Anda di halaman 1dari 18

16

BAB III
PEMBAHASAN

Pelaksanaan praktik profesi Ners secara umum berjalan dengan lancar, ada
beberapa hal yang menjadi faktor pendukung dan beberapa yang lain menjadi faktor
penghambat, namun semua faktor penghambat dapat diatasi dengan baik sehingga
kompetensi yang dicapai selama praktik profesi baik kompetensi akademik maupun
kompetensi individu dapat dicapai secara keseluruhan. Adapun penjelasan dari faktor
pendukung dan faktor penghambat tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

A. Area Keperawatan Keterampilan Dasar Profesi I


Fokus mata kuliah tahap Keterampilan Dasar Profesi I (KDP I ) di
ruang bedah merupakan penerapan dari konsep dan prinsip pelayanan asuhan
keperawatan klien dewasa yang mengalami dan/atau cenderung mengalami
perubahan fisiologis serta dengan atau gangguan struktur anatomi tubuh akibat
trauma atau penyakit yang sering terjadi.
Asuhan keperawatan yang diberikan berdasarkan pada pendekatan
proses keperawatan: pengkajian, perumusan diagnosis, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi keperawatan yang komprehensif (bio-psiko-sosio-
spiritual) dan berlandaskan pada aspek etik dan legal keperawatan.
Tujuan dari praktik profesi keperawatan pada area ini adalah
diharapkan praktikan mampu menerapkan asuhan keperawatan medikal bedah
dan mengelola pemberian asuhan keperawatan pada klien dewasa yang
mengalami masalah kesehatan dan perubahan fungsi sistem tubuh di berbagai
tatanan pelayanan kesehatan menggunakan proses keperawatan.
Kompetensi akademis secara keseluruhan dapat dicapai dengan baik.
Kompetensi akademik yang telah dilaksanakan adalah terdiri dari asuhan
keperawatan pada kasus medikal. Pada kasus evaluasi atau ujian pada area ini,
praktikan mendapatkan kasus kebutuhan istirahat. Fokus utama pemberian
asuhan keperawatan pada kasus ini adalah kebutuhan . Adapun intervensi yang
17

diberikan adalah mengobservasi TTV, mengajarkan tehnik relaksasi dan


distraksi, memberikan lingkungan yang nyaman serta menganjurkan untuk
membatasi aktifitas.
Secara umum tidak ada hambatan dalam pelaksanaan praktik profesi di
area bedah. Jadwal pelaksanaan praktik di area ini teratur dan sistematis
sehingga kompetensi yang diperoleh berkesinambungan.

B. Area Keperawatan Keterampilan Dasar Profesi II


Kebutuhan dasar manusia pada area keterampilan dasar profesi II
merupakan kelanjutan dari area keterampilan dasar profesi I yang dilaksanakan
pada tanggal 22 Agustus 2016 sampai dengan 03 September 2016, sebelum
memasuki area keperawatan yang akan dilakukan dilahan paraktik klinik, area
keperawatan dasar profesi dilaksanakan sebelum memasuki praktik klinik yang
dimaksudkan sebagai dasar keterampilan yang dimiliki parktikan pada area
keterampilan dasar profesi II mendapatkan kompetensi dengan permasalahan
kebutuhan dasar manusia nyeri akut, sebagai kompetensi yang sangat penting
dimilki oleh praktikan sebelum terjun ke dalam praktik klinik.
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial
atau yang digambarkan sebagai kerusakan. Batasan karakteristis dari nyeri akut:
Bukti nyeri dengan mengunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien yang
tidak dapat mengungkapkannya (mis., neonatal infant pain scale, pain
assessment check list for senior with limited abilitd to comunicate), Diforesis,
Dilatasi pupil, Ekspresi wajah nyeri (mis., mata kurang bercahaya, tampak
kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis), Fokus
menyempit (mis., persepsi waktu, proses berpikir, interaksi dengan orang
dengan lingkungan), Fokus pada diri sendiri, Keluhan tentang intensitas
menggunakan standar skala nyeri (mis., skala Wong-Baker FACES skala analog
visual, skala penilaian numerik), Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan
menggunakan standar instrumen nyeri (mis., McGill Pain Questionnaire, Brief
18

Pain Infentory), Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktifitas (mis.,


anggota keluarga, pemberi asuhan), Mengekspresikan perilaku (mis., gelisa,
merengek, menangis, waspada), Perilaku distraksi, Perubahan pada parameter
fisiologis (mis., tekanan darah, frekuensi jantung, frekuensi pernapasan, saturasi
oksigen, end/tidal karbondioksida (C02), Perubahan sisi untuk menghindari
nyeri, Perubahan selera makan, Purtus asa, Sikap melindungi area nyeri, Sikap
tubuh melindungi.
Hambatan pad area keperawatan dasar praktik tidak terlalu
menghalangi dalam menjalankan dan menerapkan manajemen keperawatan
nyeri akut. Adapun hambatan yang dialami praktikan yaitu kurang
kooperatifnya keluarga pasien. Dan pemahaman klien dalam menangani nyeri
yang dirasakan.

C. Area Keperawatan Anak


Keperawatan anak merupakan suatu asuhan yang unik dimana kompetensi
yang harus dicapai adalah memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan tahap
tumbuh kembangnya pada anak yang sakit akut, sakit kronis, dan sakit yang
mengancam kehidupan dengan mengaplikasikan berbagai konsep, prinsip, teori,
dan model keperawatan anak dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan
dengan mengintegrasikan berbagai ilmu dasar keperawatan terkait lainnya,
termasuk di dalamnya memberikan terapi bermain sebagai strategi intervensi
perawatan atraumatik (atraumatic care).
Kemampuan yang harus dimiliki oleh praktikan yaitu menggunakan
proses keperawatan dalam merawat anak sakit sesuai dengan tahap tumbuh
kembangnya, mengintegrasikan konsep bermain dalam intervensi keperawatan,
menampilkan teknik komunikasi terapeutik pada anak dan keluarga,
menerapkan konsep perawatan anak yang berfokus pada Family Centred,
menerapkan konsep atraumatic care dalam melakukan intervensi serta mampu
memberikan pendidikan kesehatan pada anak dan keluarga.
19

Kompetensi yang pertama dicapai oleh penulis di area anak ini By. MF dengan
Penyakit Jantung Bawaan di ruang kanak-kanak RSD dr. Soebandi Jember,
yang dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2016 dengan masalah keperawatan
utama adalah Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload
ditandai dengan suara tambahan murmur, hasil ECO: endocardial cushion defect .

Kelainan Jantung Kongenital (CHD) atau Penyakit Jantung Bawaan


adalah kelainan yang sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut sudah
terjadi sebelum bayi lahir. Tetapi kelainan ini tidak selalu memeberi gejala yang
segera setelah bayi lahir. Tidak jarang kelainan tersebut baru muncul setelah
bayi berusia beberapa bulan atau beberapa tahun(Ngastiyah, 2005).

Selama pelaksanaan asuhan keperawatan pada By.MF mahasiswa mendapat


izin dan dukungan penuh untuk memberikan intervesi kepada klien kelolaan.
Penurunsn curah jantung dapat ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan fisik
suara tambahan murmur dan hasil ECO: endocardial cushion defect
Berdasarkan kasus yang ditemukan pada pasien By.MF gejala yang
tampak sesuai dengan teori yang dipaparkan di beberapa literature, dan dapat
dikatakan bahwa By.MF mengalami kelainan jantung bawaan. Penatalaksanaan
pada pasien tidak berjalan optimal karena terkendala karena pasien akan dirujuk
ke RS Sotomo Surabaya. Sehingga penatalaksanaan pada pasien terbatas pada
KIE dan pemberian surat control.

D. Area Keperawatan Maternitas


Area keperawatan maternitas merupakan area kedua dalam praktik
profesi ners yang harus dilalui/ ditempu, area keperawatan maternitas dilakukan
selama enam minggu yang dimulai sejak tanggal 24 Oktober sampai dengan 03
November 2016. kompetensi yang harus dicapai praktikan yaitu dengan
membuat asuhan keperawatan pada area ante natal, intranatal, psot natal, dan
genecology. Untuk mencapai empat kompetensi dasar di area keperawatan
maternitas ini mahasiswa harus melalui empat ruangan maternitas yaitu Ruang
20

Nifas (Dahlia), Poli Hamil, Poli Kandungan, dan Ruang Bersalin. Selain itu
terdapat pula kompetensi khusus yang harus dicapai pada area keperawatan
maternitas yaitu mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien
berdasarkan pada bukti dan fakta terbaik berdasarkan temuan ilmiah atau yang
disebut dengan Evidence Based Practice, tutorial dan ronde keperawatan.
Kompetesi Evidence Based Practice ini hanya ada di area keperawatan
maternitas.
Ruang pertama yang dilalui oleh praktikan yaitu Ruang Nifas (Dahlia)
disinilah praktikan banyak menyelesaikan kompetensi akademik selain asuhan
keperawatan maternitas pada klien post partum dan genecology praktikan juga
melaksanakan ronde keperawatan dengan kasus asuhan keperawatan pada Ny.H
P2001 dengan riwayat post Sectio Caesaria atas indikasi Sectio Caesaria satu
tahun yang lalu yangbtelah dilaksanakan pada tanggal 03 November 2015 dan
menentukan permasalahan yang ada di Ruang Nifas (Dahlia) sebagai
permasalahan yang diatas dengan temuan ilmiah Evidence Based Practice
(EBP) yaitu efektifitas pemberian lavender pada ibu post partum H0 terhadap
kualitas tidur diRuang Nifas (Dahlia).
Kualitas tidur ibu post partum diukur dengan instrument yang telah dirancang
dan pemberian ekstra lavender diberikan dengan cara ibu post partum
menghirup ekstra lavender tersebut sebagai bahan yang menenangkan dan
sebagai pengantar tidur sehingga kualitas tidur ibu lebih baik. Hasil dari
Evidence Based Practice pemberian ekstra lavender ini menunjukkan adanya
keberhasilan yang ditunjukkan adanya peningkatan kualitas tidur ibu post
partum.
Suatu kompetensi khusus lagi yang harus diseleaikan yaitu melaksanakan
tutorial, kompetensi tutorial di tempuh pada minggu ketiga ketika di poli
kandungan. Kompetensi tutorial dengan kasus asuhan keperawatan pada Ny. S
dengan post menopouse bleeding terselesaikan dengan baik dengan bimbingan
dari pembimbing akademik dan klinik yang sangat kompeten dalam
membimbing.
21

Tahap akhir ujian area keperawatan maternitas pada minggu ke enam


melaksanakan asuhan Ny. S dengan P8005 post section caesaria + mow di
ruang Bersalin RS. dr. Soebandi Jember, telah dilaksanakan pada tanggal 2
Desember 2016 di Ruang Aster RS. dr. Soebandi Jember.
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus. (Sarwono , 2005). Masa nifas (puerperium)
adalah dimulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu.
Akan tetapi alat genital baru pulih kembali sebelumada kehamilan dalam waktu
3 bulan (Sarwono. 2002).
Hambatan secara umum dalam pelaksanaan praktik diarea keperawatan
maternitas yaitu kurangnya pemahaman dalam mempelajari cara pemeriksaan
yang berhubungan dengan maternitas (pemeriksaan leopold, VT, dan lain-lain).
Hambatan yang lainnya yaitu kurangnya koordinasi antar kelompok dalam
melaksanakan kompetensi Evidence Based Practice (EBP), karena pada
kompetensi ini dilaksanakan selama enam minggu berturut-turut secara
begantian disetiap kelompok yang sedang praktik di Ruang yang dilaksanakan
Evidence Based Practice (EBP) tersebut.
Faktor pendukung pada area ini adalah adanya sikap ramah, terbuka, saling
menghormati dan saling berbagi ilmu yang dimiliki baik dari Clinical educator
ruangan dan bidan pelaksana serta adanya bimbingan dari pembimbing
akademik yang memberikan bimbingan secara intervensi sehingga secara
keseluruhan proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

E. Area Keperawatan Medikal Bedah


Area medikal bedah merupakan area praktik ketiga yag harus dilalui.
Fokus mata kuliah pada area Keperawatan Medikal Bedah (KMB) merupakan
penerapan faro konsep dan prinsip pelayanan asuhan keperawatan klien dewasa
yang mengalami dan/atau cenderung mengalami perubahan fisiologi serta
dengan atau gangguan strukturr anatomi tubuh akibat trauma atau penyakit
22

yang sering terjadi. Asuhan keperawatan yang diberikan berdasarkan pada


pendekatan proses keperawatan: pengakajian, perumusan diagnosis,
perencanan, implementasi, dan evaluasi keperawatan yang komprehensif (bio-
psiko-sosio-spiritual) dan berdasarkan pada aspek etik dan legal keperawata.
Kompetenis khusus dalam area ini praktikan harus menyelesaikan tugas
individu yaitu asuhan keperawatan pada klien serta tugas kelompok dengan
melakukan presentasi jurnal, melakukan presentasi khusus dn memberikan
pendidikan kesehatan terhadap klien dan keluarga.
Kompetensi pada area keperawatan medikal bedah yang menjadi kasus
ujian yaitu asuhan keperawatan pada klien Ny. Us dengan Hematuri + TB Paru
+ Anemis dilaksanakan pada tanggal 12 januari 2017 dengan masalah
keperawatan utama Risiko perdarahan yang berhubungan dengan factor risiko
trauma diRuang Edelweis.
Batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia
dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi
(Muslim, 2007). Batu ini bisa terbentuk didalam ginjal (batu ginjal) maupun di
dalam kandung kemih (batu kandungkemih). Proses pembentukan batu ini
disebut urolitiasis. Batu saluran kemih (kalkulus uriner) adalah massa keras
seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan
nyeri, perdarahan,penyumbatan aliran kemih atau infeksi (Sja’bani, 2006).
Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di
dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu
yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa
menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik
renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah
antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah
kemaluan dan paha sebelah dalam(Brunner dan Suddarth, 2003).
Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung,
demam, menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita mungkin menjadi
sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter. Batu bisa menyebabkan
23

infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan
terperangkap didalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga
terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan
mengalir balik ke saluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan
menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi
kerusakan ginjal.
Darah dalam urin berhubungan dengan nyeri yang disebabkan oleh
batu kecil yang bersarang didaerah ureter, batu tersebut dapat mengiritasi
dinding ureter dan dapat menginfeksi saluran ureter tersebut. Sehingga pada
klien Ny. Us timbul tanda dan gejalan nyeri dan perdarahan pada saat berkemih.
Kendala yang dihadapi waktu melakukan asuhan keperawatan pada
klien Ny. Us tidak ada yang berarti karena dukungan dari staf ruangan dan
keluarga yang sangat kooperatif dan mensupport klien untuk kuat dalam
menjalani pengobatan dan serangkaian tindakan medis lainnya.

F. Area Keperawatan Jiwa


Tujuan praktik profesi di area ini adalah kemampuan profesional
dalam memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada klien dan
keluarga dengan masalah biopsiko-sosial-spritual dan gangguan kesehatan
jiwa. Upaya pemberian asuhan keperawatan ditujukan dalam usaha prefentif
primer, sekunder, dan tersier, baik di klinik maupun di komunitas.
Praktikan dituntut memiliki kemampuan profesional dalam hal
menerapkan komunikasi terapeutik dalam membina dan memelihara hubungan
interpersonal dengan klien, mengidentifikasi perasaan dan reaksi diri sendiri
dan bagaimana pengaruh perasaan dan reaksi tersebut terhadap individu,
keluarga dan kelompok, sehingga dengan perasaan yang dimiliki tersebut
memungkinkan dapat digunakan secara terapeutik ketika berhubungan dengan
klien, mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan klien, merumuskan rencana
keperawatan dalam meningkatkan kesehatan jiwa individu dan keluarga,
melaksanakan tindakan keperawatan dengan berbagai terapi modalitas
24

keperawatan, penggunaan berbagai sumber daya seperti kerjasama interdisiplin,


kemampuan keluarga dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Selanjutnya
mengevaluasi proses hasil implementasi keperawatan serta melakukan tindak
lanjut dan terakhir mampu membuat laporan proses keperawatan yang
dilakukan dalam bentuk catatan.
Selama praktik di Ruang Camar praktikan mengambil kasus asuhan
keperawatan kesehatan jiwa pada klien Sdr. A dengan Isolasi sosialdi Ruang
Camar RSJ. dr. Radjiman Wideodiningrat Lawang sebagai kompetensi individu,
sedangkan kompetensi yang dicapai di komunitas yaitu melaksanakan asuhan
keperawatan jiwa komunitas pada klien Tn. MB dengan masalah keperawatan
Risiko Perilaku Kekerasan di Dusun Krajan I Desa Puger Kulon Kecamatan
Puger Jember.
Faktor pendukung yang dirasakan pada area ini adalah intensitas
proses bimbingan yang dilakukan oleh para Clinical Educator, utamanya
Clinical Educator lahan praktik yang ditunjuk oleh pihak rumah sakit serta
Clinical Educator dari pihak akademik. Pihak rumah sakit juga melakukan
evaluasi proses bimbingan yang diberikan oleh Clinical Educator lahan praktik,
hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh pihak Rumah Sakit bahwa
Rumah Sakit akan menjaga konsistensi proses bimbingan bagi praktikan.
Proses bimbingan yang dilakukan adalah cara membuat strategi pelaksanaan
sebelum berinteraksi dengan klien, melakukan Analisa Proses Interaksi dan
Aplikasi Asuhan Keperawatan yang dilakukan kepada klien, dan dalam
pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok.
Hambatan pada area ini adalah keharusan menuliskan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada klien dalam bentuk tulisan tangan,
sehingga kesalahan praktikan dalam satu tahap penulisan menjadikan menulis
ulang seluruh tahapan. Hambatan yang lain adalah adanya keterbatasan
kemampuan praktikan dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien terkait adanya perbedaan antara penggunaan TUK dan
strategi pelaksanaan dalam pelaksanaan proses keperawatan. Keterbatasan
kemampuan ini dikarenakan kurangnya pengalaman nyata dalam membuat
25

dokumentasi asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa, apalagi


selama menempuh perkuliahan ilmu keperawatan jiwa praktikan tidak pernah
diajarkan membuat asuhan keperawatan dalam bentuk Study kasus oleh dosen
pengampu, begitu pula cara mendokumentasikan Analisa Proses Interaksi
(API), maupun strategi pelaksanaan (SP). Solusi yang dilakukan oleh praktikan
adalah sebelum mendapat pengarahan dari pembimbing lahan praktik praktikan
mencontoh dokumentasi asuhan keperawatan yang telah dikerjakan oleh kakak
tingkat.
Selain itu diarea keperawatan jiwa komunitas mahasiswa mendapatkan
kesulitan dalam menggali data baik data primer ataupun sekunder. Stigma yang
masih kental di masyarakat bahwa seseorang dengan gangguan jiwa merupakan
sebuah aib dan tabu untuk dibicarakan menjadi penghambat yang harus
dihadapi mahasiswa praktikan selama praktik di area keperawatan jiwa
komunitas. Solusi yang diupayakan mahasiswa adalah dengan membina
hubungan saling percaya dengan kerabat dan tetangga terdekat dari tempat
tinggal Tn. MB, sehingga mahasiswa lebih banyak mendapatkan data dari para
kerabat dan tetangga terdekat yang selama ini tahu bagaimana kondisi dari
pasien kelolaan penulis.

G. Area Menejemen Keperawatan


Area berikutnya adalah area manajemen keperawatan. Kompetensi
yang dicapai pada area ini adalah penerapan Model Praktek Keperawatan
Prifesional (MPKP) dengan pendekatan Keperawatan Tim. Adapun kegiatan
yang menjadi prioritas dalm praktik ini adalah timbang terima, supervisi,
dokumentasi keperawatan dan delegasi dapat dicapai secara keseluruhan.
Fokus menejemen keperawatan merupakan suatu proses penyelesaian
suatu pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengaruh dan
pengawasan dengan menggunakan sumber daya secara efektif, efisien dan
rasional, dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprehensif pada individu, keluarga dan masyarakat, baik yang sakit maupun
26

yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Asmuji, 2012).
Kompetensi yang dicapai pada area ini adalah melakukan analisa
ruangan berdasarkan pendekatan pilar pengembangan Metode Praktik
Keperawatan Profesional (MPKP) yaitu nilai-nilai professional, pendekatan
manajemen, metode pemberian asuhan keperawatan, hubungan professional
dan sistem komprehensif dan penghargaan. Analisis SWOT (Strength Weakness
Opportunity Treatened) untuk mengetahui permasalahan di Ruang Teratai
Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember.
Pelaksanaan praktik manajemen keperawatan ini menggunakan
metode pembelajaran berupa role play, bad side teachng, study kaus dan pre
post conference. Mahasiswa memainkan peran sebagai staf dalam Rumah Sakit
mulai dari kepala ruangan sampai dengan perawat pelaksana. Capaian
pembelajaran dalam praktik ini adalah mahasiswa mampu menerapkan dan
mempelajari sistem manajerial Rumah Sakit yang berbasis MPKP. Mahasiswa
diharapkan mampu melakukan analisis situasi ruangan berdasarkan pilar-pilar
MPKP Tim.
Hambatan dalam praktik manajemen keperawatan ini tidak terlalu
menghalangi dalam menjalankan dan menerapkan manajemen keperawatan di
Ruang Teratai Rumah Sakit Tingkat III Baladhika Husada Jember. Adapun
hambatan yang dialami praktikan yaitu kurang intensifnya bimbingan oleh
kepala ruangan yang dikarenakan bertepatan dengan diadakannya akreditasi
rumah sakit, sehingga kepala ruangan teratai sedikit lebih sibuk dari biasanya.
Factor pendukung saat prose praktek manajemen keperawatan yaitu
adanya kerjasama yang sangat baik antara praktikan dengan kepala ruangan,
perawat ruangan serta klien dan keluarga juga seluruh pihak rumah sakit dalam
pelaksanaan kebutuhan sarana, prasarana dan dalam kegiatan-kegiatan yang
laiannya. Factor pendukung yang liannya yaitu adanya bimbingan yang intensif
dari pembimbing akademik terkait dengan penyusunan laporan serta langkah-
langkah yang seharusnya dilakukan saat menerapkan manajemen keperawatan
27

diruangan. Secara keseluruhan proses dalam praktik manajemen keperawatan


dan dilalui dengan baik.

H. Area Keperawatan Gerontik


Tujuan akhir pengajaran dan praktik profesi keperawatan gerontik
praktikan mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan gerontik
pada lanjut usia baik di keluarga dan diinstitusi atau panti secara komprehensif.
Fokus mata kuliah praktik profesi keperawatan gerontik adalah menerapkan
pelayanan asuhan keperawatan lanjut usia di berbagai tatanan pelayanan
kesehatan khususnya di keluarga, pelayanan sosial lanjut usia dan masyarakat
secara menyeluruh dan berkesinambungan dengan penekanan pada upaya
pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit lanjut
usia.
Praktikan juga diharapkan mampu menerapkan konsep dasar gerontik,
teori bio-psiko-sosial atau kultural dan spiritual pada keperawatan dasar lansia
dikeluarga dan masyarakat, mengintegrasikan konsep dasar keperawatan
gerontik, teori bio psiko sosio kultural dan spiritual pada proses penuaan dalam
memberikan asuhan keperawatan gerontik serta mampu mengembangkan rasa
percaya diri praktikan dalam melakukan asuhan keperawatan gerontik
diberbagai tatanan pelayanan kesehatan lanjut usia.
Kompetensi akademik semua dapat tercapai. Kompetensi praktikan
terdiri dari kompetensi individu dan kelompok. Kompetensi individu yaitu
melakukan asuhan keperatan terhadap klien Pak. Ksm dengan Reumatik dengan
masalah utama kerusakan mobilitas fisik. Dan kelompok yaitu menganalisa
masalah yang terjadi wisma seroja dan sakura kemudian kelompok
mempresentasikan kasus yang terjadi pada dua wisma di UPT PSTW Kasian
Jember, setalah mempresentasikan kasus kelompok juga mempresentasikan
jurnal yang sesuai untuk digunakan kasus tersebut selanjutnya dilakukan mini
riset terhadap kasus dan jurnal yang sudah di presentasikan.
28

Area keperawatan gerontik di UPT PSTW Kasian Jember selama satu


bulan, kompetensi khusus di keperawatan gerontik adalah mampu memberikan
asuhan keperawatan dan mampu menyelesaikan maslah akibat proses menua
melalui penelitian atau mini riset area gerontik. Kompetensi mini riset ini hanya
ada di praktik keperawatan gerontik. Tema mini riset yang diangkat yaitu
pengaruh terapi William flexion terhadap tingkat nyeri punggung bawah pada
lansia di wisma seroja dan sakura di UPT PSTW Kasian Jember.
William flexion adalah salah satu bentuk latihan yang dapat
mengurangi NPB dengan kombinasi gerakan fleksi (kedepan). William Flexion
Exercise dirancang untuk mengurangi nyeri punggung dengan memperkuat
otot-otot yang memfleksikan lumbosacral spine terutama otot abdominal dan
otot gluteus maksimus dan meregangkan kelompok otot ekstensor (Starkey &
Johnson, 2006). Suharjana (2007) menyatakan bahwa prinsip beban berlebih
pada dasarnya menekankan beban kerja yang dijalani haru melebihi
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang, karena itu latihan harus mencapai
ambang rangsang. Hal itu bertujuan supaya system fisiologis dapat
menyesuaikan dengan tuntutan fungsi yang dibutuhkan untuk meningkatkan
kemampuan.
Mini riset ini dilakukan pada 7 lansia yang mengalami nyeri punggung
yang berada di Wisma Seroja dan Wisma Sakura UPT PSTW Kasian Jember.
Terapi ini dilakukan pada pagi hari selama 3 hari berturut-turut. Hasil dari mini
riset ini yaitu terdapat pengaruh dari pemberian terapi William flexion terhadap
tingkat nyeri punggung bawah pada lansia di wisma sakura dan seroja UPT.
PSTW Kasian Jember.
Dengan dukungan pelaksanaan praktik dan mini riset di area
keperawatan gerontic yaitu lansia bersedia mengikuti intruksi, lansia bisa
bekerja sama dengan baik. Selain itu adanya dosen pembimbing sehingga
pelaksanaan asuhan keperawatan dan mini riset berjalan dengan baik.
Hambatan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan lansia ini yaitu kesulitan
untuk menyediakan air hangat untuk kompres nyeri pada Pk. Ksm dan ada
29

beberapa lansia yang menyembunyikan nyeri yang dirasakan saat dilakukan


pengkajian tentang nyeri punggung pada lansia.

I. Area Keperawatan Gawat Darurat


Tujuan setelah menyelesaikan praktik profesi area keperawatan gawat
darurat praktikan mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
kondisi gawat darurat yang mempunyai masalah aktual dan potensial yang
mengancam kehidupan baik yang terjadi secara mendadak atau tidak, kejadian
yang dapat diperkirakan maupun tidak, pada lingkungan yang dapat atau tidak
dapat dikendalikan.
Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dan dikembangkan adalah
untuk mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi dengan
menggunakan pendekatan persistem, secara holistik dan penggunaan teknologi
maju. Selain itu praktikan diharapkan memiliki kompetensi ketrampilan dalam
pengambilan keputusan kasus kegawatdaruratan dan tindakan keperawatan
baik mandiri maupun kolaborasi berdasar primary assessment dan secondary
assessment yang telah dilakukan, melaksanakan resusitasi, melakukan triase
pada kasus-kasus gawat darurat, melakukan prosedur diagnostik, melakukan
asuhan keperawatan sesuai dengan tahap-tahap proses keperawatan pada
beberapa kasus gawat darurat serta mampu menerapkan tindakan universal
precaution dan pencegahan risiko penyebaran infeksi nosokomial di rumah
sakit.
Faktor pendukung pada area ini adalah diskusi-diskusi bed side
teaching yang selalu diadakan di akhir shift oleh dokter PPDS pembimbing,
dengan mengacu pada satu kasus yang dianggap sulit oleh kelompok, dimana
kasus tersebut sebelumnya sudah disiapkan oleh ketua kelompok masing-
masing shift untuk didiskusikan. Hal ini membuat masalah yang ada selama
pelaksanaan praktik dalam satu shift dapat diselesaikan dengan baik sebelum
praktikan mengakhiri praktik pada shift tersebut.
30

Hambatan pada area ini adalah banyaknya tugas yang diberikan


dengan waktu yang sangat terbatas. Praktikan diwajibkan menjalani tugas jaga
dinas sesuai jadwal yang dibuat oleh pihak rumah sakit. Adapun tambahan
tugas yang ditetapkan oleh pihak Akademik adalah membuat resume kegiatan
harian disamping mendokumentasikan Asuhan Keperawatan pada satu kasus
trauma dan satu kasus non trauma.

J. Area Komunitas Keluarga


Fokus mata kuliah praktik profesi keperawatan keluarga adalah
memberikan layanan atau asuhan pada tiap tahapan tumbuh kembangkeluarga
meliputi: pasangan keluarga baru menikah, keluarga baru dan balita, keluarga
dengan anak usia sekolah, keluarga dengan remaja, keluarga dengan ibu hamil
dan menyusui, serta masalah keluarga terkait dengan masalah kesehatan yang
lazim di Indonesia. Pemberian asuhan keperawatan berorientasi pada isu dan
kecenderungan masalah dalam keperawatan keluarga dengan penekanan pada
upaya peningkatan kesehatan, pencegahan pelayanan kesehatan, khususnya di
pelayanan keperawatan keluarga.
Tujuan akhir setelah menyelesaikan cabang ilmu ini praktikan mampu
menerapkan konsep keluarga sejahtera dan adaptasi keluarga sesuai tahapan
tumbuh kembang keluarga dalam pelayanan atau asuhan keperawatan keluarga
dengan mengembangkan rasa percaya diri dalam melakukan asuhan
keperawatan keluarga. Praktikan diharapkan juga mampu menerapkan konsep,
teori dan prinsip ilmu perilaku, ilmu sosial, ilmu biomedik, dan ilmu
keperawatan dalam melaksanakan pelayanan dan atau asuhan keperawatan
kepada keluarga.
Melaksanakan asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan tahapan
tumbuh kembang keluarga, melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan
keluarga dari masalah sederhana sampai yang kompleks secara tuntas melalui
pendekatan proses keperawatan baik bersifat promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif sesuai batas kewenangan, tanggung jawab dan kemampuan
31

berlandaskan etika profesi keperawatan, mengelola keluarga binaan dengan


asuhan keperawatan keluarga di wilayah binaan sesuai dengan tahap
perkembangan keluarga meliputi: keluarga baru menikah, keluarga dengan
balita, keluarga dengan anak usia prasekolah, keluarga dengan anak sekolah,
keluarga dengan anak remaja, keluarga dengan anak dewasa muda, keluarga
dengan usia pertengahan, dan keluarga dengan lansia, melakukan rujukan,
kerjasama dan memfasilitasi dengan pelayanan kesehatan keluarga di wilayah
binaan jika menemukan kasus risiko tinggi di keluarga binaan serta
mendokumentasikan seluruh proses keperawatan secarasistematis dan
manfaatnya dalam upaya meningkatkan kualitas.
Kompetensi asuhan keperawatan komunitas dan keluarga dapat
berjalan dengan baik tetapi pelaporannya menjadi kurang sistematis. Alternatif
pemecahan masalahnya adalah meningkatkan solidaritas anggota kelompok
dengan pembagian tugas yang jelas. Tetapi solusi ini juga tidak banyak
membantu karena jumlah kelompok yang terlalu sedikit.
Faktor pendukung pada area keperawatan komunitas dan keluarga
adalah kebijakan dari pihak Kepala Puskesmas Puger dan petugas kesehatan
penanggung jawab wilayah yang menempatkan praktik komunitas ini di Desa
Puger Kulon, Desa Puger Kulon merupakan wilayah yang mudah dijangkau.
Kerja sama dengan staff desa, tokoh masyarakat, tokoh agama yang ada dan
penduduk yang ramah mau menerima kehadiran praktikan.
Hambatan yang dialami praktikan saat melaksanakan proses asuhan
keperawatan komunitas yaitu menghadikan tokoh masyarakat dan masyrakat
yang telah diundang untuk menghadiri acara yang diselenggarakan oleh
praktikan untuk memecahkan masalah yang ada di Desa Puger Kulon. Kendala
untuk melaksanakan desiminasi akhir, praktikan kesulitan untuk menentukan
waktu mermusyawarah dnegan warga dikarenakan bertepatan dengan bulan
Ramadhon.
Faktor pendukung pada area keperawatan komunitas adalah
kooperatifnya petugas-petugas desa yang selalu membantu praktikan bila
32

mendapatkan kesulitan misalnya dalam kelengkapan data dan selalu


memberikan masukan serta saran dalam setiap kesulitan yang dihadapi
praktikan.
K. Area Pratika Senior
Penerapan program inovasi pada area praktika senior merupakan area
terakhir dari pelaksanaan praktik profesi ners, pada area ini semua kompetensi
dapat dilaksanakan dengan baik, program inovasi ini juga banyak memberikan
pelajaran yang berharga sehingga praktikan dapat belajar bagaimana menjadi
seorang innovator diruang keperawatan.
Komptensi yang harus praktikan selesaikan yaitu kompetensi
kelompok dan individu. Pelaksanaan kompetensi kelompok dilakukan secara
bersamaan dengan diawali analisis dari Ruang Mawar Rumah Sakit Paru
Jembe. Saat dilakukan analisis situasi dan dilakukan juga analisa SWOT
(Strength Weakness Opportunity Treatened), hasil analisa yang telah dilakukan
didapatkan permasalahan kurang optimalnya pendidikan kesehatan terhadap
klien dan keluargaserta kurang optimalnya penggunaan media edukasi saat
memberikan pendidikan kesehatan. Judul permasalahan untuk dilakukan
inovasi kelompok yaitu optimalisasi peran perawat educator dengan
pemanfaatan media edukasi di Ruang Mawar RS Paru Jember.
Pelaksanaan role play dilaksanakan dengan membuat jadual untuk
praktikan memberikan pendidikan kesehatan berdasarkan lima materi edukasi
yang sesuai dengan Ruang Mawa, pelaksanaan role play edukasi dilaksanakan
dengan mengoptimalkan penggunaan media edukasi leaflet dan flip chart.
Sebagai grand kegiatan kelompok untuk menunjang pemecahan masalah
kelompok mengadakan seminar satu hari dengan judul seminar Upaya
Peningkatan Mutu Pelayanan Keperawatan Melalui Optimalisasi Program
PKMRS yang dilaksanakan pada tanggal 09 September 2017 dengan
mendatangkan pakar PKMRS. Hambatan yang dialami oleh kelompok
pembuatan sertikat seminar yang membutuhkan waktu lama dan juga data-data
yang lengkap sebagai persyaratan penerbitan sertifikat.
33

Selain melakukan program inovasi kelompok praktikan juga telah


melakukan asuhan keperawatanindividu pada 3 pasien dengan diagnosa medis
dan prioritas diagnosis keperawatan yang sama. Kasus yang sudah diambil oleh
praktikan adalah Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah
Keperawatan Nyeri Akut pada Kasus TB Paru yang telah dilakukan pada
tanggal 09 Agustus sampai dengan 26 Agustus 2017. intervensi keperawatan
sebagai program inovasi tugas individu yaitu memberikan terapi relaksasi
benson untuk mengurangi intensitas rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien TB
Paru.
Hambatan yang dialami praktikan saat menerapkan tindakan inovasi
pada ketiga pasien yaitu waktu rawat yang terlalu singkat, ruang yang kurang
sesuai dengan kriteria relaksasi benson. Faktor yang mendukung adalah
keluarga klien dan klien yang kooperatif dan juga bantuan staf perawat di
Ruang Mawar RS Paru Jember.

Anda mungkin juga menyukai