Anda di halaman 1dari 9

PENGETAHUAN CARE-GIVER MENINGKATKAN

PENANGANAN PERILAKU PENCEGAHAN KARIES ANAK


BALITA
PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:
Yayas Qori Awwali
NIM. 021611133149

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS AIRLANGGA
2018
BAB 1

Latar Belakang

Alasan saya untuk meniliti bagaimana pengetahuan Care-Giver


meningkatkan penanganan perilaku pencegahan karies pada anak balita. Menurut
Ashkanani et al tahun 2013 beberapa hasil studi menunjukan bahwa pendidikan
dan pengetahuan sangat berkolerasi pada perilaku pengasuh terhadap kesehatan
mulut. Pada penilitiannya pendidikan yang tinggi secara signifikan memiliki
pengetahuan yang lebih baik dan praktik yang baik, begitu pula dengan sebaliknya
yang pengetahuan yang rendah memiliki praktek yang rendah. Pada hasil
penilitiannya di Kuwait dengan total sampel 334 pengasuh dengan hasil rata-rara
skor pengetahuan pengasuh 4,68 ± 1,87 (rentang 0-9), sikap pengasuh 4,34 ± 0,88
(rentang 0-5), dan praktek pengasuh 2,45 ± 0,99 (rentang 0-4). Dengan hasil
tersebut bahwa pengetahuan tenatang kesehatan mulut sangat berkolerasi terhadap
perilaku pengasuh terhadap karies anak balita.

Beberapa penelitian telah menemukan bahwa pengetahuan dan sikap yang


baik terhadap kesehatan mulut tidak selalu menghasilkan praktik yang baik.
Dengan total sampel 218 orang tua dengan hasil rata-rata skor pengetahuan
69,5%, rata-rata skor sikap 53,5%, dan Sikap keseluruhan terhadap pencegahan
ECC tidak sesuai dengan pengetahuan. Nilai rata-rata dari praktik "baik" dan
"buruk" adalah masing-masing 33,5% dan 18,5% dalam tindakan usaha
pemeliharaan kesehatan gigi anak balita. Pengetahuan dan sikap yang baik
terhadap kesehatan mulut tidak selalu menghasilkan praktik yang baik. (Sogi et al,
2016)

Kesehatan gigi dan mulut pada anak merupakan faktor yang harus
diperhatikan dikarenakan kerusakan gigi pada usia dini atau balita dapat
mempengaruhi pertumbuhan gigi pada usia selanjutnya. Undang-undang nomor
36 tahun 2009 tentang keesehatan menyatakan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut untuk memelihara dan menigkatan derajat kesehatan masyarakat yaitu
dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi, pencegahan dan pengobatan
penyakitgigi serta pemulihan kesehatan gigi secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan. (Oktarina et al, 2016)

Early Childhood Caries (ECC) merupakan penyakit multifaktoral dengan


etiologi yang melibatkan interaksi kompleks dan faktor biologis, sosial dan
ekonomi pada anak usia balita. Penyakit ini sanagat lazim diantara etnis minoritas
dan populasi ddengan karekterisktik keluarga yang kurang mampu dibanyak
bagian dunia. Diperkirakan hampir seperempat dari anak-anak kurang mampu
antara usia 2 dan 5 tahun di Amerika Serikat memiliki karies dam hampir 20%
anak-anak tersebut tidak diobati atau ditangani. (Ashkanani and Al-Sane, 2013)

Karies gigi merupakan penyakit pada pada gigi yang paling sering
dijumpai pada masyarakat yang disebebkan oleh dimenerilisasi email dan dentin
yang hubungannya sangat erat dengn konsumsi makanan yang kariogenik.
Terjadinya karies gigi akibat dari bakteri pada golongan streptokoku, dan secara
kolektif disebut dengan Streptokokus Mutans.(Tomasz M et al, 2013). Karies gigi
merupakan kasus umum pada anak-anak karena mereka lebih suka mengkonsumsi
makanan yang manis, yangg juga bersifat kariogenik. Rongga mulut juga bagian
penting dari rubuh dan merupakan cerminan kesehatan umum atau penyakit
sistemik yang biasanya menunjukan gejala yang terlihat di rngga mulut. Anak-
anak usia dini cenderung memiliki kebersihan mulut yang buruk dan juga lebih
suka makan makanan yang manis (Wibowo W A et al, 2017)

Prevelensi dan keparaham karies gigi pada anak-anak di bawah usia 5 tahum
di beberapa negara cukup tinggi. Pravelensi karies pada anak-anak usia 3-5 tahun
menurut World Health Organizatiom (WHO) menunjukan 60-90%. Hasil Data
dari riskesdas tahun 2013 menunjukan bahwa indek DMF-T Indonesia sebesar 4,6
(atau 5 gigi per orang) yang menunjukan bahwa kerusakan gigi pada penduduk
Indonesia 460 buah gigi per 100 orang. Provinsi yang mempunyai DMFT
tertinggi adalah Bangka Beliting (8,5) dan terendah adalah papua Barat. Sebanyak
23.0 % penduduk menyadari gigi dan mulut nya bermasalah, dan 30.0%
diantaranya mendapat perawatan atau pengobatan dari tenaga profesional
kesehatan gigi. Namun angka perwatan gigi di Indonesia sangat rendah dan
banyak terjadi keterlambatan perawatan sehingga besar kerusakan gigi berakhir
dengan tindakan pencabutan. Pencegahan penyakit gigi sangaat mudah yatiu
dengan salah satunya memelihara kbersihan gigi dan mulut serta menghilangkan
plak dan bakteri dengan menykat igi secara teratur, setelah sarapan pagi dan
makan malam sebelum tidur (Riskesdas, 2013)

Seorang caregiver atau pengasuh seharusnya memiliki pengetahuan, sikap


serta tindakan yang baikk terhadap kesehatan gigi dan mulut agar dapat
memberikan pendidikan kesehatan mulut pada anak-anak usia dini. Mulai dari
gigi tumbuh merupakan proses penting dai pertumbuhan seorang anak usia dini.
Seorang caregiver atau pegasuh pastinya harus mengetahui setidaknya cara
merawat gigi mal atau mengajari cara merawat gigi dengan benar. Meskipun
hanya gigi susu seorang anak harus mendapatan perawatan atau perhatian dari
orang tua ataupun perawat karena itu menentukan pertumuhan gigi yang
permanen, banyak sekali orang awam beranggapan bahwa gigi susu hanya
sementara lalu digantikan dengan gigi tetap sehingga seringkali mereka
menganggap bahwa kerusakan gigi susu karena oral hgiene yang buruk bukanlah
suatu masalah. (Oktarina et al, 20016)

Metode untuk pencegahan ekstensif karies gigi, dan merupakan penyakit yang
terus menjadi masalah bagi kesehatan mulut. Orang tua dari anak merupakan
peran penting dalam praktek kesehatan dan status kesehatan tersebut serta
memperbaiki dan membimbing anak untuk menyadari kebiasaan yang benar.
Demikian pula dengan caregiver atau perawat, perawat yang memiliki
pengetahuan dalam hal kesehaan mulut sangat berpean penting dalam pencegahan
karies anak balita. Banyak sekali orang tua yang sibuk dengan jam kerja nya,
sehingga banyak para orang tua menitipkan anaknya ke para caregiver atau
perawat. (Togo RA et al, 2017)
1.2 Rumusan Masalah

Baaimana peranan pengetahuan Care-Giver meningkatkan penanganan


perilaku pencegahana karies anak balita

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui peranan pengetahuan Care-Giver meningkatkan


penanganan perilaku pencegahana karies anak balita

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi peranan faktor pendidikan care-giver terhadap karies


anak balita
2. Mengidentifikasi pengatauan care-giver terhadap karies anak balita
3. Mengidenttifikasi sikap care-giver terrhadap karies anak balita
4. Mengidentifikasi perilaku care-giver terhadap karies anak balita

1.4 Manfaat

Hasil dari penilitian ini dapat memberikan informasi mengenai


peranan pengetahuan Care-Giver meningkatkan penanganan perilaku
pencegahana karies anak balita
Daftar Isi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Karies Gigi
2.1.1 Definisi Karies
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Gambaran Klinis
2.1.4 Faktor Predisposisi
2.1.5 Patofisiologi
2.1.6 Penggolongan Karies
2.1.7 Penatalaksanaan Pencegahan Karies
2.2 Konsep Pertumbuhan Kesehatan Gigi Anak Usia Balita
2.2.1 Fase Pertumbuhan Gigi
2.2.2 Ciri-ciri Morfologik
2.2.3 Ciri-ciri Fungsional
2.3 Konsep Care-Giver
2.3.1 Definisi
2.3.2 Macam-macam Peranan Care-Giver Dalam Keluarga
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran care-giver
2.5.4 Peran care-giver terhadap perawatan Gigi
2.4 Konsep Menyikat Gigi
2.4.1 Definisi Menyikat Gigi
2.4.2 Tujuan Menyikat Gigi
2.4.3 Waktu dan Frekuensi Menyikat Gigi
2.4.4 Cara Menyikat Gigi
2.4.5 Memilih Sikat Gigi
2.4.6 Mengajarkan Pemberian Pasta Gigi Yang Baik

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENILITIAN

BAB 4 METODE PENILITIAN


4.1 Jenis Penelitian
4.2 Lokasi Penelitian
4.3 Waktu Penelitian
4.4 Populasi Penelitian
4.5 Sampel Penelitian
4.6 Variabel Penelitian
4.6.1 Variabel Bebas
4.6.2 Variable Terikat
4.6.3 Variabel Terkontrol
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 3 KERANGKA KONSEP

caregiver

usia pendidikan

Pengetahuan sikap perilaku

Pencegahan Karies
Anak Balita
1. Oktarina, Tumaji, Betty Roosihermiatie. 2016. Kolerasi Faktor Ibu
Dengan Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak Taman Kanak-Kanak
Di Kelurahan. Surabaya
2. Tomasz M, Karpinski, Anna K, Szkanadkiewics.2013. Microbiology
of dental caries. J. Biol. Earth Sci. 2013; 3(1):M21-M24.
3. Ashkanani, F. and Al-Sane, M. 2013. Knowledge, Attitudes and
Practices of Caregivers in Relation to Oral Health of Preschool
Children. Medical Principles and Practice, 22(2), pp.167-172.
4. Riset Kesehatan Dasar. 2013.Badan penilitian dan Pengembangan
Kesehatan kementerian Kesehatan RI. Departemen Kesehatan RI:
2013.Hal 114-119
5. Wibowo W A, Indrawati R, and Rahayu R P. 2017.Socioeconomic
characteristics of the parents and the risk prediction of early childhood
caries. Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi), 50(1): 23–27
6. Malhotra PU, Thakur S, Singhal P. 2016. Knowledge, Attitude &
Practices of Caregiver in Relation to Oral Health of Preschool Children
in Shimla City. Arch of Dent and Med Res, 2(2):1-10.
7. Togoo RA, Luqman M, Al-Hammadi AA, Al-Rabai NA, Ahmasani
SM, Al-Qahtani BD. 2017. Caregivers’ knowledge, attitudes, and oral
health practices for infants attending day-care centers in two cities in
southern Saudi Arabia. Gulf Medical Journal, 6(1):35–41
8. Suma Sogi HP, Hugar SM, Nalawade TM, Sinha A, Hugar S,
Mallikarjuna RM. 2016. Knowledge, attitude, and practices of oral
health care in prevention of early childhood caries among parents of
children in Belagavi city: A Questionnaire study. J Family Med Prim
Care ;5:286-90.

Anda mungkin juga menyukai