Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TRAUMA HEALING

MATA KULIAH MANAJEMEN BENCANA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7

ANGELIKA MAYA W (P07120217006)

ANISA (P07120217007)

RIZKA CINDY A P (P07120217033)

TITIK FAJRIATI N K (P07120217036)

YUNITA RAGIL A (P07120217040)

JURUSAN KEPERAWATAN SEMESTER IV

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN

Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah yang telah
kami buat adalah sah dan hasil diskusi yang kami kerjakan dengan sebaik-baiknya.
Dengan ini kami kelompok I dari kelas DIV Keperawatan semester IV menyerahkan
makalah ini pada :

Hari/ tanggal : Senin, 4 Maret 2019

Tempat : Kampus Terpadu Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Oleh : 1. Angelika Maya W (P07120217006)


2. Anisa (P07120217007)
3. Rizka Cindy A P (P07120217033)
4. Titik Fajriati N K (P07120217038)
5. Yunita Ragil A (P07120217040)

Yogyakarta, 4 Maret 2019

Mengetahui dan menyetujui,


Pembimbing

Rokhib Aryadi, S.ST, M.Tr.Kep


NIP. 196705151989031005
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas dari Bapak Maryana, S.Psi.,
S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen Koordinator dari Mata Kuliah Manajemen Bencana.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapatkan banyak bantuan, bimbingan,
dan saran serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta, Bapak Joko
Susilo, SKM., M.Kes.
2. Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Yogyakarta, Bapak Bondan Palestin, SKM., M.Kep., Sp.Kom.
3. Ketua Program Studi DIV Keperawatan Politeknik Kementerian Kesehatan
Yogyakarta, Bapak Maryana, S.Psi., S.Kep., Ns., M.Kep.
4. Dosen Koordinator Mata Kuliah Manajemen Bencana, Bapak Maryana, S.Psi.,
S.Kep., Ns., M.Kep.
5. Dosen Mata Kuliah Manajemen Bencana, Bapak Rokhib
6. Teman-teman Kelas DIV Keperawatan.
Harapan penulis semoga makalah dengan judul “Trauma Healing” ini dapat
memberikan informasi dan menjadi acuan, petunjuk, dan pedoman kepada para
pembaca.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini, sehingga ke depannya menjadi lebih
baik.

Yogyakarta, 5 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………….................. 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan Makalah ……………………………………….................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. TINJUAN PUSTAKA
1. Definisi Trauma Healing ……….............................................................. 7
2. Penggolongan Trauma Healing……………............................................. 10
3. Manfaat Trauma Heealing ………………................................................ 12
4. Penatalaksanaan Trauma Heealing……………….................................... 13
5. Teknik Trauma Heealing ………………...................................................15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………..................... 19
B. Saran ……………………………………………………………................... 19

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….. 20
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Negara Indonesia berada di garis khatulistiwa pada posisi silang antara
dua benua dan dua samudera, berada dalam wilayah yang memiliki kondisi
geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang rawan terhadap terjadinya
bencana dengan frekuensi yang cukup tinggi. Indonesia terletak di atas lempeng
benua yang di jejeri deretan gunung api yang sangat aktif yang di sebut dengan
ring of fire (lingkaran api). Kondisi alam yang rentan terhadap berbagai bencana
ini tidak dapat di hindari, namun dapat di minimalisir dari dampak buruk yang
akan di timbulkannya. Kejadian Tsunami di Aceh pada tanggal 26 Desember
2004 yang memakan banyak korban yaitu lebih dari 200.000 orang dan bencana
gempa tektonik yang terjadi di Yogyakarta pada tahun 2006 yang menimbulkan
korban 6.234, cukup menjadi bahan introspeksi diri dalam penataan manajemen
bencana. Idham dalam Lesson from Aceh an Jogya : Towards Better Disaster
Management, Partnership for Goverment Reform mengatakan "Aceh and Yogya
cases make us aware that in disaster it is needed to make every effort to put
first, to assist, and protect the weak"
Bencana alam yang terjadi cukup besar biasanya akan menghilangkan
banyak harta benda, nyawa serta korban luka fisik maupun psikologis. Korban
bencana tersebut perlu mendapatkan perlakuan yang cepat untuk keamanan
mereka. Pada Undang-undang RI No. 24 Tahun 2007 Pasal 26 menjelaskan
bahwa setiap orang berhak mendapatkan perlindungan sosial dan rasa aman,
khususnya bagi kelompok masyarakat rentan bencana. Korban bencana bisa
berasal dari kalangan anak-anak, remaja, orang dewasa, atau lanjut usia.
Seperti yang telah disebutkan dalam Pasal 26 bahwa prioritas dalam
penyelamatan korban bencana adalah kelompok yang di kategorikan rentan,
misalnya anak-anak, orang tua, cacat, pasien, rumah sakit, dan kaum lemah
lainnya. Terutama anak-anak sebagai penerus bangsa harus lebih di dahulukan
karena lebih mudah mengalami gangguan psikologis. Sifat kepolosan dan reaksi
kaget yang secara spontan cenderung mengakibatkan trauma setelah mereka
terkena bencana.
Anak yang mengalami gangguan mental emosional dan kecemasan yang
berat pelu penanganan secara khusus oleh tenaga yang memiliki keahlian
khusus misalnya psikolog pekerja sosial. Oleh karena itu, apabila anak
mendapatkan penanganan yang salah dapat menyebabkan trauma semakin
dalam dan sulit untuk disembuhkan. Hal ini sangan memprihatinkan dan dapat
di mengganggu keberlangsungan hidup mereka selanjutnya. Seperti halnya
anak-anak korban gempa di Aceh pada tahun 2004, mereka mengalami
traumatik ekstrem. Anak-anak umumnya belum memiliki kemampuan
memadai untuk mengatasi penderaan fisikal dan emosional menerpa mereka
Salah satu penanganan bencana yaitu menggunakan metode trauma
healing Biasanya metode ini di lakukan dengan pendekatan psikologis yang
akan mendukung peningkatan kesejahteraan dan kemandirian. Di dunia ini ada
banyak alat yang dapat mendeteksi akan tanda-tanda datangnya suatu bencana
alam. Begitupun setelah bencana selesai, ada banyak mesin dan bahan-bahan
yang dapat membangun kembali gedung serta rumah-rumah yang rusak, akan
tetapi di dunia ini tidak ada alat atau pun mesin yang dapat menyembuhkan
trauma di hati, karena hati akan sembuh apabila di dekati lagi oleh hati, yaitu
manusia sebagai makhluk yang memiliki hati.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksut trauma healing?
b. Apa saja penggolongan dari trauma healing?
c. Apa saja manfaat trauma healing?
d. Bagaimana pelaksanaan trauma healing?
e. Apa saja teknik-teknik trauma healing?
f. Bagaimana proses penyembuhan trauma healing?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian dari trauma healing
b. Untuk mengetahui penggolongan dari trauma healing
c. Untuk mengetahui manfaat dari trauma healing
d. Untuk mengetahui pelaksanaan dari trauma healing
e. Untuk mengetahui teknik-teknik dari trauma healing
f. Untuk mengetahui proses-proses dari penyembuhan trauma healing
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Trauma Healing

1. Trauma
Pada Kamus Psikologi dijelaskan bahwa trauma merupakan setiap luka,
sakit atau shock yang sering kali berupa fisik atau struktural maupun juga
mental dala bentuk shock emosi yang menghasilkan gangguan lebih kurang
tentang ketahanan fungsi-fungsi mental. Trauma terjadai karena tidak adanya
kesiapan dalam menghadapi suatu peristiwa. Oleh karena itu, anak-anak yang
mengalami trauma perlu mendapatkan pertolongan yang segera.
Ciri-ciri kejadian traumatis:
1. Terjadi secara tiba-tiba
2. Mengerikan, menimbulkan perasaan takut yang sangat
3. Mengancam keutuhan fisik maupun mental
4. Dapat menimbulkan dampak fisik, pikiran, perasaan dan perilaku yang
membekas bagi merka yang mengalami atau hanya sekedar menyaksikan
Tabel

(Gejala anak trauma)

Usia Akibat normal Reaksi ketika sedang Perlu ditangani


stress oleh tenaga
kesehatan

Usia anak 1- Menghisap jempol, Menangis tidak Keinginan


5 tahun mengompol, kurang terkontrol menyendiri secara
dapat mengontrol diri berlebihan

Tidak mengenal waktu. Gemetar karena Tidaka da respon


Ingin menunjukan ketakutan, tidak bisa terhadap perhatian
kemandirian bergerak khusus

Takut gelap atau Berlari ketakutan tanpa


binatang, sehingga
merasa terterot di malam arah
hari

Tidak mau lepas dari Terlalu ketakutan dan


pegangan orang tua. tidak mau ditinggalkan
sendiri

Rasa ingin tahu, Perilaku regresif


ekspoloratif (kembali menghisap
jari atau mengompol
lagi)

Tidak dapat menahan Amat sensitif dengan


kencing atau buang air cuaca dan suara
besar

Kesulitan berbicara Bingung, panic

Perbahan selera makan Sulit makan

Anak-anak Rasa gelisah, ketakutan PErilaku regresif yang


5-11 tahun jelas terlihat (menjadi
lebih kekanak-
kanakan)

Mengeluh Gangguan tidur

Senang menemel kepada Ketakuatan akan cuaca


orang tua atau yang
dianggap dekat

Pertanyaan yang agesif Pusing, mual, timbul


masalah penglihatan
dan pendengaran

Berkompetisi dengan Ketakutan yang tidak


sebayanaya atau beralasan
saudaranya ketakutan
yang untuk mencari
perhatian orang tua atau
guru

Menghindar atau melas Menolak untuk masuk


ke sekolah sekolah, tidak bisa
konsesntrasi, dan
senang bekelahi

Mimpi buruk dan takut Tidak dapat


gelap beraktivitas dengan
baik

Menyendiri dari kawan-


kawan

Hilang minat atau


konsentrasi ke sekolah

Remaja Gangguan tidur Menahan diri, Disorienasi, dan


awal 11-14 menyendiri lupa terhadap
tahun sesuatu

Tidak ada nafsu makan Ekspresi, kesedihan Depresi berat dan


dan membayangkan tidak mau ketemu
bunuh diri orang

Menjadi pemberontak di Perilaku agresif Memmakai obat-


rumah atau tidak mau obat terlarang
mengerjakan tugasnya

Permasalahan keshatan Depresi Tidak bisa


(kulit, buang air besar, merawat dirinya
pegal-pegal, pusiang) (makan, minum,
mandi)
2. Trauma Healing

Healing secara bahasa memiliki arti penyembuhan. Jadi trauma healing


adalah suatu metode penyembuhan gangguan psikologis yang dialami oleh
seseorang karena lemahnya ketahanan fungsi-fungsi mental.

B. Penggolongan Trauma Healing

1. Trauma ringan
Trauma ringan adalah trauma akibat suatu kejadian yang menggangu
kejiwaan seseorang yang mudah disembuhkan. Trauma ini biasanya akibat
beberapa kejadian :
a. Kecelakaan kendaraan bermotor yang menyebabkan luka ringan
b. akibat ucapan atau perbuatan seseorang berupa penghinaan
2. Trauma Sedang
Trauma sedang adalah trauma akibat suatu kejadian yang mengganggu
kejiwaan seseorang yang dapat mengubah perilaku seseorang dalam jangka
waktu tertentu. Penyebab Trauma ini antara lain :
a. Musibah atau kecelakaan yang merenggut nyawa orang-orang terdekat
korban
b. Perbuatan seeseorang yang menghilangkan nyawa anggota keluarga.
3. Trauma Berat
Trauma Berat adalah Trauma akibat suatu kejadian yang menggangu
kejiwaan seseorang yang terjadi berkepanjangan. Biasanya trauma ini sulit
disembuhkan dan memakan waktu yang cukup panjang untuk
penyembuhannya. Penyebab Trauma ini antara lain :
a. Musibah atau kecelakaan yang merenggut nyawa orang yang sangat di cintai.
b. Intimidasi yang terstruktur dan -berkepanjangan
c. Merasa bersalah yang berlebihan

C. Manfaat Trauma Healing

Kegiatan trauma healing mempunyai banyak manfaat bagi masyarat yang


menjalani trauma healing ini. Berikut ini merupakan manfaat dari trauma healing :
1. Menghilangkan beban di pikiran
2. Membuat bahagia
3. Menjadi pribadi yang lebih ikhlas
4. Menjadi semangat kembali
5. Membuat hati tenang dan tentram
6. Lebih peka untuk menyikapi keadaan yang ada

D. Pelaksanan Trauma Healing

1. Lakukan pemisahan berdasarkan usia


Anak-anak : Usia 0 – 12 Tahun
Remaja : Usia 13 – 18 Tahun
Dewasa : Usia 19 – 60 Tahun
Lansia : Usia 60 tahun keatas
2. Tentukan prioritas usia mana yang aklan ditangani.
3. Menentukan waktu, peserta, jenis kegiatan trauma healing disesuaikan dengan
karakterristik dan kearifan lokal
4. Menentukan personil lapangan tim trauma healing meliputi penanggung jawab
kegiatan, pemateri, koordinator kegiatan, dll.
5. Buat Rundown Acara dan penanggung jawab per acara
6. Buat form notulen acara
7. Buat dokumentasi kegiatan : audio dan video
8. Membuat laporan kegiatan

E. Teknik-Teknik Trauma Healing

Trauma healing diberikan pada tingkatan bantuan darurat yaitu pemenuhan


keselamatan diri dari stress yang dialami akibat bencana dasyat yang menghampiri
individu. Pemulihan dari suatu trauma membutuhkan waktu lama atau tidaknya
proses trauma healing tergantung dari individu itu sendiri. Dalam Buku Panduan
Program Psikososial Pasca Bancana ada empat teknik yang bisa dilakukan untuk
mengatasi trauma yang dialami anak-anak diantaranya adalah:

1. Teknik Relaksasi Untuk Anak


Teknik ini dapat membantu anak-anak menjadi relaks dan nyaman dengan
tubuh dan jiwa mereka. Teknik ini bisa dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
a. Sensor Tubuh
Suatu upaya untuk mendorong mereka menyadari bagian dari
tubuhnya dan memberikan sugesti yang baik bahwa tubuh mereka itu sehat
dan kuat. Hal ini membiasakan anak-anak untuk dapat mengendalikan
tubuhnya sehingga mental mereka menjadi kuat.
b. Menghirup Bunga
Teknik ini bertujuan menstimulasi anak untuk menghirup oksigen dan
nitrogen monoksida yang dibutuhkan oleh tubuh, dapat menenangkan
pikiran dan jiwa. Kegiatannya berupa mengajak anak-anak untuk
menyebutkan nama bunga yang harum kemudian mengimajinasikan
bentuk, warna, dan harumnya.
c. Penghakau Singa
Teknik ini memiliki tujuan untuk mengeluarkan emosi dan berteriak
sekencang-kencangnya atas perasaan mreka yang terpendam, melalui
cerita singa yang mengganggu desa mereka. Cerita singa ini bisa dibuat
sendiri oleh relawan.
d. Mengeluarkan Racun
Teknik mengeluarkan racun bisa dilakukan dengan cara menghirup
nafas dan mengeluarkan nafas sambil membayangkan sebuah udara hitam
yang harus mereka keluarkan dari dalam tubuh mereka.
e. Doa dan Sholawat
Mengajak anak-anak untuk berdoa dan bersholawat bersama sambil
memegang dada.
f. Menyanyikan Lagu
Ajak anak-anak untuk berbaring dan memejamkan mata lalu
menyanyikan meraka lagu lemut sebagai penghantar tidur.
g. Membentuk Benda
Teknik ini merupakan modifikasi dari progressiv muscle untuk
menstimulasi batang otak agar kembali memiliki kontrol terhadap otot-otot
tubuh. Dilakukan dengan cara mengajak anak-anak bergerak kemudian
berjalan pelan dan membayangkan menjadi benda sesuai dengan sifat
benda tersebut.
h. Tempat Rahasia
Tempat rahasia adalah teknik meminta anak-anak untuk
menggambarkan sebuah tempat lewat selembar kertas dan pensil,
kemudian cobalah mengajak mereka untuk menceritakan tempat tersebut.
Setelah itu beri tahu mereka bahwa kita akan mengajak mereka melalui
sebuah imajinasi.
i. Gua Bertingkat
Sama seperti yang sebelumnya, coba ajak anak-anak untuk melakukan
perjalanan ke sebuah gua bertingkat tiga sambil meminta mereka untuk
melakukan beberapa gerakan sebelum sampai ke tempat tujuan. Gerakant
tersebut bisa berupa melompat, menghirup nafas, melirik, mengangkat
batu, menginjak, dan lain sebaginya sampai akhirnya mereka sampai di gua
tingkat tiga.
j. Imajinasi Dengan Awan
Ajak anak-anak untuk pergi ke rungan terbuka sambil tiduran sambil
melihat awan di langit. Setelh itu suruhlah mereka untuk menebak bentuk
awan mana yang mirip dengan kuda, boneka salju atau benda-benda
lainnya.
2. Teknik Mengekspresikan Emosi untuk Anak
a. Melepas balon imajiner
Tanyakan pada anak-anak mengenai emosi negatif yang mereka miliki,
lalu mintalah anak-anak untuk membayangkan sebuah balon kemudian
meniupnya dan memasukan emosi negatif tersebut ke dalam balon.
Balonpun dengan ikhlas diterbangkan ke langit bersama dengan emosi
negatif yang selama ini terpendam.
b. Menyimpan emosi
Teknik menyimpan emosi ini memerlukan sebuh kardus atau kaleng
bekas, pensil, dan kertas. Mintalah pada anak-anak untuk menuliskan
emosi negatif yang mereka rasakan kemudian buang bersama emosi
negatif itu ke dalam kardus atau keleng yang sudah disediakan.
c. Mengatasi flashback
Jika anak-anak mengalami flashback (misalnya tangan berkeringat,
tiba-tiba sakit kepala, mulut terasa kering, tempo nafas lebih cepat, panik)
saat mendengar sesuatu yang mengingatkan mereka akan kejadian yang
traumatik, itu tandanya sedang mengalami gejala stres selepas trauma
(GSST). Anak kehilangan orientasi waktu, yang perlu dilaukan adalah:
gunakan kesadaran akan perbedaan waktu. Lakukan dan katakan: nama
saya (sebutkan nama), saat ini saya sedang mengalami gejala trauma.
Injakan kaki anda secara bergantian ke tanah (ini akan memberikan
perasaan anak masih memiliki kekuatan mengontrol badan). Sekarang
tanggal (sebutkan tanggal) saya ada di (sebutkan nama tempat), saya
sedang melakukan (sebutkan nama kegiatan). Tarik nafas dalam dan
hembuskan perlahan-lahan beberapa kali hingga pola nafas normal
kembali.
3. Teknik Rekreasional
Pada dasarnya kegiatan rekreasional adalah segala aktivitas yang
menyenangkan dan mampu mengembangkan aspek fisik, pikiran, sosial, dan
emosional anak sehingga meningkatkan resiliensi mereka. Tidak semua
kegitan rekreasional dapat disebut sebagai kegiatan dukuangan psikososial.
Hanya kegiatan yang memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan psikososial
anak yang dapat disebut sebagai kegiatan psikososial.
a. Kegiatan seni
Kegitan seni dapat menjadi alat komunikasi untuk mengespresikan
pikiran dan perasaan. Kegiaan ini bisa berupa menggambar, bermain
musik, melukis, dan bernyanyi.
b. Pertunjukan drama dan boneka
Drama sangat baik untuk melatih kerja sama, mengespresikan
perasaan, dan belajar dari sebuah pengalaman. Drama cocock dilakuakan
untuk anak usia 5-18 tahun. Sedangkan pertunukan boneka cocok untuk
anak usia dibawah 9 tahun.
c. Bermain dan permainan
Kegiatan bermain bebas dapat meningkatkan kemempuan ekspresi diri
anak. Permainan berstruktur yaitu permainan yang memiliki tujuan,
metode dan aturan yang dapat mengajarkan nilai-nilai tertentu seperti
berbagi dan kerja sama. Karena bentuknya yang terstruktur, maka bisa
dilakukan prsiapan sehingga dalam pelaksanaannya lebih tertip dan teratur.
d. Menyampaikan, membaca, mendengarkan, dan menulis cerita
Baik mendengar atau menyampaikan cerita dapat melatih anak untuk
belajar berempati, mendengarkan dan menghargai orang lain. Isi cerita
mengajarkan nilai-nilai moral dan bagaimana menghadapai masalah.
e. Olahraga
Olahraga memberikan kesegaran dan menyalurkan energi anak dengan
cara yang positf. Olahraga melatih kemampuan bergerak dan
meningkatkan kekuatan otot.
4. Teknik Ekspresif
a. Teknik menulis
Menulis memiliki kekuatan katartif (pelepasan emosi). Dengan tulisan,
seseorang akan dapat menenangkan pikirannya, melepaskan ketegangan,
menguraikan kebingungan, dan membuka alur baru dalam hidupnya.
Teknik menulis tepat untuk anak usia 10 tahun hingga remaja akhir (19
tahun) bahkan bisa juga untuk orang dewasa.
b. Teknik menggambar
1) Menggambar bebas
Mintalah mereka untuk menggambar sesuatu hal yang ada dipikiran
mereka, dengan begitu konselor, relawan, atau psikolog dapat
mengetahui apa yang anak tersebut sedang pikirkan.
2) Menggambar kejadian traumatis
Hal ini untuk mengidentifikasi hal-hal yang membut mereka trauma,
seperti misalnya mobil ambulans.
3) Menggambar hari depan
Menggambar masa depan akan menunjukan harapan dan cita-cita
dikemudian hari, sehingga orang terdekat yang berada dengan anak
dapat mengetahui dan mengarahkan harapan akan
4) Menggambar kata
Menggambar kata adalah meminta anak untuk menggambarkan kata
yang paling mereka sukai ke dalam wujud gambar.
5) Memberi judul
Setelah semua gambar terbentuk mintalah anak untuk memeberian judul
pada setiap gambar tersebut.
6) Menggambar perasaan
Kegiatan menggambarkan perasaan bertujuan untuk
mengidentifikasikan, memberi nama dan menyatakan emosi anak-anak,
karena anak-anak terkadang sulit untuk menyebutkan ekspresi perasaan
yang dirasakan. Berikut penjabaran secara tabel.
Tabel

(Macam-macam teknik trauma healing)

No Teknik Trauma Healing Kegiatan

1. Teknik Relaksasi - Sensor tubuh

- Menghirup bunga

- Mengeluarkan racun

- Doa dan sholawat

- Menyanyikan lagu

- Membentuk Bentuk

- Tempat rahasia

- Gua bertingkat

- Imajinais dengan awan

2. Teknik mengekspresikan Emosi - Melepas balon imajiner

- Menyimpan emosi

- Mengatasi flashback

3. Teknik Rekreasional - Kegiatan seni

- Pertunjukan drama dan boneka

- Bermain dan permainan

- Menyampaikan, membanca,
mendengarkan, dan menuliskan cerita
- Olahraga

4. Teknik Ekspresif - Menulis

-Menggambar

F. Proses Penyembuhan Trauma

Proses penyembuhan trauma pasca bencana didasarkan pada dua kondisi yaitu:

a. Korban trauma memiliki teman dekat untuk dapat saling berbagi dan saling
memeberiakan semangat. Melalui kondisi ini korban truma dengan sendirinya
akan menciptakan kondisi yang aman dan nyaman dengan lingkungan sekitar.
Berbeda apabila memilih sikap untuk diam dan menarik diri.

b. Mereka tidak pernah ingin melupakan kejadian yang menyebabkan trauma.


Pengalaman bencana yang dialami dijadikan sebagai sebuah pengalaman yang
melekat dalam pikiran. Mereka menerima pengalaman yang menakutkan
tersebut sebagai referensi bagi kehidupan kedepannya.

Anak yang mengalami trauma yang kemudian diberikan trauma healing akan
melewati beberapa tahapan, diantaranya:

1) Terguncang
Pada tahapan terguncang ini, anak mengalami rasa kaget yang luar biasa.
Dimana anak harus mendengar bahkan melihat kejadian bencana tanpa
adanya pemberitahuan dan persiapan, sehingga hati dan pikiran akan akan
terguncang.
2) Menyangkal
Menyangkal adalah peristiwa tidak menerima kenyataan yang
menghampirinya. Pada tahap meyangkal biasanya akan mulai muncul
gejala-gejala trauma.
3) Marah
Setelah menyangkal, maka anak akan marah atau lebih ekstremnya lagi
anak memberontak. Anak belum bisa menerima keadaan yang terjadi.
4) Tidak berdaya
Pada tahap tidak berdaya ini anak mulai luluh dan mengerti hikmah dari
kejadian yang menimpanya. Adanya proses pengakuan dalam diri dan
kekuatan untuk dapat menerima situasi yang terjadi. Seperti kehilangan
orang tua, teman, dan saudara.
5) Penerimaan
Tahap terakhir yaitu penerimaan adalah tahapan dimana anak benar-benar
dengan lapang dada menerima, dan dapat melihat peristiwa yang
menimpanya dengan positif. Pada tahap ini gejala-gejala trauma mulai
hilang.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Trauma merupakan setiap luka, sakit atau shock yang sering kali
berupa fisik atau struktural maupun juga mental dala bentuk shock
emosi yang menghasilkan gangguan lebih kurang tentang
ketahanan fungsi-fungsi mental.

2. Penggolongan Trauma Healing adalah trauma ringan, trauma


sedaang, dan trauma berat

3. Teknik Trauma Healing yang bisa dilakukan untuk mengatasi


trauma yang dialami anak-anak diantaranya teknik relaksasi,
mengekspresikan Emosi, Teknik Rekreasional dan Teknik
Ekspresif

4. Proses penyembuhan trauma pasca bencana didasarkan pada dua


kondisi yaitu korban trauma memiliki teman dekat untuk dapat
saling berbagi dan saling memeberiakan semangat, serta Mereka
tidak pernah ingin melupakan kejadian yang menyebabkan trauma
B. Saran
1. Bagi Orang Tua perlunya menyadari pentingnya upaya trauma
healing dilakukan pada anak karena setiap tindakan orangtua akan
membekas pada anak dan akan berefek di kemudian hari.
2. Bagi Pemerintah atau Institusi perlunya dilakukan sosialisasi untuk
mengenalkan trauma healing kepada masyarakat.
3. Bagi keilmuan pentingya pengembangan metode trauma healing
yang lebih sederhana dan dapat diterapkan oleh masyarakat secara
mandiri.
DAFTAR ISI

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/pskip/article/view/2211 diakses pada 3 Maret


2019

https://puskris.psikologi.ui.ac.id/wp-content/uploads/sites/89/2017/08/Bukan-
Trauma-Healing.pdf diakses pada 3 Maret 2019

http://digilib.uin-suka.ac.id/24627/1/12250071_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-
PUSTAKA.pdf/traumahealing diakses pada 4 Maret 2019

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131411084/pengabdian/Bimbingan+bagi+Anak+yan
g+mengalami+trauma+hailing.pdf diakses pada 5 Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai