MENJELANG AJAL
DISUSUN OLEH
DIV KEPERAWATAN
2018
1
BAB l
PENDAHULUAN
A. Landasan Teori
Perawat adalah profesi yang difokuskan pada keperawatan individu, keluarga, dan
masyarakat sehingga mencapai atau memulihkan kesehatan yang optimal dan kualitas dari
hidup sampai mati.
Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani pasien karena peran perawat
adalah membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan
kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-spritual (APA,
1992). Karena peran perawat yang komprehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan
perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien diakhir hayatnya sesuai dengan Sabda
Rasulullah yang menyatakan bahwa amalan yang terakhir sangat menentukan, sehingga
perawat dapat bertindak sebagai fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan
yang terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya.
Dalam fase akhir kehidupannya, pasien biasanya mengalami rasa depresi yang berat,
perasaan marah dan ketidakberdayaan dan keputus asaan, dalam keadaan seperti ini, pasien
tersebut selalu berada disamping perawat. Karena peran perawat yang komprenhensif
tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia mengantarkan pasien
diakhir hayatnya dan perawat juga dapat bertindak sebagai falisitator agar pasien tetap
melakukan yang terbaik seoptimal mungkin sesuai dengan kondisinya. Namun peran
spiritual ini sering sekali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek spiritual ini sangat penting
terutama untuk pasien terminal yang di diagnosa harapan sembuhnya sangat tipis dan
mendekati sakaratul maut.
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO
yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari
pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan
terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien. Namun peran spiritual ini
sering kali diabaikan oleh perawat.Padahal aspek spiritual ini sangat penting yang
didiagnose harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut. “ orang yang
2
menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisisspiritual, dan
krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu
mendapatkan perhatian khusus”. (Dadang Hawari 1977)
B. Tujuan
Mengetahui pengertian dan jenis komunikasi
Mengetahui prinsip dasar dan teknik komunikasi terapeutik
Mengetahui pengertian penyaki terminal
Mengetahui tanda-tanda klinis menjelang kematian
Mengetahui peran perawat kepada pasien menjelang ajal
C. Metode
Data yang dikemukakan dalam makalah ini diperoleh melalui berbagai cara yaitu
dengan membaca buku-buku sumber tentang komunikasi pada kondisi khusus menjelang
ajal, jurnal-jurnal penelitian beberapa mahasiswa di internet, juga pada blog-blog tentang
komunikasi pada kondisi khusus menjelang ajal.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi atau meneruskan makna atau arti.
Komunikasi juga dapat diartikan sebagai proses penyampaian informasi, makna atau
pemahaman dari pengirim ke penerima. Dari komunikasi yang telah dilakukan
diharapkan akan menimbulkan perubahan tingkah laku atau muncul perilaku baru
sesuai dengan yang diinginkan oleh pengirim pesan atau informasi dari penerima
informasi.
Komunikasi dalam teori dan praktek menurut Dr. Phill Astrid Susanto adalah proses
pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti. Human relation at work, Keth
Davis menyebutkan komunikasi adalah proses lewatnya informasi dan pengertian
seseorang ke orang lain. Oxford dictionary, 1956 menjelaskan komunikasi adalah
pengiriman atau tukar - menukar informasi ide dan sebagainya. Sedangkan Drs.
Onong Uchjana Effendy, MA menyebutkan komunikasi mencakup ekspresi wajah,
sikap dan gerak-gerik suara, kata-kata tertulis, percetakan, kereta apil, telegraf,
telepon dan lain-lain.
4
Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian dari seseorang
kepada orang lain, dengan menyertakan kode atau lambang penyampaiannya itu
sendiri melalui suatu proses.
B. Jenis Komunikasi
1. Komuikasi Verbal
Hal yang perlu diperhatikan oleh perawat dalam berkomunikasi verbal adalah
(Leddy, 1998):
Masalah teknik : seberapa akurat komunikasi tersebut dapat mengirimkan
simbol dari komunikasi.
Masalah semantik : seberapa tepat simbol dalam mengirimkan pesan yang
dimaksud.
Masalah pengaruh : seberapa efektif arti yang diterima mempengaruhi tingkah
laku.
Ellis dan Nowlis (1994) menyatakan beberapa hal yang penting dalam
berkomunikasi verbal :
a. Penggunaan bahasa
Penggunaan bahasa perlu mempertimbangkan pendidikan klien, tingkat
pengalaman dan kemahiran dalam berbahasa. Penggunaan bahasa juga
memerlukan : kejelasan, keringkasan dan kesederhanaan.
b. Kecepatan
Komunikasi verbal dengan kecepatan yang sesuai akan memberikan
5
kesempatan bagi pembaca sendiri untuk berpikir jernih tentang apa yang
diucapkan dan juga akan menyebabkan seseorang dapat menjadi pendengar
yang efektif.
c. Voice tone
Menunjukkan gaya dari ekspresi yang digunakan dalam bicara dan dapat
merubah arti dari kata. Pengaruh dari bicara dengan suara keras akan berbeda
dengan suara yang lembut/lemah.
Komunikasi Non Verbal merupakan komunikasi yang tidak melibatkan bicara dan
tulisan. Sebesar 90% dari arti komunikasi berasal dari komunikasi non verbal
(Hunanker cit. leddy, 1998).
Tujuan dari komunikasi non verbal (Stuart dan Sundeen, 1995) adalah:
a. Mengekspresikan emosi
b. Mengekspresikan tingkah laku interpersonal
c. Membangun, mengembangkan dan memelihara interaksi sosial
d. Menunjukkan diri
e. Terlibat dalam ritual
f. Mendukung komunikasi verbal
a) Kinesics
Kinesics merupakan komunikasi non verbal yang dilakukan melalui
pergerakan tubuh, terdiri dari:
1. Ekspresi Muka
2. Gesture (gerak, isyarat, sikap)
3. Gerakan tubuh dan postur
6
4. Gerak mata atau kontak mata
b) Paralanguage
Paralanguage menunjukkan pada bahasa itu sendiri. Vocal dapat membedakan
emosi yang dirasakan satu orang dengan orang lain.
Beberapa komponen paralanguage :
1. Kualitas suara : irama, volume, kejernihan
2. Vocal tanpa bahasa : suara tanpa adanya struktur linguistik, misalnya sedu
sedan, tertawa, mendengkur, mengerang, merintih, hembusan nafas, nafas
panjang.
c) Proxemics
Proxemics adalah ilmu yang mempelajari tentang jarak hubungan dalam
interaksi sosial. 4 jarak interaksi (Hall. Cit. linberg, 1998)
1. Jarak intim (sampai dengan 18 inchi)
2. Jarak personal (18 inchi 4 kaki) untuk interaksi mengenai suatu urusan
tetapi bukan orang khusus/tertentu.
3. Jarak publik (lebih dari 12 kaki) untuk pembicaraaan formal.
d) Sentuhan
Sentuhan merupakan alat komunikasi yang sangat kuat, dapat menimbulkan
reaksi positif dan negatif tergantung dari orang yang terlibat dan lingkungan
disekeliling interaksi tersebut. Sentuhan penting dilakukan pada situasi
emosional. Sentuhan dapat menunjukkan arti "saya peduli".
7
e) Cultural Artifact
Artifact adalah hal-hal yang ada dalam interaksi seseorang dengan orang
lain yang mungkin bertindak sebagai rangsangan non verbal, misalnya : baju,
kosmetik, parfum/bau badan, perhiasan, kacamata,dll.
f) Gaya berjalan
Beberapa gaya berjalan menunjukkan pesan tertentu, antara lain: cara
berjalan yang bersemangat dan gembira akan menunjukkan seseorang
terseebut dalam keadaan sehat.
8
dirinya dan harga diri klien.
4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust) harus
dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif
pemecahan masalah (Stuart, G.W., 1998). Hubungan saling percaya antara perawat
dan klien adalah kunci dari komunikasi terapeutik.
9
2. Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui, menerima berarti bersedia untuk
mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.
10
5. Mengklasifikasi
Klasifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam kata-kata ide
atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien. Dilakukan bila perawat ragu,
tidak jelas, tidak mendengar atau klien malu mengemukakan informasi, informasi
yang diperoleh tidak lengkap atau mengemukakannya berpindah-pindah.
6. Memfokuskan
Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan
menjadi lebih spesifik dan dimengerti.
8. Menawarkan informasi
Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan kesehatan
untuk klien yang bertujuan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan.
9. Diam
Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk
mengorganisir. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi dengan dirinya
sendiri, mengorganisir pikiran dan memproses informasi.
10. Meringkas
Meringkas pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat.
11
12. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan
Memberi kesempatan kepada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik
pembicaraan.
16. Refleksi
Refleksi memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan dan
menerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.
18. Eksplorasi
Teknik ini bertujuan untuk mencari atau menggali lebih dalam masalah yang
dialami klien, Antai-Otong dalam suryani, (2005) supaya masalah tersebut bias
diatasi. Teknik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran
yang detail tentang masalah yang dialami klien.
12
19. Identifikasi tema
Perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan harus mampu
menangkap tema dari seluruh pembicaraan tersebut. Gunanya untuk meningkatkan
pengertian dan menggali masalah penting. (Stuart dan Sundeen, dalam Suryani,
2005).teknik ini sangat bermanfaat pada tahap awal kerja untuk memfokuskan
pembicaraan pada awal masalah yang benar-benar dirasakan klien.
20. Humor
Pujian berguna untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku klien
Gerald, D dalam Suryani, (2005). Reinforcement bias diungkapkan dengan
kata-kata ataupun melalui inyarat nonverbal.
Bukan tidak mungkin bahwa klien belum siap untuk berkomunikasi secara verbal
dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti.
Perawat menyediakan diri tanpa renpons bersyarat atau respons yang diharapkan.
23. Asertif
13
E. Pengertian Penyakit Terminal
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang menuju ke arah
kematian. Contohnya seperti penyakit jantung,dan kanker atau penyakit terminal ini
dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak ada lagi obat-obatan, tim medis
sudah give up (menyerah) dan seperti yang di katakan di atas tadi penyakit terminal
ini mengarah kearah kematian. (White,2002).
2. Anger (Marah)
Bila usaha mencari diagnosis alternatif dan dukungan itu gagal, dan kondisinya
makin memburuk, pasien masuk dalam tahap emosional yang kedua, yakni rasa
marah, jengkel dan iri atas nasib baik kesehatan orang lain. Dalam tahap ini,
pasien mencari - cari kesalahan orang lain. Artinya, sebetulnya pasien itu marah
dan berontak terhadap nasib malangnya sendiri, namun ia mengalihkan dan
14
melampiaskan emosi negatif itu terhadap orang lain yang berada di sekitarnya:
kepada tim medis, keluarga, kenalan dan bahkan kepada Tuhan.Bila orang yang
merawatnya bisa tetap bersikap tenang, penuh perhatian, tidak terprovokasi
untuk beradu argumentasi saling menyalahkan dan balik bersikap negatif, pasien
bisa meninggalkan sikap agresifnya ini dan beralih ke tahap selanjutnya.
3. Bargaining (Barter/Tawar-Menawar)
Dalam tahap ketiga ini pasien mulai bisa mengerti dan menerima fakta bahwa ia
akan segera mati, namun ia masih berusaha untuk menunda waktu atau
memperpanjang usia hidupnya. Permohonan perpanjangan waktu itu umumnya
diajukan kepada Tuhan yang dipercayai sebagai penguasa hidup & mati.
Permohonan semacam itu biasanya didorong oleh rasa salah atas pola hidup di
masa lalu dan rasa sesal karena belum melaksanakan rencana tertentu. Oleh
karena itu, permohonan perpanjangan usia itu biasanya dibarengi dengan
janji/sumpah tertentu. Pasien berusaha melakukan tawar-menawar dengan
Tuhan.
15
5. Acceptance (Penerimaan)
Pada tahap ini, pasien mulai bisa berdamai dengan fakta kematiannya. Penerimaan
ini bukanlah berarti menyambut kematian sebagai kabar gembira melainkan
sebagai fakta yang tak terpisahkan dari hidup: pasien bisa bersikap realistik sesuai
dengan realita hidup yang memang mengandung maut, tanpa disertai rasa marah
dan depressi lagi. Bila depressi preparatif di atas adalah suatu proses perpisahan
dengan orang-orang tercinta di sekitarnya, maka tahap penerimaan adalah proses
perpisahan dengan diri sendiri. Orang yang beriman bisa melengkapi sikap
penerimaan kematian ini dengan sikap pengharapan.
Menurut Gabriel Marcel, pengharapan itu bukanlah suatu sikap kognitif, artinya
tidak disertai dengan pengetahuan yang pasti tentang apa yang akan terjadi.
Harapan adalah perasaan bahwa masa depan itu bisa mengandung
kemungkinan-baik yang tidak terpikirkan oleh kita dan tidak kita tentukan
sendiri tapi oleh yang lain, khususnya oleh Tuhan.
16
3. Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital
a. Nadi lambat dan lemah.
b. Tekanan darah turun.
c. Pernafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur.
4. Gangguan Sensori
a. Penglihatan kabur.
b. Gangguan penciuman dan perabaan.
Tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui perubahan-perubahan nadi, respirasi dan
tekanan darah. Pada tahun 1968, World Medical Assembly, menetapkan beberapa petunjuk tentang
indikasi kematian, yaitu: Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total, Tidak adanya
gerak dari otot, khususnya pernafasan, Tidak ada reflek, Gambaran mendatar pada
EKG.
17
J. Peran Perawat Kepada Pasien Saat Menjelang Ajal
1) Perawat berperan sebagai komunikator Peran sebagai komunikator dilakukan baik terhadap
pasien, keluarga, maupun terhadap dokter. Perawat berkomunikasi dengan keluarga pasien
untuk menjelaskan kondisi pasien dan memberikan dukungan emosional. Penelitian Kozier, dkk.
(2010) mengungkapkan bahwa salah satu aspek terpenting dalam menyediakan dukungan
untuk anggota keluarga dari pasien yang menjelang ajal adalah melibatkan penggunaan
komunikasi terapeutik yang dapat dilakukan dalam memfasilitasi ekspresi perasaan
mereka.
2) Perawat sebagai fasilitator Perawat memberikan waktu kunjungan yang lebih lama bagi
keluarga pasien menjelang ajal sehingga pasien dan keluarga memiliki lebih banyak kebersamaan.
3) Perawat sebagai motivator Perawat memberikan dukungan kepada keluarga pasien yang menjelang
ajal sehingga keluarga pasien dapat mengikhlaskan pasien meninggal dengan tenang.
18
ASUHAN KEPERAWATAN
TERMINAL DAN KEMATIAN (DYING AND DEATH)
PERENCANAAN
Peran klien-keluarga sangat besar perencanaan harus diperhatikan pilihan-pilihan klien dan
memebantu keluarga menerima kematian.
Dampak Sakit Terminal
Klien :
- Menderita sampai saat tiba : bantu melewati masa-masa tersebut
- Memutuskan perawatan yang akan dijalani
- Mendapat support untuk setiap keputusannya
Keluarga :
- Berpartisipasi aktif dalam perawatan
- Memperoleh support dan perhatian selama proses berduka
Tahap Dying (Kubler-Ross)
1. Mengingkar (denial and isolation)
- Menyangkal
- Merepresikan kenyetaan
- Mengisolasikan diri terhadap kenyataan
2. Marah (anger)
- Mengekspersikan kemarahan dan permusuhan
- Bersikap menyalahkan takdir
3. Tawar-menawar (bergaining)
- Tawar-menawar atau barter
- Mempunyai harapan-harapan atau keinginan
4. Depresi
- Periode grieving sebelum kematian
- Banyak menangis
- Tidak banyak bicara
5. Menerima (acceptance)
19
- Klien merasa lebih tenang dan damai
- Klien menantikan tibanya kematian dan mempersiapkan diri menghadapi kematian
PENGKAJIAN
Tanda klinis
1. Saat mendekati kematian
- Hilangnya tonus otot
- Relaksasi otot wajah
- Sulit untuk bicara
- Sulit menelan dan perlahan-lahan kehilangan efek muntah
- Penurunan aktivitas gasroi ntestinal
- Gerakan mulai menurun
Sirkulasi melemah
- Sensasi melemah
- Sianosis pada ekstremitas
- Kulit raba dingin, akral, ujung hidung, telinga
Perubahan tanda vital
- Nadi melambat dan lemah
- Penurunan tekanan darah
- Pernapasan irreguler dan melalui mulut
Kegagalan sensori
- Pandangan kabur
- Kegagalan indra penciuman dan perasa
Tingkat kesadaran bervariasi
- Waspada, mengantuk, mengorok, tidak sadar
2. Dekat kematian
- Dilatasi pupil
- Tidak bisa bergerak
- Refleks hilang
20
- Nadi naik kemudian turun
- Respirasi cheyne strokes (satu-satu)
- Mengorok atau nafas terdengar kasar
- Tekanan darah turun
3. Kematian
- Terhentinya nafas, nadi dan tekanan darah
- Hilang respon terhadap stimulus eksternal
- Pergerakan otot tidak ada
- Enchepalogram datar (garis otak) : aktivitas listrik otak terhenti yang berhak menyatakan
kematian secara legal adalah dokter
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Takut
- Proses dying = proses menuju ketakutan
- Non existence
- Apa yang terjadi setelah kematian
(Gondo dan ruark) :
- Pain = nyeri
- Body missfunction = tubuh tidak berfungsi
- Humiliation = merasa direndahkan
- Punistment = tahap ini adalah tahap hukum baginya
- Rejection = penyangkalan
- Pain
- Saat kematian
- Kesepian = merasa sendiri
- Kematian
21
2. Putus asa
- Pada klien dengan penyakit terminal dan proses dying : tidak punya harapan
- Pasif = tidak bereaksi terhadap apapun
- Menurunnya kemampuan komunikasi verbal
- Menurunnya respon terhadap stimulus
- Hilangnya inisiatif = keinginannya tidak dapat diungkapkan
PERENCANAAN
Tujuan :
1. Untuk membantu klien meninggal dengan tenang
2. Untuk mengurangi kesepian, depresi dan takut
3. Untuk menjaga rasa aman, harga diri, dan martabat
4. Mempertahankan harapan yang ada
5. Untuk membantu klien menerima kenyataan
6. Untuk memberikan rasa nyaman
IMPLEMENTASI
1. Bantu klien meninggal bermartabat dengan suport dan mengembalikan kontrol diri karena dying
dapat membuat klien lepas kontrol.
- Tempat perawatan RS atau rumah?
- Waktu kunjungan petugas kesehatan
- Jadwal aktivitas
- Waktu kunjungan
22
- Penggunaan sumber-sumber pelayanan kesehatan
2. Bantu klien mengatasi kesepian, depresi dan takut
3. Mempertahankan rasa aman, percaya diri, martabat, dan harga diri
4. Mempertahankan harapan yang dimiliki
5. Bantu klien menerima kenyataan
6. Memberikan perasaan nyaman
7. Pemenuhan kebutuhan fisiologis
- Personal hygiene = kebersihan diri
- Penanganan nyeri
- Mengurangi kesulitan respiratory
- Bantu pergerakan, nutrisi, hidrasi, dan eliminasi
- Penanganan terhadap perubahan sensori
8. Support spiritual Perawatan harus memenuhi kebutuhan spiritual klien baik langsung maupun tidak
langsung.
- Memfasilitasi kegiatan spiritual klien
- Jangan memaksa klien melakukan kegiatan spiritual
EVALUASI
23
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Daftar Pustaka
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=119492&val=5466
http://journal.unpar.ac.id/index.php/ECF/article/viewFile/1996/1849
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/34273/Chapter?sequence=3
https://id.scribd.com/document/371514033/makalah-terminal-dan-menjelang-ajal
24
Suryani.2005.KOMUNIKASI TERAPEUTIK: TEORI DAN PRAKTIK.JAKARTA :
EGC
Musliha & Fatmawati.2010.KOMUNIKASI KEPERAWATAN Plus Materi
Komunikasi Teraupetik.Yogyakarta.Nuha Medika
25