Anda di halaman 1dari 6

Joseph Herbert

12030116140191
Kelas F

Aturan-aturan untuk pelaksanaan Good Corporate Govarnance dalam Bank Indonesia,


OJK, dan Bapepam

a. Bank Indonesia
1. Keterbukaan (transparency), yaitu keterbukaan dalam proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam pengungkapan dan penyediaan informasi
yang relevan mengenai Perbankan, yang mudah diakses oleh seluruh
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang
pembiayaan serta standar, prinsip, dan praktik penyelenggaraan usaha
pembiayaan yang sehat.
2. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan
pertanggungjawaban Perbankan sehingga kinerja Perbankan dapat berjalan
secara transparan, wajar, efektif, dan efisien.
3. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian pengelolaan Perbankan
dengan peraturan perundang-undangan di bidang pembiayaan dan nilai-nilai
etika serta standar, prinsip, dan praktik penyelenggaraan usaha pembiayaan
yang sehat.
4. Kemandirian (independency), yaitu keadaan Perbankan yang dikelola secara
mandiri dan profesional serta bebas dari benturan kepentingan dan pengaruh
atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang pembiayaan dan nilai-nilai etika serta standar,
prinsip, dan praktik penyelenggaraan usaha pembiayaan yang sehat.
5. Kesetaraan dan kewajaran (fairness), yaitu kesetaraan, keseimbangan, dan
keadilan di dalam memenuhi hak-hak pemangku kepentingan yang timbul
berdasarkan perjanjian, peraturan perundang-undangan, dan nilai-nilai etika
serta standar, prinsip, dan praktik penyelenggaraan usaha pembiayaan yang
sehat.
b. OJK
1. Keterbukaan (transparency), yaitu keterbukaan dalam proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam pengungkapan dan penyediaan informasi
yang relevan mengenai Perusahaan, yang mudah diakses oleh pemangku
kepentingan sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang
Joseph Herbert
12030116140191
Kelas F

pembiayaan serta standar, prinsip, dan praktik penyelenggaraan usaha


pembiayaan yang sehat.
2. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi dan pelaksanaan
pertanggungjawaban Organ Perusahaan sehingga kinerja Perusahaan dapat
berjalan secara transparan, wajar, efektif, dan efisien.
3. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian pengelolaan
Perusahaan dengan peraturan perundang-undangan di bidang pembiayaan dan
nilai-nilai etika serta standar, prinsip, dan praktik penyelenggaraan usaha
pembiayaan yang sehat.
4. Kemandirian (independency), yaitu keadaan Perusahaan yang dikelola secara
mandiri dan profesional serta bebas dari benturan kepentingan dan pengaruh
atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang pembiayaan dan nilai-nilai etika serta standar,
prinsip, dan praktik penyelenggaraan usaha pembiayaan yang sehat.
5. Kesetaraan dan kewajaran (fairness), yaitu kesetaraan, keseimbangan, dan
keadilan di dalam memenuhi hak-hak pemangku kepentingan yang timbul
berdasarkan perjanjian, peraturan perundang-undangan, dan nilai-nilai etika
serta standar, prinsip, dan praktik penyelenggaraan usaha pembiayaan yang
sehat.
c. Bapepam
1. Transparency (keterbukaan), perusahaan yang menjalankan prinsip transparasi
adalah perusahaan yang menyediakan informasi yang material dan relevan
dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan
(Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006). Berdasarkan Peraturan
Bapepam dan LK No. X.K.1, Emiten dan Perusahaan Publik wajib
menyampaikan kepada Bapepam dan LK serta mengumumkan kepada publik,
apabila terdapat informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai
Efek atau keputusan investasi pemodal. Keterbukaan informasi ini wajib
dilaksanakan secepat mungkin, paling lambat akhir hari kerja ke-2 (kedua)
sejak keputusan atau terdapatnya informasi atau fakta material tersebut.
Peraturan dibuat dengan tujuan agar pemodal mendapatkan informasi yang
Joseph Herbert
12030116140191
Kelas F

memadai secara tepat waktu dan agar informasi atau fakta material tidak
dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu sebelum hal tersebut diketahui publik.
2. Accountability (Akuntabilitas), Perusahaan yang menjalankan prinsip
akuntabilitas menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing
organ dan unit perusahaan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-nilai
dan strategi perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006).
Berdasarkan Peraturan Bapepam dan LK No. X.K.6, laporan tahunan wajib
mengungkapkan informasi mengenai tanggung jawab direksi dan komisaris.
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Bapepam dan LK No. IX.J.1, anggaran
dasar Emiten dan Perusahaan Publik wajib mengungkapkan tugas dan
tanggung jawab dari Direksi dan Dewan Komisaris secara jelas.
3. Responsibility (Tanggung Jawab), Dengan prinsip responsibility, perusahaan
mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab
terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga terpelihara kesinambungan
usaha dalam jangka panjang (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006).
Dengan melaksanakan prinsip responsibility dimaksud, perusahaan diharapkan
dapat menjadi good corporate citizen, dimana perusahaan dianggap sama
dengan warga negara lainnya dalam melaksanakan hak dan kewajibannya.
Peraturan Bapepam dan LK No. X.K.6 mewajibkan adanya pengungkapan
mengenai kegiatan corporate social responsibility dalam Laporan Tahunan
Emiten dan Perusahaan Publik.
4. Independence (Independensi), Dengan prinsip independence, perusahaan harus
dikelola secara independen sehingga masing-masing organ atau unit
perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak
lain (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006). UU tentang Perseroan
Terbatas dan Peraturan Bapepam dan LK No. IX.J.1 mewajibkan Perseroan
untuk menyatakan secara jelas tugas dan tanggung jawab Direksi dan
Komisaris dalam anggaran dasar perusahaan. Untuk mencegah dominasi yang
berlebihan, peraturan di Pasar Modal juga mewajibkan dibentuknya unit-unit
yang memiliki fungsi kontrol dalam perusahaan, seperti Komite Audit dan
Unit Audit Internal. Dengan terdapatnya tugas dan fungsi yang jelas dari
Joseph Herbert
12030116140191
Kelas F

masing-masing organ perusahaan, dan dengan adanya berbagai fungsi kontrol


dalam perusahaan, diharapkan dominasi suatu organ perusahaan terhadap
organ lainnya dapat dikurangi.
5. Fairness (Kewajaran), Berdasarkan prinsip fairness atau kewajaran,
perusahaan harus memperhatikan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lain berdasarkan azas kewajaran dan kesetaraan
(Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006).
Joseph Herbert
12030116140191
Kelas F

Mengidentifikasi struktur atau organ menurut Undang-Undang

a. Undang Undang no 40 tahun 2007 tentang PT


RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) merupakan organ perseroan yang
memiliki kedudukan tertinggi dalam menentukan arah dan tujuan perseroan.
RUPS memiliki kekuasaan tertinggi dan wewenang yang tidak di serahkan kepada
Direksi maupun Dewan Komisaris. Wewenang tersebut meliputi penetapan dan
perubahan Anggaran Dasar perseroan, penetapan dan pengurangan modal,
pemeriksaan dan persetujuan serta pengesahan laporan tahunan, penetapan
penggunaan laba, pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Dewan
Komisaris, penetapan mengenai penggabungan dan peleburan serta
pengambilalihan perseroan, serta penetapan pembubaran perseroan.
Direksi
Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh
atas pengurusan perseroan untuk kepentingan sesuai maksud dan tujuan
Perseroan, serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.
Direksi bertugas menjalankan pengurusan harian perseroan, dan dalam
menjalankan pengurusan tersebut Direksi memiliki kewenangan untuk bertindak
atas nama perseroan. Dalam menjalankan pengurusan perseroan, Direksi biasanya
dibantu oleh Manajemen.
Dewan Komisaris
Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan
secara umum dan/atau khusus sesuai Anggaran Dasar perseroan serta memberikan
nasihat kepada Direksi. Dalam menjalankan kewenangannya tersebut, Dewan
Komisaris berwenang memeriksa pembukuan perseroan serta mencocokkannya
dengan keadaan keuangan perseroan. Sesuai kewenangannya tersebut, Dewan
Komisaris juga berhak memberhentikan Direksi jika melakukan tindakan yang
bertentangan dengan Anggaran Dasar atau peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Joseph Herbert
12030116140191
Kelas F

b. UU no 19 tahun 2003 tentang BUMN


Menteri
Menteri yang ditunjuk atau diberi kuasa untuk mewakili pemerintah selaku
pemegang saham Negara.
Menteri Teknis
Menteri yang mempunyai kewenangan mengatur kebijakan sektor tempat BUMN
melakukan kegatan usaha.
Komisaris
Organ persero yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat
kepada direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan persero.
Dewan pengawas
Organ perum yang bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasihat
kepada direksi dalam menjalankan kegiatan pengurusan perum.
Direksi
Organ BUMN yang bertanggungjawab atas pengurusan BUMN untuk
kepentingan dan tujuan BUMN, serta mewakili BUMN baik di dalam maupun
diluar pengadilan.
RUPS
Organ persero yang memegang kekuasaan tertinggi dalam persero dan memegang
segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi atau komisaris.

c. PP 54 2017 tentang Badan Usaha Milik Daerah


KPM
KPM setara dengan RUPS dalam Perseroda.
Dewan Pengawas
Dewan Pengawas setara dengan Komisaris untuk Perseroda.
Direksi

Anda mungkin juga menyukai