1. Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara


inspirasi adalah 3.0 - 5,0% bersama-sama dengan N,O.

2. Untuk pemeliharaan dengan pola nafas spontan,


konsentrasinya berkisar antara 2.0% - 3%, sedangkan untuk

nafas kendali, berkisar antara 0.5- 1.0%.

Indikasi kontra +t “drug induced


Hati-hati pada pasien yan6 sensitif terhadap mig in
hyperthermia”, hipovolemik berat dan hipertensi intra ranial.
Keuntungan dan kelemahan
1. Keuntunganny@ adalah: indukst cepat em beat
iritatif terhadap mukos4 jalan a ang ad
cepat dibandingkan dengan agen voll Y

a or m1
TUTE tum avesTEs! DAN TERAP! INTENSE

2: Kelemahannya adalah: batas keamanan sempit (mug


terjadi kelebihan dosis): analgesia dan relaksasinya kutas,
sehingga harus dikombinasikan dengan obat lain.

Desfluran

Merupakan halogenasi eter yang rumus bangun dan


efek klinis nya sama dengan isofluran. Desfluran sang.
mudah menguap dibandingkan dengan agen volatil yang jain,
Memerlukan alat penguap khusus (TEC-6) elektrik tidak sepert;
agen yang lain.

Efek farmakologi

Efek klinisnya hampir sama dengan isofluran. Hanya


efeknya terhadap respirasi dapat menimbulkan rangsangan pads
jalan nafas sehingga tidak digunakan untuk induksi. Bereta:
simpatomimetik menyebabkan takikardi tetapi tidak bermakns
meningkatkan tekanan darah, Terhadap hepar dan ginjal same
dengan sevofluran.

Biotransformasi
Hampir seluruhnya dikeluarkan untuk melalui udare
ekspirasi, hanya <0,1% di metabolisme dalam tubuh.

Penggunaan Klinik

Sama seperti agen volatil yang lain, desfluran digunaken


terutama sebagai komponen hipnotik dalam pe meliharaa®
anestesia umum. Disamping efek hipnotik, juga mempuny™ efek
analgetik ringan dan relaksasi otot ringan.

Dosis

1, Untuk induksi, disesuaikan dengan kebutuhan

2. Untuk pemeliharaan tergantung dengan racikan obat


lain dan disesuikan dengan kebutuhan.

yané

—~

Pe

ae it ha Seopa + ae ete Wena ES

jndikasi Kontra
Hati-hati pada pasien yang sensitif terhadap “drug induced
hy perthermia”, hipovolemik berat dan hipertensi intrakranial.

xeuntungan dan kelemahan


1, Keuntungannya hampir sama dengan isofluran

> Kelemahannya adalah: batas keamanan sempit (mudah


terjadi kelebihan dosis): analgesia dan relaksasinya kurang
sehingga harus dikombinasikan dengan obat lain.

Nitrous Oksida (N,O)

Ditemukan oleh Priestley pada tahun 1772, kemudian pada


tahun 1779, oleh Humphrey Davy menyatakan bahwa N,O
mempunyai efek anestesia. Pada tahun 1844 Cotton dan Wells
mempergunakan dalam praktik klinik. Populer disebut dengan
gas gelak.

Kemasan dan sifat fisik

N,O dibuat dengan cara memanaskan amonium nitrat


dalam retor (sejenis labu) dari besi sampai suhu mencapai 240°C.
Gas yang dihasilkan ditampung, dipurifikasi dan dekompresi ke
dalam silider metal warna biru pada tekanan 51 atm-750 Ib.per.
sq.in. NO merupakan gas yang, tidak berwarna, berbau harum
manis, tidak mudah terbakar dan tidak mudah meledak tetapi
membantu proses kebakaran akibat gas lain. Mempunyai berat
molekul 44, tekanan kritis 71,7 atm, suhu kritis 36,5°C, berat jenis

1,5 (udara 1).

Absorpsi, Distribusi dan Eliminasi

Berdasarkan saturasinya dalam darah, absorpsi NO


bertahap; pada 5 menit pertama absorsinya mencapai saturasi
100% dicapai setelah 5 jam. Pada tingkat saturasi 100% tidak
ada lagi absorpsi dari alveoli dan dalam darah. Pada keadaan
ini konsentrasi N,O dalam darah sebanyak 47 ml N,O dalam 100

73
T ILMU ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF

ml darah. Di dalam darah, N,O tidak terikat dengan hemoglobin


tetapi larut dalam plasma dengan kelarutan 15 kali lebih besar
dari kelarutan oksigen. N,O mampu berdifusi ke dalam semua
rongga-rongga dalam tubuh, sehingga bisa menimbulkan
hipoksia-difusi apabila diberikan tanpa kombinasi dengan
oksigen, oleh karena itu setiap mempergunakan N,O harus selaly
dikombinasikan dengan oksigen.

Terhadap sistem saraf pusat

Berkhasiat analgesia dan tidak mempunyai khasiat


hipnotikum. Khasiat analgesianya relatif lemah akibat
kombinasinya dengan oksigen. N,O tidak mengikut klasifikasj
stadium anestesia dari Guedel dalam kombinasinya dengan
oksigen dan sangat tidak mungkin mencoba memakai N,O tanpa
oksigen hanya karena ingin tahu gambaran stadium anestesia dari
Guedel. Efeknya terhadap tekanan intrakranial sangat kecil bila
dibandingkan dengan obat anestesia yang lain, Terhadap susunan
saraf otonon, N,O merangsang reseptor alfa saraf simpatis, tetapi
tahanan perifer pembuluh darah tidak mengalami perubahan.

Terhadap sistem-organ yang lain

Pada pemakaian yang lazim dalam praktik anestesia,


N,O tidak mempunyai pengaruh negatif terhadap sistem
kardiovaskular, hanya sedikit menimbulkan dilatasi pada
jantung.

Terhadap sistem respirasi, ginjal sistem reproduksi,


endokrin dan metabolisme serta sistem otot rangka tidak
mengalami perubahan, tonus otot tetap tidak berubah sehingga
dalam penggunaannya mutlak memerlukan obat pelumpuh
otot. Dilaporkan pada pemakaian jangka lama secara terus
menerus lebih dari 24 jam bisa menimbulkan depresi pada fungsi
hematopoietik. Anemia megaloblastik sebagai salah satu efek
samping pada pemakaian N,O jangka lama.

Tjokorda Gde Agung Senapathi » | Made Gede Widnyana [7

Efek samping
Walaupun N,O dikatakan sebagai obat anestetik non toksik
dan mempunyal Pengaruh yang sangat minimal pada sistem
organ seperti tersebut di atas, kadang-kadang terjadi juga efek
camping seperti berikut:
j. N,O akan meningkatkan efek depresi nafas dari obat
tiopenton terutama setelah diberikan premedikasi narkotik.
2. Kehilangan pendengaran pasca anestesia, hal ini disebabkan
oleh adanya perbedaan solubilitas antara N,O dan O,
sehingga terjadi perubahan tekanan pada rongga telinga
tengah.

3. Pemanjangan proses pemulihan anestesia akibat difusinya


ke tubuh seperti misalnya pneumotoraks.

4. Pemakaian jangka panjang menimbulkan depresi sumsum


tulang sehingga bisa menyebabkan anemia aplastik.

5. Mempunyai efek teratogenik pada embrio terutama pada


umur embrio 8 hari - 6 minggu, yang dianggap periode
kritis.

6. Hipoksia difusi paska anestesia. Hal ini terjadi sebagai


akibat dari sifat difusinya yang luas sehingga proses
evaluasinya terlambat. Oleh karena itu pada akhir anestesia,
oksigenasinya harus diperhatikan.

Penggunaan Klinik
Dalam praktik anestesia, N,O digunakan sebagai obat dasar

dari anestesia umum inhalasi dan selalu dikombinasikan dengan


Oksigen dengan perbandingan antara N,O : O, = 70: 30 (untuk
Pasien normal), 60: 40 (untuk pasien yang memerlukan tunjangan
Oksigen lebih banyak) atau 50 : 50 ( untuk pasien yang berisiko
tinggi). Oleh karena N,O hanya berkhasiat analgesia lemah, maka
dalam penggunaannya selalu dikombinasikan dengan obat lain
yang berkhasiat sesuai dengan target “trias anestesia” yang ingin
dicapai.
geeks sq

ILMU ANESTES| DAN TERAP! INTENSIE

Kecelakaan dalam penggunaan N,O

Kecelakaan dalam praktik anestesia~mempergunakay


N.O sering kali terjadi. Hal ini disebabkan oleh faktot alat atay
mesin anestesia yang digunakan dan faktor manusianya, akibat
kelalaian. Seperti telah diuraikan di atas, pemakaian N,O harus
selalu diberikan bersama-sama dengan oksigen. Kecelakaan bisa
terjadi pada saat induksi, pada saat pemeliharaan atau pada
saat akhir anestesia. Pada saat induksi, petugas anestesia ingin
memberikan oksigen, tetapi yang dialirkan justru N,O.

Pada saat pemeliharaan, persediaan oksigen habis dan


petugas tidak waspada. Pada saat akhir anestesia, petugas
anestesia bermaksud memberikan oksigenasi, tetapi yang
dialirkan justru N,O. Untuk mengurangi risiko kecelakaan dalam
penggunaan N,0O, dilakukan modifikasi dan penyempurnaan
sarana sistem perpipaan gas di Rumah Sakit dan mesin anestesia.
Kemasan tabung gas diberi tanda/warna/label tertentu, sistem
perpipaan dilengkapi dengan alat pengaman dan mesin anestesia
dibuat sedemikian rupa sehingga tanpa aliran oksigen, gas N.O
tidak bisa mengalir

OBAT-OBAT ANALGETIK

Analgetik adalah hal yang sangat penting dalam suatu


tindakan anestesi. Tingkat kepuasan pasien terhadap tindakan
pembedahan dan juga tindakan anestesi selalu dinilai dari
manajemen nyeri, baik pada saat sebelum, saat, dan sesudah
tindakan operasi. Pengenalan yang baik terhadap jenis-jenis
analgetik akan memudahkan seorang ahli anestesi_ untuk

memberikan kombinasi obat analgetik dengan baik, sehingga

dosis dapat dikurangi, efek samping yang lebih rendah dan


berujung pada tingkat kepuasan pasien yang lebih baik.
Pemberian analgetik dengan format multimodal meru

i pakan
strategi penanganan yang paling ideal saat ini.

Tiokorda Gde Agung Senapathi » | Made Gede Widnyana | is |

ngan analgetik narkotik atau opioid

Goren rdasarkan struktur kimia, analgetik narkotik atau opioid,


aedakan menjadi 3 kelompok:

dibe Alkaloid opium (natural): morfin dan kodein

1. Derivat semisintetik: diasetilmorfin (heroin), hidromorfin,


2. oksimorfon, hidrokodon dan oksikodon.

3 Derivat sintetik

a. Fenilpiperidine: petidin, fentanil, sulfentanil, alfentanil


dan remifentanil.

Benzmorfans: Pentazosin, fenazosin dan siklazosin.


Morfinans: lavorvanol

Propionanilides: metadon

Tramadol

oan S

Sebagai analgetik, opioid bekerja secara sentral pada

reseptor opioid yang diketahui ada 4 reseptor, yaitu:

1.

Reseptor Mu.

Stimulasi pada reseptor ini akan menimbulkan analgesia,

Tasa segar, euforia, dan depresi respirasi. Contoh obat:


Morfin, fentanil

Reseptor Kappa

Stimulasi reseptor ini menimbulkan analgesia, sedasi dan


anestesia. Contoh obat: morfin, oxykodon

Reseptor Sigma.

Stimulasi reseptor ini menimbulkan perasaan disforia,


halusinasi, pupil midriasis dan stimulasi respirasi. Opioid
Endogen seperti endorfin, leuenkephalin berikatan pada
reseptor ini

Reseptor Delta.

Pada manusia peran reseptor ini belum diketahui denga”

Jelas. Diduga memperkuat reseptor Mu. Conteh obat:


Pentazosin
iF
"UNE LMU ANESTES! pan TERAPIINTENS

ang sering digunakan sebagai obat

ky
Golongan narkot y dan morfin. Sedangkan fentani]

. + dalah: petidin . .
eae lain lebih sering digunakan sebagai suplemen

anestesia.
Efek terhadap susunan saraf pusat

Sebagai analgetik, obat ini bekerja pada talamus dan


substansia gelatinosa medula spinalis, disamping itu, narkotik

juga mempunyai efek sedasi

Efek terhadap respirast


Menimbulkan depresi pusat nafas terutama pada bayi

dan orang, tua. Efek ini akan Jebih kuat pada keadaan umum
pasien yang, buruk sehingga perlu pertimbangan seksama dalam
penggunaannya. Namun demikian efek ini dapat dipulihkan

dengan nalorpin atau nalokson,

Efek terhadap bronkus


Petidin menyebabkan dilatasi bronkus, sedangkan mortin

menimbulkan konstriksi akibat pengaruh pelepasan histamin

Efek terhadap sirkulast

Tidak menimbulkan depresi sistem sirkulasi, sehings@ cukup


aman diberikan pada semua pasien kecuali bayi dan orang t2-
Pada kehamilan, narkotik dapat melewat barier plasenta sehings
bisa menimbulkan depresi nafas pada bayi baru lahir.

Efek terhadap sistem lain


. tenn pusat muntah, menimbulkan spasme spinter
andung empedu sehingga menimbulkan kolik abdomen. Morfin
merangsang pelepasan histamin sehingga bisa menimbulkan ras
gatal seluruh tubuh atau minimal pada daerah hidung, sedangkan
petidin, pelepasan histaminnya bersifat lokal ditempat suntikan.

—_—

—_—— eS deal * | Made Gede Wide yea Ros


penggunaan Klinik -

~ Morfin mempunyaikekua
eas ose tan
gengan petidin, ini berarti b ah aba ibandingkan

gari petidin, sedangkan fent il 100 woain sepersepuluh

gambaran dosis ekuianalgesia opiat Pen“ Berikut

_ mt Parenteral (mg) Oral (mg)


Morfin 10 30
Buprenorfin 03 04
Kodein 100 200
Fentanil 0.1 Tidak tersedia
Hidrokodon Tidak tersedia 30
Hidromorton 15 75
Pethidin 100 300
Oxykodon 10 20
Tramadol 100 120

Analgetik narkotik dapat digunakan sebagai:


1. Premedikasi: petidin diberikan intramuskular dengan

dosis 1 mg/kg, bb atau intravena 0,5mg/kgbb, sedangkan

morfin sepersepuluhnya dari petidin, sedangkan fentanil

seperseratus dari petidin. . .


2. Analgetik untuk pasien yang menderita nyerl akut/kronis,
diberikan sistemik (intravena atau transdermal) atau regional

Suplemen anes
Analgetik pada ti
Suplemen sedasi dan

kopi atau diagnostik lain

analgetik di Unit Terap! Intensif.

ve
Ez "UTNE ILMU ANESTES! DAN TERAPI INTENSIF

Kontra indikasi

Pemberian narkotik harus hati-hati pada pasien Orang tua


atau bayi dan keadaan umum yang buruk. Perhatian khusus untuk
diberikan pada pasien yang mendapatkan preparat penghambat
monoamin oksidase, pasien asma dan penderita penyakit hati,

Efek samping atau tanda-tanda intoksikasi

Memperpanjang masa pulih anestesia.

Depresi pusat nafas hingga pasien bisa henti nafas

Pupil miosis

Spasme bronkus pada pasien asma terutama akibat morfin

Kolik abdomen akibat spasme sphincter kandung empedu


Mual muntah dan hipersalivasi

Gatal-gatal seluruh tubuh


Penanggulangan efek samping ini dilakukan dengan jalan

memberikan bantuan hidup dasar dan segera memberikan


obat reversal.

NASP LEYS

Toleransi dan adiksi

Toleransi adalah suatu kondisi pasien yang memerlukan


dosis lebih besar dari dosis sebelumnya untuk memperoleh
efek yang sama, sedangkan adiksi adalah kondisi pasien yang
mengalami ketergantungan terhadap opiat. Kedua kondisi int

disebabkan karena pemakaian berulang dan dalam jangka waktu


lama.

Sindrom Abstinensia (Withdrawal syndrome)

Apabila seorang pemadat opiat, dihentikan pemberiannya


secara mendadak, maka akan terjadi “sindrom withdrawal” yang
akan muncul dalam 10-12 jam setelah pemakaian obat dihentikan.
Gejala- gejalanya adalah: menguap, ingusan, berkeringat, gelisah,
lakrimasi, sukar tidur, pupil midriasis, kram, mual-muntah dan

diare. Gejala ini mencapai puncak dalam waktu 72 jam dan


mereda setelah 7-10 hari.

80 ————
Tiokorda Gée Agung Senapathi + | Made Gede Widnyana Ee

Kemasan
1. Petidin dalam bentuk ami

pul 2 ml ya d
inl tidak berwama, yang mengandung 50mg/

2, Fentanil dikemas steril dalam bentuk ampul 100mcg dan


500mcg, tiap ml mengandung 50mcg/100mcg, berupa cairan
jernih dan tidak berwarna. Fentanil juga tersedia dalam
bentuk patch transdermal dengan berbagai sediaan yang
berbeda tergantung farmasi. Di Indonesia, patch transdermal
fentanil tersedia dalam dosis 12.5mcg/jam, 25mcg/jam, dan
50meg/jam.
Morfin dalam bentuk ampul 1 ml yang mengandung 10 mg,
tidak berwarna dan bisa dicampur dengan obat lain. Morfin

juga tersedia dalam bentuk tablet lepas lambat dan tablet


biasa.

wa

4. Oxykodon dalam bentuk ampul 10mg dan 20mg, cairan


jernih dan tidak berwarna. Oxykodon juga tersedia dalam
bentuk tablet lepas lambat dan kapsul aksi cepat.

5. Remifentanil dalam bentuk vial Img dan 5mg. Dikemas


dalam bentuk serbuk, dan biasa dilarutkan dengan NaCl
0,9% sesuai kebutuhan. Untuk penggunaannya sebaiknya

dengan cara titrasi menggunakan TCI (target-controlled


infusion)

Golongan analgetik Cycloocygenase Inhibitor (COX)


Cyclooxygenase (COX) adalah enzim yang terlibat dalam

konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin H2, yang


merupakan prekursorbeberapa molekul, termasuk prostaglandin,
prostasiklin, dan tromboxan. Penghambatan COX yang
menjadi faktor kunci dalam pembentukan prostaglandin dapat
menghilangkan gejala peradangan dan rasa sakit. COX terbagi
menjadi 2 macam, yaitu COX-1 dan COX-2. COX-1 memiliki
reseptor yang tersebar secara luas diseluruh bagian tubuh,
termasuk di saluran pencernaan dan platelet. Sementara itu COX-
2diproduksi sebagai respon dari inflamasi atau peradangan. Obat

—_--- —— 81
Ti
[TET wu asst oa TERAPINTENS Porta de Aoung Senapat «| Made Gede Widnyana

r ok terhadap Kardiovaskular
Analgetik penghambat Cc

da sistem kardi

langsung Pa atdiovaskular Melainka


. . , in i

terha dap fungsi koagulasi, Prostaglandin merepa pete


arteriosus, sehingga penghambat Prostaglandin serin 7 aes
ada neonatus dengan Persistent ductus arteriosus (Da ‘inn
merangsang penutupannya. Punta

naar
analgetik yang menghambat COX secara tidak selektif (mengenaj

COX-1 dan COX-2 sekaligus) dapat meredakan demam, inflamasi,


nyeri, dan thrombosis. Namun tentunya dengan penghambatan
pada COX-1, maka jenis obat tersebut juga akan memberikan efek
inhibisi platelet dan efek negatif pada gastrointestinal. Obat yang
menghambat COX secara tidak selektif sering disebut sebagai
Non steroid anti inflammatory drugs (NSAIDs). Sebaliknya, untuk
analgetik yang secara spesifik hanya menghambat COX-2 dapat

digunakan tanpa perlu merisaukan efeknya terhadap fungsi

platelet dan efek negatif ke gastrointestinal. Namun, penggunaan


COX-2 akan berdampak meningkatkan resiko trombosis sehingga

juga akan meningkatkan resiko terjadinya serangan jantung dan


stroke,

Jenis-jenis obat NSAID (Nonsteroid anti inflammatory drug) ini

adalah:

1,

Penghambat COX yang tidak selektif

* — Salisilat: aspirin (acetylsalicylic acid), diflunisal


Turunan asam proprionat: ibuprofen, ketoprofen,
dexketoprofen

Turunan asam asetat: indometasin, sulindak, ketorolak,


diklofenak

e Turunan asam — enolat


meloksikam, fenilbutason
Turunan asam entralinat: asam mefenamat
Penghambat COX-2 selektif

* Coxib: Celecoxib, Parecoxib, Etoricoxib

¢ Sulfonanilida: Nimesulida
Golongan lain

Obat-obat yang berada digolongan ini adalah obat-obat yang


sering menjadi perdebatan untuk dianggap sebagai NSAID
atau memiliki mekanisme kerja yang berbeda dengan kedua
jalur utama diatas,

* Penghambat COX-3: __ parasetamol, —metamizole/


metampiron, phenacetin, antipyrine.

Penghambat lipooksigenase: Licofelone

(oksikam): — piroksikam,

By
em | ———__

Efek terhadap respirasi

Analgetik penghambat COX tidak berdampak pada siste


respirasi dan paru jika diberikan pada dosis Klinis, Penggunaan
aspirin dengan dosis yang berlebihan dapat memberikan efek
yang kompleks pada keseimbangan asam basa dan respirasi

Efek terhadap gastrointestinal

Analgetik penghambat COX-1 memberikan efek klasik


pada gastrointestinal. Dalam kasus yang ekstrim seperti pada
penggunaan jangka panjang dapat mengakibatkan perdarahan
pada saluran cerna bagian atas. Hal tersebut merupakan dampak
langsung dari obat yang menghambat efek perlindungan mukosa
oleh prostaglandin, dan juga akibat dari gangguan fungsi
perdarahan. Penggunaan parasetamol yang berlebihan juga
dikaitkan dengan kegagalan fungsi hati.

Efek terhadap ginjal

NSAID juga dikaitkan dengan insiden yang cukup tinggi


dari efek merugikan pada ginjal dan dapat menyebabkan
penyakit ginjal kronis. Hal ini disebabkan oleh perubahan aliran
darah ginjal. Prostaglandin yang seharusnya berperan dalam
terjadinya dilatasi arteriol aferen glomeruli akan dihambat
oleh obat golongan ini. Sehingga akan terjadi gangguan perfusi
glomerulus dan laju filtrasi glomerulus (GFR), yang tampak dari
indikator pemeriksaan fungsi ginjal. Proses tersebut terutama
terjadi saat di mana ginjal berusaha mempertahankan tekanan

ee 83
SUNT ILMU ANESTES! DAN TERAPI INTENSIF

a ee

perfusi ginjal dengan peningkatan kadar angiotensin J], Karen,


NSAID memblokir efek dilatasi arteriol aferen yang dimediag
prostaglandin ini, sehingga akan menyebabkan konstriksi arterig|
aferen yang signifikan dan penurunan aliran perfusi ginjal dan
GFR.

Agen ini juga dapat menyebabkan kerusakan ginjal


terutama dalam kombinasi dengan agen nefrotoksik lainnya,
Resiko kegagalan ginjal akan meningkat jika obat golongan ini
digunakan bersama dengan ACE inhibitor (yang menghambat
vasokonstriksi angiotensin I] dari arteriol eferen) dan diuretik
(yang menurunkan volume plasma dan berujung pada terjadinya
penurunan aliran perfusi ginjal) °

Bais

OBAT-OBAT PELUMPUH OTOT


Relaksasi otot rangka merupakan salah satu dari trios
anestesia yang harus dipenuhi pada operasi-operasi besar
sepert misalnya laparatomi, torakotomi dan operasi-operasi
yang memerlukan nafas kendali, Relaksasi otot rangka ini bisa
diperoleh dari efek obat anestesia, seperti misalnya eter, halotan
dan obat inhalasi yang lain, namun mencapai relaksasi otot yang
optimal memerlukan dosis yang, besar sehingga akan muncu!
efek samping yang justru lebih berbahaya, Untuk mendapatkan
khasiat relaksasi yang optimal tanpa harus menghadapi efek
samping obat yang berbahaya bagi pasien, digunakan obat
pelumpuh otot. Walaupun sesungguhnya pada kebanyakan
kepustakaan, obat pelumpuh otot ini tidak termasuk dalam
obat anestesia, akan tetapi sepert telah dijelaskan sebelumnya,
relaksasi otot merupakan salah satu dari trias anestesia, maka ini
berarti bahwa obat pelumpuh otot juga termasuk obat anestesia.
Agar memahami mekanisme kerja obat pelumpuh otot,
diperlukan pemahaman tentang fisiologi saraf - otot rangka.

Per ee arg Sapa + Mate Gate wtryana_ IETS

Mekanisme hambatan Saraf otot.

Transmisi rangsang sarafke Otot te

- jadi pada “neuro-muscular


junction” atau hubungan saraf-otot m ‘ae,

: iIkhol; elalui mediator atau neuro


transmiter asetilkholin. Asetilkolin adalah sejenis mediator yang,

dihasilkan oleh ujung saraf motoris melalui proses asetilasi kolin

ekstra sel dan ko-enzim A, selanjutnya akan bekerja pada reseptor

otot rangka padahubungan sarafotot yang bersangkutan. Dengan


demikian akan terjadi hantaran saraf-otot, sehingga tonus otot
dapat dipertahankan secara fisiologis,

Mekanisme hambatan (blok) saraf otot akan terjadi pada


hubungan saraf otot melalui mekanisme sebagai berikut:
1. Hambatan Penggabungan aset Ikolin dengan reseptor

di membran ujung motor atau otot, antara lain akibat

pengaruh obat tubokurarin, pankuronium, alkuronium dan

atrakurium, Hambatan (blok) ini sering disebut hambatan


kompetisi atau hambatan non depolarisasi.

tlambatan penurunan kepekaan membran ujung motor atau

otot, hal ini terjadi akibat pemberian obat pelumpuh otot

golongan depolarisasi misalnya suksinilkolin. Hambatan ini


sering, disebut hambatan (blok) depolarisasi.

3. Hambatan pelepasan asetilkolin pada ujung, saraf motoris,


antara lain disebabkan oleh karena pengaruh obat analgesia
lokal, toksin botulismus, antibiotik golongan aminoglikosida,
keadaan hipokalsemia dan hipermagnesemia.

Dalam sub pokok bahasan ini, akan dibahas hanya hambatan


non depolarisasi dan hambatan depolarisasi.

Hambatan non depolarisasi

Hambatan ini terjadi karena serabut otot mendapat


rangsangan depolarisasi yang menetap, sehingga otot kehilangan
respons kontraksi yang akan menyebabkan kelumpuhan otot.
Pemulihan fungsi saraf otot sangat tergantung pada kemampuan
daya hidrolisis enzim pseudokholinesterase.
ae
1.

2.
3.

5.
6.

Obat-obat pelumpuh otot

obat pelumpuh otot dapat


1,

AA

NTENSIF
V ANESTESI DAN TERAP| INIT —

Terjadi fasikulasi otot rangka yang menyeluruh yang dimulai


pada otot rangka yang kecil

jasi jkolinesterase.

tensiasi dengan antiko .

Keclompuhannya berkurang dengan pemberian obat


elumpuh otot non depolarisasi dan asidosis.

Kelumpuhannya tidak bertahap pada perangsangan tunggal

atau tetanik

Masa kerja singkat

Belum dapat diatasi dengan obat spesifik.

Berdasarkan pola hambatan seperti telah diuraikan di atas,

dibagi menjadi 2 (dua) golongan.

Non Depolarisasi.
e Derivat benzyl-isoquinolone: atrakurium,
cisatrakurium

© Steroidal: Pankuronium, vekuronium, rokuronium

© Klorofumarat: Gantakurium Penggunaan Klinik,

© Untuk fasilitas intubasi endotrakea

© Membuat relaksasi lapangan operasi

* — Menghilangkan spasme laring dan refleks jalan nafas

© Memudahkan nafas kendali

e Mencegah fasikulasi otot akibat suksinilkolin


Penggunaan obat golongan non depolarisasi harus hati ~hati

pada pasien yang, menderita “miastenia gravis”.

Depolarisasi, misalnya: suksinilkholin. Penggunaannya.

e Untuk fasilitas intubasi pipa endotrakea. :

° Relaksasi otot pada reposisi fraktur tertutup atau


dislokasi sendi

¢ Menghilangkan spasme larin

¢ — Relaksasi lapangan operasi t : i


berlangsung singlat Pong erutama pada operasi yang
ese mci _ ee harus hati-hati
pen § nencerita gangguan fungsi hati, luka

» hiper alemi dan pada pasien yan menderita


gangguan fungsi hati, luka bak : : . :
, ar dan hiperkalemi.

he

Tj

Berdasarkan lama kerjanya, pelumpuh otot Non Depolarisasi

dibagi menjadi kerja Panjang, sedang dan pendek. Sementara

jumpuh otot depolarisasi memiliki waktu kerja yang sangat


singkat.

Su kerja Waktu onset


dosis intubasi dosi Dosis Dosis Dosis pemeliharan
. ibasl pemelinaraan kontinyu (megkg/

(¢atam ment) (datam menity {9% ugg) merit

Waktu kerja singkat

Gantakurium 4-10 1-2 02


Waktu kerja sedang

Atrakurium 30-45 25-3 05 01 5-12

Cisatrakurium 40-75 2-3 02 0.02 1-2

Vekuronium 45-90 2-3 0.12 0.01 1-2

Rokuronium 35-75 15 08 0.15 9-12


Waktu kerja panjang

Pankuronium 60-120 2-3 0.12 0.01


Pilihan obat pelumpuh otot

Gangguan fungsi ginjal: atrakurium dan vekuronium


Gangguan fungsi hati: atrakurium

Miastenia gravis: kalau perlu dosis 1/10 atrakurium


Bedah singkat: atrakurium, rokuronium, mivakurium
Kasus obstetri: semua dapat digunakan kecuali galamin

wep wn

Tanda-tanda kekurangan pel umpuh otot pada saat operasi:

1, Cegukan
2. Dinding perut kaku
3. Ada tahanan pada inflasi paru.

_————————

87
Tjokorda Gde Agung Senapathi + | Made Gede Wi
ove Ey

7 NTENSIF *
PERSE "Lu ANESTES!OAN TERAPY NTENSF prakurium besilat
A ts
Pankuronium bromida Merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi yang relatif

Merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi_ yang ru yang mempunyai struktur
benzilisoquinolin yang berasal
populer digunakan dalam praktek anestesia di Indonesia. Obat sari tanaman Leont ce
Leontopeltalum. Obat ini dikemas dalam
ini termasuk steroid sintetis yang dikemas dalam bentuk ampul pentuk ampul berisi
2.5 ml atau 5 ml, yang mengandung 10 mg/

yang berisi 2 ml, mengandung 2 mg/ml, tidak berwarna dan larut inl. Sebaiknya
disimpan dalam suasana dingin dan terhindar dari

dalam air. arat natahari.


Farmakologi :
Mulai kerjanya 2-3 menit setelah pemberian dan masa Farmakologt

kerjanya berkisar antara 30-45 menit. Dalam sirkulasi akan


berikatan kuat dengan globulin dan berikatan sedang dengan
albumin, sehingga pada keadaan hipoproteinemia dosisnya harus
dikurangi. Mempunyaiefek akumulasi pada pemberian berulang,
oleh karena itu pemberian dosis ulangan harus dikurangi dan
waktu pemberian harus diperpanjang. Mempunyai efek inotropik
dan kronotropik positif sehingga menyebabkan hipertensi dan
takikardi. Disamping itu menyebabkan pelepasan histamin tapi
sifatnya ringan sehingga tidak perlu khawatir pada pasien yang
menderita asma. Sebanyak 15-40% mengalami metabolisme
asetilasi dalam tubuh, selanjutnya sebagian besar (60-80%)
diekskresikan melalui ginjal dan sisanya (20-40%) dieksresikan
melalui empedu. Memiliki efek blokade vagal yang baik.

Dosis dan cara pemberian

1. Untuk menghilangkan fasikulasi otot rangka akibat


suksinilkolin, diberikan intravena dengan dosis seperempat
dosis untuk relaksasi optimal.

2. Untuk dosis intubasi (besar dosis dapat dilihat Pada tabel)


diberikan secara bolus intravena. ,

3. Untuk dosis rumatan (besar dosis dap,


diberikan secara bolus intravena.

4. Pada bayi dan anak-anak balita dosis dikurangi


5. Tidak dianjurkan memberikan secara intarmuskular dan

dengan model kontinyu, karena mulai kerja dan efeknya


lama. °

at dilihat pada tabel),

88
ter

Mula dan lama kerjanya tergantung pada dosis yang

diberikan. Besar dosis dan lama kerja dapat dilihat pada tabel
diatas. Berbeda dengan pankuronium, atrakurium mengalami

metabolisme di dalam darah atau plasma melalui reaksi kimia


yang unik yang disebut eliminasi Hoffman yang tidak tergantung
pada fungsi hati atau ginjal, sehingga penggunaannya pada
penyakit hati atau ginjal tidak memerlukan perhatian khusus.
Tidak mempunyai efek akumulasi pada pemberian berulang,
sehingga masa kerjanya singkat. Tidak mempengaruhi fungsi
kardiovaskular, sehingga merupakan pilihan pada pasien yang
menderita kelainan fungsi kardiovaskular, seperti misalnya
penyakit jantung koroner, hipertensi dan lainlainnya. Pemulihan
fungsi saraf otot dapat terjadi secara spontan sesudah masa
kerjanya berakhir, atau apabila diperlukan bisa diberikan obat

antikolenesterase. Mempunyai efek pelepasan histamin meski


tidak besar.

Dosis dan cara pemberian

1. Untuk intubasi endotrakea, diberikan secara bolus intravena.


Besar dosis dan waktu onset dapat dilihat pada tabel.
Untuk pemeliharan relaksasi otot, diberikan secara bolus
intravena intermiten atau bisa juga dengan mode kontiny¥:
Besar dosis dan waktu kerja dapat dilihat pada tabel diatas-
NSIF
Sy LMU ps1 ONTO

=
12k

Vekuronium turunan dari pankuronium, dengan

jum a os :
d VekorOlpahan pada struktur Kimis untuk menghilangkan
ok yong vrgikan tanpa mempengaTut potensi obat.

Farmakologi
Vekuronium di metabolis

sangat dipengaruhi oleh ekresi

me di hati, dan secara primer


bilier dan secara sekunder eleh

ekskresi ginjal. Meskipun dapat digunakan dengan aman pada


pasien dengan gangguan fungsi ginjal, namun durasi kerja
akan memanjang. Bila dibandingkan dengan pankuronium,

vekuronium memiliki waktu paruh yang lebih pendek dengan


bersihan yang lebih cepat dan lebih baik. Vekuronium memiliki

bentuk aktif yang akan diakumulasi oleh tubuh, sehingga


penggunaanyangberkelanjutan dalamjangka waktu panjang akan
menyebabkan durasi blokade neuromuskular yang, memanjang.
Selain itu, penggunaan dalam jangka waktu panjang, dikaitkan
dengan kejadian polineuropati, khususnya pada pasien wanita,
gagal ginjal, penggunaan steroid dalam jangka waktu lama dan
dosis besar, dan pada kondisi sepsis. Pada penggunaan jangka
waktu lama juga meningkatkan kejadian toleransi terhadap dosis

obat.
Pada sistem kardiovaskular, vekuronium tidak memberikan
dampak langsung. Namun dapat terjadi potensiasi terhadap
kondisi bradikardi yang disebabkan oleh opiat pada beberap@
pasien, Pada kondisi gagal hati tidak menyebabkan durasi kerj2
dari vekuronium memanjang, kecuali dosis yang diberikan lebih
besar dari 0,15mg/kg. Usia tidak mempengaruhi kebutuhan
dosis inisial vekuronium, meskipun kebutuhan dosis rumatan
menurun pada usia neonatus dan infan. Jenis kelamin wanita
lebih sensitif sckitar 30% pada vekuronium dibandingkan dengan
pria. nel tesebut dibuktikan dengan derajat blokade yang lebih
nee disebebko oe lebih panjang pada wanita. Hal
nya perbedaan anatomi-fisiologi y4"&

nr a

_—

Pxorda Gde
AGUNG Senapath «| Mage Gede Wieryana
; dengan jeni
perkaitan i Jenis kelamin :
an masa otot, ikatan dengan sce, kadar |
! , VO

1 yemak tubuh
‘ume distribusi serta

Dosis dan cara pemberian


1. Untuk intubasi endotrakea, diberikan secarabolusi
Besar dosis dan waktu onset dapat ‘en

. . dilihat pada t
2. Untuk pemeliharan telaksasi otot, diberiken bel bot
intravena intermiten atau bisa juga dengan mode kontinyu,

Besar dosis dan waktu kerja dapat dilihat pada tabel diatas

Rokuronium

Rokuronium memiliki struktur kimia yang analog dengan


vekuronium, dengan fokus alterasi ditujukan pada kecepatan
onset obat. Merupakan salah satu obat pelumpuh otot dengan
onset cepat dan reversibel, sehingga bisa dijadikan pilihan pada
kondisi dimana diperlukan efek pelumpuh otot yang cepat.

Farmakologi
Rokuronium memiliki cara kerja yang mirip dengan obat
pelumpuh otot non-depolarisasi lainnya, yaitu bekerja di lokasi
nikotinik neuromuskular-junction dengan bekerja pada sinaps.
Sinaps adalah area khusus di mana ujung saraf prejungsional
berinteraksi dengan bagian postjunctional. Kedua situs pre dan
postjunctional ini memiliki konsentrasi asetilkolin (ach) dan
nikotinat asetilkolin (nAchR) yang lebih tinggi. Biasany™ ri a
impuls listrik mencapai terminal saraf prejunctions mash
kalsium menyebabkan pelepasin —— Solin yang, terletak
berinteraksi di reseptor nikotinik asett 8 sbahan
S_membran postjunctio’s trium dan kalium.
Permeabilitas listrik mem yan penurunan potensial
Pergerakan ion yang cept garah
pai ambang

transmembran untuk men


be ee 91
wy |
RMU pene o TERMP TENSE
d bentukan potensial aksi yang bergerak melintasj
pada pém babkan kontraksi otot.
tot dan menye a ‘ ;

eat obatan nondepolarisas! seperti oe cali


senyawa amonium kuaterner yang bekerja oa eat om
ne intermediate-acting dan sangat tree. oe um Bk
mengalami metabolisme menjadi metabolit a oe =
kelarutan lemak yang sangat rendah. Karena itu obat-obatan
ini tidak melewati sawat darah-otak, sawar plasenta, dan sawar
uae rocuronium tidak memiliki efek pada

mbran li jd lainnya. Jadi ow. 3


chen carat pusat, efek pada janin, reabsorps! ginjal minimal,
serta penyerapan yang, tidak efektif jika diberikan secara oral.

Rocuronium sebagian besar dj ekskresi dalam bentuk yang tidak


berubah melalui empedu dan sekitar 30% di ekskresi melalui
ginjal. Faktor-faktor seperti hipotermia, hipovolemia, agen volatil,
serta penyakit ginjal dan hati memperpanjang, efek rocuromum
Rocuronium telah terbukti tidak memiliki efek lengeung
pada sistem kardiovaskuler. Kondisi dimana
mempengaruhi aktivitas kardiovaskuler adalah saat didapathan
reaksianafilaktik atau alergiterhadap obat tersebut, yang berujung
pada kolaps kardiovaskular, Meskipun dapat digunaken dengan
aman dalam mode kontinyu, namun dilaporkan kejadian durasi
kerja obat yang memanjang, disertai miopati pada beberape
pasien, Hal tersebut bisa terjadi pada pasien yang menggunakan
steroid dalam jangka waktu lama atau pada pasien dengan gage!
organ multipel, Pada kondisi-kondisi tersebut sangat disarankan
untuk tidak menggunakan rokuronium dalam mode Kontinyu
lebih dari 48 jam,

rokuromum

Dosis dan cara pemberian

1. Untuk intubasi endotrakea, diberikan secara bolus intravena.


Besar dosis dan waktu onset dapat dilihat pada tabel.

2, Untuk pemeliharan relaksasi otot, diberikan secara bolus


intravena intermiten atau bisa juga dengan mode kontinyv-
Besar dosis dan waktu kerja dapat dilihat pada tabel diatas

92 ==

i.

goksamethonium (Suksinil Kholin)


Merupakan obat Pelum
iki efek samping
nya dikemas dalam botol

“ arna putih, | i
mengandung 100 atau 200mg setiap botol, Scbetum ding a can
akan,

gilarutkan terlebih dahulu dalam akuades dengan konsentrasi 25


s a ntrasi

mg/ml. Disamping dikemas dalam bentuk b j


berbentuk larutan dalam botol vial, Mes ada juga ms

Farmakovlogt
“un mariana capa 2 menit setelah pemberian intravena
= angsung, selama 3-5 menit, selanjutnya tonus otot akan
berangeur-angsur pulih seperti semula, Sebagai obat pelumpuh
otot depolarisasi, akan menimbulkan fasikulasi pada otot rangka.
fasikulast akan bertambah hebat pada pasien atletis dengan otot
rangka yang, mengalami hipertropi. Fasikulasi ini menimbulkan
pergeseran ion-ion dalam plasma, kalium akan keluar dari
dalam sel otot, sehingga kadar kalium dalam plasma meningkat.
Peningkatan ion kalium ini akan bertambah hebat apabila pasien
menderita luka bakar, gagal ginjal atau keadaan asidosis. Hal ini
akan menyebabkan gangguan jrama jantung, sampai bisa terjadi
fibrilasi ventrikel. Disamping, itu, fasikulasi akan menimbulkan
rasa nyeri pada otot rangka seluruh tubuh, Fasikulasi akan
meningkatkan tekanan intra abdomen yang pada gilirannya
akan meningkatkan tekanan intragaster, dengan risiko tered
Tegurgitasi isi lambung yang akan mengancam een ia n
terutama pada pasien yang tidak dipuasakan prabedah. Se ne
pada pamees - asikulasi ini adalah dengan

Cara yan tuk mengurang) fasikulasi ini a

Jang populer us : an obat pelumpuh otek


melakukan prekurarisasi, yaitu pemberien intravena sedelum
hon depolarisasi 1/4 (seperempat) dosis ser

33
WOOL UATE Terie be tee

a,

pemberian suksinilkholin. Suksinilkholin mengalami distribygj


sangat cepat ke seluruh cairan tubuh termasuk dalam sirkulasj
uteroplasenta dan mengalami hidrolisis yang cepat pula oleh
enzim pseudokholin esterase di dalam plasma sehingga efek dan
masa kerjanya singkat. Efek terhadap kelenjar terutama kelenjar
liur dan pernafasan yaitu akan menimbulkan hipersekresi dan
terhadapjantung menimbulkanbradikardi, sehinggamemerlukan
sulfas atropin untuk pencegahannya.

Dosis dan cara pemberian

1. Untuk intubasi, dosisnya 1-2 mg/kg BB, diberikan secara


intravena.

2. Untuk tindakan reposisi dislukasi, dosisnya sama seperti di


atas

3. Untuk pemeliharaan, diberikan infus tetes kontinyu.

4, Pada bayi dan anak, bisa diberikan melalui sub-lingual.

Efek samping.

1, Bradikardi sampai asistol, terutama pada bayi atau pada


pemberian ulangan.

Sebaliknya, bisa juga terjadi takikardi atau takiaritmia.


Peningkatan tekanan intra-okuler

Hiperkalemia dengan segala akibatnya

Nyeri otot pasca fasikulasi

Pemanjangan efek, misalnya pada gangguan fungsi hati,

malnutrisi, hipoproteinemia dan kadar enzim pseudokholin


esterase yang rendah.,

Antagonis obat pelumpuh otot non depolarisasi

Pemulihan tonus otot rangka akibat pengaruh obat


pelumpuh otot non depolarisasi bisa berlangsung secara spontan
setelah masa kerja obat berakhir. Namun untuk mempercepat
pemulihannya perlu diberikan obat antagonisnya, yaitu golongan
obat antikolin esterase. Salah satu obat yang termasuk golongan

_—
ni yas populer digunakan adalah neostigmin metilsulfat atau
prostigmin.

Neostigntin metilsulfat atau prostigmin


Merupakan obat antikolinesterase yang _ berkhasiat
menghambat kerja enzim kolinesterase untuk menghidrolisis aset
ikolin, sehingga terjadi akumulasi aset lkolin pada hubungan saraf
otot atau pada ujung saraf kolinergik. Akumulasi asetilkolin pada
hubungan saraf otot akan meningkatkan kemampuan asetikolin
untuk berkompetisi dengan obat pelumpuh otot non depolarisasi,
sehingga hantaran saraf otot kembali berlangsung normal dan
tonus otot pulih kembali, Di pihak lain, akumulasi asetilkolin
pada ujung, saraf kolinergik menyebabkan peningkatan aktivitas
saraf kolinergik baik nikotiniknya maupun muskariniknya.

Peningkatan aktivitas kolinergik tersebut akan menimbulkan


tangyapanpadabeberapaorgan,antaralainakanterjadibradikardi,
hiperperistaltik dan spasme saluran cerna, peningkatan sekresi
kelenjar saluran cerna, salurannafas dan kelenjarkeringat: apasme
bronkus, miosis dan kontraksi kandung kecing. Hampir sebagian
besar efek peningkatan aktivitas kolinergik ini dapat dinetralisir
oleh obat ant kolinergik (sulfas atropin), sehingga dalam setiap
Penggunaannya untuk memulihkan efek obat pelumpuh otot
on depolarisasi, neostigmin harus diberikan bersama-sama
dengan sulfas atropin, dalam satu spuit atau diberikan terpisah,
‘ergantung kondisi pasien pada saat itu.

rggunaan klinik prostigmin


* Untuk pemulihan tonus otot setelah pemakaian obat
2 Pelumpuh otot non depolarisasi
* Untuk memulihkan peristaltik usus akibat manipulasi
3. Pembedahan atau paralitik ileus.

Digunakan sebagai obat pilihan pada miastenia gravis.


[OUI ILMU ANESTES! DAN TERAP! INTENSIF

Dosis dan cara pemberian


Untuk memulihkan

pelumpuh otot, neostigmin

dengan dosis 0,5 mg intravena,

tonus otot akibat pengaruh obat


diberikan secara bertahap mulai
selanjutnya dapat diulang sampai
dosis total 5 mg. Neostigmin diberikan Nae dengan
sulfas atropin dengan dosis 1-1,5 mg. Pada kea an tertentu
misalnya; takikardi atau demam, pemberian sulfas atropin
dipisahkan dan diberikan setelah prostigmin.

Kemasan _.
Prostigmin yang, digunakan dalam anestesia, dikemas dalam

ampul berisi 0,5 mg/ml tidak berwarna dan larut dalam air.

Sugammadex
Saat buku ini ditulis, suggamadex telah tersedia di Indonesa

Sugammadex adalah obat reversal neuromuskuler bloker yang


unik; sebuah produk dari golongan siklodekstrin yang baru,
generasi yang, pertama dalam kelas baru dari zat selective relaxant
binding agents, yang, membalikkan blokade neuromushuler (NM)
dengan pelumpuh otot otot non-depolarisasi rocuronium dan
vecuronium, Sugammadex dapat membalik NMB pada saat tkatan
moderat atau bahkan dalam, Penggunaan Ninis sugammadex
menjanjikan untuk menghilangkan banyak kekurangan dalam
praktik anestesi saat ini sehubungan dengan antagonisme
rocuronium dan pelemas otot aminosteroid lainnya.

Mekanisme kerja

Sugammadex membuat rocuronium tidak aktif dengan


mengenkapsulasi (chelating) molekul bebas untuk membentuk
kompleks yang stabil. Struktur memiliki rongga hidrofobik
dan eksterior hidrofilik karena adanya gugus hidroksil
polar. Interaksi hidrofobik menjebak obat ke dalam rongg2
siklodekstrin, menghasilkan pembentukan kompleks tamu-inang
yang larut dalam air. Sugammadex memberikan efeknya dengan

§ san
dengan relaksan otot aminost rat Pada Perbandingan 1:1

7 eroid ‘
. ancuronium). Tekanan intermolek pr o"4™>vecuronium>
termodinamika (hidrogen) dan (van der Waals), i

xompleks sugammadex- interaksi hidrofobik me

mbuat
sugammadex-rocuroniu
sugammadex-rocuronium, hanya satu kompleks

Pengurangan yang dihasilkan dal ‘in


rocuronium bebas Menciptakan gr
jaringan (termasuk Neuromuscular junction - NMJ) dan plasma:
rocuronium bebas bergerak dari jaringan ke plasma ‘lengan

pengurangan jumlah yang berikatan dengan reseptor nikotini


di NMJ. 8 ptor nikotinik

8 terlepas,
am konsentrasi plasma

adien antara kompartemen

Distribusi

Sugammadex tidak berikatan dengan protein plasma


ataupun dengan sel darah merah.

Metabolisme dan eleminasi

Sugammadex tidak menghasilkan sisa metabolit apapun,


dan hampir sernuanya diekskresikan melalui urin dalam bentuk
yang tidak berubah dalam kurun waktu 24 jam. Sebagian kecil
ada yang ikut terbuang bersama feses atau pada udara yang,
dikeluarkan saat bernafas (hanya sekitar 0.02%)

Efek samping yang paling sering dilaporkan an


Penggunaan obat ini adalah adanya disgeusia (asa logan ata
Pahit) yang biasanya muncul setelah ee oe as
32mg/kg. Selain itu kejadian rekurens! efek blokade pel i
tot, pergerakan tidak wajar pada tangan atau tu ne never
dimasukkan, batuk, muncul ekspresi_ meringis

menghisap PET, serta ada emungkinan terjadi hipotensi.

a~
[PTT _Iumu ANESTES! pa TERAPUINTENS
Indikasi a
rn x ie pasien yang menggunakan pelumpuh otot jenis

minosteroidal ;
2 Penggunaan sugammadex dapat langsung digunakan untuk
, mereversal obat pelumpuh otot yang masih bekerja dalam
durasi kerja nya, sehingga penggunaan pelumpuh otot pada
prosedur yang singkat menjadi lebih aman.
3. Pada penggunaan rokuronium dosis tings} untuk mencapai
onset pada RSI, jika diperlukan ar
4, Pada pasien yang memiliki kontraindikasi pada
antikolinesterase
5. Pada kondisi “Can not intubate, can not ventilate” yang
memerlukan pelumpuh otot golongan aminosteroidal
karena indikasi tertentu
Kontra indikasi

sugammadex adalah

Hipersensitivitas terhadap
kontraindikasi mutlak untuk diberikan obat ini.

Karena bersihan obat ini terutama adalah melalui ginjal,


maka penggunaan harus lebih berhati hati pada pasien dengan
penurunan fungsi faal ginjal. Meskipun efeknya pada pasien
tersebut tidak berkurang, namun keamanannya belum dapat
dibuktikan. Sehingga ada baiknya untuk dihindari pada pasien
tersebut.

Penggunaannya pada pasien geriatri dikaitkan dengan efek


pemulihan yang lebih lama bila dibandingkan dengan pada
pasien dewasa muda. Sementara pada pasien pediatr, obat ini
memiliki profil farmakokinetik yang hampir sama dengan orang
dewasa. Namun keamanannya untuk digunakan pada anak
berusia kurang dari 2 tahun masih belum dapat dibuktikan.

Dosis dan penggunaan Klinik

Dosis minimum yang efektif untuk reversal adalah 2mg/


kg IV. Namun besar dosis juga menyesuaikan dengan tingkat

4m
ofek reversal YANE segera, dapat digtrat
Jebih besa, yaitu lomg/kg IV,
Obat tersedia dalam ke i
Masan soa «
dalam bentuk Kemasan vial 200mg Onn injeksi intraven;
yidak boleh disimpan di tempat y ) atau 500mg (5

mi) 8 mi) d
ang dingin seperti culkas, "

OB AT-OBAT ANESTESI LOKAL |

Obat anestesi lokal adalah .

ikatan kimia yang mampu menghaniare nengeeg sua


apabila obat ini disuntikkan didaerah perjala ieee
dengan dosis tertentu tanpa menimbulkan kerusakan pen ver
pada serabut saraf tersebut. Sifat hambatannya vida sara
umumnya bersifat total, tetapi ada juga yang, ‘anita a
misalnya hanya menghilangkan rasa nyeri saja, sedangkan risa
raba dan rasa tekan masih ada. Hal ini sangat tergantung pada
dosis atau konsentrasi obat yang digunakan.

a Saja,

Sifat-sifat yang, harus dimiliki oleh obat anestetik lokal.


Poten, artinya efektif dalam dosis rendah
Daya penetrasinya baik

Mulai kerjanya cepat

Masa kerjanya lama

Toksisitas sistemik rendah

Tidak iritatif terhadap jaringan saraf

Efeknya reversibel

Mudah disucihamakan.

ana r eno

Mekanisme kerja obat anestesi lokal - a

Obat anestesi lokal mencegah proses — SO oer


membran saraf pada tempat suntikan obat terse ie —.
membran akson tidak akan dapat bereaksi dengan

Sehingga membran akan tetap dalam keadaan semiperme


— 4

_
[RUIN IL ANESTES! DAN TERAPI INTENSIF

ahan potensial. Keadaan ini menyebabkan


aliran impuls yang melewat saraf tersebut terhent sehingga
segala macam rangsang atau sensasi tidak sampai e susunan
saraf pusat. keadaan ini menyebabkan timbulnys Parastesia
sampai analgesia, paresis sampal paralisis dan vasodilatasj

pembuluh darah pada daerah yang terblok.

dan tidak terjadi perub:

Hambatan depolarisasi dilakukan melalui mekanisme:

1. Penggantian ion kalsium pada membran dengan bagian/


struktur dari obat anestetik lokal.

2. Mengurangi permeabilitas membran se] terhadap natrium.

3. Menurunkan laju depolarisasi aksi potensial membran.

4. Menurunkan derajat depolarisasi sampai ambang potensial.

5. Menggagalkan perkembangan penyebaran aksi potensial

Proses yang terjadi sejak obat disuntikkan ke dalam jaringan


hingga timbul efek:

1. Difusi obat ke dalam urat saraf.

2. Proses penetrasi ke dalam sel saraf.

3. Distribusi obat-obat di dalam serat saraf.


4, Fiksasi obat pada membran sel.

Proses hilangnya efek obat anestesi lokal:

1, Obat yang berada di luar saraf akan diabsorbsi oleh sistem


pembuluh darah kapiler.

2. Serat saraf akan melepaskan ikatannya dengan obat


anestesia lokal. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
konsentrasi obat di dalam dengan di luar sel.

3. Setelah obat diabsorbsi oleh sistem sirkulasi, didistribusikan


ke organ-organ lain,

4.

Detoksifikasi dan eliminasi. Efek farmakologi yang lain.

Efek terhadap sistem saraf pusat lo}


Obat anestesia lokal bisa melew. . .
. at bari .
menunjukkan efek stabilisasi yang sama ay taksehingga
otak. Khasiat ini bisa dimanf, Sel-sel neuron di
mengalami status epileptik
aatkan untuk Mengobat pasien yang

us, Pada umum inhibigt


lebih sensitif dibandingkan deng ieee
bila diberikan langsung ked

an neuron eksitasi, sehingga


alam sirkulasi, terlebih dahulu akan
timbul kejang, tremor, gelisah, kejang, klonik, selanjuthya baru
kemudian paralisis, kolaps sirkulasi dan koma. Hal ini berlaku
untuk semua jenis obat anestetik lokal, kecuali kokain. Kokain
menyebabkan stimulasi pada korteks sehingga akan menambah
semangat dan kesiapsiagaan pemakai. Hal ini yang, menyebabkan
pemakaian kokain berbahaya karena dapat disalahgunakan
untuk tujuan tertentu. =e
h
Efek terhadap ganglion otonom dan hubungan saraf otot hip
Obat anestesia Jokal menghambat transmisi impuls pada
ganglion otonom dan hubungan saraf otot melalui mekanisme
hambatan pada pelepasan asitekolin dan mekanisme hambatan

kompetitif non depolarisasi.

Efek terhadap kardiovaskular

Pada jantung, obat anes

Stabilisasi jaringan konduksi jntines

Londen perio Kean oto tung. Oleh karena itu

7 kan kepekaan otot jan ; en

sy ere te fast untuk mengobat disritmia SS oe


Pembuluh darah, obat anestestik lokal mempunya!

__

tetik lokal mempunyai efek


sehingga berkhasiat untuk

memperpanjang waktu

_— 107
[SSSI me ANESTES! DP

A nimbulkan vasodilatasi. De

: sching§4 me gan

pada aren ter penurunan tekanan darah pada pemberian


emikian a

langsung secé ra intravena.

respirasi + nag
] akan merangsang pusat nafas, sehingga

t. Selanjutnya pada dosis lebih besar


si pusat nafas, sehingga terja di

Efek terhadap sistem T¢


Pada dosis kecl

frekuensi nafas meningka

akan menimbulkan depre .


enurunan frekunsi nafas dan yolume tidal, sampai henti nafas,
P a mempunyai efek seperti atropin, yaity

Obat anestesi lokal jug . .


efek spasmolitik yang menyebabkan dilatasi bronkus. Selain ity

obat ini juga mempunyai efek anti histamin ringan pada saluran

nafas.

Toksisitas obat anestetik lokal

Reaksi toksik bisa timbul apabila konsentrasinya dalam darah


sangat tinggi dan terjadi secara mendadak. Hal ini bisa terjadi
karena dosis yang diberikan berlebihan, penyuntikan langsung
kedalam sirkulasi, absorbsinya terlalu cepat dan detoksikasi

terlambat misalnya pada penyakit hati.

Gejala dan tanda toksisitas


Pada toksisitas ringan: pasien tampak pucat, ge

pasien merasakan rasa seperti logam, telinga berdenging, mata


berkunang-kunang, selanjutnya diikut kejang-kejang, bradikardi,
hipotensi dan depresi nafas. Pada toksisitas berat akan terjadi
kolaps kardiovaskular, henti nafas dan koma.

lisah, mual,

Jenis-jenis Obat Analgesia Lokal


Berdasarkan ikatan kimia, obat analgetik lokal
menjadi: :
1. Derivat Ester, terdiri dari:
e Derivat asam benzoat, misalnya: kokain.
* Derivat asam para amino benzoat: prokain dan
klorprokain,
dibagi

perdasarkan potensi dan lama k

1.

—— Pew e@
Derivat Amide: }j dokain oro ‘Made Gede wy;
. 0) ain

dan ropivakain, / Mepivakain


"

Potensi rendah dan durasi singkar durasi.


at.

e Prokain: potensj
11 dan dura :
St 60 - 90 menit

e Klorprokain: :
: > potens' .
Potensi dan durasi se dang. dan durasi 30 - 60 menit

e Mepivakain : Potensi 2 dan

_ durasi 120 - i
e Prilokain : Potensi 2 dan durasi 120 ton nt
~ 240 menit

e _ Lidokain:: Potensj ;

Potensi kuat dan durasipenion ee aes

e Tetrakain : Potensi 8 dan durasi 180 - 600 meni

e Bupivakain : Potensi § dan durasi 180 - «0 me i


e _ Ropivakain : Potensi 8 dan durasi 180 - 60 ment

Berdasarkan berat jenis (konsentrasi) dan penggunaannya

1.

we i -

2. Hipobarik, diguna

Isobarik, digunakan untuk: infiltrasi lokal, blok lapangan,


blok saraf, blok pleksus dan blok epidural.
Jenis dan konsentrasi obat:
e Prokain:1-2%
¢ Klorprokain : 1 - 3%
© Lidokain:1-2%
* Mepivakain: 1 - 2%
© Prilokain: 1- 3%
© Tetrakain : 0,25 - 0,5%
© — Bupivakain : 0,25- 0,5%

° Ropivakain -0.2-1%
kan untuk analges
ruh dari konsen

ia regional intravena.
trasi isobarik.

si obat dibuat sepa asi vntratekal

tuk blok

Konsentra an, KhUSUS untuk in}


3. j ‘. digunakan khu : . ‘

Hiperbarik + eaiannisl Konsentras! obat dibuat we

atau blok su ain 5% hiperbarik dan bupivakain

tinggi, misalnye: lido ; ;


05% \ aperbarik yang telah dikemas Khusus 8
subarakhnoid oleh pembuatny?-

ee

_—— 18
QUT au vesresoanremamarense

Prokain _
Dibuat pertama kali oleh Einhorn pada 1905 Nama lain

untuk preparat ini adalah Novokain atau Neokain.

Nama kimia
Para aminobenzoic acid aster dari diethylamino.

Spesifikasinya

Berupa kristal berwarna putih, larut dalam air/alkohol, dan


bersifat basa. Ikatannya dengan Hcl sangat cepat Jarut dalam air
tetapi tidak begitu larut dalam alkohol. Apabila kontak dengan
udara, akan mengalami dekomposisi. Dalam bentuk larutan
tahan terhadap panas, sehingga bisa disterilkan. Dehidrolisis
oleh enzim kholinesterase. Prokain dianggap sebagai standar
baik dalam potensi maupun dalam toksisitas suatu obat anestesi
lokal. Ditetapkan potensi dan toksisitas serta indeks anestesianya
= 1. Dibanding dengan kokain maka toksisitas prokain - 1/4
toksisitas cocain.

Penggunaan klinik

Dosisnya tergantung dari cara pemberian, untuk infiltrasi


lokal pada orang dewasa diberikan larutan. 0,5% - 1,0% dengan
dosis maksimal 1gram (200 ml). Untuk blok saraf diberikan
larutan 1% - 2% sebanyak 75 ml, sedangkan untuk blok pleksus
dipakai larutan 1% sebanyak 30 ml, untuk blok epidural diberikan

larutan 1% sebanyak 15 - 50 ml dan untuk blok subarakhnoid


diberikan larutan 5% sebanyak 2.ce,

Lidokain

Sering disebut dengan nama dagang: lidokain atau xylokain.


Pertama kali disentesis oleh Lofgren pada tahun 1943.

Tjokorda Gde Agung Senapathi * | Made Gede Widnyana | a F es

spesifikasi

Sangat mudah larut dalam air dan sangat stabil, dapat


dididihkan selama 8 jam dalam larutan HCl 30% tanpa risiko
dekomposisi. Dapat disterilkan beberapa kali dengan proses
gutoklaf tanpa kehilangan potensi.Tidak _iritatif terhadap
jaringan walaupun diberikan dalam konsentrasi larutan 88%.
Toksisitasnya 1,5 kali prokain. Diperlukan waktu 2 jam untuk
hilang sama sekali dari tempat suntikan. Apabila larutan ini
ditambah adrenalin, maka waktu yang diperlukan untuk hilang
sama sekali dari tempat suntikan 4 jam. Mempunyai afinitas
tinggi pada jaringan lemak. Detoksikasi terjadi oleh hati. Daya
penetrasinya sangat baik, mulai kerjanya dua kali lebih cepat dari
prokain dan lama kerjanya 2 kali dari prokain.

Penggunaan klinik.
* Untuk infiltrasi lokal diberikan larutan 0,5%.

* Blok saraf yang kecil diberikan larutan 1%.

* Blok saraf yang lebih besar diberikan larutan 1.5%

* Blok epidural diberikan Jarutan 1,5% - 2%.

* Untuk blok subarahnoid diberikan larutan hiperbarik 5%.

* Dosis untuk orang dewasa: 50 mg - 750 mg (7 - 10 mg/kg


BB).

* Dipergunakan sebagai obat anti distritmia terutama pada


disritmia ventrikuler.

Prilokain

Sering disebut sebagai: Propitocain, Xylonest, Citanest


dan Distanest sebagai nama dagang. Ditemukan oleh Lofgren
dan Tegner dan uji farmakologinya dilakukan oleh Wiedling,
Selanjutnya digunakan di Klinik pertama kali oleh Gordh pada
tahun 1959,

104 Py 105
r

ILMU ANESTESI DAN TERAPLINTENSIF

setasi . . .
ee iritasi. lokal pada tempat suntikan lebih kecil

dibandingkan dengan lidokain bahkan jauh kebih kecil dari


prokain. Toksisitasnya kira-kira 60% dari toksisitas lidokain dan
potensinyasama denganlidokain. Mengalami metabolisme di hati,
ginjal dan oleh amidase, lebih cepat dibanding dengan lidokain
dengan toksisitas lebih rendah dari lidokain. Menimbulkan
methaemoglobinemia pada penggunaan dosis tinggi, lebih dari
600 mg, sehingga timbul gejala sianosis yang bisa hilang sendiri
selama 24 jam. Dibanding dengan lidokain, prilokain lebih kuat,

daya penetrasinya lebih baik, mulai kerjanya lebih Jama dan lama

kerjanya lebih lama dan efektif pada konsentrasi 0,5% - 5,0%.

Penggunaan klinik
¢ Untuk Infiltrasi lokal digunakan larutan 0.5%

¢ Blok pleksus digunakan larutan 2% - 3%

* Blok epidural digunakan larutan 2% - 4%

¢ Untuk blok subarakhnoid digunakan larutan 5%,

* Dosis: maksimak tanpa adrenalin 400 mg sedangkan dengan


adrenalin bisa diberikan sampai dosis 600 mg.

Bupivakain
Disintesis pada 1957 eleh Ekstam dkk pada tahun 1957 dan
digunakan pertama kali di Klinik oleh Telivuo pada tahun 1963.

Spesifikasi

Ikatan dengan HCI mudah larut dalam air. Sangat stabil dan
dapat di autoklaf berulang. Potensinya 3 - 4 kali dari lidokain
dan lama kerjanya 2 - 5 kali lidokain. Sifat hambatan sensorisnya
lebih dominan dibandingkan dengan hambatan motorisnya.
Jumlah obat yang terikat pada saraf lebih banyak dibandingkan
dengan yang bebas dalam tubuh. Dikeluarkan dari dalam tubuh

melalui ginjal sebagian kecil dalam bentuk utuh dan sebagian


besar dalam bentuk metabolitnya.

Tj

jokorda Gde Agung a


TEM ts

penggunaan Klinik
Untuk Infiltrasi lokal di
Blok saraf kecil digunakan larutan 0,25%
. Blok saraf yang lebih besar digunakan larut: Y
« Blok epidural digunakan larutan 0,5% - 075% ms

+ Untuk Dok spinal digunakan larutan 0,5% -0,75%


° Dosis: 1-2 mg/kg BB. , nt Dio

Sunakan larutan 0,25%

Ropivakain

Ropivakain adalah anestesi regional berdurasi kerja Panjang


yang secara struktural mirip dengan bupivakain. Ropivakain
memiliki enansiomer S (-) murni, tidak seperti bupivakain,
yang merupakan racemic, yang dikembangkan untuk tujuan
mengurangi toksisitas potensial dan meningkatkan profil sensorik
dan blok motorik relatif.

Spesifikasi

Ropivakain adalah agen anestesi lokal amida kerja panjang


dan pertama kali diproduksi sebagai enansiomer murni.
Ropivakain memiliki cara kerja yang mirip dengan anestesi
lokal lainnya yaitu melalui penghambatan masuknya ion
natrium di serat saraf. Ropivakain lebih sedikit lipofilik daripada
bupivacaine dan lebih kecil kemungkinannya untuk menembus
serat motor myelinated besar, dan oleh karenanya memiliki
efek blokade motorik yang relatif lebih kecil. Namun demikian
ropivakain memiliki derajat diferensiasi sensorik motorik yang

diinginkan. Berkurangny@ lipofilisita an meni


potensi ccicisiize sistem saraf pusat dan kat ec dan
lebih rendah. Ropivakain dimeta
diekskresikan melalui urin. |

Pada suatu studi menunjukkan bane an


Saraf pusat muncul lebih awal darip

‘ intravena
apabila diberikan secara infus (IV)

bolisme terutam

erhadap susunan
la kardiotoksik

(10 mg/menit
NSIF
PUTED IT wu anesTes! DAN TERAP! INTE
Toy mu aNesTEs! OAV

Perubahan pada fungsi jant


. da orang coba. . ung
Pee atkan kontraktilitas, waktu konduksi dan pelebaran
yang mel G ditemukan secara signifikan lebih kecil pada

en QR mee
vopivakain dibandingkan dengan bupivakain.

Penggunaan klinik

Di Indonesia sampai saat ini ropivakain hanya tersedia

dalam satu macam sediaan, yaitu kemasan ampul steril 0,75%


isobarik, tanpa pengawet. Penggunaan terutama ditujukan untuk
epidural, meskipun beberapa ahli menggunakannya juga untuk
intratekal. Penggunaan pada blok saraf perifer juga memberikan
efek blokade sensorik dan motorik yang baik, meskipun durasinya
lebih pendek untuk blokade sensorik bila dibandingkan dengan
bupivakain.

Levobupivakain
Levobupivakain adalah obat anestesi lokal dengan
enansiomer tunggal yang terdiri dari S enantiomer bupivakain.
Dibandingkan dengan racemic bupivakain, levobupivakain
memiliki efek toksisitas SSP dan kardiovaskular yang minimal,
memungkinkan dosis yang lebih besar diberikan. Profil klinis dan
potensi levobupivakain sangat mirip dengan bupivakain, dengan
durasi blok yang sedikit lebih lama. levobupivakain dianggap
sangat berguna ketika dosis besar diperlukan, seperti untuk blok
pleksus yang dilakukan tanpa panduan ultrasonografi.
dike dengan levobupivakain, levobupivakain
“i mm engan kejadian vasodilatasi yang lebih sedikit dan
emiliki durasi aksi yang lebih la > Lina -kira 13
persen lebih poten ma. Levobupivakain kira-kira ?
casei po (berdasarkan molaritas) daripada bupivakain
mik dan memiliki wakty onse . a
Reaksi ob t blok motor yang lebih lama
1 obat yang merugika : . “LE
n jarang terjadi ketika diberikan

dengan benar, ii
gan benar. Namun jika muncul, sebagian besar berhubunga"

eksitasi SSP (gugup, kesemutan qj it Tee emmasuk


easing penglikaten kabur, keja “tar mulut, tinitus, tremor,
kehilangan kesadaran, depresj
kardiovaskular termasuk hipotens ikardj

atau henti jantung - beberapa a antares, hence ritmia, an |


oleh hipoksemia sekunder akibat de rs veneebkan
Levobupivakain bersifat toksik bagi tulang raw Pale ing
jntraartikular dapat menyebabkan chondrolisis dlenohamer
Penggunaan klinik

Levobupivakain diindikasikan untuk anestesilokal termasuk


infiltrasi, blok saraf perifer, epidural, dan anestesi intratekal.
Levobupivakain memiliki kontraindikasi untuk digunakan
sebagai anestesi regional intra vena (IVRA)

OBAT-OBAT YANG DIGUNAKAN PADA


KEGAWATDARURATAN

Tindakan anestesi berhubungan sangat erat dengan kejadian


emergensi, Hampir seluruh tindakan anestesi memiliki resiko
tinggi untuk terjadi kondisi kegawat daruratan yang mengancam
nyawa. Oleh karena itu seorang ahlianestesi harus terampil dalam
melakukan tindakan resusitasi. Dan pengetahuan atas obat-
obat emergensi adalah mutlak untuk dikuasai oleh — an
anestesi. Sehingga resusitasi bisa dilakukan dengan i eeportlin
hasil capaian yang maksimal, dan menurunkan ang

idi I obat-obat emergensi yang


serta morbiditas. Ada banyak sekal - ae has

biasa digunakan dalam situasi kegaw ling sering


bab ini okan dibahas obat-obat emergensi yang P@ 6
digunakan.

109
(NNTP IMU ANESTES! DAN TERAPI INTENSF
NESTES! DAN TE!

Obat-obat emergensi yang akan dibahas adalah:

* — Adrenalin/epinefrin
e Efedrin

¢ Norepinefrin

e Dobutamin

¢ Dopamin

Pembahasan tentang atropin dapat mangacu pada subbab

premedikasi.

Adrenalin/epinefrin
Adrenalin atau biasa lebih dikenal dengan epinefrin adalah

katekolamin, simpatomimetik monoamina yang berasal dari asam


amino fenilalanin dan tirosin. Epinefrin adalah suatu hormon
simpatomimetik aktif yang dikeluarkan dari medula adrenal pada
sebagian besar spesies. Epinefrin bekerja dengan merangsang
sistem alfa dan beta- adrenergik, menyebabkan vasokonstriksi
sistemik dan relaksasi gastrointestinal, menstimulasi jantung,
dan melebarkan bronkus dan pembuluh darah serebral, Oleh
karena itu, epinefrin biasa digunakan pada asma, gagal jantung,
dan juga digunakan sebagai adjuvan anestesi lokal untuk
menurunkan kecepatan penyerapan anestesi lokal sehingga dapat
memperpanjang, durasi kerjanya. Epinefrin juga menyempitkan
arteriol di kulit dan usus sambil melebarkan arteriol di otot-otot
kaki. Memiliki efek meningkatkan kadar gula darah dengan
meningkatkan hidrolisis glikogen menjadi glukosa di hati, dan
pada saat yang sama memulai pemecahan lipid dalam adiposit.
Epinefrin memiliki efek menekan pada sistem kekebalan tubuh.
Penggunaan lain yang paling sering adalah pada kondisi
anafilaksis dan juga pada kondisi ventrikular fibrilasi. Efek
samping yang mungkin terjadi dan harus diantisipasi adalah
pails ree si perdarahan serebral, iskemik koroner,
sritmia. Penggunaan gas anestesi inhalas!

seperti halotan dapat berpotensi meningkatkan efek disritmia


dari epinefrin

4190 ——_—_—________

— a —“ 8 MMHG)
I ae ea Er

penggunaan Klinis ya

Epinefrin di Indonesia tersedj


eediaan, yaitu berupa ampul Iml q
1 mg/ml. Pada kondisi emergensi
enjatan, epinefrin diberikan secara bolu i
tergantung dari severitas kond ees one

. : isi pasien. Pad .


anafilaktik mayor, epinefrin sebaiknya diberhan done re
an dosis

100-500meg, (dapat diulang bila diperlukan) dan dilan

gengan mode kontinyu. Demikian juga untuk kondial di nn


diperlukan untuk meningkatkan_ kontraktilitas jntun an
kecepatan denyut jantung, dapat diberikan dengan. mode
kontinyu dengan dosis 2-20mceg/menit. Pada pasien ved
sediaan bisa dilarutkan menjadi konsentrasi 1:100.000.

Seperti pada henti jantung dan

Norepinefrin

Norepinefrin (NE), juga disebut noradrenalin (NA) atau


noradrenalin, adalah bahan kimia organik dalam keluarga
katekolamin yang, berfungsi di otak dan tubuh sebagai
hormon dan neurotransmitter. Fungsi umum norepinefrin
adalah untuk memobilisasi otak dan tubuh untuk bertindak.
Pelepasan_norepinefrin adalah yang, terendah selama tidur,
naik selama terjaga, dan mencapai tingkat yang jauh lebih
tinggi selama situasi stres atau bahaya. Di otak, norepinefrin
meningkatkan kewaspadaan meningkatkan pembentukan én
pengambilan memori, dan memusatkan perhatian pais
meningkatkan kegelisahan dan kecemasan. Di ae eth,
norepinefrin meningkatkan denyut jantung dan t°

; ingkatkan
aliran darah ke otot rangka,

mengurangi aliran st

i kemih dan
Pencernaan, dan menghambat berkemihnya kandung
Motilitas gastrointestinal.

jmulasi
. dengan menstim®
Norepinefrin beker)a secara langsuns on Be Hal tersebut

“Tr: n a
reseptor al dan juga sedikit men'P ada aterial dan ve"

Menyebabkan terjadiny@ yasokonstriks! |


il

ee
[TURE (LMU ANESTES! DAN TERAPIINTENSIF

Peningkatan tekanan darah terjadi akibatnya peningkatan


kontraktilitas dari jantung sebagai pengarih reseptor 1 yang
disertai dengan vasokonstriksi perifer. Peningkatan tekanan
darah terjadi pada sistolik dan diastolik, hanhun karena
adanya reflek bradikardi sehingga menjaga dari peningkatan
kardiak output. Penggunaan norepinefrin pada kejadian shock
perlu dilakukan dengan hati-hati karena efek norepinefrin
yang memberikan efek penurunan aliran darah ke renal dan
splanchnik dan meningkatkan kebutuhan oksigen miokardial.
Ekstravasasi norepinefrin pada tempat pemberian intravena
dapat menyebabkan nekrosis jaringan.

Penggunaan Klinis
Norepinefrin tersedia dalam satu ma
berupa cairan jernih dalam kemasan am
kandungan Img/ml. Norepinefrin biasa
kontinyu dikarenakan waktu paruh n
Dosis yang biasa diberikan adalah 2
Secara titrasi sesuai hemodinamik.

cam bentuk sediaan,


pul berisi 4ml, dengan
diberikan dengan mode
ya yang sangat pendek.
-20mcg/menit, diberikan

Efedrine

; “sunan saraf pusat. Efedrin


Juga meningkatkan k iminimum alveolar, Efek indirek

Pelepasan Norepinefrin pada


au dengan menghambat ambilan kembali
Pinefrin. Oleh karena sifatnya tersebut,

'gunakan pada saat pelaksanaan anestesi,

: akibat dari
post sinaps Pperifer, at

(reuptake) dari nore


efedrin lebih sering d

——___
-—_

a ener

Tjokorda Gde Agung Senapathi » | Made Gede Widnyana ire:


eine senapathi + | Made Gece Wiryana


ususnya pada kejadian hipotensi paska spinal. Hal lain yang
kh untungkan dari efek efedrin adalah tidak menurunkan
me ie darah uterus sehingga sangat tepat digunakan pada
ae obstetri. Selain itu, efedrin juga disebutkan memiliki efek
tetiemetik, terutama yang terkait kondisi hipotensi akibat spinal

anestesi. Premedikasi dengan klonidin juga disebutkan dapat


menguatkan efek efedrin.

Penggunaan klinis

Efedrin hanya tersedia dalam satu kemasan berupa cairan


jernih dalam kemasan ampul 1ml, dengan kandungan 50mg/
ml. Pada pasien dewasa, efedrin diberikan dalam bentuk bolus
intravena dengan dosis 2,5-10mg. Sementara pada anak dapat
diberikan dengan dosis 0,1mg/kg. Pemberian yang berulang akan
menyebabkan munculnya kondisi takifilaksis, aa suatu koncisi
dimana pemberian dosis pengulangan tidak lagi memberikan
efek atau berkurang efektivitasnya. Hal tersebut dicuga Karena
habisnya cadangan norepinefrin sebagai akibat dari aksi indirek
dari epinefrin.

Dopamin
” Dopamin adalah sebuah agonis non-selektit ae aes

endogen, yang dapat bekerja secara direk dan anchirek.

dan target kerja yang bervariasi tergantung besaran desis mene

diberikan. Dopamin telah dimasukkan ke dalam D a

Esensial Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Pengoy linis 5s at

sDopamin biasa dikemas dalam bentuk ee, ae


jernih yang memiliki sedikit bau asam Korida. hebecdaten
berisi5ml dengankandungan40mg/ml. Larutdengan dap kondisi
air dan larut dalam alkohol. Dopamin HC! peka terhadap lik
alkali, garam besi, dan zat pengoksidasi. Dopamin memilik
Tentang dosis yang relatif lebar, dengan efek yang

113
Se
PE aa

ILMU ANESTES! DAN TERAPI INTENSIF

tergantung dari dosis yang diberikan. Pada dosis rendah (0.5-


3mcg/kg/menit), dopamin bekerja dengan mengaktivasi reseptor
dopaminergik, yang mana memberikan efek berupa vasodilatasj
pembuluh darah ginjal sehingga akan memberikan efek diuresis
dan natriuresis. Dulu dosis ini dikenal dengan sebutan dosis renal
(renal dose) dan digunakan untuk tujuan memperbaiki fungsi
ginjal. Namun beberapa penelitian telah membuktikan bahwa
dosis renal tidak memberikan perubahan yang menguntungkan
pada fungsi ginjal. Ketika digunakan pada dosis yang lebih besar
(3-10mcg/kg/menit), dopamin akan bekerja pada reseptor $1
yang mana akan memberikan efek peningkatan kontraktilitas
miokard, laju jantung, tekanan darah sistolik dan juga kardiak
output. Hal tersebut tentunya meningkatkan kebutuhan dan
konsumsi oksigen miokard, Pada dosis yang, lebih besar (10-
20mcg/kg/menit), dopamin akan bekerja terutama pada reseptor
al yang akan bekerja meningkatkan resistensi vaskular perifer
yang disertai penurunan aliran darah ke ginjal. Sementara itu
efek indirek dari dopamin adalah bekerja dengan melepaskan
norepinefrin dari presinaps ganglion saraf simpatik.

Dobutamin

Dobutamin adalah obat yang bekerja langsung pada


adrenoreseptor 61 yang ada pada jantung, sehingga dapat
memberikan efek berupa peningkatan kontraktilitas jantung
dan menghasilkan peningkatan kardiak output. Meskipun
demikian, sebenarnya dobutamin merupakan sebuah campuran
racemic dari dua isomer dengan afinitas pada reseptor 61
dan $2. Efek dari ikatannya pada reseptor 62 yang mencegah
terjadinya peningkatan agresif dari tekanan darah arterial dan
vasodilatasi ringan. Selain itu, dobutamin juga menyebabkan
tekanan pengisian ventrikel kiri berkurang, sehingga aliran
darah koroner akan meningkat. Oleh karena efeknya yang sangat
menguntungkan untuk jantung, dobutamin menjadi pilihan idel
untuk digunakan pada pasien yang mengalami kombinasi gagal

44A ——_—___ _ Oo ft o e

ay
Tiokorda Gde A

jantung kongestif dan Penyakit jantung koroner. Efek sampj


gobutamin yang paling berbahaya adalah Peningkatan a
gritmia, termasuk aritmia yang fatal. “ne

Penggunaan Klinis

Dobutamin di Indonesia tersedia dalam 3 macam sediaan,


yaitu dalam bentuk ampul, vial, dan infus. Sediaan vial berisi 10
mL dengan kandungan 25 mg/mL. Sediaan ampul berisi 20 mL
per ampul dengan kandungan 12.5mg/ml, dan ampul berisi 5
mL dengan kandungan 50 mg/mL. Sementara untuk sediaan
infus berisi 50 ml, dengan kandungan 5mg/ml. Karena memiliki
waktu paruh yang pendek, dobutamin biasa diberikan dengan
mode kontinyu, dosis 2-20mcg/kg/menit.

Referensi
1. Grigg, EB, Martin LD, Ross FJ, Roesler A, Rampersad SE, et al.
Assessing, the Impact of the Anesthesia Medication Template
on Medication Errors During Anesthesia: A Prospective
Study, Anesthesia & Analgesia. 2017;124(5):1617-1625 -
2. Sheen MJ, Chang FL, Ho ST. Anesthetic premedication:
New horizons of an old practice. Acta Anaesthesiologica
Taiwanica. 2014;52(3):134-142. . A
3. Motayagheni N, Phan 5, Eshraghi C, Nozari sy nal
Review of Anesthetic Effects on Renal ae :
Organ Protection. Am J Nephrol 2017;46: a gesthesia?
4. Egan TD. Are opioids indispensable for gen
BJA. 2019;122(6):E127-E135. aan Evidence-B3sd
>. Boysen PG 2nd, Pappas Me Manage Perioperative
Opioid-Free Anesthetic Tectn a J, 2018;18(2} 121-125
and Periprocedural Pain. Ochsner J. harmacological and
6. Becker DE. Emergency drug kits: P

471-179.
-2014;61(4):17
technical considerations. Anesth Prog F, Hashemian

7. Kassiri N, Ardehali SH, Rashid! ) rparmacoine'


Inhalational anesthetics agents: .

ee

Anda mungkin juga menyukai