Anda di halaman 1dari 22

STUDI ISLAM 1

“BERIMAN KEPADA TAQDIR”

Makalah Kelompok
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Studi Islam 1
1. Dwi Sri R 1201100268
2. Anindya Irma D S 1201100269
3. Istikhomatul H 1201100270
4. Sofiana Ratnasari 1201100271

Kelompok : 5
Kelas 3 F

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2013

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat illahi rabbi yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Beriman Kepada Taqdir”.
Salawat serta salam marilah kita limpahkan kepada baginda kita yakni Nabi
Besar Muhammad Saw beserta keluarga dan kerabatnya.
Dengan kehadiran makalah ini mudah-mudahan dapat membantu dalam
proses belajar mengajar dalam bermakna bagi kita semuanya Amin.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah serta kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk pembuatan makalah yang akan datang.

Purwokerto, Oktober 2013

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
KATA PENGANTAR .......................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................2
C. Tujuan...................................................................................2
D. Manfaat.................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN BERIMAN KEPADA TAQDIR.....................3
A. Pengertian Qodlo dan Qodar................................................3
B. Tingkatan-tingkatan Taqdir...................................................9
C. Hikmah Beriman Kepada Taqdir..........................................12
BAB III PENUTUP ..................................................................................18
A. Kesimpulan...........................................................................18
B. Saran.....................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Takdir merupakan hal penting yang harus dipercayai oleh setiap
muslim. Karena sesesungguhnya takdir kita telah ditentukan oleh Allah jauh
sebelum kita diciptakan oleh Allah. Jadi mempercayai takdir dengan sepenuh
hati merupakan cerminan keimanan seseorang. Semakin tinggi iman seseorang
semakin yakinlah bahwa segala yang diberikan Allah kepadanya merupakan
ketentuan yang telah ditentukan.
Dan jikalau imannya rendah maka dia akan menyesali setiap musibah
yang ditimpakan kepadanya. Perlu diingat bahwa, setiap hal yang telah
ditentukan pasti terjadi. Dan takdir itu ada yang bisa dirubah dengan berusaha,
yaitu dengan do'a dan usaha. Jikalau kita berhasil maka sesungguhnya
Allahlah yang memindahkan kita dari takdir yang jelek ke takdir yang baik.
Percaya kepada takdir termasuk salah satu rukun iman yang ke 6. Iman
kepada takdir ini mengandung beberapa hikmah dan faedah yang sangat
bermanfaat bagi manusia, mengandung pendidikan yang baik serta sebagai
sumber keseimbangan batin. Diantara hikmah beriman kepada taqdir ialah:
1. Tenang menghadapi berbagai macam masalah. Setiap manusia pasti selalu
ada masalah. Masalah itu kadang membuat kita pusing dan tidak tau
berbuat apa. Ada yang belum menyelesaikan tugas, rencana yang gagal,
bangkrut semua itu sering dialami okeh setip orang.Orang yang percaya
kepada taqdir, mengetahui dan menyadari bahwa segala sesuatu ini yang
merencanakan Allah. Masalah apapun tidak menjadikan jatuhnya
kepercayaan dirinya sendiri.
2. Tidak putus asa. Percaya kepada taqdir adalah sebagai obat yang mujarab
terhadap hati yang terluka. Dia percaya dan tau bahwa hidup bukan untuk
bersenang-senang saja. Tetapi adalah untuk hidup,dalam hidup itu pasti

1
kita akan menghadapi kesulitan dan kegagalan. Maka dari itu kita tidak
boleh putus asa.
3. Sabar dan tidak mudah bosan. Orang yang beriman kepada taqdir
senantiasa akan sabar dan rajin dalam membina dan menegakkan suatu
usaha dan cita-cita yang belum berhasil akan ditekuni walaupun dengan
jeri payah dan banyak pengorbanan. Orang yang menjadi sabar karena
Allah tidak akan menyia-nyiakan jerih payah manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian qodlo dan qodar?
2. Apa saja tingkatan-tingkatan taqdir?
3. Bagaimana hikmah beriman kepada taqdir?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian qodlo dan qadar
2. Mengetahui tingkatan-tingkatan taqdir
3. Mengetahui hikmah beriman kepada taqdir

D. Manfaat
Pembaca dapat mengetahui apa pengertian qodlo dan qadar, tingkatan-
tingkatan taqdir dan hikmah beriman kepada taqdir sehingga pembaca dapat
meningkatkan keimanannya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
BERIMAN KEPADA TAQDIR

A. Pengertian Qodlo dan Qodar


Iman kepada qadla dan qadar adalah merupakan tiang iman yang ke
enam atau rukun iman yang trakhir. Qadla dan qadar di sebut dengan takdir,
jika orang tidak hati-hati tidak di dasari dengan iman dan ilmuyang benar
dapat mengakibatkan seseorang tergelincir ke dalam akidah dan cara hidup
yang fatal.
Yaitu kepercayaaan yang pasti bahwa segala sesuatu, yang baik
maupun yang buruk, semuanya adalah dengan qadha’ dab qadar Allah. Dan
Dialah Yang Maha Berbuat terhadap apa yang ia kehendaki, sesuatu tidak
akan terjadi kecuali dengan kehendak Nya, tidak ada sesuatu apapun yang
keluar dari kehendak Nya, suatu pun di alam semesta ini yang keluar dari
taqdirNya, dan tidak akan berjalan kecuali berdasarkan pengaturanNya, tak
seorang pun yang bisa mengelak dari taqdir yang ditentukan, ia tidak akan
melampaui apa yang telah digariskan di Lauhul Mahfuzh. Dialah yang
menciptakan perbuatan hamba, keta’atan dan kemaksiatan. Dia memberi
petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya dengan rahmatNya dan
menyesatkan siapa yang dia kehemdaki dengan hikmahNya.
Beriman kepada taqdir Allah adalah salah satu rukun imam. Hal itu
sebagaimana jawaban rasul kepada Jibril ketika ia bertanya tentang imam.
Sedangkan, taqdir adalah ketentuan Allah terhadap segenap makhluk sesuai
dengan ilmuNya terhadap segala sesuatu itu sejak sebelumnya, serta sesuai
dengan hikmahNya.
Qada dan Qadar mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
perbuatan manusia serta sikap dalam hidup,tiada lain dari suatu peraturan
umum yang berlaku dalam alam ini, antara sesuatu tindakan dengan
konsekuensinya, hubungan antara sebab dan musabab, keadian dan akibat.

3
Yang dimaksud dengan taqdir sebagai judul makalah ini adalah Qadar
(Al-Qadar khairuhu wa syarruhu) atau Qadha dan Qadar (Al-Qadha’ wal-
Qadar).
Secara etimilogis Qadha adalah bentuk mashdar dari kata kerja qadha
yang berarti kehendak atau ketetapan hukum. Dalam hal ini Qadhar adalah
kehendak atau ketetapan hukum Allah SWT terhadap segala sesuatu.
Sedangkan Qadar secara etimologi adalah bentuk mashsar sari qadara
yang berarti ukuran atau ketentuan. Dalam hal ini Qadar adalah ukuran atau
ketentuan Allah SWT terhadap segala sesuatu.
Secara terminologis ada ulama yang berpendapat kedua istilah tersebut
mempunyai pengertian yang sama da nada pula yang membedakannya. Yang
membedakan, mendefinisikan Qadar sebagai: “Ilmu Allah SWT tentang apa-
apa yang akan terjadi pada seluruh makhluk-Nya pada masa yang akan
dating”. Dan qadha adalah: “Penciptaan segala sesuatu oleh Allah SWT
sesuai dengan Ilmu dan Iradah-Nya.” Sedangkan ulama yang menganggap
istilah Qadhar dan Qadar mempunyai pengertian yang sama memberikan
definisi sebagi berikut: “Segala ketentuan, undang-undang, peraturan dan
hokum yang ditetapkan secara pasti oleh Allah SWT untuk segala yang ada
(maujud), yang mengikat antara sebab dan akibat segala sesuatu yang
terjadi”.
Pengertian diatas sejalan dengan penggunaan kata Qadar di dalam Al-
Qur’an dengan berbagai macam bentuknya yang pada umumnya mengandung
pengertian kekuasaan Allah SWT untuk menentukan ukuran, susunan, aturan,
undang-undang terhadap segala sesuatu; termasuk hokum sebab dan akibat
yang berlaku bagi segala yang maujud, baik makhluk hidup maupun yang
mati. Sebagai contoh kita kutip beberapa ayat sebagai berikut:
“Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya”. (Ar-Ra’d, 13:8)

4
“Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan
Kami tidak menurunkannya melalui dengan ukuran yang tertentu”. (Al-Hijr
15:21).

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”. (Al-


Qamar 54:49).

‫اقَ ْد ًر َش ْى ٍء لِ ُكلِّ ٱهَّلل ُ َج َع َل قَ ْد أَ ْم ِر ِه ٰبَلِ ُغ ٱهَّلل َ إِ َّن‬


“Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki-Nya).
Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (At-
Thalaq 65:3).
Takdir adalah ketentuan yang telah ditentukan oleh Allah kepada
makhluknya sebelum makhluk itu diciptakan, dan takdir ini pasti terjadi. Iman
kepada Takdir adalah rukun iman yang keenam. Oleh karena itu orang yang
mengingkarinya termasuk ke dalam golongan orang kafir. Dalil yang
menunjukkan wajibnya iman kepada takdir terdapat dalam Al-Qur'an dan
sunnah, yaitu :

“ Tiada sesuatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum
kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah.” (Al-Hadid:22)
Adapun dari hadits adalah ketika malaikat Jibril bertanya kepada Nabi
Muhammad tentang iman, maka Nabi Muhammad bersabda, “Iman adalah

5
beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari
akhir, dan beriman kepada takdir baik dan buruk." (Bukhari Muslim).
Abdullah bin Umar berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah
bersabda:
“ Allah telah menulis (menentukan) takdir seluruh makhluk sebelum
menciptakan langit dan bumi lima puluh ribu tahun .” (HR. Muslim)
Iman kepada takdir mencakup keyakinan bahwa:
 Allah mengetahui segala sesatu sebelum terjadi. Karena tidak ada sesutu
pun yang luput dari pengetahuan Allah.
 Semua yang yang terjadi di alam semesta ini terjadi karena kehendak
Allah yang terlaksana dan tidak ada peran siapa pun di sana.
 Bahwa semua yang terdapat di alam semesta ini adalah ciptaan Allah dan
karena kehendak-Nya.
 Allah mencatat segala sesuatu sejak awal mula penciptaan dalam kitab-
Nya (lauhul Mahfuzh).
Takdir Allah itu mencakup:
 Tata aturan alam semesta, seperti peredaran planet, aliran air, hembusan
angin, susunan atom dan lain-lain.
 Yang terjadi pada kita dan kita tidak kemapuan untuk memilih dan
ikhtiyar, seperti dijadikan laki-laki atau perempuan, dilahirkan di
Indonesia atau di Arab, di Eropa dan lain-lain.
 Perbuatan-perbuatan yang berdasarkan pilihan, meliputi perbuatan mubah,
ketaatan dan perbuatan maksiat.
Banyak orang yang keliru dalam memahami takdir, mereka
menyangka bahwa Allah menakdirkan suatu akibat terpisah dari sebabnya,
menakdirkan suatu hasil terpisah dari usaha untuk mencapainya. Maka jika
ada orang yang mengatakan tidak akan menikah dengan alasan jika Allah telah
menakdirkannya punya anak pasti dia punya anak walau tanpa menikah. Atau
dia tidak mau makan dengan alasan jika Allah menakdirkan dia kenyang, dia
pasti kenyang walau tanpa makan.

6
Maka orang yang ditakdirkan untuk masuk surga dia akan beramal
shaleh. Dan jika dia berbuat maksiat, maka dia akan ditakdirkan masuk
neraka. Jadi Allah menakdirkan sebab dan akibat secara bersama-sama.
Artinya usaha dan sebab adalah bagian dari takdir Allah . Inilah yang
ditunjukkan oleh hadits Rasulullah dan pemahaman para sahabat.
Rasulullah pernah ditanya seseorang, “Wahai Rasulullah, apa
pendapatmu tentang obat-obatan yang kami pergunakan untuk berobat,
bacaan-bacaan tertentu untuk penyakit kami, dan perisai yang kami pakai
untuk menangkis serangan musuh, apakah itu semua dapat menolak takdir
Allah?” beliau menjawab, “itu semua juga adalah takdir Allah.” Rasulullah
bersabda, “Tidak ada yang dapat menolak takdir selain doa
Suatu saat Abu Ubaidah memasuki wilayah yang sedang terjangkit
wabah Tha'un, maka Umar memerintahkannya untuk keluar dari wilayah
tersebut. Abu Ubaidah menyangkal dengan mengatakan, “Apakah kita akan
lari dari takdir Allah.” Maka Umar menjawabnya, “Ya kita lari dari takdir
Allah kepada takdir Allah yang lain.”
Ibnu Qayyim berkata; “Orang yang pintar adalah orang yang menolak
takdir dengan takdir, dan melawan takdir dengan takdir. Bahkan sejatinya
manusia tidak dapat hidup kecuali dengan itu. Karena lapar, dahaga, takut
adalah bagian dari takdir. Dan semua makhluk senantiasa berusaha menolak
takdir dengan takdir”
Masalah takdir adalah masalah ghaib dan dirahasiakan Allah, kita tidak
tahu apakah akan selamat atau celaka, yang tampak di hadapan kita adalah
syariat, maka kewajiban kita adalah menjalankan syariat dan hasilnya akan
sesuai dengan yang ditakdirkan oleh Allah.
 Pengertian beriman kepada Qadar/ taqdir
Iman kepada Qadar/ taqdir Allah artinya :
Percaya bahwa Allah itulah yang menjadikan segala makhluknya dengan
kodrat (kekuasaan), iradat (kehendak), dan hikmah-Nya sebagai tersebut
dalam Al-Qur’an Al-Furqan 25:2

7
َ َ‫تَ ْق ِديرًا فَقَ َّد َرهۥُ َش ْى ٍء ُك َّل َو َخل‬
‫ق‬
“Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-
ukurannya dengan serapi-rapinya.”(Al-Furqan 25:2).
Percaya bahwa Allah mempunyai beberapa sunah/hokum dalam
menciptakan mahluk-Nya. Sunah/hokum Allah ini tetap berlaku sepanjang
masa, dan tidak akan berubah-ubah. Misalnya hukum Tuhan yang bersifat
universal yang berlaku untuk semua ciptaan-Nya.
 Pengertian Beriman Kepada Qada
Beriman kepada qada menurut pengertian ilmu Tauhid, ialah: percaya
bahwa hukum-hukum yang diterima alam, hukum-hukum yang dijalankan
alam, adalah diqadakan (ditetapkan/diputuskan) oleh Allah sendiri.
Misalnya matahari beredar difalaknya, bulan mengitari bumi, dan bumi
berputar mengelilingi matahari, dan semua berjalan menurut orbitnya
masing-masing yang telah ditentukan Allah.
 Perbedaan antara Qadar dan Qada
Qadar atau taqdir adalah sesuatu yang belum ditetapkan benar-benar
secara final, jadi masih dapat diharapkan diubah oleh Allah atas kehendak-
Nya. Dan apabila sudah ditetapkan maka tak dapat diubah lagi.
Menurut al-Ragib “Qadar” ialah batas/ukuran yang ditetapkan Allah
untuk semua ciptaannya. Dan “Qada” ialah keputusan Allah terdapat suatu
peristiwa.
Suatu peristiwa yang dapat diberikan ilustrasi yang jelas tentang
perbedaan antara “Qadar” dan “Qada”, ialah perintah Khalifah Umar kepada
panglima Abu Ubaidah supaya tidak memasuki daerah yang sedang dilanda
wabah dan memindahkan pasukannya ke daerah yang bebas wabah. Perintah
Umar ini dapat reaksi dari Ubaidah dengan pertanyaan, “Apakah Tuan mau
menghindari qada’ Allah: Jawab Umar, “Ya, saya menghindari qada’ Allah
menuju ke qadar-Nya”. Artinya bahwa apabila Allah telah menimpakan
wabah di suatu tempat dengan “qada”Nya, maka di tempat lain adalah
aman/bebas dari wabah itu dengan “qadar”Nya. Karena itu, manusia harus

8
berusaha mencari tempat yang aman, sesuai dengan Hukum Tuhan “sebab dan
akibat”.

B. Tingkatan-tingkatan Taqdir
Taqdir atau Qadar mempunayi empat tingkatan:
1. Al-Ilmu/mengetahui
Berimam bahwasanya Allah mengetahui segala sesuatu baik
secara global maupun rinci, dan bahwa Allah telah mengetahui segenap
makhlukNya sebelum ia menciptakannya, dan ia mengetahui rizki – rizki
mereka, ajal mereka, ucapan dan ajal mereka, segenap gerakan dan diam
mereka, apa yang mereka rahasiakan dan yang mereka tampakan, juga
mengetahui siapa di antara mereka yang termasuk penghuni Surga dan
yang termasuk penghuni Neraka
Allah SWT Maha mengetahui segala sesuatu. Dia mengetahui apa
yang telah terjadi, yang sedang terjadi dan yang akan terjadi. Tidak
satupun luput dari ilmu Allah SWT. Allah SWT berfirman:

‫ض ٱل َّس َمٓا ِء فِى َما يَ ْعلَ ُم ٱهَّلل َ أَ َّن تَ ْعلَ ْم أَلَ ْم‬
ِ ْ‫َوٱأْل َر‬
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah
mengetahui apa saja yang ada dilangit dan dibumi?” (Al-Haj 22:70).

“Dia-lah Allah, Yang tiada Tuhan selain Dia. Yang Mengetahui yang
ghaib dan nyata. Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”
(Al-Hasyr 59:22)

9
“Di sisi-Nya segala anak kunci yang ghaib, tidakah yang mengetahuinya
kecuali Dia sendiri. Dia mengetahui apa-apa yang ada di daratan dan di
lautan. Tiadalah gugur sehelai daun kayupun, melainkan Dia
mengetahuinya da tiada sebuah biji dalam gelap gulita bumi dan tiada
pula tenda yang basah dan kering, melainkan semuanya dalam Kitab
yang terang.” (Al-An’am 6:59)
2. Al-Kitabah/dituliskan
Berimam terhadap ditulisnya qadar ( taqdir ) tersebut. Yakni
bahwasanya ilmu Allah telah menulis segala yang Ia ketahui ilmunya
sebelumnya dan semuanya itu tertulis di Lauhul Mahfuzh.
Allah SWT Yang Maha Mengetahui telah menuliskan segala
sesuatu di Lauh Mahfuzh dan tulisan itu tetap ada sampai hari Kiamat.
Apa yang telah terjadi pada masa yang lalu dan apa yang terjadi sekarang
dan apa yang akan terjadi pada masa yang akan dating sudah dituliskan
oleh Allah SWT di Lauh Mahfuzh. Allah berfirman:

“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui


apa saja yang ada dilangit dan dibumi? Bahwasannya yang demikian itu
terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang
demikian itu amat mudah bagi Allah.” (Al-Haj 22:70).

10
“Tiada suatu musibah pun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah.” (Al-Hadid 57:22).
3. Al-Masyi-ah/ kehendak
Berimam kepada kehendak Allah yang tidak sesuatu pun dapat
menolaknya, juga berimam kepada kekuasaan Allah yang tidak dapat
dilemahkan oleh sesuatu apapun. Karena, itu semua terjadi karena
kehendak dan kekuasaan Allah. Apa yang dikehendakiNya pasti terjadi
dan apa yang tidak dikehendakiNya tidak akan terjadi.
Allah SWT mempunyai kehendak terhadap segala sesuatu yang
ada di langit dan di bumi. Tidak ada suatupun terjadi kecuali atas
kehendak-Nya. Apa-apa yang dikehendaki oleh Allah pasti akan terjadi.
Dan apa-apa yang tidak dikehendaki oleh Allah SWT pasti tidak akan
terjadi. Di dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menunjukan
masyiatullah yang mutlak. Artinya kalau Allah menghendaki sesuatu
tidak ada yang bisa menghalangi kehendak-Nya itu. Begitu juga
sebaliknya, kehendak siapapun tidak akan terjadi kalu tidak dikehendaki
oleh Allah SWT. Allah berfirman:

“Dan kamu tidak akan mampu, kecuali bila dikehendaki oleh Allah
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
(Al-Insan 76:30).

11
“Yaitu bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus.
Dan kamu tidak dapat menghendaki, kecuali apabila dikehendaki oleh
Allah, Tuhan semesta alam.” (At-Takwir 81:28-29).

4. Al-Khalq/menciptakan
Berimam bahwasanya Allah adalah yang menciptakan segala
sesuatu. Dialah satu – satunya Pencipta, dan setiap yang selainNya
adalah makhluk dan bahwa Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Allah SWT menciptakan segala sesuatu. Segala sesuatu selain
Allah Yang Maha Mencipta adalah makhluk. Allah berfirman:

“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala


sesuatu.”(Az-Zumar 39:62).

َ َ‫تَ ْق ِديرًا فَقَ َّد َرهۥُ َش ْى ٍء ُك َّل َو َخل‬


‫ق‬
“Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-
ukurannya dengan serapi-rapinya.”(Al-Furqan 25:2).

ُ ‫ون َو َما َخلَقَ ُك ْم َوٱهَّلل‬


َ ُ‫تَ ْع َمل‬
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat
itu.” (As-Shaffat 37:96).
Iman kepada Taqdir mencakup keempat tingkatan di atas. Artinya
segala perbuatan, perkataan – termasuk segala hal yang tidak dilakukan –

12
manusia diketahui, dituliskan, dikehendaki, dan diciptakan oleh Allah
SWT.

C. Beriman Kepada Taqdir


Diantara hikmah beriman kepada takdir adalah :
1. Dengan iman kapada takdir seseorang akan selalu dalam kebaikan.
Bersyukur ketika Allah SWT memberikan nikmat dan bersabar serta
tawakal ketika Allah memberikan musibah. Hal ini bertolak belakang
dengan kebanyakan manusia pada umumnya, sebagaimana firman-Nya,

''Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan


menjauhkan diri, akan tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia
banyak berdoa.'' (QS Fushshilat [41]: 51).
2. Dengan iman kepada takdir, seseorang akan senatiasa bekerja keras dan
istikamah. Karena, ia percaya dan mengimani bahwa Allah SWT tidak
akan mengubah nasib seseorang kecuali dengan usahanya sendiri. Allah
SWT berfirman,
''Sesungguhnya Allah SWT tidak mengubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri."
(QS Ar-Ra`du [13]: 11).
3. Dengan iman kepada takdir berarti mengimani bahwa musibah dan
bencana yang datang bukan hanya merupakan kodrat Ilahi, namun juga
dikarenakan kesalahan manusia sendiri. Sehingga, akan senantiasa
mawas diri, selalu berhati-hati, tidak menyombongkan diri dan
menghentikan segala perbuatan yang dapat mendatangkan kerusakan dan
Adzab Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya,

13
''Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah nikmat dari Allah, dan apa
saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.''
(QS An-Nisaa [4]: 79).
 Iman kepada qadar dan qada Allah mempunyai dampak yang positif
bagi diri seseorang, antara lain ialah:
a. Dapat mendorong seseorang untuk bersikap berani dalam
menegakkan keadilan dan kebenaran, dan dalam meninggikan
“kalimah Allah”. Ia tidak takut dan gentar mengahadapi resiko
dan bahaya yang mengancamnya. Misalnya jatuh miskin atau
mati sekalipun, karena ia yakin bahwa kematian, rezeki, nasib
dan sebagainya semua di tangan Allah, sebagaimana firman
Allah dalam Quran surat al-Taubat ayat 51.

Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan


apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung
kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus
bertawakal."
b. Dapat menimbulkan ketenangan jiwa dan fikiran pada diri
seseorang. Dan ia tidak akan berputus asa pada waktu ia
mengahadapi bencana atau kegagalan dalam usahanya ia tetap
sabar dan tawakal.
 Hukum Berdalil dengan Taqdir dalam Meninggalkan Perintah Allah
Sesunggguhnya keimanan kita kepada qadar sebagaimana
kita telah jelaskan di muka tidaklah bertentangan dengan keyakinan

14
bahwa hamba memiliki kehendak dan kemampuan dalam perbuatan
ikhtiariyahnya, sebab syari’at dan faktanya menunjukan hal tersebut.
Adapun menurut faktanya, setiap manusia menyadari bahwa dirinya
memiliki kehendak dan kemampun untuk berbuat atau meninggalkan
sesuatu. Tetapi, meskipun begitu, kehendak dan kemampuan hamba
itu terjadi sesuai dengan kehendak Allah dan kekuasaanNya. Karena
alam semesta ini milik Allah Ta’ala, maka tidak akan ada sesuatu
pun dalam kepemilikanNya ini yang di luar ilmu dan kehendakNya.
Berimam kepada taqdir Allah, sebagaimana telah disebutkan di
muka, tidaklah berarti memberikan kesempatan kepada hamba untuk
berdalih dengannya dalam meninggalkan perintah Allah atau
melanggar apa yang dilarangNya. Karena itu, orang yang berdalih
dengan taqdir dalam melakukan perbuatan maksiat dalihnya adalah
batil dari beberapa segi :
a. Pertama, Nabi bersabda :
“ Tidaklah salah seorang dari kamu melainkan telah dituliskan
tempat duduknya, apakah ia termasuk penduduk Neraka atau
penduduk Surga. Maka berkatalah seorang laki – laki dari
kaumnya, ‘ Tidaklah ( dengan demikian ) kita berserah diri saja,
wahai Rasulullah ? ‘ Beliau memjawab, ‘ Tidak, tetapi
berusahalah karena masing – masing dimudahkan kepada
( ketentuan ) penciptaannya ‘. “ ( HR. Al – Bukhari ).
Jadilah Nabi melarang menyerah kepada taqdir.
b. Kedua, sesungguhnya Allah memerintahkan dan melarang
hambaNya dengan tidak membebaninya kecuali sebatas
kemampuannya.
c. Ketiga, taqdir Allah adalah rahasia tersembunyi yang tidak
diketahui kecuali telah terjadi.
d. Keempat, orang beralasan dengan taqdir atas kewajiban yang
ditinggalkannya atau kemaksiatan yang dilakukannya, jika ada
orang yang melanggar haknya, misalnya dengan mengambil

15
hartanya atau dicemarkan kehormatannya, lalu orang beralasan
dengan taqdir Allah’, tentu orang tersebut tidak akan mau
menerima alasan tersebut.
 Pengaruh Beriman Kepada Taqdir
Beriman kepada taqdir adalal suatu kewajiban dan salah satu rukun
iman, dimana mengingkarinya adalah kekafiran memiliki beberapa
pengaruh nyata dalam kehidupan manusia. Di antara pengaruh
tersebut adalah :
1. Taqdir merupakan salah satu sebab yang membuat seseorang
bersemangat dalam beramal dan berusaha untuk mencapai
keridhaan Allah dalam hidup ini. Beriman kepada taqdir adalah
di antara pendorong kuat kepada setiap mukmin untuk beramal
dan melakukan perkara – perkara besar dengan penuh keteguhan
dan keyakinan.
2. Di antara pengaruh beriman kepada taqdir yaitu manusia bisa
mengetahui kemampuan dirinya, sehingga ia tidak sombong,
bangga atau tinggi hati.
3. Sesungguhnya jika manusia mendapatkan kebaikan maka ia
akan sombong dan lupa diri, tetapi jika ditimpa keburukan dan
musibah maka ia akan galau dan sedih. Tidak seorang manusia
pun yang bisa menjaga diri dari kesombongan dan melampaui
batas jika mendapatkan kebaikan serta kesedihhan jika ditimpa
keburukan kecuali dengan beriman kepada taqdir.
4. Beriman kepada taqdir dapat menghilangkan beberapa penyakit
sosial yang menimpa masyarakat dan menghilangkan
kedengkian di antara sesama mukmin.
5. Sesungguhnya beriman kepada taqdir bisa menumbuhkan
keberanian hati untuk menghadapi berbagai tantangan serta
menguatkan keinginan didalamnya.
6. Beriman kepada taqdir akan menanamkan berbagai hakikat iman
dalam jiwa setiap mukmin.

16
7. Termasuk pengaruh beriman kepada taqdir yaitu bahwasannya
orang yang berdakwah kepada Allah akan berdakwah secara
terang – terangan dan jelas dihadap orang – orang kafir dan
zalim, ia ia tidak takut karena Allah terhadap cercaan orang
yang mencerca.
 Kepastian hukum atau takdir :
a. Pertama, bahwa jagat raya ini isinya antara lain bintang-bintang
dan planet-planet dalam hukum universaldalam rotasi, revolusi
dan kesetimbangan benda-benda langit. Begitu juga isinya yang
terdiri dari berbagai jenis benda ( padat, cair dan gas ), telah
tersusun oleh suatu rumus-rumus tertentu. Dalam kimia ada ada
aturan valentine tertentu, ada dalil-dalil aksi dan reaksi. Dalam
ilmu fisika kita kenal hukum “ kekekalan tenaga dan masa “
ditemukan oleh einstein dengan dalil yang terkenal: E = mc2 (E=
tenaga , m= berat masa c= kecepatan cahaya.
b. Kedua, bahwa dalam diri kita ada roh, dengan roh itulah kita
hidup. Akan tetapi kita sama sekali tidak punya kekuasaan
terhadap roh itu. Manakala ia akan memisahkan diri dengan
jasmani kita ia tidak akan memandang usia dan kedudukan, kita
mampu menahannya dan untuk itu tibalah akhir hayat kita.
c. Ketiga , bahwa setiap manusia lahir ke dunia, bukan lah atas
kehendaknya sendiri. Manusia lahir tidak memilih bangsa dan
tanah air. Semuanya rumah tangganya dimana ia lahir.
d. Keempat, bahwa dalam diri tiap-tiap orang selalu memilk,
memiki watak, pembawaan lahir dan bakat yang berbeda satu
sama lain.
e. Kelima , bahwa tidak pernah terdapat seseorang yang ingin sakit
atau gagal.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seorang muslim wajib beriman dengan taqdir sebagaimana yang sudah
dijelaskan oleh Allah swt dan rasul-Nya di dalam Al-quran dan sunnah Rasul.
Memahami taqdir harus secara benar, karena kesalahan memahami taqdir akan
melahirkan pemahaman dan sikap yang salah pula dalam menempuh kehidupa
di dunia ini.
Yang wajib kita ketahui adalah bahwa ukuran – ukuran ( taqdir ) itu
adalah kekuasaan Allah, dan bahwa semua berjalan sesuai dengan taqdir dan
kehendakNya, segenap hamba tidak memiliki kehendak kecuali apa yang
dikehendakiNya untuk mereka, apa yang dikehendakiNya untuk mereka pasti
terjadi dan apa yang tidak dikehendakiNya pasti tidak akan terjadi.
Sebagaimana kita wajib mengetahui bahwa taqdir pada dasarnya adalah
rahasia Allah terhadap makhlukNya, tidak seorang malaikat terdekat pun yang
dapat mengetahuinya, juga tidak seorang nabi yang diutus. Seorang mukmin
senantiasa menyifati TuhanNya dengan sifat – sifat kesempurnaan.

18
B. Saran
Dalam hal penyusunan makalah ini tentu tidak terlepas dari kesalahan.
Ibarat kata pepatah, tidak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, kami
dari penyusun meminta saran dan kritik yang membangun dari para pembaca
untuk mencapai kesempurnaan makalah kami.

DAFTAR PUSTAKA

Yanuar Ilyas.1998. Kuliah Aqidah. Yogyakarta: LPPI UMY.

Syekh Mahmud Syaltut.1984. Akidah dan Syari’ah Islam. Jakarta: Bumi Angkasa.

Masjfuk Zuhdi. 1988. Studi Islam jilid 1 Akidah. Jakarta: PT RajaGrafindo.

Abdul Azis. 1999. Pelajaran Tauhid untuk Tingkat Lanjut. Jakarta: Yayasan Al-
sofwa.

Nasrudin Razak. 1973. Dienul Islam. Bandung: PT Alma’arif.

http://makalah85.blogspot.com/2009/05/takdir.html
Diunduh : 26 september 2013, 19:30

http://dhikamon.blogspot.com/2011/11/makalah-takdir.html
Diunduh : 26 september 2013, 19:36

19

Anda mungkin juga menyukai