Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan (sains), yang

berisikan fakta didalamnya memiliki konsep, perhitungan, dan juga materi

pelajaran yang abstrak, beberapa guru hanya menggunakan metode konvensional

yang dilengkapi dengan sumber belajar berupa buku paket pelajaran dan sumber

hardcopy lain. Pembelajaran dalam ilmu kimia membutuhkan keterampilan

peserta didik baik itu secara psikis maupun fisik, hakekat keterampilan belajar

peserta didik meliputi : (1) transformasi persepsi belajar, (2) keterampilan

manajemen pribadi, (3) interpersonal dan keterampilan kerjasama tim, (4)

kesempatan eksplorasi (Thobroni, 2015). Ilmu kimia adalah ilmu yang ditemukan

dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang merupakan jawaban atas

pertanyaan apa, kenapa dan mengapa serta gejala-gejala alam yang terjadi.

Salah satu materi kimia adalah hidrolisis garam. Materi tersebut memuat

konsep-konsep dasar pada materi asam-basa dan perhitungan kimia yang

berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Banyak peristiwa yang berkaitan

dengan hidrolisis garam yang ditemukan siswa untuk dicari, diidentifikasi sebab,

dirumuskan masalahnya, dianalisis untuk membuat keputusan, dan berusaha

untuk mendapatkan solusi pemecahan masalahnya dan dibutuhkan keterampilan

berpikir kritis dalam pembelajaran ini.


Dalam hidrolisis garam, mengetahui komponen penyusun garam tersebut

seperti asam dan basa dalam suatu larutan garam merupakan hal penting yang

harus dikuasai siswa, agar dapat menghasilkan garam, jika siswa tidak dapat

membedakan komponen penyusunnya, maka siswa tidak dapat memecahkan soal

hidrolisis garam tersebut. Untuk memahami jenis dan sifat hidrolisis garam, siswa

harus memahami reaksi ionisasi untuk dapat mengetahui sifat garamnya. Dengan

keterkaitan konsep yang cukup rumit, maka untuk mempermudah siswa dalam

memahami konsep dan melakukan perhitungan, guru dapat mewujudkan

keteraturan dalam pembelajaran dan berpusat pada siswa, sehingga siswa aktif

dalam mengkontruksi pengetahuan. Dengan demikian, konsep yang didapat akan

lebih bermakna. Maka dalam pembelajaran perlu digunakan suatu model

pembelajaran yang sesuai agar proses pembelajaran menjadi aktif dan mampu

mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. Dengan keterampilan

berpikir kritis diharapkan dapat mengoptimalisasikan perkembangan siswa

khususnya inteligensi siswa.

Kegiatan praktikum yang menuntut pengamatan terhadap gejala atau

fenomena akan memotivasi keterampilan berpikir siswa. Belajar menurut teori

konstruktivis merupakan suatu usaha yang harus dilakukan siswa untuk

membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Agar praktikum lebih

bermakna siswa bekerja sama secara berkelompok, pembagian kelompok ini agar

siswa dapat memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, memahami

pengetahuan serta membuat suatu keputusan secara bersama (Nur, 2000) dalam

(Rahmawati, 2016:122).
Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran inovatif yang sesuai

dengan kurikulum yang diterapkan untuk memudahkan siswa dalam memahami

materi kimia. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum

2013 yaitu model treffinger. Model pembelajaran Treffinger merupakan model

pembelajaran yang mengajak siswa berpikir kreatif dan kritis dalam

menghadapi masalah dalam pembelajaran (Huda, 2013). Karakteristik yang

paling dominan dari model pembelajaran Treffinger adalah upaya dalam

mengintegrasikan dimensi kognitif dan afektif siswa untuk mencari arah-arah

penyelesaian yang akan ditempuhnya untuk memecahkan permasalahan. Siswa

diberi keleluasaan untuk beraktivitas menyelesaikan permasalahan sendiri dengan

mandiri. Tugas guru adalah membimbing siswa agar arah-arah yang ditempuh

siswa tidak keluar dari permasalahan (Huda, 2013).

Model treffinger merupakan revisi atas kerangka kerja model

pembelajaran Creativ Problem Solving (CPS) yang dikembangkan oleh Osborn.

Menurut treffinger dalam Huda (2013), digagasnya model ini adalah karena

perkembangan zaman yang terus berubah dengan cepat dan semakin

kompleksnya permasalahan yang harus dihadapi. Oleh karena itu, untuk

mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan cara memperhatikan

fakta-fakta penting yang ada di lingkungan sekitar lalu memunculkan berbagai

gagasan dan memilih solusi yang tepat untuk kemudian diimplementasikan

secara nyata. Model pembelajaran treffinger dalam Munandar (2012) memiliki

tiga tahap yaitu (1) Basic tools (2) practice with process (3) working with real

problem.
Keterlaksanaan model pembelajaran berpengaruh terhadap aktivitas yang

diteliti. Maka dari itu perlu diadakan analisis keterlaksanaan model pembelajaran

treffinger ditinjau dari aktivitas guru dan siswa, sehingga nantinya akan terlihat

apakah penerapan model tersebut berpengaruh terhadap kemampuan

berpikir kritis siswa. Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan maka peneliti

tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Keterlaksaan Model

Pembelajaran Treffinger dan Pengaruhnya terhadap Kemampuan Berpikir

Kritis Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Kelas XI MIA SMAN 12 Kota

Jambi”

1.2. Rumusan Masalah

Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana keterlaksanaan model treffinger pada materi hidrolisis garam

di Kelas XI MIA SMAN 12 Kota Jambi ?

2. Apakah ada pengaruh model pembelajaran treffinger terhadap

kemampuan berpikir kritis siswa pada materi hidrolisis gaam di kelas

XI MIA SMAN 8 Kota Jambi ?

1.3.Batasan Penelitian

Batasan dalam penelitian ini adalah:

1. Keterlaksanaan dari model pembelajaran Problem Solving diteliti dari

aktifitas belajar siswa pada saat proses pembelajaran dikelas.

2. Proses pengambilan data dalam penelitian ini terbatas pada 3 kali pertemuan

dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

3. Aspek keterampilan berpikir kritis siswa yang diamati dalam penelitian ini

yaitu mampu merumuskan pokok-pokok permasalahan, mengungkapkan


fakta, memilih argumen logis, mampu medeteksi bias berdasarkan pada

sudut pandang yang berbeda dan mampu menentukan akibat dari suatu

pernyataan yang diambil sebagai keputusan.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran treffinger pada

materi hidrolisis garam di kelas XI SMAN 12 Kota Jambi.

2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran treffinger terhadap

kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi hidrolisis garam di kelas XI

MIA SMAN 12 Kota Jambi.

1.5.Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa pada mata

pelajaran kimia dan mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dalam

suasana belajar yang menyenangkan.

2. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai contoh model pembelajaran kimia yang

berorientasi pada model pembelajaran treffinger untuk membantu siswa

dalam memahami materi laju reaksi sehingga keterampilan berpikir kreatif

siswa meningkat.

3. Bagi sekolah, dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan, khususnya dapat meningkatkan kualitas

belajar siswa.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan kajian dan menambah wawasan baru kepada

peneliti tentang model pembelajaran treffinger serta memberi bekal agar


peneliti sebagai calon guru kimia siap melaksanakan berbagai model dan

pendekatan pembelajaran di lapangan

1.6.Definisi Operasional

1. Model pembelajaran treffinger untuk mendorong belajar kreatif merupakan

salah satu dari sedikit model yang menangani masalah kreativitas secara

lansung dan memberikan saran-saran praktis bagaimana mencapai

keterpaduan. Dengan melibatkan baik keterampilan kognitif maupun afektif

pada setiap tingkat dari model ini, treffinger menunjukkan saling hubungan

dan ketergantungan antara keduanya dalam mendorong belajar kreatif

(Munandar, 2012).

2. Berpikir kritis adalah keterampilan seseorang untuk menganalisis fakta atau

mempertautkan informasi yang ada kemudian membuat beberapa gagasan

dan mempertahankan gagasan tersebut dan membuat perbandingan untuk

menarik suatu kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai