Anda di halaman 1dari 10

GAMBARAN UMUM

Jawa Tengah khususnya Dieng merupakan salah satu obyek studi wisata yang

favorit menjadi pilihan bagi peserta didik SMA N 2 Ngaglik. Kewajiban peserta didik

seusai studi wisata adalah membuat laporan ilmiah yang berupa Karya Tulis. Data

penyusunan berupa hasil pengamatan sejak dari keberangkatan sampai di obyek hingga

rombongan kembali ke SMA N 2 Ngaglik.

Sebagai gambaran sekilas obyek – obyek yang dapat dijadikan pengamatan

selama karya wisata di Dieng dapat digambarkan sebagai berikut :

A. Lokasi

1. Letak Dieng Jawa Tengah secara administratif

Secara administrasi, Dieng merupakan wilayah Desa Dieng

Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara dan Dieng (Dieng

Wetan), Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Wilayah ini merupakan salah

satu wilayah paling terpencil di Jawa Tengah.

2. Batas Wilayah Dieng

Batas – batas wilayah Dieng adalah sebagai berikut :

Utara : Kabupaten Kendal.

Barat Laut : Kabupaten Pekalongan.

Barat : Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.

3. Keadaan jalan dan sarana transportasi

Akses jalan menuju kawasan wisata Dieng sudah sangat memadai.

Pengunjung bisa menuju Dieng melalui Wonosobo, Banjarnegara, atau


Pekalongan. Dari sejumlah jalur tersebut, Wonosobo merupakan jalur paling

dekat, bisa menghemat waktu satu hingga tiga jam dibanding jalur lain.

Transportasi umum ke Dieng bisa diakses melalui Wonosobo. Dari terminal

Wonosobo, menggunakan kendaraan micro bus berkapasitas 17 seats. Selain itu,

alternatif lain untuk menuju ke Dieng juga bisa menggunakan jasa ojek.

4. Keadaan geografis secara umum

Dieng terletak pada posisi geografis 4°37’ – 5°15’ Lintang Selatan dan

106°32’ – 106°52’ Bujur Timur, berada pada ketinggian 6.802 kaki atau 2.093 m

dpl.

5. Pola pedesaan sampai dengan tata kota

B. Penduduk

1. Gambaran penduduk di Dieng

Jumlah penduduk Desa Tieng pada tahun 2010 yaitu 2.054 Jiwa (Laki-laki

1.012 Jiwa dan Perempuan 1.041 Jiwa). Dengan luas wilayah 2,82 km² maka

kepadatan penduduk di desa ini adalah 728 jiwa/km². Terdapat 680 kepala

keluarga (KK) dan 577 rumah tangga. Jumlah Penduduk desa Dieng sebagian

besar mata pencahariannya adalah sebagai Petani (buruh tani dan Petani sendiri).

Selain itu terdapat profesi PNS, buruh bangunan, supir dan pedagang. Seluruh

penduduk desa ini beragama islam.

2. Mobilitas penduduk
3. Mata pencaharian penduduk

Pertanian adalah mata pencaharian utama yang digeluti secara turun

temurun oleh masyarakatnya. Komoditas utama yang dibudidayakan adalah

Kentang yang pernah menjadi andalan utama perekonomian masyarakat Dieng,

bahkan membawa perubahan sosial ekonomi yang luar biasa dan membuka

modernisasi tersendiri bagi masyarakat Dieng, mulai dari bangunan rumahnya,

alat transportasinya, peralatan pertaniannya dan sisi kehidupan lainnya. Sektor

mata pencaharian lain diluar sektor pertanian disebabkan karena adanya

pengaruh dibukanya daerah Dieng sebagai daerah pariwisata

C. Latar belakang sosial budaya di Daerah Dieng

1. Sejarah daerah Dieng

Nama Dieng berasal dari bahasa sansekerta Die Hieyang (Edi dan Aeng)

Indah dan langka. Dieng yang berasal dari dua suka kata. “Die” dan “Hyang”,

dimana “Di” dimaknakan sebagai ardhi, redi, wukir, arga, dan lain-lain yang artinya

gunung atau tempat tinggi, yang puncak, yang ultimate, yang misterius, yang

transanden, yang sempurna, yang adi kodrati, yang abstark dan eksternal, , dan

meta di luar makna-makna “yang nyata”, natural, reality (yang ergelar/di gelar) dan

lain-lain. Di luar itu juga “Di” juga di anggap di luar dari konteks “hadi”, “adi” yang

di maknai sebagai “yang cantik”, indah, molek, dan mempesonakan, Dan “Hyang”

adalah sebuah kata sandang yang biasanya di pakai untuk penyebutan yang gaib

(nominousum) dewa-dewa atau yang diyakini sebagai dewa, Ruh leluhur, Tuhan

atau suatu yang diyakini sebagai Tuhan atau makhluk-makhluk ilahiyah lainya.
Sementara “Hayang”, juga di makanai sebagai tempat dari makhluk-makhluk

ilahiah tersebut, yang kemudian di identifikasi sebagai “Kahyangan, nirwana, atau

surga”. Yakni dewa-dewi , Tuhan atau makhluk-makhluk pada umumnya.

Sehingga Dieng dikenal sebagai tempat bersemayamnya para Dewa dan ada juga

yang menjuluki negeri diatas awan begitu banyak sebutan untuk Dieng ini karena

keelokan, Keindahannya dan Keunikannya.

2. System kemasyarakatan

Mungkin hampir sama dengan masyarakat lain yang hidup di daerah

pegunungan yang biasanya hidup rukun, memiliki jiwa sosial tinggi ,pekerja keras

dan teposliro , demikian halnya dengan masyarakat Dieng. Kehidupan awal

masyarakat Dieng tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat Bali ,di kalangan

masyarakat Hindu Bali, Dieng dianggap merupakan tempat asal-usul leluhur

mereka, khususnya dalam pengembangan agama Hindu.

Perubahan ekosistem di Dieng menyebabkan munculnya beragam profesi

baru. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan taraf sosial masyarakat,

sehingga kemungkinan memperoleh pendidikan dan kedudukan yang lebih baik

menjadi lebih terbuka. Keadaan tersebut dimungkinkan mengarah kepada

stratifikasi sosial, yang megakibatkan munculnya variasi pada pemakaian bahasa

Jawa di Dataran Tinggi Dieng. Selain itu, letak wilayah Dieng yang secara

kebahasaan berada di wilayah transisi bahasa Jawa standar bagian barat,

berpotensi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki dialek lain.

3. Bahasa. Kebudayaan, kesenian, hiburan


Variasi pada pemakaian bahasa Jawa di Dataran Tinggi Dieng. Selain itu,

letak wilayah Dieng yang secara kebahasaan berada di wilayah transisi bahasa

Jawa standar bagian barat, berpotensi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki dialek

lain.

Masyarakat Dieng tidak menutup diri terhadap pengaruh hal – hal modern

akan tetapi masih ada beberapa tradisi yang dipegang teguh seperti dalam acara

adat perkawinan, khitanan, kematian, kelahiran, dan ruwatan dalam kebudayaan

Jawa. Fenomena seperti ini sering terjadi pada masyarakat tradisional Jawa

mengingat masyarakat tradisional Jawa masih percaya pada kekuatan di luar diri

manusia.

Dieng merupakan salah satu daerah pegunungan yang memiliki

keberagaman budaya dan seni, bahkan masih terjaga di zaman modern seperti

sekarang ini. Kesenian daerah seperti tari lengger, tari topeng, tari rampak yakso

masih dilestarikan oleh penduduk lokal setempat. Banyak ritual maupun upacara

adat yang masih diselenggarakan di Dieng, diantaranya ritual pemotongan rambut

gimbal. Ritual pemotongan rambut gimbal atau yang sering di sebut ruwatan

rambut gimbal saat ini sudah menjadi agenda tahunan event nasional yang telah

mencuri perhatian seluruh masyarakat Indonesia maupun mancanegara untuk

menyaksikan secara langsung upacara Ruwatan Rambut Gimbal atau yang di

sebut-sebut Dieng Culture Festival.

D. Latar belakang religi

1. Aktifitas penduduk dalam upacara keagamaan


Masyarakat dataran tinggi Dieng adalah bagian dari Suku Jawa dan

merupakan pemeluk agama Islam yang patuh dan taat. Disisi lain kebudayaan

Jawa di sebagian masyarakat masih mendarah daging, masyarakat dataran tinggi

Dieng termasuk pemeluk agama Islam yang sinktretisme.

Kehidupan awal masyarakat Dieng tidak dapat dipisahkan dengan

masyarakat Bali ,di kalangan masyarakat Hindu Bali, Dieng dianggap merupakan

tempat asal-usul leluhur mereka, khususnya dalam pengembangan agama Hindu.

Di Dienglah mula-mula ditemukan candi Hindu Siwaistis. Para pemuka agama di

Bali mengunjungi Dieng setiap setahun sekali dalam upacara muspe atau mabakti.

Dalam upacara ini, peziarah dari Bali mengambil air suci dari Gua Sumur, di

pinggir tlaga warna / air pawitrasari.

2. Sarana peribadatan

Untuk tempat ibadah, terutama bagi umat muslim, tersedia banyak masjid

besar dan musholla, sehingga wisatawan tidak perlu khawatir akan kesulitas

mencari tempat ibadah. Kompleks percandian juga sering dijadikan sebagai

tempat ibadah, terutama bagi umat Hindu dan orang-orang yang memiliki aliran

kepercayaan tertentu. Tempat ibadah lain belum tersedia di kawasan wisata

Dieng.

3. Kerukunan beragama

E. Latar belakang ilmu pengetahuan

1. Pengetahuan tentang waktu


2. Pengetahuan tentang peristiwa alam

Ada berbagai fenomena unik yang tejadi di Dieng yaitu salah satu

contohnya Dieng menjelma menjadi Negeri di atas awan. Lautan awan akan

terlihat persis di bawah kita seperti gulungan ombak / lautan. idak hanya fenomena

alam Dieng negeri di atas awan saja jika kita menapakkan kaki untuk berlibur ke

Dataran Tinggi Dieng. Pernahkah mendengar Dieng bersalju. Kabar itu memang

benar adanya, jika musim kemarau tiba suhu di Dieng Plateau ada di titik beku

bahkan minus.

3. Pengetahuan tentang flora dan fauna

Berikut flora dan fauna endemik (Tumbuh-tumbuhan dan binatang) yang

ada di kawasan dataran tinggi Dieng (Sebagian besar sudah punah).

a. Flora : Pitrem, Sukma, Carica, Purwaceng, Anggrek Hutan, Anggrek

Simbar, Kina, Besaran, Cemara Gunung, Accasia Decuren, Kayu Putih, Waru

Gunung, Kebek, Pasang, Celing, Tutuk, Benda, Dadap Ayam, Dadap Srep,

Beringin, Lo, Ipik, Beringin Karet, Anggrong, Bambu Petung, Bambu Wolong,

Bambu Cendani, Bambu Gencole, Suren, Jemitri, Jarak, Kemaduan, Riwono,

Parijata, Ciplukan, Ucen Kebo, Ketepeng, Mranak, Markisa, Kuntet, Sadan,

Purwa, Tengsek, kematus, Peteng, krangean, Kemini, Tanganan, Suruhan,

Aren, Wisnu, Jirek, Salam, Dempul, Lamtoro, Sepatu Dia, Sengon Jawa, Jeruk

buah besar, Jambu air, Nangka, Bambu Wuluh, Klepu, Sambel liler, Bambu

Manis, Jirek krenyes, Wuru jempinang, Wuru gedobos, Mlela, Sadan,

Ganyong, Boros, Kantong semar.


b. Fauna : Lutung Jawa, Elang jawa, Burung Decu, Sigung Jawa, Owa Jawa,

Elang bido, Puyuh, Macan kumbang, Rusa, Kucing Hutan, Ayam Hutan Hijau.

https://id.wikipedia.org/wiki/Dieng,_Kejajar,_Wonosobo
https://rayendrablog.wordpress.com/2013/04/28/letak-geografis-dataran-tinggi-dieng/

http://dieng.org/

https://id.wikipedia.org/wiki/Dieng

https://www.wisata-dieng-wonosobo.com/2016/09/review-kawasan-wisata-dieng.html

http://diengplateau.com/save-dieng-kerusakan-lingkungan-dan-bencana-alam-

dieng/masyarakat-dieng-dan-aktivitas/

Anda mungkin juga menyukai