Anda di halaman 1dari 5

Arwana Super-Red (Scleropages legendrei)

Ikan arwana super red memiliki bentuk mulut tipe superior. Sisiknya bertipe stenoid
dengan warna tubuh yang merah sebagai ciri khas. Ikan arwana super red adalah ikan endemik
yang hidup pada tepian sungai yang ditumbuhi pepohonan seperti pohon engkana, putat, rasau,
dan entangis. Di Kalimantan Barat, ikan arwana super red banyak dijumpai di Kabupaten Kapuas
Hulu Kecamatan Slimbau dan danau Sentarum (Aprin, 2004). Ikan arwana super red adalah
salah satu spesies ikan asli Indonesia yang diminati oleh pasar internasional dan menjadi salah
satu komoditi yang memberikan kontribusi pada nilai ekspor ikan hias di Indonesia pada
penjelasan tabel di atas. Tingginya minat dan nilai ekonomis yang diberikan terhadap jenis ikan
arwana super red dilihat pada ciri khas dari ikan tersebut, seperti sisik di sekujur tubuh bewarna
merah dengan dasar kuning emas berkilauan, sisik metalik berhias cincin berkelir emas, warna
sirip dayung dan ekor bewarna merah cerah. (Machmud, 2008). Jenis ikan ini adalah jenis ikan
yang dilindungi undang-undang (berdasarkan SK Menteri Pertanian No.716/Kpts/Um/10/1980,
SK Dirjen PHPA No. 07/Kpts/DJ-VI/1988, Instruksi Dirjen Perikanan No.IK-250/D.4.2955/83K,
SK Menteri Kehutanan No.516/Kpts/II/ 1995 dan PP No.7 tahun 1999) dan masuk dalam
Appendix I CITIES 2 yang merupakan perjanjian international tentang pengaturan perdagangan
jenis-jenis tumbuhan dan satwa liar serta produk-produknya. Perjanjian ini didirikan tahun 1973
dan mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1975, oleh karena itu perdagangan ikan arwana super red
tidak boleh berasal dari penangkapan tetapi harus dari hasil budi daya dan penangkaran. Penjual
ikan jenis ini di pasar ikan splendid mengatakan bahwa ikan arwana jenis super red adalah ikan
termahal yang harganya dapat mencapai Rp 7.500.000 pada usia 2 tahun dan harga tersebut dapat
berubah tergantung pada ukuran ikannya, bahkan dapat mencapai Rp 35.000.000 (Suleiman,
2003). Kegiatan pembenihan ikan arwana super red memiliki fluktuasi survival rate (derajat
kelansungan hidup) pada tiap tingkatan ukurannya, benih ukuran 7 cm memiliki kisaran survival
rate sebesar 50-60 persen dan ukuran 9 cm memiliki kisaran survival rate sebesar 35-85 persen,
sedangkan kegiatan pembesaran memiliki kisaran fluktuasi survival rate sebesar 90-95%
(Machmud & Hartono, 2008). Data fluktuasi survival rate pada tiap tingkatan ukuran
menunjukan bahwa kegiatan pembenihan merupakan kegiatan yang memiliki risiko tertinggi
akbiat terdapat banyaknya fluktuasi survival rate yang terjadi dibandingkan survival rate yang
terjadi dalam kegiatan pembesaran ikan arwana. Penjual juga mengambil ikan tersebut dari
pengepul di daerah Jakarta. Cara perawatan ikan adalah dengan sering mengganti air dan diberi
makan jangkrik serta udang tawar. Suhu air juga diatur hingga 25oC. Ciri khusus dari ikan jenis
ini adalah ikan ini tidak dapat di kawin silangkan dengan jenis lain.

Arwana Brazil Silver (Osteoglossum bicirrhosum)

Ikan arwana jenis ini adalah ikan yang memiliki tubuh pipih yang dapat mencapai
panjangn total 1 m dengan berat sekitar 2,5 kg (Lemos, 2012). Ikan ini hidup di danau hutan
yang tergenang di sungai Amazon, ditemukan di dekat vegetasi akuatik. Makanan ikan ini
utamanya adalah serangga dan laba-laba yang jatuh ke dalam air atau yang ada di batang atau
rating, karena ikan ini memiliki kemampuan untuk melompat keluar dari air (Lowry, dkk., 2005).
Tipe mulut ikan ini adalah superior. Ikan arwana brazil silver ini memiliki tipe sirip ekor yang
membulat. Badan ikan ini berwarna silver. Pada bagian matanya terdapat garis melintang
vertikal. Pada batas antara sirip dada terlihat garis berwarna kuning keemasan. Ketika pertama
lahir sirip dada, sirip perut, sirip anus, dan sirip ekor berwarna bening dan selama erkembangan
menjadi lebih dewasa akan berubah warna menjadi warna perak. Bentuk tubuhnya memanjang
dan memiliki potongan tubuh melintang yang pipih ke samping. Ukuran tubuh bagian depannya
lebar diimbangi dengan bentuk badannya yang semakin meruncing karah belakang. Sirip
punggung dan anus berwarna silver dan sangat pamjanh hingga setengah panjang badannya.
Perbedaan pada ikan jantan betina terlihat pada bagian ekor, jantan memiliki warna kehitaman
sedangkan betina mempunyai warna merah terang.

Menurut penjual ikan jenis ini yaitu bapak Saiful di pasar ikan splendid mengatakan
beliau mengambil dari penepul di daerah Tulungagung, Yogyakarta, dan Semarang. Cara
perawatan ikan ini di kondisi lingkungan yang agak berbeda dengan habitat aslinya dilakukan
pengurasan air dan penyedotan (penyaringan) kotoran secara rutin agar kesehatn ikan tetap
terjaga. Ikan arwana brazil silver juga diberi pakan ikan-ikan sungai. Ketika berumur sekitar 3
bulan dapat dijual sekitar Rp 130.000 per ekor, sedangkan ketika semakin dewasa dan besar
maka ikan dapat terjual hingga Rp 300.000. Namun jika dibandingkan dengan ikan arwana jenis
lain, ikan arwana Brazil Silver termasuk ikan yang paling murah dalam perjualbelian.

Ikan Arwana Golden (Scleropages macrocephalus)

Ikan arwana jenis ini bersifat predator yang hidup pada pH anatara 6-7,5. Cara
perkembangbiakannya dengan mengerami telur di bagian mulut dan memelikhara anakanya di
dalam mulut sampai anaknya mencapai ukuran panjang sekitar 6 cm, Bentuk badannya agak
memanjang, sisik pada bagian badan besar dan keras, sisik berwarna tembaga-emas, memiliki
sirip punggung yang hampir mendekati ekor , sirip bagian dada panjang dan meruncing, memiki
sungut pada bagian ujung rahang bawah, memiliki kepala yang relatif kuat, panjang rahang atas
mencapai batas posterior mata (Pouyaud, Sudarto, & Teugels, 2003). Scleropages
macrocephalus banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Jambi, dan Riau.
Ikan Arwana Asia (Scleropages formosus)

Ikan arwana jenis ini memiliki tipe mulut superior diikuti dengan adanya sungut
berdaging pada dagu. Bentuk badan agak memanjang dan mampu tumbuh hingga 90 cm,
memiliki sisik dengan ukuran yang besar dan keras dan berwarna keemasan, pada bagian kepala
tidak memiliki sisik. Memiliki bukaan mulut yang sangat luas. Sirip bagian dorsal lebih pendek
daripada sirip anal, sedangkan sirip anal lebih panjang daripada kepala (Suleiman, 1999). Habitat
ikan arwana jenis Scleropages formosus yaitu di perairan yang bersuhu 260C-310C dan
alkalinitasnya antara 7-100mg/L CaCO3 (Pouyaud, Sudarto, & Teugels, 2003). Ikan ini bersifat
predator yang memangsa serangga, anak katak, dan ikan kecil. Banyak ditemukan di
semenanjung Malaysia, Sumatra, Thailand, Kamboja, dan Kalimantan (Tang et al., 2004). Tidak
mudah dalam membedakan jantan atau betina pada saat masih muda, secara umum ikan arwana
jantan lebih panjang dan lebih ramping dibandingkan dengan betina sedangkan pada betina
memiliki tubuh yang lebih bundar daripada jantan (Dawes et al., 1999).

DAFTAR PUSTAKA

Apin. 2004. Memilih Anakan dan Meningkatkan Kualitas Arwana. Jakarta : AgroMedia Pustaka

Lowry, D., Wintzer, A.P., Matott, M.P., Whitenack, L.B., Huber, D.R., Dean, M., Motta, P.J.
2005. Aerial And Aquatic Feeding In The Silver Arawana : Osteoglossum bicirrhosum,
Environmental Biology of Fishes. 73: 453-462, doi: 10.1007/s10641-005-3214-4

Lemos, J. R. G., Santos, M. Q. C., Araújo, C. S. O., Andrade, S. M. S., dan Viana, G. M. 2012.
Parasitological Evaluation And Body Indices Of Oateoglossum bicirrhosum (Vandelli,
1829) Traded In A Fair Of Manaus, Amazonas, Brazil. J FisheriesSciences.com. 6(3):
263-270

Machmud, Hartono R. 2008. Arwana Super red dan Golden Red. Jakarta : Penebar Swadaya

Suleiman, M.Z. 2003. Breeding technique of Malaysian golden arowana, Sclerophages


formosus in concrete tanks. Aquaculture Asia. VIII (3): 5-13

Pouyaud L, Sudarto & Teugels Gg (2003). The Different Colour Varieties Of The Asian
Arowana Scleropages Formosus (Osteoglossidae) Are Distinct Species : Morphologic
And Genetic Evidences. Cybium, 27(4) : 287-305.

Suleiman, M. Z. (1999). Pembiakan Ikan Arowana, Scleropages formosus (Muller and Schlegel).
Risalah Perikanan . Jabatan Perikanan Malaysia , 67, 17.

Tang, P., Sivananthan, J., Pillay, S., & Muniandy, S. (2004). Genetic Structure and
Biogeography of Asian Arowana (Scleropages formosus) determined by Microsatellite
and Mitochondrial DNA analysis. Asian Fisheries Science , 17, 81-92.

Dawes, j., Lim, L., & Cheong, L. (1999). The Dragon Fish. Kingdom Books England.

Anda mungkin juga menyukai