Anda di halaman 1dari 88

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LANSIA PADA TN.

”P” DAN
TN.”G” DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HAMBATAN
MOBILITAS FISIK
PADA KASUS STROKE

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh :
RONI GUALA
NIM:2013.49.095

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI
2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LANSIA DENGAN
MASALAH KEPERAWATAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK
PADA KASUS STROKE
UPT PSLU PARE

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan kepada
Program Diploma III Keperawatan
Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan Program Ahli Madya Keperawatan

Disusun oleh :

RONI GUALA
NIM: 2013.49.095

PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI
2016

ii
HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : RONI GUALA
NIM : 2013.49.095
Tempat, tanggal lahir : Lempa,03 oktober 1993
Institusi : Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri
Menyatakan bahwa proposal yang berjudul “ Asuhan Keperawatan pada
klien Lansia Dengan Masalah Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik Pada
Kasus Stroke Di UPT PSLU Pare” adalah bukan proposal orang lain baik
sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah
disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila pernyatan ini tidak benar, kami bersedia mendapatkan sanksi.

Kediri,05 Agustus 2016


Yang Menyatakan

Roni Guala
NIM: 2013.49.095

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Setelah kami periksa dan amati,selaku pembimbing telah mengadakn


bimbingan penelitian dan koreksi atas Karya Tulis Ilmiah mahasiswa:
Nama : Roni Guala
NIM : 2013.49.095
Judul : Asuhan keperawatan pada Klien Lansia Pada Tn. “P” Dan
Tn.”G” dengan Hambatan Mobilitas Fisik Pada Kasus Stroke
Serta perbaikan sepenuhnya, maka kami menganggap dan dapat menyetujui
bahwa Karya Tulis Ilmiah ini telah memenuhi persyaratan untuk mendapatkan
gelar Ahli Madya Keperawatan

Kediri,05 Agustus 2016

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Hengky Irawan, S,Pd.S.Kep. M.Kes Pardjono, SKM., MPH


NIDN. 0711027601 NID.D. 120110.030

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Telah di Uji dan disetujui oleh Tim Penguji pada Ujian Sidang
Di Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Hengky Irawan, S,Pd.S.Kep. M.Kes Pardjono, SKM., MPH


NIDN. 0711027601 NID.D. 120110.030

Mengetahui
Direktur
Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri

Pardjono, SKM., MPH


NID.D.120110.030

v
vi
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

nikmat dan petunjuknya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Studi

Kasus ini tepat pada waktunya yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada klien

lansia dengan masalah keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik Pada Kasus

Stroke”. Sebagai persyaratan menyelesaikan pendidikan DIII Keperawatan Akper

Dharma Husada Kediri.

Dalam penyusunan Studi Kasus ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih

kepada:

1. Bapak Pardjono, SKM., MPH, selaku Direktur Akademi Keperawatan

Dharma Husada Kediri. Serta selaku dosen pembimbing II, yang telah

memberi petunjuk saran, dan waktu selama penyusunan Studi Kasus ini

2. Bapak Ns. Hengky Irawan, S.Pd. S,Kep. M.Kes selaku Pembimbing I yang

telah memberi petunjuk saran, dan waktu selama penyusunan Studi Kasus ini.

3. Kedua orang tua dan saudara-saudaraku yang telah memotivasi dan

memberikan dukungan baik secara materi, moral dan spiritual demi

terselesaikannya penulisan Studi Kasus ini.

4. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan Studi Kasus ini hingga

terselesaikan.

5. Semua staf dan karyawan Akper Dharma Husada Kediri yang telah

membantu menyelesaikan Studi Kasus ini.

vii
6. Teman-temanku seperjuangan mahasiswa Akper Dharma Husada Kediri serta

semua pihak yang ikut membantu secara langsung dan tidak langsung dalam

penyusunan Studi Kasus ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

7. Bagi Responden yang telah bekerjasama dalam mengambil studi kasus ini

sehingga terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam Studi Kasus ini masih jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat

penulis harapkan demi kesempurnaan Studi Kasus ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Studi Kasus ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Kediri, Juni 2016

Penulis

viii
ABSTRAK

Roni Guala.2016. Asuhan keperawatan gerontik pada Tn. P dan Tn. G Dengan
masalah Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik Pada Kasus Stroke
( Penelitian Deskriptif di Ruang Dahlia UPT PSLU Pare).
Studi Kasus, Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri.

Secara individu pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan secara
alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, psikologis,sosial dan
ekonomi masalah fisik lansia juga akan mempengaruhi pada status kesehatan
lansia salah satunya adalah sistem muskuluskletal. Tujuan studi kasus ini untuk
mengetahui asuhan keperawatan lansia pada klien stroke dengan masalah
keperawatan hambatan mobilitas fisik di UPT PSLU Pare
Desain penelitian ini di gunakan metode pendekatan studi kasus pada 2 klien
lansia dengan hambatan mobilitas fisik pada kasus stroke di wisma dahlia UPT
PSLU Pare tanggal 15-18 juli 2016. Tehnik pengambilan data yaitu dengan
wawancara, observasi dan dokumen identitas iri klien dengan menggunakan
instrumen berupa format asuhan keperawatan gerontik. Analisa data di lakukan
secara deskriptif menggunakan perinsip-perinsip manajemen asuhan
keperawatan.
Dari hasil penelitian diagnose yang muncul pada klien lansia adalah hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan ekstermitas. Saat penelitian, di
temukan data bahwa keadaan klien lemah, klien mengalami keterbatasan gerak ,
kekuatan otot melemah, dan memerlukan bantuan .
Dari hasil studi kasus dapat di simpulkan bahwa diagnose keperawatan
prioritas klien hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan
ekstermitas. Tindakan yang di lakukan adalah mengkaji kelemahan
klien,membantu melatih ROOM aktif dan pasif merubah posisi setiap 2 jam yang
bertujuan menunjukan peningkatan kekuatan dan ketahanan.

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Lansia, Hambatan Mobilitas Fisik

ix
ABSTRACT

Roni Guala. 2016. Gerontik Nursing In Tn.P And Tn.G With Impaired Physical
Mobility Nursing Problems In Stroke Cases (Descriptive Research in
Space UPT PSLU Pare Intensiv Care Unit). Case Studies, Academy of
Nursing Dharma Husada Kediri.

Individually at age 55 years happening on aging process in ilmiah. Hl it


would provoke the physical problems, mental, psychological, social and ekonomi.
Masalah elderly will also affect health status elderly one of them is a system
muskuluskletal. Tujuan case studies to know the care of nursing elderly for client
stroke the obstacles physical Nursing mobility
A design study was used method of approach case studies on 2 clients
elderly with obstacles physical mobility in the case of stroke in wisma dahlia of
UPT PSLU Pare 15-18 june 2016. Tehnik the data is to interview,observation,and
dokuments identity clients by using the instrumenst format care of nursing
gerontik. Analisa data be done in descriptive using the principles of the care of
nursing management.
From the results of diagnostic studies that appeared in the elderly is
associated with physical mobility barriers extremity weakness. Time of the study,
it was found that the general state of the clients data is weak,the client has limited
mottion, muscle strength weakened,and need help.
From the result of the case study it can be concluded that the priority
nursing diagnosis clients physical mobility barriers associated with lim weakness.
Actin taken is to examine weaknesses clents, helping train the rom active passive,
and help move,which aims to train running show increased strength and
durability.

Keywords: Nursing Care, Elderly,Physical Mobility.

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PRASYARAT GELAR................................................................ ii

HALAMAN PERNYATAAN........................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING................................................ v

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................... vii

ABSTRACT ................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR....................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. xii

A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1


B. Perumusan Masalah........................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan............................................................................. 3

1. Tujuan Umum........................................................................... 3
2. Tujuan Khusus........................................................................... 3
D. Manfaat........................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Teori Konsep Lansia...................................................................... 5

1. Defenisi Lansia.......................................................................... 5
.................................................................................................
2. Batasan-batasan lanjut usia....................................................... 5
3. Teori Tentang Proses Penuaan................................................... 6
4. Klasifikasi Lansia...................................................................... 8
5. Tipe Lansia................................................................................ 9
6. Perubahan yang terjadi pada Lansia.......................................... 10
B. Teori Medis.................................................................................... 14
1. Defenisi..................................................................................... 14
2. Klasifikasi Stroke...................................................................... 15
3. Etiologi...................................................................................... 15

xi
4. Faktor Resiko Penyebab Stroke................................................ 15
5. Tanda Dan Gejala Stroke.......................................................... 16
6. Patofisologi Penyakit Stroke..................................................... 16
7. Pemeriksaan Diagnostik Stroke................................................ 18
8. Komplikasi Penyakit Stroke...................................................... 19
9. Penatalaksanaan Medis............................................................. 19
C. Konsep Hambatan Mobilitas Fisik................................................ 19
1. Defenisi..................................................................................... 19
2. Jenis Mobilitas.......................................................................... 20
3. Etiologi Hambatan Mobilitas Fisik........................................... 20
4. Tingkat Kemampuan Mobilitas................................................. 20
5. Kemampuan Rentang Gerak..................................................... 21
6. Mobilitas Pada Lansia............................................................... 22
D. Teori Manajemen Keperawatan..................................................... 22
1. Pengkajian Keperawatan........................................................... 22
2. Diagnosa Keperawatan.............................................................. 26
3. Rencana Asuhan Keperawatan.................................................. 27

BAB III METODOLOGI


A. Jenis Penelitian............................................................................ 33
B. Tempat dan waktu penelitian...................................................... 33
C. Subyek penelitian........................................................................ 34
D. Jenis data..................................................................................... 34
E. Tehnik pengambilan data............................................................ 34
F.Pengumpulan data.......................................................................... 35
G. Analisa data................................................................................. 36
H. Etika penelitian........................................................................... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A.Hasil penelitian.............................................................................. 38
1. Pengkajian................................................................................. 38
2. Analisa data............................................................................... 43
3. Diagnostic keperawatan............................................................ 44
4. Rencana tindakan keperawatan................................................. 45
5. Tindakan keperawatan............................................................... 49
6. Evaluasi..................................................................................... 54
B. Pembahasan kasus.......................................................................... 58
1. Pengakajian............................................................................... 58
2. Diagnosis keperawatan.............................................................. 59
3. Intervensi................................................................................... 59
4. Implementasi............................................................................. 60
5. Evaluasi..................................................................................... 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 64
B. Saran.............................................................................................. 65
1. Bagi peneliti selanjutnya........................................................... 65
2. Bagi lahan.................................................................................. 65
3. Bagi institusi pendidikan........................................................... 65

xii
4. Bagi klien.................................................................................. 66

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 67

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 2. Surat Balasan

Lampiran 3. Informasi Studi Kasus

Lampiran 4. Lembar Permohonan menjadi Responden

Lampiran 5. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 6. Lembar Format

Lampiran 7. Lembar konsul 1

Lampiran 8. Lembar konsul 2

Lampiran 9. Gambar ROOM Aktif dan Pasif

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menua adalah suatu proses alami yang tidak dapat di hindari, berjalan

secara terus menerus , dan berkesinambungan . Selanjutnya akan

menyebabkan perubahan anatomis , fisiologis dan biokimia pada tubuh ,

sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara

keseluruhan ( Maryam , 2008) . Lansia akan terjadi perubahan- perubahan

fisik , multisestem , psikososial dan spiritual . salah satu perubahan tersebut

adalah terjadi pada lansia yang mengalami kelumpuhan karena sroke .


Stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu di dunia dan . Dua

pertiga stroke terjadi di Negara berkembang. Pada Lansia , 80% penderita

mengalami stroke iskemik dan 20%mengalami stroke hemoragik. Insiden

stroke meningkat seiring bertmbah usia.( Dewanto,2009), Hasil studi, 80%

penderita stroke non hemoragik yang mengalami hemiparesis didapatkan

mengalami gangguan mpbilisasi.


Stroke merupakan penyakit serebro vaskuler yang semakin sering di

jumpai . Di Amerika serikat , stroke merupakan penyebab kematian terbesar

ketiga , dan menyebabkan kematian 90.000 wanita dan 60.000 pria setiap

tahun . Selain menyebabkan kematian , stroke juga merupakan penyebab

pertama kecacatan dan penyebab seseorang di rawat di rumah sakit dalam

waktu lama(Adam,et.al.,2000). Stroke penyebab ketiga angka kematian di

dunia dan penyebab pertama kecacatan . Angka morbiditas lebih berat dan

angka mortalitas lebih tinggi pada stroke hemoragik di bandingkan dengan

stroke iskemik . hanya 20% pasien yang dapat melakukan kegiatan

mandirinya lagi . Angka mortalitas dalam bulan pertama pada stroke

1
2

hemoragik mencapai 40-80% . Dan 50% kematian terjadi dalam 48 jam

pertama ( Nasisi , 2010) . Di Indonesia stroke berada pada peringkat pertama

penyebab kematian di semua umur dengan presentase 15,4 % . Berdasarkan

hasil Riskesdas 2007 stroke juga menempati peringkat pertama sepuluh

besar penyakit tidak menular di Indonesia dengan presentase 26,9% di mana

pravalensi stroke di Indonesia 8,3 per 1000 penduduk . sedangkan di jawa

timur pravalensi stroke cukup tinggi yaitu 0,8% dan khusus untuk wilayah

kota Kediri prevalensi penderita stroke adalah 0,7% ( Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan , 2008) .


Pada orang usia lanjut penyakit yang banyak di derita termasuk

penyakit stroke . Di Indonesia usia lanjut yang menderita stroke adalah

2,1% . Distribusi responden menurut jenis kelamin penyakit stroke pada

usia lanjut yang berjenis kelamin waniata dalah 2% dan pada laki-laki 4,3%

( Nugroho 2000, di kutip dari WHO) . Dari jumlah tersebut sepertiga bisa

pulih kembali sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional karena

kurangnya mobilitas atau latihan rentang gerak . Sejauh ini para penderita

stroke 35 % jarang melakukan latihan mobilitas atau latihan rentang gerak,

sehingga mengharuskan penderita terus menerus harus tidur di kasur atau

bedres ( Admin , 2008)


Pada tahun 2008 jumlah lansia di indonesia 2025, yang mengalami

penyakit stroke sejumlah 65%, dan yang mengalami hambatan mobilitas fisik

adalah 38%.

Dampak dari penderita yang tidak memberikan latihan mobilitas atau

latihan rentang gerak seacara rutin pada penderita stroke bisa terjadi atrofi otot

kontraktur (Dongoes, 2000) . Untuk itu di lakukan perawatan seperti latihan


3

rentang gerak dapat menghindarkan komplikasi imobilitas seperti luka tekanan ,

kontraktur, trombo embolisme dan decubitus( Jhonson , 2005).

Dampak dari hambatan mobilitas fisik jika tidak tidak segera di tangani

akan mengakibatkan kekakuan sendi yang dapat menyebabkan terjadinya

gangguan fungsional, gangguan mobilisasi, gangguan aktivitas sehari hari dan

cacat yang tidak dapat disembuhkan (Asmadi, 2008).

Hambatan mobilitas fisik pada lansia sering kali di atasi dengan melatih

pergerakan sendi untuk meningkatkan kekuatan otot dengan cara melakukan

ROM (Range Of Motion). Sebagai perawat yang memberikan asuhan keperawatan

pada pasien stroke non hemoragik harus mencakup latihan ROM (Range Of

Motion) yang merupakan salah satu intervensi mandiri keperawatan yang

bertujuan membantu pasien lansia untuk mendapatkan kemandirian maksimal dan

rasa aman saat melakukan aktivitas sehari-hari (Harahap, 2014). Selain ROM

hambatan mobilitas fisik juga dapat di ajarkan tehnik ambulasi seperti cara

berpindah dengan aman atau mengajarkan klien menggunakan alat bantu karena

semakin banyak kegiatan yang dapat dilkukan klien lansia akan sangat membantu

rasa percaya dirinya dan mengurangi bantuan yang harus dilakukan keluarga

(Sustrani, 2006).

Dari latar belakang diatas , sehingga penulis tertarik mengambil judul

asuhan keperawatan dengan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik

pada kasus stroke pada klien Ny “ W” di UPT PSLU Pare


B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny “W” dengan masalah keperawatan

hambatan mobilitas fisik pada kasus stroke di UPT PSLU Pare ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
4

Untuk menerapkan dan mempelajari asuhan keperawatan pada klien

Gerontik dengan masalah hambatan mobilitas fisik pada kasus stroke di

UPT PSLU Pare .


2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan msalah keperawatan

hambatan mobilitas fisik pada kasus stroke .


b. Merumuskan masalah keperawatan pada klien dengan masalah

hambatan mobilitas fisik dengan kasus stroke .


c. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien dengan masalah

hambatan mobilitas fisik pada kasus stroke .


d. Melaksanakan tindakan keperawatan yang tepat pada klien dengan

masalah hambatan mobilitas fisik pada kasus stroke sesuai dengan

rencana keperawatan .
e. Mengevaluasi asuhan yang diberikan pada klien dengan masalah

hambatan mobilitas fisik pada kasus stroke dan memperbaiki tindakan

yang di pandang perlu.

D. MANFAAT
Hasil studi kasus ini dapat di manfaatkan oleh institusi maupun profesi

keperawatan dalam upaya penyempurnaan asuhan keperawatan dengan

masalah hambatan mobilitas fisik pada kasus stroke


1. Bagi institusi Pendidikan
Hasil studi kasus dapat di manfaatkan sebagai masukan dalam

penanganan dengan masalah hambatan mobilitas fisik pada kasus stroke .


2. Bagi Lahan Praktek
Sebagai masukan dalam penatalaksanaan dalan asuhan keperwatan

dengan masalah hambatan mobilitas fisik pada kasus stroke.


3. Bagi Penulis
Sebagai pengalaman bagi penulis dalam melakukan studi kasus dan

mempraktekkan ilmu yang di peroleh selama perkuliahan, dalam sebuah


5

studi kasus yang nyata serta hasil ini dapat di gunakan oleh penulis

selanjutnya untuk melakukan studi kasus yang kebih baik.


4. Bagi Klien
Dapat memberikan motivasi pada lansia untuk menambah ilmu

pengetahuan dan pengalaman dalam merawat diri sendiri ataupun orang

lain yang berhubungan dengan masalah hambatan mobilitas fisik pada

kasus stroke.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI KONSEP LANSIA


Ilmu yang mempelajari secara khusus tentang orang tua dari faktor-
faktor yang mempengaruhinya disebut gerontology. Gerontology berasal
dari kata Geros : lanjut usia dan Logos : ilmu, sedangkan keperawatan orang
lanjut usia sebagai kliennya di sebut juga geriatric nursing .
Geriatry berasal dari kata Geros dan Eatries. Geros: lanjut usia,
Eatries: kesehatan. Ada beberapa hal geriatri menurut (Azizah, 2011) antara
lain :
a. Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang
penyakit pada lanjut usia.
b. Geriatri adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari aspek-aspek
klinik, preventif maupun trapis bagi klien lanju usia
c. Geriatri adalah ilmu kedokteran yang mempelajari proses menjadi tua pada
manusia serta akibat-akibatnya pada tubuh manusia.
d. Geriatri adalah bagian ilmu kedokteran yang mempelajari tentang
pencegahan penyakit dan kekurangan-kekurangan pada lanjut usia.

1. Defenisi Lansia
Menurut Undang – Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia pada bab I pasal 1 ayat 2. Lanjut Usia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas, baik pria maupun wanita.
( Kushariyadi,2011:3).
2. Batasan- Batasan Lanjut Usia
Usia yang di jadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda,
umumnya berkisar antara 60-65 Tahun. Beberapa pendapat para ahli
tentang batasan usia dalam Kushariyadi, 2011 adalah sebagai berikut:

a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO), ada empat tahapan


yaitu :
1) Usia Pertengahan ( Midle age ) : Usia 45 -59 tahun
2) Lanjut Usia ( elderly) : Usia 60-74 tahun
3) Lanjut Usia tua (old) : Usia 75-90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) : Usia > 90 tahun
b. Menurut Hurlock (1979), Perbedaan lanjut usia ada dua tahap :
1) Early old age ( usia 60-70 tahun)
2) Advanced old age ( Usia >70 tahun)

6
7

c. Menurut burnsie (1979), ada empat tahap lanjut usia yaitu :


1) Young old 9 usia 60-69 tahun)
2) Middle age old (usia 70-79 tahun)
3) Old-old ( Usia 80-89 tahun)
4) Very old-old ( Usia >90 tahun)
Di Indonesia , batasan mengenai lanjut usia adalah 60 tahun ke
atas, terdapat dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia pada Bab I pasal 1 Ayat 2.
3. Teori tentang proses penuaan
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang di derita ( CONSTANTINIDES,1994).
Proses menua merupakan proses yang terus menerus atau berlanjut
secara alamiah. Di mulai sejak lahir dan umumnya di alami pada semua
makhluk hidup.
Ada beberapa teori menurut Maryam dkk, 2008 yang berkaitan
dengan proses penuaan, yaitu: teori biologi, teori psikologi,teori sosial, dan
teori spiritual
a. Teori biologi
Teori biologi mencakup gteori genetic dan mutasi,
immunology slow theory, teori stress,teori radikalbebas, dan teori
rantai silang.
1) Meurut teori genetik dan mutasi semua telah terprogram
secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi
sebagai akibat dari perubahan biokimia yang di program oleh
molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi dari sel-sel kelamin.
2) Imunologi Slow Theory”. Menurut imunologi slow theory,
system imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus ke dalam tubuh dapat kerusakan organ tubuh.
3) Teori stress mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya
sel-sel yang biasa di gunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak
dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal
,kelebihan usaha , dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah
terpakai
8

4) Teori Rantai Silang. Sl-sel yang menua atau using, reaksi


kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan
kolagen , ikatan ini menyebabkan kurangnya elastic,
kekacauan, dan hilangnya fungsi.
b. Teori psikologi
Perubahan psikologi yang terjadi dapat di hubungkan pula
dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif.
Adanya penurunan dan intelektualitas yang meliputi persepsi,
kemampuan kognitif, memori dan belajar pada usialanjut
menyebabkan mereka sulit untuk di pahami dan berinteraksi.
Persepsi merupakan kemampuan interprestasi pada lingkungan.
Dengan adanya penurunan fungsi bsistem sensorik, maka akan
terjadi pula penurunan kemampuan untuk menerima, memproses,
dan merespons stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi /
reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada.
c. Teori Sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses
penuaan, yaitu teori interaksi sosial (social exchange theory), teori
penarikan diri (disenga gement theory), teori perkembangan
(development theory), dan teori stratifikasi usia (age stratification
theory).
1) Teori interaksi sosial . Teori ini mencoba menjelaskan
mengapa lansia bertindak pada situasi tertentu , yaitu atas dasar
hal-hal yang di hargai masyrakat. Pada lansia, kekuasaan dan
prestasinya berkurang sehingga me nyebabkan interaksi sosial
mereka juga berkurang , yang tersisa hanyalah harga diri dan
kemampuan mereka untuk mengikuti perintah.
2) Teori penarikan diri . Teori ini menyatakan kemiskinan yang di
derita lansia dan menurunnya derajat kesehatan
mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik
diri dari pergaulan sekitarnya.
3) Teori Aktivitas . Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang
sukses bergantung bagaimana seorang lansia merasakan
kepuasan dalam melakukan aktivitas serta memprtahankan
9

aktivitas tersebut lebih penting di bandingkan kuantitas dan


aktivitas yang di lakukan.
4) Teori Perkembangan. Teori perkembangan menjelaskan
bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan
bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan
tersebut yang dapat bernilai positif ataupun negatif. Akan
tetapi, teoi tidak menggariskan bagaimana cara menjadi tua
yang diinginkan atau yang seharusnya di terapkan oleh lansia
tersebut
d. Teori Spritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada
pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan pesepsi
individu tentang arti kehidupan.
4. Klasifikasi Lansia
Kasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia
berdasarkan Depkes RI (2003) dalam maryam dkk,2008 yang terdiri
dari:
a. Lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
b. Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/
seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan.
5. Tipe Lansia
Menurut Nugroho, 2000 beberapa tipe pada lansia bergantung
pada beberapa karakter, pengalaman hidup, lingkungan,kondisi fisik
mental,sosial dan ekonominya. Tipe tersebut di jabarkan sebagai
berikut:
a. Tipe Arif Bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan ,bersikap ramah,rendah
hati, seerhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi
panutan.
a. Tipe Mandiri
Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan-
kegiatanbaru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman pergaulan,
serta memenuhi undangan.
b. Tipe Tidak Puas
10

Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang menyebabkan


kehilangan kecantikan,kehilangan daya tarik jasmaniah, kehilangan
kekuasaan,status,teman yang di sayangi, pemarah, tidak sabar,mudah
tersinggung,menuntut, sulit di layani, dan pengkritik.
c. Tipe Pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap
datang terang, mengikuti kegiatan bribadat, ringan kaki, pekerjaan
apa saja dilakukan.
d. Tipe Bingung
Kaget,kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder,
menyesal, pasif, acuh tak acuh
e. Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis,tipe konstruktif, tipe
ketergantungan (dependent), tipe defensive, tipe militan dan serius,
tipe marah ( frustasi), tipe putus asa (benci pada diri sendiri).
6. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia menurut Nugroho 2000
a. Perubahan fisik yang terjadi pada lansia di akibatkan oleh terjadinya
proses degenerative yang meliputi :
1) Sel.
a) Lebih sedikit jumlahnya
b) Lebih besar ukurannya
c) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler
d) Menurunnya proporsi protein di otak ,otot,ginjal,darah,dan
hati
e) Jumlah sel otak menurun
f) Terganggunya mekanisme perbaikan sel
g) Otak menjadi lebih atrofis beratnya berkurang 5-10%
2) Sistem persarafan
a) Berat otak menurun 10-20%. (setiap orang berkurang sel
saraf otaknya dalam setiap harinya)
b) Cepatnya menurun hubungan persarafan.
c) Lambat dalam respond an waktu untuk beraksi, khususnya
dengan stres.
d) Mengecilnya saraf panca indra, berkurangnya
penglihatan,hilangnya pendengaran,mengecilnya saraf
pencium dan perasa, lebih sensitive terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin
e) Kurang sensitive terhadap sentuhan
3) Sistem pendengaran
11

a) Presbiakusis (gangguan dalam pendengaran). Hilangnya


kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi , suara yang
tidak jelas, sulit mengerti kata-kata,50% terjadi pada usia di
atas umur 65 tahun.
b) Otosklerosis akibat atrofi membrane tympani.
c) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena
meningkatnya keratin.
d) Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia
e) Ketegangan jiwa atau stress
4) Sistem Penglihatan
a) Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
b) Kornea lebih berbentuk sferis(bola).
c) Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.
d) Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam
cahaya gelap.
e) Hilangnya daya akomodasi
f) Menurunnya lapang pandang, berkurang luas pandangannya.
g) Menurunnya daya meembedakan warna biru atau hijo
5) Sistem cardio vaskuler
a) Elastisitas dinding aorta menurun.
b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini
menyebabkab menurunnya kontraksi dan volumenya.
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi. Perubahan posisi
dari tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa
menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing
mendadak.
e) Tekanan darah tinggi akibat meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer.
6) Sistem pengaturan temperatur pada tubuh
a) Temperature tubuh menurun (hipertermia) secara fisiologis
akibat metabolisme yang menurun.
b) Keterbatasan reflex menggigil dan tidak dapat memproduksi
panas akibatnya aktivitas otot menurun.

7) Sistem Respirasi
a) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b) Menurunya aktivitas dari silia.
12

c) Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat,


kapasitas pernafasan maksimun menurun, dan kedalaman
bernafas menurun.
d) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya
bekurang.
e) Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring
dengan pertambahan usia.
8) Sistem Gastrointestinal
a) Kehilangan gigi akibat periodontal disease, kesehatan gigi
yang buruk dan gizi yang buruk
b) Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf
pengecap di lidah terhadap rasa manis, asin,asam, dan pahit.
c) Eosephagus melebar.
d) Rasa lapar menurun,asam lambung menurun.
f) Peristaltic lemah dan biasanya timbul konstipasi.
9) Sistem Reproduksi
a) Menciutnya ovary dan uterus
b) Atrofi payudara.
c) Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur
d) Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun (asal
kondisi kesehatan baik),
e) Selaput lender vagina menurun,permukaan menjadi
halus,sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya menjadi
alkali,dan terjadi perubahan –perubahan warna.
10) Sistem Perkemihan
a) Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme
tubuh, melalui urine darah yang masuk ke ginjal, di saring
oleh satuan unit terkecil dari ginjal yang disebut nefron.
Nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal,menurun sampai
50%, fungsi tubulus berkurang.
b) Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah frekuensi buang air
kecil meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin
pada pria.
11) System Endokrin.
a) Produksi semua hormone menurun.
b) Fungsi para tiroid dan sekresinya tidak berubah
c) Menurunya aktifitas tiroid ,menurunya BMR ( Basal
Metabolic Rate), dan menurunya daya pertukaran zat.
d) Menurunya produksi aldosteron.
13

e) Menurunnya sekresi hormone kelamin,misalnya: progesteron,


estrogen, dan testoteron.
12) System kulit (Integumentary system)
a) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan
lemak.
b) Permukaan kulit kasar dan bersisik ( karena kehilangan
proses kreatinasi serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk
sel epidermis).
c) Menurunya respon terhadap trauma .
d) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
e) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
f) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan
vaskularisasi.
g) Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
13) System muskuluskletal
a) Tulang kehilangan density( cairan) dan makin rapuh.
b) Kifosis (terjadinya penarikan tulang belakang).
c) Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
d) Persendian membesar dan menjadi kaku.
e) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
f) Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil). Sehingga
pergerakan menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi
tremor.
b. Perubahan-perubahan mental
Faktor-faktor menurut Nugroho (2000:26) yang mempengaruhi
perubahan mental adalah:
1) Pertama-tama perubahan fisik,khususnya orang perasa.
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan( Hereditas).
5) Lingkungan.
6) Gangguan saraf pancaindera, timbul kebutaan dan ketulian
7) Rangkaian dari kehilangan,yaitu kehilangan hubungan dengan
teman-teman dan keluarga.
8) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik:perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan konsep diri.

B. TEORI MEDIS
1. Defenisi
Stroke adalah serangan otak yang terjadi secara tiba-tiba dengan
akibat kematian atau kelumpuhan sebelah bagian tubuh. Kerena sifatnya
yang menyerang itu,sindrom ini memberi nama “stroke”, yang artinya
14

kurang lebih pukulan telak dan mendadak. Kadang pula stroke disebut
CVA ( cerobro-Vascular accident).
Stroke merupakan suatu keadaan yang timbul karena aliran darah
ke otak terputus.Otak kita sangat tergantung pada pasokan darah yang
berkesinambungan, yang di alirkan oleh arteri (pembuluh nadi).
Jika pasokan darah berhenti, akibat pembekuan darah atau
pecahnya pembuluh darah,sedikit atau banyak akan terjadi kerusakan
pada otak yang tidak dapat di perbaiki (infark otak). Dampaknya adalah
fungsi control bagian tubuh oleh daerah otak yang terkena stroke itu akan
hilang atau mengalami gangguan dan dapat mengakibatkan kematian.
(Sustrani,Lanny,2003:10).
2. Klasifikasi Stroke
Berdasarkan kelainan patologis (menurut Sharif La Ode 2012:188)
a. Stroke hemoragik
1) Perdarahan intra serebral adalah perdarahan dari salah satu arteri
otak kedalam jaringan otak
2) Perdarahan ekstra serebral (subarachnoid) perdarahan
surabarachnoid di cirikan oleh perdarahan arteri di ruang antara
dua meningen yaitu piameter dan arachnoida. Gejalanya:
a) Nyeri kepala hebat dan mendadak
b) Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi
c) Ada gejala atau tanda meninggal
d) Papiledema terjadi bila ada perdarahan subarachnoid karena
pecahnya aneurisma pada arteri komunikasi anterior atau arteri
karotis interna
3. Etiologi Stroke
a. Kekurangan suplai oksigen yang menuju ke otak
b. Pecahnya pembuluh darah di otak karena kerapuhan pembuluh darah
otak
c. Adanya sumbatan bekuan darah otak (Batticaca Fransisca,2008:56)
4. Faktor resiko penyebab stroke
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyebab stroke menurut
(Batticaca Fransisca 2008:58) adalah:
a. Hipertensi atau tekanan darah tinggi
b. Mati rasa yang mendadak di wajah, lengan,atau kaki dan terutama
terasa Hipotensi atau tekanan darah rendah
c. Obesitas atau kegemukan Kolesterol tinggi
d. Riwayat penyakit jantung
e. Diabetes mellitus
f. Merokok atau konsumsi alcohol
15

g. Penyalahgunaan obat (khususnya kokain)


5. Tanda dan gejala stroke
a. Di salah satu sisi saja, kiri atau kanan
b. Mendadak bingung, atau sulit bicara, atau sulit mengerti.
c. Kesulitan penglihatan yang mendadak di salah satu atau kedua mata.
d. Mendadak kehilangan keseimbangan atau koordinasi, atau kesulitan
berjalan yang biasanya di barengi rasa pusing.
e. Sakit kepala yang mendadak tanpa penyebab yang jelas.
(Sustrani,Lanny 2006:18)
6. Patofisiologi penyakit stroke
Setiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi darah pada
otak akan menyebabkan keadaan hipoksia. Yang berlangsung lama dapat
menyebabkan iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu yang
singkat kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan deficit sementara
dan bukan deficit permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi dalam
waktu lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan
infark pada otak.
Setiap deficit fokal permanen akan bergantung pada daerah otak
mana yang terkena.Dareah otak yang terkena akan menggambarkan
pembuluh darah otak yang terkena. Pembuluh darah yang paling sering
mengalami iskemik adalah arteri serebral tengah dan arteri karotis
interna.Defisit focal permanen dapat tidak di ketahui jika klien pertama
kali mengalami iskemik otak total dapat teratasi.
Jika aliran darah setiap bagian otak terhambat karena thrombus
atau emboli, maka mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan
otak.Kekurangan oksigen dalam satu menit dapat menunjukan gejala
seperti kehilangan kesadaran.Sedangkan kekurangan oksigen dalam
waktu yang lebih alam menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-
neuron.Area yang mengalami nekrosis disebut infark.
Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan
pada metabolisme sel-sel neuron, dimana sel-sel neuron tidak mampu
menyimpan glikogen sehingga kebutuhan metabolisme tergantung dari
glukosa dan oksigen yang terdapat pada arteri-arteri yang menuju ke
otak.
Perdarahan intracranial termasuk perdarahan kedalam ruang
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Hipertensi
16

mengakibatkan timbulnya penebalan dan degenerative pembuluh darah


yang dapat menyebabkan rupturnya arteri serebral sehingga perdarahan
menyebar dengan cepat dan menimbulkan perubahan setempat serta
iritasi pada pembuluh darah otak.
Pedarahan biasanya berhenti karena pembentukan thrombus oleh
fibrin trombosit dan oleh tekanan jaringan.Setelah 3 minggu, darah mulai
di reabsorbsi. Rupture ulangan merupakan resiko serius yang terjadi
sekitar 7-10 hari setelah perdarahan pertama.
Rupture ulangan mengakibatkan terhentinya aliran darah
kebagian tertentu, menimbulkan iskemik fokal, dan infark jaringan
otak .hal tersebut dapat menimbulkan gegar otak dan kehilangan
kesadaran, peningkatan tekanan cairan serebrospinal (CSS), dan
menyebabkan gesekan otak (otak terbelah sepanjang serabut). Perdarahan
mengisi ventrikel atau hematoma yang merusak jaringan otak.
Perubahan sirkulasi CSS, obstruksi vena, adanya edema dapat
meningkatkan tekanan intracranial yang membahayakan jiwa dengan
cepat.peningkatan tekanan intracranial yang tidak di obati mengakibatkan
herniasi unkus atau serebllum. Di samping itu,terjadi brakikardia,
hiperensi sistemik, dan gangguan pernapasan.
Darah merupakan bagian yang merusak dan bila terjadi
hemodialisa , darah dapat mengiritasi pembuluh darah, meningen, dan
otak. Darah dan vasoaktif yang di lepas mendorong spasme arteri yang
berakibat menurunya perfusi serebral.spasme serebri atau vasospasme
biasa terjadi pada hari ke 4 sampai ke 10 setelah terjadinya perdarahan
dan menyebabkan kontriksi arteri otak. Vasospasme merupakan
komplikasi yang mengakibatkan terjadinya penurunan fokal neurologis,
iskemik otak, dan infark.

7. Pemeriksaan diagnostis stroke


Pemeriksaan penunjang
a. Angiografi serebal,membantu menentukan penyebab stroke secara
spesifik misalnya pertahanan atau sumbatan arteri.
b. Scan tomografi computer ( computer tomography scan –CT
scan).Mengetahui adanya tekanan normal dan adanya
thrombosis,emboli serebral,dan tekanan intracranial (TIK).
17

Peningkatan TIK dan cairan yang mengandung darah menunjukan


adanya perdarahan subarokhnoid dan perdarahan intracranial. kadar
protein total meningkat , beberapa kasus thrombosis disertai proses
inflamasi.
c. Magnetic resonance imaging (MRI). Menunjukan daerah
infark,perdarahan,malformasi,arteriovena (MAV).
d. Ultrasonografi Doppler (USG Doppler). Mengidentifikasi penyakit
arteriovena( masalah system arteri karotis ( aliran darah atau timbulnya
plak) dan arteriosklerosis.
e. Elektroensefalogram (eletrocencephalogram EEG). Mengidentifikasi
masalah pada gelombang otak dan memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik.
f. Sinar tengkorak menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal
daerah yang berlawanan dari masa yang meluas,kalsifikasi karotis
interna terdapat pada thrombosis serebral,klasifikasi persial dinding
aneurisma pada perdarahan subarachnoid.
Pemeriksaan laboratorium :
a. Gula dara
Untuk mengetahui apakah ada gejala penyakit diabetes melitus
b. Urine rutin
c. Darah rutin seperti Haemoglobin
d. Elektrolit

8. Komplikasi Penyakit Stroke


Serangan stroke tidak berakhir dengan akibat pada otak
saja.Gangguan emosional dan fisik akibat terbaring lama tanpa dapat
bergerak di tempat tidur adalah bonus yang tak dapat di hindari.
(Sustrani,Lanny 2006:22).
9. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan medis
1) Tujuan terapi:
a) Mengatasi penyebab dari stroke hemoragik jadi terapi
diberikan sesuai dengan penyebabnya.
b) Mengatasi perdarahan
2) Saran terapi:
a) Penyebab stroke hemoragik
b) Perdarahan
b. Terapi non farmakologi :
1) Kendalikan tekanan darah tinggi
18

2) Mengurangi asupan kolesterol dan lemah jenuh


3) Tidak merokok
4) Control diabetes dan berat badan
5) Olahraga teratur dan mengurangi stress
6) Konsumsi makanan kaya serat (La Ode,Sharif 2003:200)

C. KONSEP HAMBATAN MOBILITAS FISIK


1. Defenisi
Mobilitas atau mobilisasi adalah kondisi ketika individu
mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerak fisik, tetapi
bukan imobilisasi. (Carpenito 2013:325)
Hambatan mobiltas fisik : keterbatasan pada pergerakan fisik
tubuh atau satu atau lebih ekstermitas secara mandiri dan terarah.

2. Jenis mobilitas
Menurut (Hidayat aziz alimul 2006:173)
a. Mobilitas penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial
dan menjalankan peran sehari-hari .mobilitas penuh ini merupakan
fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol
seluruh area tubuh seseorang.
b. Mobilitas sebagian, merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara
bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik
pada area tubuhnya. Mobilitas sebagian di bagi menjadi 2 yaitu :
1. Mobilitas sebagian temporal, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara.
2. Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan
individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap.
3. Etiologi Hambatan Mobilitas Fisik
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah,
kekakuan otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis.Osteoarthritis
merupakan penyebab utama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi
kognitif berat seperti pada dimensia dan gangguan fungsi mental seperti
pada depresi juga menyebabkan imobilisasi (roosheroe,2007).
4. Tingkat kemampuan mobilitas
Tingkat kemampuan mobilitas menurut hidayat (2006:179) dapat
ditandai dengan:
19

a. Kemampuan merawat diri sendiri secara penuh ( tingkat 0)


b. Memerlukan penggunaan alat (tingkat 1)
c. Memerlukan bantuan dan orang lain pengawasan (tingkat 2)
d. Memerlukan bantuan,pengawasan orang lain, dan peralatan (tingkat 3)
e. Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi
dalam perawatan (tingkat 4)

5. Kemampuan rentang gerak


Rentang gerak (ROM/ Range Of Motion :Dilakukan pada daerah
bahu,siku,pergelangan tangan,tangan dan jari
Bahu
Abduksi: gerakan lengan ke lateral dari posisi samping ke atas kepala,
telapak menghadap ke posisi yang paling jauh (derajat normalnya 180)
Siku
Fleksi: angkat lengan bawah kearah depan dan kearah atas menuju bahu.
(derajat normalnya 150)
Pergelangan tangan
Fleksi: tekuk jari-jari tangan kearah bagian dalam lengan bawah (derajat
normalnya 80-90)
Ekstensi:luruskan pergelangan tangan dari posisi fleksi (derajat
normalnya 80-90)
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan kearah belakang sejauh mungkin
(derajat normalnya 70-90)
Abduksi : tekuk pergelangan tangan kearah kelingking telapak tangan
menghadap ke atas (derajat normalnya 0-20)
Adduksi : tekuk pergelangan tangan kearah kelingking telapak tangan
menghadap keatas (derajat normalnya 30-50)
Tangan dan jari
Fleksi: buat kepalan tangan (derajat normalnya 90)
Ekstensi: luruskan jari(derajat normalnya 90)
Hiperekstensi: tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mingkin(derajat
normalnya 30)
Abduksi : kembangkan jari tangan (derajat normalnya 20)
Aduksi :rapatkan jari-jari tangan dari posisi abduksi (derajat normalnya
20)
Stroke adalah suatu penyakit gangguan saraf yang mengarah pada semua
keadaan patologis dari predaran darah otak .stroke adalah sindrom klinis
yang awal timbulnya mendadak ,progresi cepat, berupa deficit neurologis
fokal dan atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung
menimbulkan kematian dan semata-mata menimbulkan kematian.secara
20

sederhana ,stroke terjadi jika aliran darah keotak terputus. Otak sangat
tergantung pada pasokan darah yang berkesinambungan , yang dialirkan
oleh arteri ( pembluh nadi). Jika pasokan darah berhenti , akibat
pembekuan darah atau pecahnya pembuluh darah ,sedikit atau banyak
akan terjadi kerusakan pada otak yang tidak diperbaiki .Dampaknya
adalah fungsi control bagian tubuh oleh daerah otak yang terkena stroke
itu akan hilang atau mengalami gangguan dan dapat mengakibatkan
hambatan mobilitas fisik dan akan mengakibatkan kematian
6. Mobilitas pada lansia
Mobilitas pada lansia ini sangat sering tejadi dan berperan
penting,pada ganguan muskuluskletal menyebabkan kekakuan
jaringan,berkurangnya masa otot, perlambatan konduksi saraf. Hal-hal
tersebut dapat menyebabkan penurunan ROM, penurunan kekuatan otot
terutama ekstermitas ( Nugroho 2000:35)

D. TEORI MANAJEMEN KEPERAWATAN


Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep di terapkan
dalam praktik keperawtan , hal ini dapat disebut sebagai suatu pendekatan
untuk memecahkan masalah yang memerlukan ilmu,teknik, dan ketrampilan
interpersonal yang bertujuan unuk memenuhi kebutuhan klien, keluarga dan
masyrakat. proses keperawatan tediri atas lima tahap yang berurutan dan
saling berhubungan, yaitu pengkajian,diagnosis, perencanaan, implementasi,
dan evaluasi. Tahap-tahap tersebut berintegrasi terhadap fungsi intelektual
problem-solving dalam mendefenisikan suatu asuhan keperawatan
( Nursalam,2008:1)
1. Pengkajian keperawatan pada lansia penderita stroke dengan masalah
hambatan mobilitas fisik
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberi asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu ( klien). Oleh karena itu
pengkajian yang benar, akurat, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan
sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan
21

dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu,


sebagaimana yang telah di tentukan dalam standar praktik keperawatan
dari American Nursing (ANA) (Nursalam ,2008:29)
Pengkajian keperawatan pada penyakit stroke adalah salah satu
komponen proses keperawatan sebagai suatu usaha yang dilakukan oleh
perwat dalam menggali permasalahan pada penderita stroke. Kegiatan
tersebut meliputi usaha pengumpulan data tentang status kesehatan
seorang klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan
berkesinambungan. Pengkajian yang terkait dengan stroke perubahan
sensasi,perubahan pergerakan ,neurologis, tanda-tanda vital,perubahan
fungsi sensorik motorik, aktivitas (Batticaca,Fransisca B. 2008:66)
Komponen pengkajian keperawatan komprehensif yang di
laksanakan perawat secara umum meliputi anamnesis klien, keluarga
dan rawat lainnya :: pemeriksaan fisik keperawatan :meninjau catatan
/status klien untuk melihat pemeriksaan diagnostik: konsultasi dengan
anggota tim kesehatan lain:dan meninjau literature yang terkait dengan
keadaan klien: data lain yang perlu di kumpulkan adalah data mengenai
emosi,pertumbuhan,sosial, kebudayaan,intelektual dan aspek spiritual.
Perawat juga harus memiliki keahlian untuk melakukan observasi,
komunikasi, wawancara..dan pemeriksaan fisik yang sangat penting
untuk mewujudkan fase pengkajian proses keperawatan.
Pengkajian keperawatan pada penderita stroke meliputi :
a. Anamnesis
Anamnesa pada stroke meliput identitas klien,keluhan utama
,riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu , riwayat
penyakit keluarga, dan pengkajian psikososial.

b. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua),jenis
kelamin, pendidikan alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa,
tanggal, dan jam MRS, nomor register, dan diagnose medis.
c. Keluhan utama
22

Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan


adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan ,bicara pelo, tidak
dapat berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
d. Riwaya penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat
mendadak,pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya
terjadi nyeri kepala, mual,muntah, bahkan kejang sampe tidak
sadar , selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan
fungsi otak lain. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat
kesadaran di sebabkan perubahan di dalam intracranial.Keluhan
perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan
penyakit, dapat terjadi latergi, tidak responsive, dan koma.
e. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya ,diabetes
mellitus,penyakit jantung,anemia,riwayat trauma kepala,
kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obatan anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan.pengkajian
pemakaian obat-obat yang sering di gunakan klien,seperti
pemakaian obat antihipertensi, antilipidemia,penghambat beta, dan
lainnya, adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol , dan
pengunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat
mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan
merupakan data dasar untuk m,engkaji lebih jauh dan untuk
memberikan indakan selanjutnya.

f. Riwayat penyakit keluarga


Biasanya ada riwayat penyakit keluarga yang mendrita
hipertensi,diabetes militus, atau adanya riwayat stroke dari
generasi terdahulu.
g. Pengkajia psiko-sosial-spiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawatan untuk memperoeh persepsi yang jelas
mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Pengkajian
mekanisme koping yang di gunakan klien juga penting untuk
23

menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan


perubahan peran klien dalam keluarga dan masyrakat serta respon
atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari.
h. Pemeriksaan fisik
Setelah melakukan anamneses yang mengarah pada keluhan klien
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk data dari pengkajian
anamneses yaitu:
1) Aktivitas atau tidur
Gejala : merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena
kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisi.Merasa mudah
lelah, susah untu beristirahat
Tanda :Gangguan tonus
Gangguan penglihatan
Gangguan tingkat kesadaran
2) Sirkulasi
Gejala : adanya penyakit jantung, polisitemia,riwayat
hipotensi postural.
Tanda : hipertensi arterial
Nadi : frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan
fungsi jantung)
Distritmia perubahan EKG
3) Interegitas ego
Gejala : perasaan tidak berday, perasaan putus asa
Tanda : Emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah,
sedih, dan gembira.Kesulitan untuk mengekspresikan diri
4) Eliminasi
Gejala : distensi abdomen, bising usus negative,
Tanda : perubahan pola berkemih
5) Makanan cairan
Gejala : nafsu makan hilang, mual muntah selama fase
akut, kehilangan sensasi
Tanda : kesulitan menelan
6) Neorosensori
Gejala : sakit kepala, pusing, penglihatan meurun,
hilangnya rangsang sentuhan gangguan rasa pengecapandan
penciuman
Tanda : status mental, tingkat kesdaran, pada wajah terjadi
paralisis kehilangan untuk mengenali.
7) Nyeri/kenyaman
Gejala : sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda
24

Tanda : tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan


pada otot
8) Pernapasan
Gejala : merokok
Tanda : ketidakmampuan untuk menelan/batuk/hambatan
jalan napas, timbulnya penapasan sulit, suara napas
terdengar ronchi
9) Keamanan
Tanda : motorik sensorik masalah dengan penglihatan
Perubahan persepsi
Gangguan berespon, kesulitan menelan
10) Interaksi sosial
Tanda: masalah bicara, ketidakmampuan
untukberkomunikasi.

2. Diagnose keperawatan
Diagnose keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari
individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan member intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dang mengubah
( carpenito,2000).
Kemungkinan diagnose keperawatan yang muncul pada klien
stoke adalah :
a. Perubahan perfusi jaringan otak berhubungan denga perdarahan
intraserebral,oklusi otak,vasospasme, dan edema otak.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparase/
hemiplagia, kelemahan neuromuskuler pada ekstermitas.
c. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan denga efek dari kerusaka
pada area bicara di hemisfer otak, kehilangan control tonus otot fasial
atau oral dan kelemahan secara umum.
d. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma neurologis,
sters psikologis akibat ansietas.
e. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuscular,
menurunnya kekuatan dan kesadaran.
f. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan psikososial.
g. Resiko tinggi terhdap kerusakan menelan berhubungan dengan
kerusakan neuromuskuler
25

h. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan pengobatan berhubungan


dengan kurannya informasi.
Dari dignosa yang muncul, peneliti memfokuskan dan memilih
pada masalah Hambatan Mbilitas Fisik.
3. Rencana asuhan keperawatann
Rencana keperawatn dapat diartikan sebagai suatu dokumen
tulisan tangan dalam menyelsaikan masalah, tujuan, dan intervensi
keperawatan yang meliputi pengembangan strategi desain untuk
mencegah, menurangi, atau mengoreksi masala-masalah yang telah
diidentifikasi pada diagnosis keperawatan di mana tahap ini di mulai
setelah menetukan diagnosis keperawatn dan menyimpulkan rencana
dokumentasi ( Nursalam,2008:77).
a. Diagnose : Hambata Mobilitas Fisik
b. Defenisi : keadaan ketika individu mengalami atau beresiko
mengalami keterbatasan gerak fisik.
c. Batasan karasteristik
1) Mayor (80-100%)
Penurunan kemampuan untuk bergerak dengan sengaja dalam
lingkungan (misalnya, mobilitas di tempat tidur, berpindah,
ambulasi)
Keterbatasan rentang gerak
2) Minor(50-80%)
Pembatasan pergerakan yang di paksa
Enggan untuk bergerak
a) Faktor yang berhubungan
1) Patofisiologi
(a) Berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan
skunder akibat : Gangguan neuromuskuler
(b) Perubahan autoimun (mis,sklerosimultiple,arthritis)
(c) Distri otot
(d) Paralisis parsial atau total (mis, cedera medulla
spinali, stroke)
(e) Tumor system saraf pusat
(f) Peningkatan intracranial
(g) Deficit sensori
(h) Kerusakan muskuluskletal
(i) Fraktur
(j) Penyakit jaringan ikat ( sistemik lupus erimatosus)
a. Berhubungan dengan edema (peningkatan cairan
synovial)
Tindakan yang berhubungan
26

a) Berhubungan dengan alat eksternal(gips atau


bebat,brace, selang IV)
b) Berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan
ketahanan untuk ambulasi (sebutkan: mis,
prosthesis,kruk,walker) Situsional( personal,
lingkungan)
c) Berhubungan dengan keletihan, penurunan motivasi,
nyeri
(1)Maturasional
(2)Anak-anak
d) Berhubungan dengan gaya berjalan abnormal
skunder akibat :
(1) Defisiensi rangka congenital
(2) Osteomielitis
(3) Dysplasia pinggul congenital
(4) Lansia
e) Berhubungan dengan penurunan ketangkasan
motorik atau kelemahan otot
(1) Tujuan yang di harapkan :
Individu melaporkan peningkatan kekuatan dan
ketahanan
(2) Criteria hasil :
Memperthankan posisi optimal dari fungsi yang
di buktikan ole tekadnya.
Mempertahankan atau meningkatnya kekuatan
dan fungsi bagian tubuh yang terkena
Mendemontrasikan teknik atau perilaku
yangmemungkinkan melakukan aktivitas.
Intervensi :
Mandiri :
(a) Kaji kemampuan secara fungsional /
luasnya kerusakan awal dan dengan cara
yang teratur. Klasifikasi melalui skala 0-4.
Rasional : mengidentifikasi kekuatan /
kelemahan dan dapat memberikan
informasi mengenai pemulihan .
(b) Ubah posisi minimal 2 jam (terlentang,
miring) jika memungkinkan bisa lebih lebih
27

sering jika di letakan dalam posisi bagian


yang terganggu
Rasional : menurunkan resiko terjadinya
trauma/iskemia jaringan
(c) Letakan pada posisi telungkup satu kali
atau dua kali sehari jika pasien dapat
mentoleransinya.
Rasional : membantu mempertahankan
estensi pinggul fungsional
(d) Mulailah melakukan rentang gerak aktif
pasif pada semua ekstermitas saat masuk.
Rasional: meminimalkan atrofi otot,
meningkatkan sirkulasi, membantu
mencegah kontraktur.
(e) Gunakan penyangga lengan ketika pasien
berada dalam posisi tegak, sesuai indikasi
Rasional: dapat menurunkan resiko
terjadinya subluksasio lengan dan sindrom-
sindrom bahu.
(f) Evaluasi penggunaan alat bantu untuk
pengaturan posisi
Rasional: kontraktur fleksi dapat terjadi
akibat dari oto fleksor lebih kuat di
bandingkan dengan otot ektensor.
(g) Tempatkan bantal di bawah aksila untuk
melakukan abduksi pada tangan
(h) Pertahankan kakidalam posisi netral dengan
gulungan /bantalan trokanter
Rasional : mencegah rotasi eksternal pada
pinggul
(i) Bantu untuk mengembangkan
keseimbangan duduk (seperti meninggikan
kepala tempat tidur,bantu untuk duduk di
sisi tempat tidur, biarkan pasien
menggunakan kekutan tangan) dan
keseimbangan berdiri ( letakan spatu datar,
28

bantu menggunakan alat bantu parallel da


walker)
Rasioanal : membantu dalam melatih
kembali jeras saraf meningkatkan respon
roprioseptik dan motorik.
Kolaborasi :
(j) Berikan tempat tidur dengan matras bulat,
tempat tidur air, tempat tidur khusus
Rasional: meningkatkan distribusimerasa
berat badan yang menurunkan tekanan pada
tulang-tulang tertentu dan membantu untuk
mencegah kerusakan kulit / dekubitus.
(k) Konsultasikan denngan ahli fisioterapi
secara aktif, latihan resistif, dan ambulasi
pasien.
Rasional : program yang khusus dapat di
kembangkan untuk menemukan kebutuhan
yang berarti menjaga kekurangan ersebut
dalam keseimbangan, koordinasi, dan
kekeuatan otot.
Bantulah dengan stimulasi elektrik seperti
TENS sesuai indikasi.
Rasional : dapat membatu memulihkan
kekuatan otot dan meningkatkan control
otot volunteer
(l) Berikan obat relaksan otot a,
antispasmodic, sesuai indikasi
Rasional : mungkin di perlukan untuk
menghilangkan spastisitas pada ekstermitas
yang terganggu
(m) Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah
pelaksanaan dari rancana intevensi untuk
mencapai tujuan yang spesifik di mulai
setekah rebcana intervensi di susun dan di
tunjukan pada klien utnuk membantu klien
29

mencaoai tujuan yang di harapakan di mana


tujuan dari implementasi adalah membantu
klien dalam mencapai tujuan yang telah di
tetapkan yang mencakup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan, dan menfasilitasi koping .
selama tahap implementasi, perawat terus
melakukan pengumpulan data dan memilih
asuhan keperawatan yang paling sesuai
kebutuhan klien ( Nursalam, 2008 :127).
(n) Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tindakan
intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan
keberhasilan dari diagnosis keperawatan,
rencana intervensi, dan implementasinya.
Tahap evaluasi memungkinkan perawat
untuk memonitor “kealpaan”yang terjadi
selama tahap pengkajian, analisis,
perencanaan, dan implementasi intervensi
( Nursalam, 2008: 135).
BAB III

METODOLOGI

A. JENIS PENELITIAN

Berbagai bentuk penelitian observasional antara lain adalah : Diskriptif


( survey,studi kasus), dan analitik (cross seksional, sub control, dan cohort).
Beberapa jenis penelitian di atas, jenis penelitian yang di gunakan
adalah jenis penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan studi kasus
yang di laksanakan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu
kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal disini dapat berarti satu
orang, kelompok penduduk yang terkena suatu masalah misalnya keracunan
atau kelompok masyrakat di suatu daerah. Unit yang menjadi masalah tersebut
secara mendalam di analisa baik dari segi yang berhubungan dengan kasus
maupun tindakan dan reaksi dari kasus maupun terhadap suatu perlakuan atau
pemaparan tertentu. Meskipun yang di teliti dalam kasus tersebut hanya
berbentuk unit tunggal, namun dianalisis secara mendalam. Tujuan dari
penelitian studi kasus adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar
belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial,
individu, kelompok, lembaga atau masyrakat. ( Setiadi, 2007)
Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian diskriptif
( survey,studi kasus) atau observasional diskriptif dengan pendekatan studi
kasus pada klien dengan masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik pada
kasus stroke
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penyusunan studi kasus di mulai pada bual mei-juni 2016. Untuk
penelitian di lakukan di UPT PSLU PARE.

C. SUBYEK PENELITIAN
Subyek penelitian adalah subyek yang di tuju unuk di teliti oleh peneliti
atau subyek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti ( arikunto
2006). Subyek dalam penelitian ini adalah lansia dengan masalah Hambatan
Mobilitas Fisik pada kasus stroke.
D. JENIS DATA

30
31

Pada penelitian ini menggunakan data kulitatif . data kualitatif adalah


data yang di nyatakan dalam bentuk kata,kalimat, sketsa,dan gambar. Jenis
data pada penelitian ini adalah data primer dan data skunder.
1. Data primer
Data primer adalah data yang hanya dapat kita proleh dari sumber aslinya
atau pertama , contohnya :
a) Data subyektif adalah data yang di dapat dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap situasi dan kejadian tetapi melalui suatu interaksi
atau komunikasi
b) Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan di ukur oleh
perawat , data ini di proleh melalui kepekaan perawat selama
melakukan pemeriksaan fisik melalui 28 (sight,smell) dan HT
( hearing,touch/taste
2. Data skunder
Data skunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal
cari dan mengumpulkan , contohnya yaitu : data dari wawancara dan
pengkajian pada pasien.
E. TEKNIK PENGAMBILAN DATA
Teknik pengambilan data yang di gunakan yaitu dengan cara wawancara
, observasi langsung , pengelola panti, dan orang terdekat.
1. Wawancara
Metode yang di gunakan untuk mengumpulkan data secara lisan dari
responden atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan responden dan
keluarga ( setiadi,2007:170). Pada penelitian ini peneliti mengumpulkan
data dari klien atau keluarga klien dengan diagnosis gangguan
perkembangan.
2. Pengamatan
Pengamatan terlibat
Pengamatan benar-bemar mengambil keputusan dalam kegiatan-
kegiatan yang di lakukan dengan kata lain pengamat ikut aktif
berpartisipasi pada aktivitas yang telah diselidiki. Pengamatan pada lansia
yang mengalami hambatan mobilitas fisik adalah masalah ekstermitas.

F. PENGUMPULAN DATA
1. Instrument penelitian
Adalah alat atau fasilitas yang di gunakan penelitian dalam
mengumpulkan data penelitian ( Arikunto,2006:149). Dalam penelitian
instrument yang di gunakan adalah format asuhan keperawatan. Format
32

asuhan keperawatan yang di maksud terdiri dari


pengkajian,diagnose,intervensi,implementasi, dan evaluasi.
2. Pengumpulan data
a. Proses pengumpulan data didahului denga prosedur birokrasi atau
surat perijinan dari Direktur Akademi Keperawatan Dharma Husada
Kediri yang di tujukan kepada Kepala UPT PSLU Pare yang
kemudian di tembuskan ke instansi pendidikan
b. cara pengumpulan data di mulai dari peneliti mencari klien yang
sesuai dengan kasus atau judul penelitiannya. Setelah klien
yangsesuai di temukan , peneliti melakukan tindakanpreorientasi atau
memprkenalkan diri serta menjelaskan maksud dan tujuan pada klien.
Kemudian lebih lanjut peneliti melakukan informed konsen berkaitan
dengan meminta kesediaan klien untuk dijadikan subyek penelitian
secara sukarela tanpa keterpaksaan. Setelah klienmenyatakan
kesediaannya untuk menjadi subyek penelitian maka penulis harus
meminta bukti kesediaan klien secara tertulis dengan menandatangani
surat persetujuan menjadi subyek penelitian.
Setelah persetujuan didapatkan, peneliti mulai melakukan pengkajian
pada klien kemudian merumuskan diagnose keperawatan , menyusun
rencana keperawatan, melakukan tindakan keperawatan sesuai
rencana dan m engevaluasi hasil dari tindakan keperawatan

G. ANALISA DATA
Analisa data di lakukan secara diskriptif menggunakan prinsip-prinsip manajemen
asuhan keperawatan.

1. Anamnesis : Keluhan utama yang sering menjadi alasan


klien dengan hambatan mobilitas fisik
untuk meminta pertolongan kesehatan
2. Diagnosa : Dari diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul, peneliti memfokuskan pada
masalah keperawatan yaitu hambatan
mobilitas fisik berhubungan dengan
hemiparase , kelemahan meurosmukuler
pada ekstermitas
3. Intervensi : Penulis mengambil satu tindakan
33

keperawatan yang sesuai dengan masalah


keperawatan yakni latihan rentang gerak
(Range Of ROM)
4. Implementasi : Proses implementasi mencakup mengkaji
kembali klien dan menentukan kebutuhan
perawatan terhadap bantuan
5. Evaluasi :  Pasien mempertahankan posisi optimal
dari fungsi yang di buktikan oleh
tekadnya
 Pasien mempertahankan atau
meningkatnya kekuatan dan fungsi
bagian tubuh yang terkena

H. ETIKA PENELITIAN
Etika penelitin yang digunakan dalam penelitian ini menurut Hidayat (2007)
adalah :
1. Informed concent ( surat persetujuan)
Sebelum pengambilan data dilakukan, peneliti memperkenalkan diri,
memberi penjelasan tentang judul studi kasus . deskripsi tentang tujuan
pencatatan . menjelaskan hak dan kewajiban responden. Setelah di lakukan
penjelasan pada responden peneliti melakukan persetujuan sesuai dengan
responden tentang di lakukannya penelitian.
2. Anominity ( Tanpa Nama)
Peneliti melindungi hak-hak dan privesi responden, nama tidak di
gunakan serta menjaga kerahasiaan responden, peneliyi hanya
menggunakan inisial sebagai identitas.
3. Confidentiality( kerahasiaan)
Semua informasi yang diberikan responden kepada peneliti akan tetap
dirahasiakan .
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Tinjauan Kasus


Tabel 4.1 Hasil Pengkajian

IDENTITAS PASIEN KASUS 1 KASUS 2

Nama Tn.P Tn. G


Umur 62 tahun 52 tahun
Agama Katolik Islam
Alamat asal Mojokerto Nganjuk
Tanggal datang 19 mei 2015 02 mei 2016
Penanggung jawab Anak kandung Anak kandung
Alamat Mojokerto Nganjuk

PERUBAHAN YANG
TERJADI PADA LANSIA
1. Fungsi Biologis
a. Sistem pernafasan Inspeksi : Inspeksi :
a. Hidung : simetris,tidak luka a. Hidung :
di sekitar hidung, tidak ada simetris,tidak luka di
benjolan, tidak ada sekitar hidung, tidak
pernafasan cuping hidung ada benjolan, tidak
ada pernafasan cuping
hidung
b. Sistem cardivaskuler Tekanan darah didapati 150/90 Tekanan darah didapati
mmHg, nadi klien 88x/menit, 140/90 mmHg, nadi klien
conjunctiva anemis, CRT ≤ 2 88x/menit, conjunctiva
detik, bunyi jantung dalam anemis, CRT ≤ 2 detik,
batas normal, tidak ada bunyi jantung dalam
pembesaran vena jugularis batas normal, tidak ada
pembesaran vena
jugularis
c. Sistem persyarafan Kesadaran compos mentis, Kesadaran compos
GCS 4 5 6, respon klien mentis, GCS 4 5 6,
terhadap pembicaraan baik, respon klien terhadap
bicara normal dan jelas, bahasa pembicaraan baik, bicara
yang digunakan bahasa jawa, normal dan jelas, bahasa
sentuhan dan perabaan kulit yang digunakan bahasa
masih normal, dengan sentuhan jawa, sentuhan dan
benda tumpul atau benda tajam perabaan kulit masih
masih dapat dibedakan. normal, dengan sentuhan
Keadaan mental klien stabil. benda tumpul atau benda
tajam masih dapat
dibedakan. Keadaan
mental klien stabil.
1) Nerfus optikus Pandangan normal

2) Nerfus olfaktorius Penciuman baik mampu Pandangan normal

34
35

membedakan bau ( bau balsam


dan minyak urut) Penciuman baik mampu
membedakan bau ( bau
3) Nerfus Klien dapat memutar bola mata balsam dan minyak urut)
Okulomotorius kearah atas, bawah, dan
mengangkat bola mata Klien dapat memutar
bola mata kearah atas,
4) Nerfus troklearis Klien dapat menggerakan bola bawah, dan mengangkat
mata kearah samping kanan dan bola mata
kiri
Klien dapat menggerakan
5) Nerfus trigeminus Klien mampu menggerakan bola mata kearah
rahangnya samping kanan dan kiri

6) Nerfus fasiali Klien dapat mengerutkan dahi, Klien mampu


dan mengembungkan pipi menggerakan rahangnya

Klien dapat mengerutkan


7) Nerfus abdusen Klien dapat melirik ke kanan dahi, dan
dan kekiri mengembungkan pipi

8) Nerfus Klien dapat mendengarkan dan Klien dapat melirik ke


vestibulotoklearis mengulangkan kata-kata yang kanan dan kekiri
di ucapkan penyaji
Klien dapat
9) Nerfus Klien bisa membedakan rasa mendengarkan dan
glosofaringeus manis,pahit, dan asin mengulangkan kata-kata
yang di ucapkan penyaji
10) Nerfus vagus Klien dapat menelan makanan
dan minuman Klien bisa membedakan
rasa manis,pahit, dan asin
11) Nerfus aksesoris Klien dapat menggerakan bahu
Klien dapat menelan
Klien dapat menggerakan lidah makanan dan minuman
12) Nerfus hipoglosus dan menjulurkan lidah dan
menggerakan kekanan danke Klien dapat menggerakan
kiri bahu

Klien dapat menggerakan


lidah dan menjulurkan
lidah dan menggerakan
kekanan danke kiri
d. Sistem perkemihan Tidak ada kesulitan Tidak ada kesulitan
berkemih,klien mengalami berkemih,tidak ada
kesulitan untuk BAB, kebiasaan kesulitan buang air besar.
BAB 1 kali selama 3 hari. Kebiasaan klien BAK 4-
Kebiasaan klien BAK 4-5 5 kali/hari dengan jumlah
kali/hari dengan jumlah ± 1000 ± 1000 cc/hari warna
cc/hari warna urine kuning urine kuning bening,
bening, klien jarang berkemih klien jarang berkemih
dimalam hari ± 2 kali dimalam hari ± 2 kali
36

e. Sistem pencernaan Klien makan nasi,tidak ada Klien makan nasi, tidak
program diit,nafsu makan ada program diit,nafsu
normal,berat badan klien 64 makan normal.klien tidak
kg,tinggi badan 167 cm, klien mengalami kesukaran
tidak mengalami kesukaran menelan,tidak memakai
menelan ,tidak memakai gigi gigi palsu,gigi ompong
palsu,tidak ada gigi bagian atas, kebiasaan
ompong,kebiasaan BAB 1x BAB 1x setiap hari.
selama 3 hari.
f. Sistem muskuluskletal Kekuatan 5 4 Kekuatan 5 4
5 1 4 4

Klien mengatakan kaki bagian Klien mengatakan kaki


kiri terasa kaku dan tidak bisa kanan dan kaki kirinya
di gerakan. terasa lemes jika di buat
Inspeksi : pergerakan otot untuk jalan, dan jika
terbatas,tidak terdapat berdiri terlalu lama
edema,klien tampak berusaha Inspeksi : tidak terdapat
menggerakan kaki kirinya edema
Pada kasus 1 klien mengalami keterbatasan gerak pada kaki kiri, dan
kasus 2 klien mengalami lemes pada bagian kaki kanan dan kaki kiri jika di
buat untuk jalan jauh dan berdiri terlalu lama.

2. Psikososial Dan Spiritual


PSIKOSOSIAL a. Psikososial a. Psikososial
DAN SPIRITUAL 1) Persepsi : klien menerima kondisi 1) Persepsi : klien
sekarang yang semakin tua menerima kondisi
2) Interaksi : klien dapat berinteraksi sekarang yang
dengan teman-teman dipanti semakin tua
3) Konsep diri : klien tidak merasa 2) Interaksi : klien
tua dari teman-temannya dapat berinteraksi
4) Emosi : emosi klien stabil dapat dengan teman-teman
mengontrol dipanti
5) Beradaptasi : klien dapat 3) Konsep diri : klien
beradaptasi dengan lingkungan tidak merasa tua dari
teman-temannya
4) Emosi : emosi klien
stabil dapat
mengontrol
5) Beradaptasi : klien
dapat beradaptasi
dengan lingkungan
b. Spiritual b. Spiritual
1) Aktivitas ibadah : selama dipanti 1) Aktivitas ibadah :
klien berdoa di pimpin oleh pastor selama dipanti klien
paroki 1x 1 bulan,dank lien sering berdoa di mushola
berdoa di tempat tidur sambil terdekat .
berbaring. 2) Hambatan : klien
2) Hambatan : klien berdoa di tempat tidak bisa berdiri
tidur sambil berbaring karena kaki terlalu lama dan
kiri klien tidak bisa di gerakan tidak bisa jalan jauh
37

3. Faktor-Faktor Resiko
FAKTOR-FAKTOR 1. Kondisi patologis 1. Kondisi patologis
RESIKO a) Keluhan utama : klien a) Keluhan utama : klien
mengatakan kaki bagian kiri mengatakan kaki kanan
terasa kaku dan sulit untuk di dan kiri terasa lemah
gerakan jika di buat untuk jalan
jauh dan berdiri terlalu
lama.
b) Riwayat penyakit : klien b) Riwayat penyakit : klien
mengatakan 1 tahun yang lalu mengatakan mengalami
klien jatuh di depan pintu stroke kurang lebih dari
rumah terus belum sempat 6 bulan yang lalu.
bawa ke RS, 4 hari kemudian
kaki klien tidak bisa di
gerakan, keluarga klien
mengantarkan Tn P ke RS
Mojokerto selama 1 bulan
sudah ada perubahan sampe di
rumah kaki klien terasa kaku
lagi dan pada tanggal 19 mei
2015 keluarga klien mengantar
Tn P ke panti UPT PSLU Pare.

2. Stressor 2. Stressor
a) Stressor fisiologis a) Stressor fisiologis
a) Stressor psikologis b) Stressor psikologis
1. Lingkungan 3. Lingkungan
a. Dalam rumah : a. Dalam rumah :
1) Penataan perabot 1) penataan perabot
rapi,lantai bersih,tidak rapi,lantai
licin,rata,pencahayaan bersih,tidak
terang,ventilasi ada,tidak licin,rata,pencahaya
ada tangga. an terang,ventilasi
2) Jenis perabot yang ada: ada,tidak ada
lemari,kursi,meja,tidak tangga.
ada pegangan dalam 2) Jenis perabot yang
kamar ada :
lemari,kursi,meja,ti
dak ada pegangan
dalam kamar
38

b. Kamar mandi b. Kamar mandi


1) Lantai kamar mandi : tidak 1) Lantai kamar mandi
licin,pencahayaan terang. : tidak
2) Jenis kloset : duduk,tidak licin,pencahayaan
ada pegangan ,tidak ada terang.
keset. 2) Jenis kloset :
c. Luar rumah duduk,tidak ada
1) Halaman rumah : pegangan ,tidak ada
ada,permukaan lantai datar keset.
a. Luar rumah
1) Halaman rumah :
ada,permukaan
lantai datar
3. Kebiasaan lansia 1. Kebiasaan lansia
a. Hobi : menyanyi dan olahraga a. Hobi tenis meja

4. Pengetahuan : klien mengerti 2. Pengetahuan : klien tidak


tentang penyakit yang di mengerti tentang penyakit
deritanya yang di deritanya
4. Negative Functional Conce Quences
NEGATIVE 1. Kemampuan ADL : Di bantu 1. Kemampuan ADL :
FUNCTIONAL tidak di bantu
CONCE QUENCES
2. Resiko jatuh : ada 2. Resiko jatuh : ada

3. Pemenuhan kebutuhan tidur: 3. Pemenuhan


sore jam 10.00-12.00, klien kebutuhan tidur :
merasa cemas tidur malam mulai
jam 10.00-03.00
39

ANALISA DATA
Nama klien: Tn. P dan Tn. G

Umur klien: 62 tahun dan 52 tahun

Tabel. 4.2 Observasi dan pemeriksaan fisik

Kasus No Data Etiologi Masalah

1 1 DS : Kelemahan Mobilitas fisik


a. Klien mengatakan Ekstermitas
kaki kiri terasa kaku
dan tidak bisa di
gerakan
DO :
a) Pergerakan yang
di paksa
b) Enggan untuk
bergerak

2 2 DS : Mobilitas fisik
a. Klien mengatakan Kelemahan
kaki kanan dan kiri Ekstermitas
terasa lemes
DO :
a) Klien tampak
memegang kedua
kakinya

Pada kasus 1 klien mengatakan kaki kirinya tidak bisa di gerakan, dan pada kasus
2 kaki kanan dan kaki kiri terasa lemes sudah berjalan selama 6 bulan.

Klien kasus 1 dan 2 sama-sama memegangi kaki .


40

Diagnose keperawatan dan perumusan prioritas keperawatan

NO DIAGNOSA TANGGAL TANGGAL TANDA


URUT KEPERAWATAN MUNCUL TERATASI TANGAN

1. Hambatan mobilitas 15-06-2016 -


fisik berhubungan
dengan kelemahan
Ekstermitas

Penjelasan :

Prioritas diagnose keperawatan pada Tn “P” dan Tn “G” adalah hambatan


mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan ekstermitas
41

Rencana Asuhan Keperawatan

Tabel 4.4 Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnose Tujuan Intervensi Rasional TTD


keperawatan

1 Kasus 1 Tujuan : setelah di 1) Kaji secara 1) Mengidentifikasi


lakukan tindakan selama fungsional kekuatan/kelemahan
Hambatan 3x24 jam individu /luasnya mengenai kondisi klien.
mobiltas fisik melaporkan peningkatan kerusakan awal
berhubungan dan ketahanan dan dengan cara
dengan kelemahan Criteria hasil: yang teratur
ekstermitas 1) Tidak terjadi 2) Menurunkan resiko
kontaktur sendi 2) Ubah posisi terjadinya
2) Mempertahankan minimal 2 jam jika trauma/iskemi jaringan
posisi optimal memungkinkan
dari fungsi yang kondisi klien di 3) Membantu
di buktikan oleh lakukan sering mempertahankan
tekadnya 3) Letakan posisi estensi pinggul
3) Memepertahanka telungkup satu kali
n atau atau dua kali
meningkatkan sehari
kekuatan dan 4) Otot volunteer akan
fungsi bagian 4) Lakukan latihan kehilangan tonus dan
tubuh yang rentang gerak pada kekuatannya bila tidak
terkena ekstermitas yang di latih untuk di
pasif pada gerakannya
4) Mendemonstrasik ekstermitas yang
an teknik atau mengalami
perilaku yang kelemahan
5) memungkinkan
42

melakukan 5) Mencegah abduksi


aktivitas 5) Tempatkan bantal pinggul dan lutut
6) Kekuatan otot di bawah kaki
meningkat untuk melakukan
abduksi pada kaki

6) Bantu untuk
mengembangkan 6) Membantu melatih
keseimbangan kembali.
duduk ( seperti
bantu untuk duduk
disisi tempat
tidur,biarkan klien
menggunakan
kekuatan kaki),dan
keseimbagan
berdiri.

1 Kasus 2 Tujuan : setelah di lakukan 1) Kaji kemampuan 1) Mengetahui


hambatan tindakan selama 3x24 jam mobilitas fisik kemampuan klien
mobilitas fisik individu melaporkan peningkatan klien dalam melakukan
berhubungan dan ketahanan Criteria hasil: aktifitas
dengan 1) Mempertahankan posisi 2) Ubah posisi klien 2) Menurunkan
kelemahan optimal dari fungsi yang tiap 2 jam resiko terjadinya
ekstermitas di buktikan oleh tekadnya iskemia jaringan
2) Memepertahankan atau akibat sirkulasi
meningkatkan kekuatan 3) Melakukan darah yang jelek
dan fungsi bagian tubuh kompres hangat pada daerah yang
yang terkena 4) Lakukan latihan tertekan
3) Mendemonstrasikan gerak pasif pada 3) Gerakan aktif
teknik atau perilaku yang ekstermitas yang memberikan
memungkinkan mengalami massa tonus dan
melakukan aktivitas kelemahan yaitu kekuatan otot
4) Kekuatan otot meningkat pada kaki kiri serta
43

dan kanan memperbaiki


fungsi dan
pernafasan
4) Otot volunteer
akan kehilangan
tonus dan
kekuatannya bila
tidak di latih
untuk di gerakan
44

Penjelasan :

Rencana tindakan keperawatan yang di lakukan pada Tn “P” adalah melatih ROM
pasif pada ekstermitas yang mengalami kelemahan yaitu pada kaki bagian kiri ,
sedangkan pada Tn “ G” adalah melatih ROM aktif pada ekstermitas yang tidak
mengalami kelemahan yaitu pada tangan kanan dan melatih ROM pasif pada
ekstermitas bawah kaki kanan dan kaki kiri
45

Tindakan keperawatan

Tabel 4.5 Tindakan keperawatan pada kasus 1 dan kasus 2

No No diagnose Tgl /jam pelaksanaan Jenis tindakan TTD


1 Kasus 1 Tanggal
15 juni 2016

Dx 1 Jam 08.00 WIB Mengkaji kemampuan mobilitas


fisik klien dengan memeriksa
kekuatan otot dan rentang gerak
klien
Jam 08.05 WIB
Mengubah posisi klien tiap 2 jam
yaitu memiringkan ke kiri
Jam 08.20 WIB
Melakukan latihan gerak pasif
pada ekstermitas yang mengalami
kelemahan pada kaki bagian kiri
yaitu melakukan gerakan
fleksi,ekstensi
abduksi,aduksi,pada kaki bagian
kiri.
Melakukan gerakan fleksi dan
ekstensi pada lutut
Melakukan gerakana
fleksi,ekstensi,hiperekstensi
,abduksi,aduksi pada jari-jari
kaki ,melakukan gerakan
fleksi,ekstensi ,abduksi,aduksi,dan
opsisi pada ibu jari ,melakukan
Jam 08.45 WIB gerakan
plantar,dorso,inverse,eversi pada
telapak kaki
Jam 10.05 Meninggikan kaki dan kepala
dengan memberi bantal

Mengubah posisi klien tiap 2 jam


yaitu memiringkan klien kekanan

No No diagnose Tg /jam Jenis tindakan TTD


Pelaksanaan
2 Jam 12.05 WIB Mengubah posisi klien tiap 2 jam
yaitu memiringkan klien kekiri

Kasus 2 Jam 09.00 WIB Mengkaji kemampuan mobilitas


fisik klien dengan memeriksa
46

Dx 1 kekuatan otot dan rentang gerak


klien Mengajarkan kepada klien
untuk melakukan latihan gerak
aktif pada ektermitas yang tidak
mengalami kelemahan dengan
menggerakan tangan kanan dan
Jam 09.20 WIB kaki kanan kiri
Melakukan latihan gerak pasif
pada ekstermitas yang mengalami
kelemahan yaitu kaki kanan dan
kaki kiri
fleksi,ekstensi,abduksi,aduksi,pad
a bahu, melakukan gerakan fleksi,
dan ekstensi pada siku,
melakukan gerak supinasi dan
pronasi pada lengan
bawah,melakukan gerakan
fleksi,ekstensi
hiperekstensi,abduksi,aduksi pada
Jam 09.35 WIB jari-jari tangan

Meninggikan tangan dan kepala


Jam 11.05 WIB dengan menggunakan bantal

Mengubah posisi klien tiap 2 jam


Jam 13.05 WIB yaitu memiringkan kekanan

Mengubah posisi klien tiap 2 jam


yaitu memiringkan kekiri
3 Kasus 1 Tanggal
16 juni 2016

Dx Jam 08.00 WIB Mengkaji kemampuan mobilitas


fisik klien dengan memeriksa
kekuatan otot dan rentang gerak
klien
Jam 08.05 WIB
Mengubah posisi klien tiap 2 jam
yaitu memiringkan klien kekiri
Jam 08.20 WIB
Melakukan latihan gerak pasif
pada ekstermitas yang mengalami
kelemahan pada kaki bagian kiri
yaitu melakukan gerakan
fleksi,ekstensi
abduksi,aduksi,pada kaki bagian
kiri.
Melakukan gerakan fleksi dan
ekstensi pada lutut
Melakukan gerakana
fleksi,ekstensi,hiperekstensi
,abduksi,aduksi pada jari-jari kaki
47

,melakukan gerakan
fleksi,ekstensi
,abduksi,aduksi,dan opsisi pada
ibu jari ,melakukan gerakan
plantar,dorso,inverse,eversi pada
telapak kaki

No No Tgl / jam Jenis tindakan TTD


diagnose Pelaksanaan
Jam 08.45 WIB Meninggikan kepala dan kaki dengan
memberika bantal

Jam 10.05 WIB Mengubah posisi klien tiap 2 jam


yaitu memiringkan klien ke kanan

Jam 12.05 WIB Mengubah posisi klien tiap jam yaitu


memiringkan klien kekiri

4 Kasus 2 Jam 09.00 WIB Mengkaji kemampuan mobilitas fisik


Dx1 klien dengan memeriksa kekuatan
otot dan rentang gerak klien

Jam 09.05 WIB Melakukan latihan gerak pasif pada


ekstermitas yang mengalami
kelemahan yaitu kaki kanan dan kaki
kiri
fleksi,ekstensi,abduksi,aduksi,pada
bahu, melakukan gerakan fleksi, dan
ekstensi pada siku, melakukan gerak
supinasi dan pronasi pada lengan
bawah,melakukan gerakan
fleksi,ekstensi
hiperekstensi,abduksi,aduksi pada
jari-jari tangan

Jam 09.20 WIB Meninggikan tangan dan kepala


dengan menggunakan bantal

Jam 09.30 WIB Mengubah posisi klien tiap 2 jam


yaitu memiringkan kekanan

5 Kasus 1 Jam 11.30 WIB Mengubah posisi klien tiap 2 jam


yaitu memiringkan kekiri

Dx 1 Tanggal 17 juni
2016
Mengkaji kemampuan mobilitas fisik
Jam 08.00 WIB klien dengan memeriksa kekuatan
otot dan rentang gerak klien

Mengubah posisi klien tiap 2 jam


48

Jam 08.05 WIB yaitu memiringkan klien kekiri

Memberikan motivasi dan dorongan


Jam 08.20 WIB pada klien untuk semangat dan selalu
berdoa dan selalu untuk melatih gerak
pada ekstermitas yang mengalami
kelemahan yaitu pada kaki kiri

Meninggikan kepala dan kaki dengan


memberika bantal
Jam 08.45 WIB
Mengubah posisi klien tiap 2 jam
yaitu memiringkan klien ke kanan
Jam 10.05 WIB
Mengubah posisi klien tiap jam yaitu
memiringkan klien kekiri
Jam 12.05 WIB

No No diagnose Tgl /jam Jenis tindakan TTD


Pelaksanaan
6 Kasus 2
Dx Jam 09.00 WIB Mengkaji kemampuan mobilitas fisik
klien dengan memeriksa kekuatan otot
dan rentang gerak klien

Jam 09.05 WIB Melakukan latihan gerak pasif pada


ekstermitas yang mengalami kelemahan
yaitu kaki kanan dan kaki kiri
fleksi,ekstensi,abduksi,aduksi,pada bahu,
melakukan gerakan fleksi, dan ekstensi
pada siku, melakukan gerak supinasi dan
pronasi pada lengan bawah,melakukan
gerakan fleksi,ekstensi
hiperekstensi,abduksi,aduksi pada jari-
jari tangan

Meninggikan tangan dan kepala dengan


menggunakan bantal
Jam 09.20 WIB
Mengubah posisi klien tiap 2 jam yaitu
memiringkan kekanan
Jam 09.30 WIB
Mengubah posisi klien tiap 2 jam yaitu
49

memiringkan kekiri
Jam 11.30 WIB

No No diagnose Tgl /jam Jenis tindakan TTD


Pelaksanaan

7 Kasus 1 Tanggal 18 juni 2016

Dx 1 Jam 08.00 WIB Mengkaji kemampuan mobilitas fisik


klien dengan memeriksa kekuatan otot
dan rentang gerak klien

Jam 08.05 WIB Mengubah posisi klien tiap 2 jam yaitu


memiringkan klien kekiri

Jam 08.20 WIB Mengajarkan pada klien untuk


melakukan latihan rentang gerak aktif
pada ekstermitas yang mengalami
peningkatan kekuatan otot dengan
menggerakan kaki kiri melakukan
gerakan
fleksi,ekstensi,hiperekstensi,abduk,aduks
i pada jari kaki ,melakukan ngerakan
fleksi,ekstensi,abduksi,adduksi,dan
opsisi pada ibu jari,melakukan gerakan
fleksi,ekstensi,abduksi,adduksi, pafda
lutut,melakukan gerakan
pelantar,dorso,inverse ,eversi pada
telapak kaki

Meninggikan kepala dan kaki dengan


memberi bantal
Jam 08.45 WIB
8 Kasus 2 Mengubah posisi klien tiap 2 jam yaitu
Dx 1 memiringkan klien ke kanan
Jam 10.45 WIB
Mengubah posisi klien tiap 2 jam yaitu
memiringkan klien ke kiri
Jam 12.05 WIB
Mengkaji kemampuan mobilitas fisik
klien dengan memeriksa kekuatan otot
Jam 09.00 WIB dan rentang gerak klien

Melakukan latihan gerak pasif pada


ekstermitas yang mengalami kelemahan
Jam 09.05 WIB yaitu kaki kanan dan kaki kiri
fleksi,ekstensi,abduksi,aduksi,pada bahu,
50

melakukan gerakan fleksi, dan ekstensi


pada siku, melakukan gerak supinasi dan
pronasi pada lengan bawah,melakukan
gerakan fleksi,ekstensi
hiperekstensi,abduksi,aduksi pada jari-
jari tangan

Meninggikan tangan dan kepala dengan


menggunakan bantal

Mengubah posisi klien tiap 2 jam yaitu


Jam 09.20 WIB memiringkan kekanan Mengubah posisi
klien tiap 2 jam yaitu memiringkan
kekiri
Jam 11.30 WIB

Penjelasan :

Tindakan keperawatan yang di lakukan pada tanggal 15-16 juni 2016 pada Tn
“P” adalah melatih ROM pasif pada ekstermitas yang mengalami kelemahan
yaitu pada ekstermitas kaki kiri, pada tanggal 17-18 juni 2016 dalam evaluasi
keperawatan kaki kiri Tn “P” mengalami peningkatan kekuatan otot sehingga di
latihkan ROM aktif, sedangkan tindakan keperawatan pada Tn “G”Selama tanggal
15-18 juni 2016 adalah melatih ROOM aktif pada ekstermitas kaki kanan dan
kaki kiri .

Evaluasi

Tabel 4.6 Tabel evaluasi keperawatan

No No diagnose Tgl Catatan perkembangan TTD


Pelaksanaan
1 Kasus 1 15 juni 2016 S:
Dx Jam 13.15 WIB Klien mengatakan kaki kirinya
masih susah untuk di gerakan
O:
Klien terbaring di tempat tidur
Klien mau mengikuti latihan ROOM
Pasif

Kekuatan otot :

5 4

5 2
51

Belum terjadi peningkatan kekuatan


otot
2 Kasus 2 Jam 13.30 WIB Masih menggunakan kursi roda
Dx Kesadaran compomentis 4 5 6
A:
Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi 1 2 3 4
No No diagnosa Tgl TTD
Pelaksanaan S:
Klien mengatakan kakinya masih
terasa lemes
O:
Klien mau mengikuti latihan ROM
Catatan perkembangan

A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Pertahankan intervensi 1 2 3

S:
Klien mengatakan masih susah
untuk di gerakan
O:
3 Kasus 1 16 juni 2016 Klien terbaring di tempat tidur
Dx 1 Jam 13.15 Klien berusaha menggerakan kaki
WIB kirinya
Klien mau mengikuti ROOM

Kekuatan otot :
Belum terjadi peningkatan kekuatan
otot
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Pertahankan intervensi 1 2 3 4 5 6

No No diagnosa Tgl Catatan perkembangan TTD


Pelaksanaan
4 Kasus 2 Jam 13.30 S:
Dx 1 WIB Klien mengatakan kaki kanan dan
kaki kirinya masih terasa lemes
O:
Klien masih terbaring di tempat
tidur
52

Klien mau mengikuti ROOM aktif


dan pasif
Kekuatan otot :

5 Kasus 1 Tanggal 17 juni A : masalah teratasi sebagian


Dx 1 2016 P : lanjutkan intervensi 1 2 3
Jam 13.15 WIB
S:
Klien mengatakan saya sudah
belajar untuk gerak
O:
Klien mau menggerakan kaki
kirinya
Klien terbaring di tempat tidur
Klien mau mengikuti ROOM
dengan perawat

Kekuatan otot :
5 4

5 2
No No diagnosa TTD
Belum terjadi peningkatan
Tgl pelaksana kekuatan otot
ADL di bantu
Kesadaran compomentis 4 5 6
A:
Malasah teratasi sebagian
P:
Pertahankan intervensi 1 2 3 4 5 6
Catatan perkembangan

6 Kasus 2 Jam 13.30 WIB S


Dx 1 Klien mengatakan kaki kanan dan
kaki kirinya masih terasa lemes
O:
Klien masih terbaring di tempat
tidur
Klien mau mengikuti ROM aktif
dan pasif

A : masalah teratasi sebagian


P : lanjutkan intervensi 1 2 3
7 Kasus 1 18 juni 2016
Dx 1 Jam 13.15 WIB S:
Klien mengatakan kaki kirinya
sudah bisa di gerakan
Klien mengatakan masih latih
untuk di gerakan
53

O:
Klien terbaring di tempat tidur
Klien bisa menggerakan kaki
kirinya
Klien mau melatih ROM aktif dan
pasif dengan perawat

A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi di hentikan ( intervensi
8 Kasus 2 Jam 13.30 WIB di lanjutkan pihak panti )
Dx 1
S:
Klien mengatakan kaki kiri dan
kanan sudah bisa di angkat
walaupun masih lemes
O:
Klie n masih terbaring di tempat
tidur
Klien sudah bisa angkat kaki kiri
dan kaki kanannya
Klien mau melatih ROM aktif dan
pasif
Kesadaran compomentis 4 5 6

A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi dihentikan ( intervensi
di lanjutkan pihak panti)

Penjelasan :

Dari konsep rencana tindakan keperawatan yang telah di lakukan pada tanggal 15
– 18 Juni 2016 pada Tn “P” klien mau mengikuti ROOM aktif dan pasif saat
dengan perawat ,klien yang pada awalnya enggan untuk menggerakan kaki kirinya
, klien mengalami peningkatan kekuatan otot kaki kiri pada evaluasi keperawatan
hari ke tiga tanggal 17 juni 2016, sedangkan pada Tn “G” Mengalami peningkatan
kekuatan otot pada kaki kanan dan kiri pada evaluasi keperawatan hari ke tiga
tanggal 18 juni 2016, yang pada awalnya klien hanya mau latihan gerak dengan
perawat namun lama kelamaan klien juga termotivasi untuk melatih sendiri.
54

A. Pembahasan Kasus

Dalam bab ini akan menguraikan dan membahas tentang hasil

pengamatan dan asuhan keperawatan hambatan mobilitas fisik pada klien

stroke dengan masalah hambatan mobilitas fisik dan dengan intervensi ROM

aktif dan ROM Pasif berdasarkan tinjauan pustaka dengan penerapan proses

keperawatan.

1. Pengkajian keperawatan
Dalam tahap pengkajian atau pengumpulan data mengenai kasus

hambatan mobilitas fisik, menurut tinjauan pustaka dengan kasus di

temukan perinsip yang sama dan ada pula yang tidak sama.
Pada tanda dan bgejala pada masalah hambatan mobilitas fisik

ditemukan bahwa pada teori dengan kasus banyak kesamaan seperti yang

disebutkan oleh (Carpenito,3013) yaitu mengalami keterbatasan rentang

gerak. Pada data yang di peroleh dari klien terdapat data yang sama

sehingga tidak ada kesenjangan dari teori yang disebutkan. Oleh karena itu

peneliti inginmengetahui seberapa parahnya terutama pada hambatan

mobilitasnya sehari-hari dan akan dilakukan perawatan selama batas

penelitian yang sudah ditentukan.


Pada pengkajian sistem muskuluskletal pada teori yang dijabarkan

oleh (Nugroho, 2000) gejala perubahan sistem muskuluskletal yang

mempengaruhi munculnya hambatan mobilitas fisik seperti kekakuan

jaringan ,berkurangnya masa otot,penurunan rom,penurunan kekakuan

otot terutama ekstermitas. Pada data yang diperoleh klien gejala perubahan

yang muncul tidak ada kesenjangan , dan data sama dengan teori.

Sehingga peneliti melakukan perawatan sesuai jadwal penelitian yang


55

sudah ditentukan . peneliti melakukan asuhan keperawatan sesuai teori

ysng sudah ada dengan melatih pergerakan ekstermitasnya sesuai kondisi

klien dan sesuai kondisi tempat penelitian.


2. Diagnose keperawatan
Pengertian hambatan mobilitas fisik menurut (Carpenito,2013) adalah

kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kerebatasan

gerak fisik. Batasan karasteristik pada data objektif adalah penurunan

kemampuan gerak, mengalami kesulitan kesulitan untuk berpindah

tempat ,keterbatasan rentang gerak. Etiologi meliputi gaya hidup, proses

penyakit ,kebudaayan/kemampuan tingkat energy,serta

usia,ketidakseimbangan dan masalah psikologis.


Penulis mengambil diagnose hambatan mobilitas fisik untuk kedua

pasien sama yang berhubungan dengan proses penyakit yaitu stroke

sehinnga dihubungkan dengan kelemahan ekstermitas jadi hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan ekstermitas . pada data

objektif klien ditemukan keterbatasan gerak ,kekuatan otot melemah,sulit

untuk berpindah sehingga peneliti akan melakukan asuhan keperawatan

sesuai teori yang sudah ada untuk membantu klien.


3. Intervensi keperawatan
Untuk perencanaan pada klien stroke dengan masalah hambatan

mobilitas fisik di lakukan rom aktif dan pasif, penulis tetap melakukan

perencanaan sesuai teori menurut (Dongoes,2000)


Untuk perencanaan yaitu meliputi, kaji kemampuan klien

kemampuan klien hanya sebatas menggerakan ekstermitas itupun tidak

semua bisa. Untuk perencanaan ubah posisi, klien paling kesulitan yaitu

posisi tengkurep,untuk menggerakan ekstermitas melatih klien berjalan

menggunakan alat bantu, melatih klien untuk berdiri.


56

Untuk perencanaan dilakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif, pada

gerak aktif klien tidak ada kesulitan, tapi pada gerak pasif klien ada

kesulitan sehingga perlu bantuan.


4. Implementasi keperawatan
Tahap ketiga proses keperawatan yang dilakukan selama 4 hari adalah

pelaksanaan melakukan tindakan rom aktif dan pasif yang mengacu pada

intervensi yang telah di tentukan dan pelaksanaanya menurut ( Doenges

1993) yaitu mengkaji kerusakan awal, mengubah posisi, melatih rentang

gerak ROM aktif dan pasif. Di sini peneliti melakukan tindakan sesuai

dengan langkah-langkah pada standar operasional prosedur. Semua tahap-

tahap pelaksanaan tindakan keperawatan di lakukan peneliti secara

berurutan sesuai dengan prosedur mulai dari mengkaji klien, menjelaskan

prosedur yang akan di lakukan pada klien.


Saat pemberian asuhan keperawatan penulis tidak mengalami

masalah, karena kooperatifnya klien dalam partisipasi saat di lakukan

tindakan oleh penulis. Hal tersebut sangat di butuhkan bagi klien agar hasil

yang di capai dapat maksimal.

5. Evaluasi Keperawatan
Dalam mengevaluasi keberhasilan tindakan keperawatan dalam membantu

mengatasi masalah hambatan moblitas fisik menurut (Carpenito,2013)

yaitu klien dapat memperlihatkan alat-alat untuk meningkatkan mobilitas,

meningkatkan tindakan pengaman untuk meminimalkan cidera. Perubahan

kondisi klien setelah dilakukan tin dakan hari pertama sampai hari

ketiga ,setelah dilakukan tindakan menunjukan perubahan sesuai tujuan

yaitu menunjukan peningkatan kekuatan dan ketahanan meskipun tidak

semua tercapai karena melihat juga kondisi dan usia klien. Oleh sebab itu
57

untuk memenuhi kebutuhan fisik, klien memerlukan bantuan yang

berkelanjutan. Sehingga perlu dialihkan oleh perawat panti dalam

melanjutkan kebutuhan mobilitas fisik klien tersebut kedua pasien masalah

teratasi sebagian.
BAB V

PENUTUP

Setelah mengetahui gambaran yang jelas mengenai proses asuhan

keperawatan pada klien lansia dengan masalah Hambatan mobilitas fisik pada

kasus stroke di UPT PSLU Pare baik secara teori maupun kasus sebenarnya yang

mengalami perawatan di UPT PSLU Pare, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai

berikut :

A. Kesimpulan
1. Pengkajian pada kasus 1 dan kasus 2 di dapatkan data-data kelemahan

anggota gerak Hal ini disebabkan karena tingkat mobilitas klien dalam

memenuhi kebutuhannya berbeda dengan lansia yang lain


2. Diagnose keperawatan dengan hambatan mobilitas fisik pada klien stroke

dilakukan rom aktif dan pasif, saat pengkajian di temukan data yang

sebagian besar dapat menunjang,seperti kasus 1 klien tidak mampu

menggerakan sebagian anggota tubuhnya, dan kasus 2 tidak bisa jalan

jauh dan berdiri terlalu lama


3. Intervensi keperawatan yang di berikan kepada klien stroke yang

mengalami hambatan mobilitas fisik ditunjukan untuk berlatih melakukan

ROOM aktif ,pasif, belajar menggerakan ekstermitas agar tidak menambah

parah kondisi klien


4. Implementasi keperawatan pada klien stroke dengan hambatan mobilitas

fisik yang di lakukan harus mengacu pada rencana yang telah di susun

sehingga tindakan bisa di lakukan secara efektif dan efisien.


5. Evaluasi masalah keperatawan hambatan mobilitas fisik pada Tn G

mengalami peningkatan kekuatan otot dapat mengangkat kedua kaki kanan

dan kiri, namun pada Tn P Menunjukan peningkatan kekuatan otot dapat

58
59

menggerakan kaki kiri pada hari ke Tiga sehingga masalah teratasi

sebagian kedua klien.

B. Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya
Lebih banyak menambah Responden di tambah tentang hambatan

mobilitas fisik pada klien stroke yang baik sesuai rencana yang telah di

buat, juga sesuai masalah actual yang terjadi pada klien, sehingga dapat

mencapai hasil yang maksimal . dengan ,latihan ROM aktif dan pasif,

sehingga asuhan keperawatan dapat di laksanakan dengan baik


2. Bagi Lahan
Hendaknya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien stroke

dengan masalah keperawatan hambatan mobiltas fisik perlunya di lakukan

pelatihan bagi karyawan institusi agar lebih kompoten dalam memberikan

asuhan keperawatan yang memerlukan bantuan tersebut . dalam

perawatannya memerlukan latihan-latihan yang rutin dan lebih di pantau,

untuk itu perawat panti lebih memperhatikan perawatan dalam kasus ini.

3. Bagi institusi pendidikan


Hendaknya institusi menambahkan atau mengembangkan bagaimana

mengatasi masalah hambatan mobilitas fisik pada kasus stroke dengan

mengadakan seminar.
4. Bagi klien
Dapat melakukan secara periode
60

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,Lynda jual.( 2004). Buku saku Diagnosis keperawatan. Jakarta.EGC


Carpenito,Lynda Juall.(2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta.EGC
Doenges,Mrilyn E.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta.EGC
Doenges,Mrilyn E.(1993). Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta.EGC
Hidayat,Alimul,aziz.(2006).Pengatur Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan .Jakarta. PT Rineka Cipta
Hidayat,Alimul,aziz.(2007).Riset Keperawatan dan teknik penulisan
Ilmiah.Jakarta.Medika Salemba
Nugroho,Wahyudi.(2000). Keperawatan Gerontik.Jakarta.EGC
Sharif La Ode (2012) Asuhan keperawatan gerontik Nuha medika Jakarta
Sustrani, Lanny, dkk.(2006).Stroke.jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Batticaca, Fransisca B (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
sistem persyarafan. Jakarta : Salemba Medika
Depkes RI (2003) Keperawatan Gerontik. Jakarta. EGC
Maryam (2008) Keperawatan Gerontik. Jakarta EGC
Penyakit Stroke. (htt://www.penyakit stroke.net/). (Diakses tanggal 14 januari
2015,jam 20.50 WIB)
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
INFORMASI STUDI KASUS

Oleh :
Roni Guala
2013.49.095

Saya adalah mahasiswa program Diploma III Akademi Keperawatan


Dharma Husada Kediri. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan
dalam menyeleseikan tugas akhir program Diploma III Akademi Keperawatan
Dharma Husada Kediri.
Tujuan penelitian ini adalah menerapkan asuhan keperawatan Gerontik di
UPT PSLU PARE Kabupaten Kediri.
Partisipasi Anda dalam studi kasus ini sangat bermanfaat bagi anda dan
membawa dampak positif dalam peningkatan peran dan fungsi perawatan di
masyarakat.
Kami mengharapkan tanggapan atau jawaban yang anda berikan sesuai
dengan kondisi dan keadaan. Kami menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas
anda Informasi yang anda berikan hanya akan dipergunakan untuk ilmu
keperawatan dan tidak dipergunakan untuk maksud lain.
Partisipasi dalam penelitian ini bersifat volunteer (bebas) tanpa adanya
paksaan.
Demikan secara sadar dan sukarela serta tidak ada unsure paksaan dari
siapapun, saya bersedia berperan dalan studi kasus ini.

Kediri,
……………………..2016

(Responden)
Lampiran 4

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Bapak/ Ibu

Ditempat

Saya Roni Guala , mahasiswa Program studi D III Ilmu Keperawatan


Akper Dharma Husada Kediri Angkatan XX. Saya akan melakukan penelitian
tentang “ Asuhan Keperawatan pada klien lansia . Dengan tehnik latihan rentang
gerak (ROOM) Pada Masalah Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik (Studi
Kasus di UPT PSLU Pare)”. Hasil studi kasus ini akan sangat bermanfaat dalam
pedoman asuhan keperawatan gerontik.

Untuk itu saya mohon kesediaan kepada kepada klien untuk memberikan
informasi secara jujur tentang keadaanya . Semua data yang dikumpulkan akan
dirahasiakan dan tanpa nama . Data disajikan untuk kepentingan pengembangan
Ilmu Keperawatan.

Atas partisipasi saudara saya sampaikan terimaksih

Hormat Saya,

Roni Guala
2013.49.095
Lampiran 5

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : (L/P)

Umur/Tgl Lahir :

Alamat :

Telp :

Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAK untuk dilakukan Tindakan


Keperawatan berupa……………………………………………………………

Dari penjelasan yang diberikan,telah saya mengerti segala hal yang berhubungan
dengan penyakit tersebut,serta tindakan keperawatan yang akan dilakukan dan
kemungkinan setelah tindakan yang dapat terjadi sesuai penjelasan yang diberikan

Kediri,………………………2016

Pelaksana, Yang membuat pernyataan

(………………………………..) (…………………………………….)
Lampiran 6
FORMAT PENGKAJIAN LANSIA

NAMA WISMA : Tanggal Pengkajian :


1. BIODATA
Nama : .........................................
Umur : .........................................
Agama : ........................................
Alamat asal :.........................................
Tanggal datang :......................................... Lama tinggal di
panti : ........
Penganggung jawab :..........................................
Alamat :........................................ telp :.........

A. Perubahan Yang Terjadi Lansia dan Upaya Pemenuhan Kebutuhannya

1. Fungsi Fisiologis
a. Sistem Pernafasan
Kualitas : DBN Dangkal Cepat- dalam Cepat dangkal

Batuk: _ Tidak Ya , Sputum : Tidak ada Banyak Warna___________

Suara nafas :____________

b. Sistem Kardiovaskuler
Conjunctiva : Anemis Tidak Ya CRT : _________________
Bunyi jantung : DBN Bunyi abnormal _______________________
Pembesaran vena jugularis : Tidak Ya Edema tungkai : Tidak Ya

c. Sistem Persyarafan
Kesadaran :
Somnolent Sopor Apatis Delirium Coma
GCS :........
Keadaan mental: stabil Afasia Sukar bercerita Disorientasi Kacau
mental
Menyerang/agresif Tidak ada respons
Reflek patologis : ________________

d. Sistem Perkemihan
Kebiasaan BAK: kali/hari, Jumlah cc/hari Malam sering berkemih

Kesukaran menahan/beser Nyeri/disuri Menetes/oliguri Anuri


Warna Urin:_______ Alat Bantu: Folley kateter kondom kateter

ngompol

e. Sistem Pencernaan
Jenis makanan saat ini (nasi/ bubur/ cair) dan suplemen :
_______________________________________ Diet/makanan pantangan yg
dijalani saat ini : Tidak Ya Macam : _______________________

Program diit saat ini : Tidak Ya, macam :


___________________________________

Jumlah porsi setiap kali makan:___________________Frekwensi dalam1


hari:________________

Nafsu makan: Normal Bertambah Berkurang Penurunan sensasi rasa

Mual Muntah Stomatitis

Berat badan saat ini : ______ Kg Tinggi Badan : ________cm Fluktuasi berat
badan 6 bulan terakhir: tidak naik/turun_______Kg ___ naik. _____Kg

Kesukaran menelan: Tidak Ya, untuk makanan jenis : padat cairan

Gigi palsu: Tidak Ya bagian atas bagian bawah

Gigi ompong : Tidak Ya Bagian atas Bagian bawah Sebagaian


besar

Jumlah cairan/minum : < 1 ltr/hri 1-2 ltr/ > 2 ltr/hari

Jenis cairan :
Kebiasaan defekasi (BAB): ___ kali/hari ___ kali/minggu Tgl Defekasi
terakhir___________

Pola BAB saat ini : dalam batas normal (DBN) Konstipasi Diare
Inkontinensia

Nyeri Keluar darah Warna faeces : _______________

Colostomy: tidak Ya Dapat merawat sendiri Colostomy : Ya Tidak


f. Sistem Muskuloskeletal
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________
_______________________________________________________________________

2. POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


a. Psikososial
1) Persepsi : ___________________________________________________
2) Interaksi :______________________________________________________
3) Konsepdiri :_______________________________________________________
4) Emosi : __________________________________________________
5) Adaptasi : _______________________________________________________

b. Spiritual
1) Aktivitas Ibadah :________________________________________________
2) Hambatan :________________________________________________

B. FAKTOR-FAKTOR RESIKO
1. Kondisi Patologis
a Keluhan Utama :_________________________________________________
b Riwayat Penyakit :__________________________________________________
2. Stresor
a Stresor fisiologis :__________________________________________________
b Stresor Psikologis :__________________________________________________
3. Lingkungan
a. Dalam Rumah :
1) Penataan perabot :_________________________________________________
2) Lantai Rumah :
- Kebersihan:_____________________________________________________
- Licin/Tidak:_____________________________________________________
- Rata/Tidak:____________________________________________________
3) Pencahayaan :
4) Ventilasi :_______________________________________________________
5) Tangga, Ada/Tidak :_______________________________________________
b. Kamar :
1) Penataan perabot dalam kamar:
2) Lantai kamar :
- Kebersihan :___________________________________________________
- Licin/Tidak : ____________________________________________
3) Pencahayaan siang dan malam :_____________________________________
4) Penataan ventilasi :_______________________________________________
5) Jenis Perabot yang ada :___________________________________________
6) Jarak kamar dengan kamar mandi :__________________________________
7) Apakah ada pegangan dalam kamar :_________________________________

c. Kamar mandi
1) Lantai kamar mandi :______________________________________________
2) Pencahayaan :___________________________________________________
3) Jenis Closet :____________________________________________________
4) Jenis bak mandi: ________________________________________________
5) Pegangan :_____________________________________________________
6) Adanya keset :__________________________________________________

d. Luar rumah
1) Halaman rumah :______________________________________________
2) Permukaan lantai, datar/menanjak :________________________________

4. Kebiasaan Lansia
a Hobi/kegemaran :______________________________________________
b Kebiasaan positif :______________________________________________
c Kebiasaan negatif :______________________________________________

5. Pengetahuan

Pengetahuan lansia tentang kesehatan : ___________________________________

6. Riwayat Pengobatan dan efek samping

a Jenis pengobatan: _________________________________________________


b Efek samping obat: ________________________________________________
C. NEGATIVE FUNCTIONAL CONCEQUENCES
1. Kemampuan ADL : _____________________________________________________
2. Aspek Kognitif : _______________________________________________________
3. Resiko Jatuh : ________________________________________________________
4. Pemenuhan Kebutuhan Tidur: ___________________________________________
5. Kecemasan : _____________________________________________________
6. Status Nutrisi lansia: __________________________________________________
7. Hasil pemeriksaan Diagnostik: __________________________________________
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9

Latihan ROOM Aktif dan Pasif

Gerakan Plantar,Dorso,Inverse,Eversi

pada telapak kaki Gerakana


fleksi,ekstensi,hiperekstensiabduksi,aduksi
jari-jari kaki

Latihan gerakan Fleksi dan


Ekstensi pada lutut

Meninggikan bantal di bawah kaki

Melatih gerakana Fleksi,Ekstensi,Hiperekstensi

,Abduksi,Aduksi pada jari-jari kaki

Anda mungkin juga menyukai