Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KOMUNIKASI

MENJELANG AJAL

DISUSUN OLEH

DIAN NOVITA (P07120217016)


FIOLITA KURIANTI(P07120217022)
TITIK FAJRIYATI NUR KHASANAH (P07120217036)

DIV KEPERAWATAN
2018

1
BAB l
PENDAHULUAN

A. Landasan Teori

Perawat adalah profesi yang difokuskan pada keperawatan individu, keluarga, dan
masyarakat sehingga mencapai atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas dari
hidup sampai mati.
Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani pasien karena peran perawat
adalah membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan
kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-spritual (APA,
1992). Karena peran perawat yang komprehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan
perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir hayatnya sesuai dengan Sabda
Rasulullah yang menyatakan bahwa amalan yang terakhir sangat menentukan, sehingga
perawat dapat bertindak sebagai fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan
yang terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya.
Dalam fase akhir kehidupannya, pasien biasanya mengalami rasa depresi yang berat,
perasaan marah dan ketidakberdayaan dan keputus asaan, dalam keadaan seperti ini, pasien
tersebut selalu berada disamping perawat. Karena peran perawat yang komprenhensif
tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien
diakhir hayatnya dan perawat juga dapat bertindak sebagai falisitator agar pasien tetap
melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya. Namun peran
spiritual ini sering sekali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting
terutama untuk pasien terminal yang di diagnosa harapan sembuhnya sangat tipis dan
mendekati sakaratul maut.
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO
yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari
pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan
terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien. Namun peran spiritual ini
sering kali diabaikan oleh perawat.Padahal aspek spiritual ini sangat penting yang
didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut. “ orang yang

2
menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisisspiritual, dan
krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu
mendapatkan perhatian khusus”. (Dadang Hawari 1977)

B. Tujuan
 Mengetahui pengertian dan jenis komunikasi
 Mengetahui prinsip dasar dan teknik komunikasi terapeutik
 Mengetahui pengertian penyaki terminal
 Mengetahui tanda-tanda klinis menjelang kematian
 Mengetahui peran perawat kepada pasien menjelang ajal

C. Metode

Data yang dikemukakan dalam makalah ini diperoleh melalui berbagai cara yaitu
dengan membaca buku-buku sumber tentang komunikasi pada kondisi khusus menjelang
ajal, jurnal-jurnal penelitian beberapa mahasiswa di internet, juga pada blog-blog tentang
komunikasi pada kondisi khusus menjelang ajal.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi atau meneruskan makna atau arti.
Komunikasi juga dapat diartikan sebagai proses penyampaian informasi, makna atau
pemahaman dari pengirim ke penerima. Dari komunikasi yang telah dilakukan
diharapkan akan menimbulkan perubahan tingkah laku atau muncul perilaku baru
sesuai dengan yang diinginkan oleh pengirim pesan atau informasi dari penerima
informasi.

Harold Koont dan CYRIL o'Donell mengemukakan pengertian komunikasi adalah


pemindahan informasi dari satu orang ke orang lain terlepas percaya atau tidak.
Tetapi informasi yang ditransfer tentulah harus dimengerti oleh penerima.

William Ablig memberikan definisi komunikasi adalah proses pengoperasian


lambang-lambang yang mengandung pengertian antara individu-individu. Menurut
Dole Yoder dkk kata communications berasal dari sumber yang sama seperti common
yang artinya bersama, bersama-sama dalam membagi ide. Apabila seseorang
berbicara, orang lainnya mendengarkan.

Komunikasi dalam teori dan praktek menurut Dr. Phill Astrid Susanto adalah proses
pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti. Human relation at work, Keth
Davis menyebutkan komunikasi adalah proses lewatnya informasi dan pengertian
seseorang ke orang lain. Oxford dictionary, 1956 menjelaskan komunikasi adalah
pengiriman atau tukar - menukar informasi ide dan sebagainya. Sedangkan Drs.
Onong Uchjana Effendy, MA menyebutkan komunikasi mencakup ekspresi wajah,
sikap dan gerak-gerik suara, kata-kata tertulis, percetakan, kereta apil, telegraf,
telepon dan lain-lain.

4
Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian dari seseorang
kepada orang lain, dengan menyertakan kode atau lambang penyampaiannya itu
sendiri melalui suatu proses.

B. Jenis Komunikasi

1. Komuikasi Verbal

Komuikasi Verbal dilakukan melalui kata-kata, bicara atau tertulis. Komunikasi


ini memerlukan fungsi fisiologis dan mekanisme kognitif yang akan
menghasilkan bicara. Meskipun yang paling memengaruhi komunikasi adalah
bahasa non verbal, kata merupakan alat yang sangat penting dalam komunikasi.

Hal yang perlu diperhatikan oleh perawat dalam berkomunikasi verbal adalah
(Leddy, 1998):
 Masalah teknik : seberapa akurat komunikasi tersebut dapat mengirimkan
simbol dari komunikasi.
 Masalah semantik : seberapa tepat simbol dalam mengirimkan pesan yang
dimaksud.
 Masalah pengaruh : seberapa efektif arti yang diterima mempengaruhi tingkah
laku.

Ellis dan Nowlis (1994) menyatakan beberapa hal yang penting dalam
berkomunikasi verbal :
a. Penggunaan bahasa
Penggunaan bahasa perlu mempertimbangkan pendidikan klien, tingkat
pengalaman dan kemahiran dalam berbahasa. Penggunaan bahasa juga
memerlukan : kejelasan, keringkasan dan kesederhanaan.

b. Kecepatan
Komunikasi verbal dengan kecepatan yang sesuai akan memberikan

5
kesempatan bagi pembaca sendiri untuk berpikir jernih tentang apa yang
diucapkan dan juga akan menyebabkan seseorang dapat menjadi pendengar
yang efektif.

c. Voice tone
Menunjukkan gaya dari ekspresi yang digunakan dalam bicara dan dapat
merubah arti dari kata. Pengaruh dari bicara dengan suara keras akan berbeda
dengan suara yang lembut/lemah.

2. Komunikasi Non Verbal

Komunikasi Non Verbal merupakan komunikasi yang tidak melibatkan bicara dan
tulisan. Sebesar 90% dari arti komunikasi berasal dari komunikasi non verbal
(Hunanker cit. leddy, 1998).

Tujuan dari komunikasi non verbal (Stuart dan Sundeen, 1995) adalah:
a. Mengekspresikan emosi
b. Mengekspresikan tingkah laku interpersonal
c. Membangun, mengembangkan dan memelihara interaksi sosial
d. Menunjukkan diri
e. Terlibat dalam ritual
f. Mendukung komunikasi verbal

Secara umum, komunikasi non verbal terdiri dari :

a) Kinesics
Kinesics merupakan komunikasi non verbal yang dilakukan melalui
pergerakan tubuh, terdiri dari:
1. Ekspresi Muka
2. Gesture (gerak, isyarat, sikap)
3. Gerakan tubuh dan postur

6
4. Gerak mata atau kontak mata

b) Paralanguage
Paralanguage menunjukkan pada bahasa itu sendiri. Vocal dapat membedakan
emosi yang dirasakan satu orang dengan orang lain.
Beberapa komponen paralanguage :
1. Kualitas suara : irama, volume, kejernihan
2. Vocal tanpa bahasa : suara tanpa adanya struktur linguistik, misalnya sedu
sedan, tertawa, mendengkur, mengerang, merintih, hembusan nafas, nafas
panjang.

c) Proxemics
Proxemics adalah ilmu yang mempelajari tentang jarak hubungan dalam
interaksi sosial. 4 jarak interaksi (Hall. Cit. linberg, 1998)
1. Jarak intim (sampai dengan 18 inchi)
2. Jarak personal (18 inchi 4 kaki) untuk interaksi mengenai suatu urusan
tetapi bukan orang khusus/tertentu.
3. Jarak publik (lebih dari 12 kaki) untuk pembicaraaan formal.

d) Sentuhan
Sentuhan merupakan alat komunikasi yang sangat kuat, dapat menimbulkan
reaksi positif dan negatif tergantung dari orang yang terlibat dan lingkungan
disekeliling interaksi tersebut. Sentuhan penting dilakukan pada situasi
emosional. Sentuhan dapat menunjukkan arti "saya peduli".

Sentuhan dapat dikategorikan menurut pesan yang dikomunikasikan (Knap,


cit. Townsend , 1993) :
1. Fungsional professional
2. Sosial sopan
3. Sahabat hangat
4. Cinta arousal

7
e) Cultural Artifact
Artifact adalah hal-hal yang ada dalam interaksi seseorang dengan orang
lain yang mungkin bertindak sebagai rangsangan non verbal, misalnya : baju,
kosmetik, parfum/bau badan, perhiasan, kacamata,dll.

f) Gaya berjalan
Beberapa gaya berjalan menunjukkan pesan tertentu, antara lain: cara
berjalan yang bersemangat dan gembira akan menunjukkan seseorang
terseebut dalam keadaan sehat.

f) Penampilan Fisik Umum


Kulit kering, berkerut akan mengkomunikasikan bahwa orang tersebut
sedang mengalami kekurangan/dehidrasi; pola nafas cepat menunjukkan
seseorang sedang merasa cemas.

C. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik


Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun dan
mempertahankan hubungan yang terapeutik.
1. Hubungan perawat dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan. Hubungan ini didasarkan pada prinsip "humanity of nurse and
clients". Kualitas hubungan perawat-klien ditentukan oleh bagaimana perawat
mendefinisikan dirinya sebagai manusia (human). Hubungan perawat dengan klien
tidak hanya sekedar hubungan seorang penolong dengan kliennya tapi lebih dari
itu, yaitu hubungan antar manusia yang bermartabat (Dult-Battery, 2004).
2. Perawat harus menghargai keunikan klien. Tiap individu mempunyai karakter yang
berbeda-beda. Karena itu perawat perlu memahami perasaan dan perilaku klien
dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap
individu.
3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi
maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga

8
dirinya dan harga diri klien.
4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust) harus
dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif
pemecahan masalah (Stuart, G.W., 1998). Hubungan saling percaya antara perawat
dan klien adalah kunci dari komunikasi terapeutik.

D. Teknik Komunikasi Terapeutik


Ada dua persyaratan dasar untuk komunikasi yang efektif (Stuart dan Sundeen, 1998)
yaitu :
1. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan.
2. Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan lebih dahulu
sebelum memberikan saran, informasi maupun masukan.

Stuart dan Sundeen, (1998) mengidentifikasi teknik komunikasi terapeutik sebagai


berikut :
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Dalam hal ini perawat berusaha mengerti klien dengan cara mendengarkan apa
yang disampaikan klien. Dengan mendengar perawat mengetahui perasaan klien.
Beri kesempatan lebih banyak pada klien untuk berbicara. Perawat harus menjadi
pendengar yang aktif.
Ketrampilan mendengarkan penuh perhatian adalah dengan:
a. Pandang klien ketika sedang bicara
b. Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan
c. Sikap tubuh yang menunjukan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau
tangan
d. Hindarkan gerakan yang tidak perlu
e. Angkat kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan
balik
f. Condongkan tubuh kearah lawan bicara (pasien).

9
2. Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui, menerima berarti bersedia untuk
mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.

3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan


Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik
mengenai apa yang disampaikan oleh klien.

Teknik berikut sering digunakan pada tahap orientasi:

a. Pertanyaan fasilitatif (fasilitatif question)

Pertanyaan fasilitatif (facilitative question) terjadi jika pada saat bertanya


perawat sensitive terhadap pikiran dan perasaan serta secara langsung
berhubungan dengan masalah klien, sedangkan pertanyaan non fasilitatif (non
facilitative question) adalah pertanyaan yang tidak efektif karena memberikan
pertanyaan yang tidak fokus pada masalah atau pembicaraan, bersifat
mengancam, dan tampak kurang pengertian terhadap klien Gerald, D dalam
Suryani,(2005).

b. Pertanyaan terbuka atau tertutup

Pertanyaan terbuka (open question) digunakan apabila perawat


membutuhkan jawaban yang banyak dari klien. Dengan pertanyaan terbuka,
perawat mampu mendorong klien mengekspresikan dirinya Antai-
Otongdalam Suryani, (2005).

Pertanyaan tertutup (closed question) digunakan ketika perawat membutuhkan


jawaban yang singkat.

4. Mengulangi ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri


Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, perawat memberikan umpan balik
bahwa perawat mengerti pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan.

10
5. Mengklasifikasi
Klasifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam kata-kata ide
atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien. Dilakukan bila perawat ragu,
tidak jelas, tidak mendengar atau klien malu mengemukakan informasi, informasi
yang diperoleh tidak lengkap atau mengemukakannya berpindah-pindah.

6. Memfokuskan
Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan
menjadi lebih spesifik dan dimengerti.

7. Menyatakan hasil observasi


Dalam hal ini perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh isyarat non
verbal klien.

8. Menawarkan informasi
Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan kesehatan
untuk klien yang bertujuan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan.

9. Diam
Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk
mengorganisir. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi dengan dirinya
sendiri, mengorganisir pikiran dan memproses informasi.

10. Meringkas
Meringkas pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat.

11. Memberi penghargaan


Penghargaan janganlah sampai menjadi beban untuk klien dalam arti jangan
sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi untuk mendapatkan
pujian dan persetujuan atas perbuatannya.

11
12. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan
Memberi kesempatan kepada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik
pembicaraan.

13. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan


Teknik ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengarahkan hampir
seluruh pembicaraan.

14. Menempatkan kejadian secara berututan


Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu perawat dan klien untuk
melihatnya dalam suatu perspektif.

15. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menguraikan persepsinya


Apabila perawat ingin mengerti klien, maka perawat harus melihat segala
sesuatunya dari perspektif klien.

16. Refleksi
Refleksi memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan dan
menerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.

17. Mengubah Cara Pandang (reframing)


Teknik ini digunakan untuk memberikan cara pandang lain sehingga klien tidak
melihat sesuatu atau masalah dari aspek negatifnya saja Gerald,D dalam Suryani,
(2005 ) sehingga memungkinkan klien untuk membuat perencanaan yang lebih
baik dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.

18. Eksplorasi

Teknik ini bertujuan untuk mencari atau menggali lebih dalam masalah yang
dialami klien, Antai-Otong dalam suryani, (2005) supaya masalah tersebut bias
diatasi. Teknik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran
yang detail tentang masalah yang dialami klien.

12
19. Identifikasi tema

Perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan harus mampu
menangkap tema dari seluruh pembicaraan tersebut. Gunanya untuk meningkatkan
pengertian dan menggali masalah penting. (Stuart dan Sundeen, dalam Suryani,
2005).teknik ini sangat bermanfaat pada tahap awal kerja untuk memfokuskan
pembicaraan pada awal masalah yang benar-benar dirasakan klien.

20. Humor

Humor merangsang produksi catecholamine dan hormone yang menimbulkan


perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas,
memfasilitasi relaksasi pernafasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa
takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi
dengan klien.

21. Memberikan Pujian

Pujian berguna untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku klien
Gerald, D dalam Suryani, (2005). Reinforcement bias diungkapkan dengan
kata-kata ataupun melalui inyarat nonverbal.

22. Menawarkan diri

Bukan tidak mungkin bahwa klien belum siap untuk berkomunikasi secara verbal
dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti.
Perawat menyediakan diri tanpa renpons bersyarat atau respons yang diharapkan.

23. Asertif

Asertif adalah kemampuan dengan cara meyakinkan dan nyaman untuk


mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai orang lain.

13
E. Pengertian Penyakit Terminal
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju ke arah
kematian. Contohnya seperti penyakit jantung,dan kanker atau penyakit terminal ini
dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis
sudah give up (menyerah) dan seperti yang di katakan di atas tadi penyakit terminal
ini mengarah kearah kematian. (White,2002).

F. Lima Tahapan Menjelang Kematian


Kelima tahapan menjelang kematian itu bukanlah suatu proses kronologis yang
progresif karena bisa terjadi kasus “overlapping” (berada di dua tahap sekaligus) atau
“progresi dan regresi” (maju dan mundur) atau stagnasi (jalan di tempat). Namun bila
dirawat dan dipersiapkan dengan baik, pasien bisa mengarungi kelimanya hingga
akhirnya menghembuskan nafasnya dengan tenang (acceptance). Kelima tahapan
menjelang kematian tersebut adalah :
1. Shock & Denial (Kaget & Penyangkalan)
Reaksi spontan pertama orang atas informasi tentang ancaman
kematiannyaadalah rasa kaget, tak percaya dan penyangkalan. Pasien lalu berusaha
untuk membuktikan kesalahan informasi medis itu dengan mencari diagnosis
alternatif atau hiburan & dukungan dari orang lain atas pendapatnya pribadi itu.
Secara psikologis, penolakan itu berfungsi sebagai benteng emosional agar pasien
tidak langsung ambruk mentalnya oleh tekanan kabar buruk atas nasibnya.
Dengan kata lain, penolakan itu memberi waktu & energi bagi pasien untuk
terus berjuang menyelamatkan hidupnya; sekurangnya, untuk tidak kehilangan
semangat hidupnya.

2. Anger (Marah)
Bila usaha mencari diagnosis alternatif dan dukungan itu gagal, dan kondisinya
makin memburuk, pasien masuk dalam tahap emosional yang kedua, yakni rasa
marah, jengkel dan iri atas nasib baik kesehatan orang lain. Dalam tahap ini,
pasien mencari - cari kesalahan orang lain. Artinya, sebetulnya pasien itu marah
dan berontak terhadap nasib malangnya sendiri, namun ia mengalihkan dan

14
melampiaskan emosi negatif itu terhadap orang lain yang berada di sekitarnya:
kepada tim medis, keluarga, kenalan dan bahkan kepada Tuhan.Bila orang yang
merawatnya bisa tetap bersikap tenang, penuh perhatian, tidak terprovokasi
untuk beradu argumentasi saling menyalahkan dan balik bersikap negatif, pasien
bisa meninggalkan sikap agresifnya ini dan beralih ke tahap selanjutnya.

3. Bargaining (Barter/Tawar-Menawar)
Dalam tahap ketiga ini pasien mulai bisa mengerti dan menerima fakta bahwa ia
akan segera mati, namun ia masih berusaha untuk menunda waktu atau
memperpanjang usia hidupnya. Permohonan perpanjangan waktu itu umumnya
diajukan kepada Tuhan yang dipercayai sebagai penguasa hidup & mati.
Permohonan semacam itu biasanya didorong oleh rasa salah atas pola hidup di
masa lalu dan rasa sesal karena belum melaksanakan rencana tertentu. Oleh
karena itu, permohonan perpanjangan usia itu biasanya dibarengi dengan
janji/sumpah tertentu. Pasien berusaha melakukan tawar-menawar dengan
Tuhan.

4. Depression (Sedih & Murung)


Bila usaha barter di atas gagal karena kondisinya ternyata tidak membaik,
pasien bisa jatuh dalam depressi. Pasien mulai bersikap pasif dan apatis: ia lebih
banyak diam, kurang kooperatif, menolak tamu atau bantuan medis, kerap
menangis meratapi nasibnya. Elisabeth Kuebler-Ross membedakan depressi
menjadi dua jenis, yakni reaktif dan preparatif. Depressi reaktif adalah rasa salah
dan sedih atas segala hal yang sudah/dan atau belum dilakukan di masa lalu. Pasien
seperti dibebani oleh pelbagai persoalan yang belum selesai dari masa lalunya.
Depressi preparatif adalah antisipasi pasien akan saat ajalnya yang makin
mendekat: ia makin sadar bahwa ia harus meninggalkan segala barang dan
orang yang ia cintai. Pasien mulai berduka dan berkabung atas resiko perpisahan
yang akan segera dialaminya.

15
5. Acceptance (Penerimaan)
Pada tahap ini, pasien mulai bisa berdamai dengan fakta kematiannya. Penerimaan
ini bukanlah berarti menyambut kematian sebagai kabar gembira melainkan
sebagai fakta yang tak terpisahkan dari hidup: pasien bisa bersikap realistik sesuai
dengan realita hidup yang memang mengandung maut, tanpa disertai rasa marah
dan depressi lagi. Bila depressi preparatif di atas adalah suatu proses perpisahan
dengan orang-orang tercinta di sekitarnya, maka tahap penerimaan adalah proses
perpisahan dengan diri sendiri. Orang yang beriman bisa melengkapi sikap
penerimaan kematian ini dengan sikap pengharapan.

Menurut Gabriel Marcel, pengharapan itu bukanlah suatu sikap kognitif, artinya
tidak disertai dengan pengetahuan yang pasti tentang apa yang akan terjadi.
Harapan adalah perasaan bahwa masa depan itu bisa mengandung
kemungkinan-baik yang tidak terpikirkan oleh kita dan tidak kita tentukan
sendiri tapi oleh yang lain, khususnya oleh Tuhan.

G. Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian

1. Kehilangan Tonus Otot, ditandai:


a. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun.
b. Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek menelan.
c. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai: nausea, muntah, perut
kembung, obstipasi, dsbg.
d. Penurunan control spinkter urinari dan rectal.
e. Gerakan tubuh yang terbatas.

2. Kelambatan dalam Sirkulasi, ditandai:


a. Kemunduran dalam tempo atau denyut nadi.
b. Cyanosis pada daerah ekstermitas.
c. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga dan hidung.

16
3. Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital
a. Nadi lambat dan lemah.
b. Tekanan darah turun.
c. Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.

4. Gangguan Sensori
a. Penglihatan kabur.
b. Gangguan penciuman dan perabaan.

Variasi-variasi tingkat kesadaran dapat dilihat sebelum kematian, kadang-kadang


klien tetap sadar sampai meninggal. Pendengaran merupakan sensori terakhir yang berfungsi sebelum
meninggal.

H. Tanda-tanda Klinis Saat Meninggal

1) Pupil mata melebar.


2) Tidak mampu untuk bergerak & Kehilangan reflek.
3) Nadi cepat dan kecil.
4) Pernafasan chyene-stoke dan ngorok.
5) Tekanan darah sangat rendah
6) Mata dapat tertutup atau agak terbuka.

I. Tanda-tanda Meninggal Secara Klinis Secara tradisional

Tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui perubahan-perubahan nadi, respirasi dan
tekanan darah. Pada tahun 1968, World Medical Assembly, menetapkan beberapa petunjuk tentang
indikasi kematian, yaitu: Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total, Tidak adanya
gerak dari otot, khususnya pernafasan, Tidak ada reflek, Gambaran mendatar pada
EKG.

17
J. Peran Perawat Kepada Pasien Saat Menjelang Ajal

1) Perawat berperan sebagai komunikator Peran sebagai komunikator dilakukan baik terhadap
pasien, keluarga, maupun terhadap dokter. Perawat berkomunikasi dengan keluarga pasien
untuk menjelaskan kondisi pasien dan memberikan dukungan emosional. Penelitian Kozier, dkk.
(2010) mengungkapkan bahwa salah satu aspek terpenting dalam menyediakan dukungan
untuk anggota keluarga dari pasien yang menjelang ajal adalah melibatkan penggunaan
komunikasi terapeutik yang dapat dilakukan dalam memfasilitasi ekspresi perasaan
mereka.

2) Perawat sebagai fasilitator Perawat memberikan waktu kunjungan yang lebih lama bagi
keluarga pasien menjelang ajal sehingga pasien dan keluarga memiliki lebih banyak kebersamaan.

3) Perawat sebagai motivator Perawat memberikan dukungan kepada keluarga pasien yang menjelang
ajal sehingga keluarga pasien dapat mengikhlaskan pasien meninggal dengan tenang.

18
ASUHAN KEPERAWATAN
TERMINAL DAN KEMATIAN (DYING AND DEATH)

PERENCANAAN

Peran klien-keluarga sangat besar perencanaan harus diperhatikan pilihan-pilihan klien dan
memebantu keluarga menerima kematian.
Dampak Sakit Terminal
Klien :
- Menderita sampai saat tiba : bantu melewati masa-masa tersebut
- Memutuskan perawatan yang akan dijalani
- Mendapat support untuk setiap keputusannya
Keluarga :
- Berpartisipasi aktif dalam perawatan
- Memperoleh support dan perhatian selama proses berduka
Tahap Dying (Kubler-Ross)
1. Mengingkar (denial and isolation)
- Menyangkal
- Merepresikan kenyetaan
- Mengisolasikan diri terhadap kenyataan
2. Marah (anger)
- Mengekspersikan kemarahan dan permusuhan
- Bersikap menyalahkan takdir
3. Tawar-menawar (bergaining)
- Tawar-menawar atau barter
- Mempunyai harapan-harapan atau keinginan
4. Depresi
- Periode grieving sebelum kematian
- Banyak menangis
- Tidak banyak bicara
5. Menerima (acceptance)

19
- Klien merasa lebih tenang dan damai
- Klien menantikan tibanya kematian dan mempersiapkan diri menghadapi kematian

PENGKAJIAN

Tanda klinis
1. Saat mendekati kematian
- Hilangnya tonus otot
- Relaksasi otot wajah
- Sulit untuk bicara
- Sulit menelan dan perlahan-lahan kehilangan efek muntah
- Penurunan aktivitas gasroi ntestinal
- Gerakan mulai menurun
Sirkulasi melemah
- Sensasi melemah
- Sianosis pada ekstremitas
- Kulit raba dingin, akral, ujung hidung, telinga
Perubahan tanda vital
- Nadi melambat dan lemah
- Penurunan tekanan darah
- Pernapasan irreguler dan melalui mulut
Kegagalan sensori
- Pandangan kabur
- Kegagalan indra penciuman dan perasa
Tingkat kesadaran bervariasi
- Waspada, mengantuk, mengorok, tidak sadar

2. Dekat kematian
- Dilatasi pupil
- Tidak bisa bergerak
- Refleks hilang

20
- Nadi naik kemudian turun
- Respirasi cheyne strokes (satu-satu)
- Mengorok atau nafas terdengar kasar
- Tekanan darah turun

3. Kematian
- Terhentinya nafas, nadi dan tekanan darah
- Hilang respon terhadap stimulus eksternal
- Pergerakan otot tidak ada
- Enchepalogram datar (garis otak) : aktivitas listrik otak terhenti yang berhak menyatakan
kematian secara legal adalah dokter

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Takut
- Proses dying = proses menuju ketakutan
- Non existence
- Apa yang terjadi setelah kematian
(Gondo dan ruark) :
- Pain = nyeri
- Body missfunction = tubuh tidak berfungsi
- Humiliation = merasa direndahkan
- Punistment = tahap ini adalah tahap hukum baginya
- Rejection = penyangkalan
- Pain
- Saat kematian
- Kesepian = merasa sendiri
- Kematian

21
2. Putus asa
- Pada klien dengan penyakit terminal dan proses dying : tidak punya harapan
- Pasif = tidak bereaksi terhadap apapun
- Menurunnya kemampuan komunikasi verbal
- Menurunnya respon terhadap stimulus
- Hilangnya inisiatif = keinginannya tidak dapat diungkapkan

PERENCANAAN

Tujuan :
1. Untuk membantu klien meninggal dengan tenang
2. Untuk mengurangi kesepian, depresi dan takut
3. Untuk menjaga rasa aman, harga diri, dan martabat
4. Mempertahankan harapan yang ada
5. Untuk membantu klien menerima kenyataan
6. Untuk memberikan rasa nyaman

IMPLEMENTASI

1. Bantu klien meninggal bermartabat dengan suport dan mengembalikan kontrol diri karena dying
dapat membuat klien lepas kontrol.
- Tempat perawatan RS atau rumah?
- Waktu kunjungan petugas kesehatan
- Jadwal aktivitas
- Waktu kunjungan

22
- Penggunaan sumber-sumber pelayanan kesehatan
2. Bantu klien mengatasi kesepian, depresi dan takut
3. Mempertahankan rasa aman, percaya diri, martabat, dan harga diri
4. Mempertahankan harapan yang dimiliki
5. Bantu klien menerima kenyataan
6. Memberikan perasaan nyaman
7. Pemenuhan kebutuhan fisiologis
- Personal hygiene = kebersihan diri
- Penanganan nyeri
- Mengurangi kesulitan respiratory
- Bantu pergerakan, nutrisi, hidrasi, dan eliminasi
- Penanganan terhadap perubahan sensori
8. Support spiritual Perawatan harus memenuhi kebutuhan spiritual klien baik langsung maupun tidak
langsung.
- Memfasilitasi kegiatan spiritual klien
- Jangan memaksa klien melakukan kegiatan spiritual

EVALUASI

1. Bebas rasa takut


2. Partisipasi dalam aktivitas-aktivitas diri sendiri
3. Secara verbal mengemukakan rasa marah, sedih, dan menderita
4. Berperan dalam program therapi
5. Mempertahankan hubungan dengan oranglain : support person

23
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Komunikasi adalah merupakan proses pertukaran informasi atau meneruskan


makna atau arti.Komunikasi dibagi mejadi dua yaitu komunikasi verbal dan non
verbal.
2. Prinsip dasar dalam komunikasi terapetik adalah perawat dapat menghargai
keunikan klien, hubungan yang saling menguntungkan, menjaga harga diri
pemberi maupun penerima pesan,dan menimbulkan hubungan saling percaaya
antara perawatan dan klien.
3. Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju ke
arah kematian
4. Tanda-tanda klinis menjelang kematian diantaranya kehilangan tonus otot,
kelambatan dalam sirkulasi, terjadi perubahan tanda-tanda vital, serta gangguan
sensoris.
5. Peran perawat kepada pasien menjelang ajal antara lain perawat sebagai
komunikator, perawat sebagai fasilitator dan perawat sebagai komunikator

B. Daftar Pustaka

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=119492&val=5466
http://journal.unpar.ac.id/index.php/ECF/article/viewFile/1996/1849
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/34273/Chapter?sequence=3
https://id.scribd.com/document/371514033/makalah-terminal-dan-menjelang-ajal

24
Suryani.2005.KOMUNIKASI TERAPEUTIK: TEORI DAN PRAKTIK.JAKARTA :
EGC
Musliha & Fatmawati.2010.KOMUNIKASI KEPERAWATAN Plus Materi
Komunikasi Teraupetik.Yogyakarta.Nuha Medika

25

Anda mungkin juga menyukai